"Ada yang hamil di lantai kita ini.""Kenapa kamu tahu?""Barusan tadi aku lihat tes kehamilan di toilet!"Nova Jacklin baru saja masuk kantor langsung mendengar suara bisikan.Langkah kakinya tertegun, lalu menoleh ke arah dua karyawan magang yang barusan berbicara.Saat melihat Nova masuk, ekspresi dua karyawan magang itu langsung berubah dan menundukkan kepala untuk melanjutkan pekerjaannya.Nova menenangkan hati dirinya, lalu masuk ke ruang kantor dirinya.Ponselnya tidak berdering terus.Setelah membuka notifikasi, dia baru menyadari ada yang mengirim pesan ke grup.Gosip adalah hal yang sering terjadi di tempat seperti perusahaan ini.Nova merasa pelipisnya berdenyut ketika melihat obrolan di dalam grup semakin ramai.Dia terlalu ceroboh, karena seharusnya membungkus alat tes kehamilan sebelum membuangnya.Dia tidak berani membayangkan bagaimana jika Brian Frank mengetahuinya.Asistennya mengetuk pintu, lalu masuk. "Bu Nova, Pak Brian suruh Anda pergi ke kantornya."Nova agak men
Punggung Nova menegang.Dia menoleh ke belakang dengan ekspresi santai. "Kalau ya, apa rencana Anda?"Brian menyunggingkan tatapan yang muram dan dingin.Seolah-olah orang bermesraan dengan Nova barusan tadi bukan dirinya."Apa lagi yang bisa dilakukan, tentu saja melakukan aborsi."Raut wajah Nova agak pucat dan mengepalkan kedua tangan dengan erat.Tatapan Brian semakin dingin."Nova, jangan lupa dengan aturan permainan kita."Tubuh Nova tiba-tiba mematung.Ya, hubungan antara dia dan Brian memang sebuah permainan.Bagaimanapun, status Nova juga tidak serasi dengan Brian.Dia terlahir di keluarga yang sangat sederhana.Sementara Brian adalah putra Keluarga Frank, juga penguasa keluarga Frank yang sebenarnya.Sejak awal pertemuan dia dan Brian adalah hanyalah sebuah kebetulan.Tiga tahun lalu, ibunya mengalami kecelakaan mobil, sehingga memerlukan uang. Dia dengan keras kepala meminta uang terhadap keluarga ayah kandungnya.Meskipun sudah berlutut semalaman dan pingsan di luar vila ya
Di suasana yang tidak jelas, selebriti itu pun semakin tulus dalam melayani.Nova hanya melirik sekilas, lalu mengalihkan pandangan.Saat melihat Nova masuk, Brian agak mengangkat alis mata, tetapi tidak bergerakSementara Simon Frank, yang duduk di samping Brian, matanya berbinar ketika melihat Nova.Dia menoleh ke arah kakaknya, lalu menoleh ke arah Nova sambil tersenyum setengah."Bu Nova, kamu mau minum bir di sini?""Kasih sayang dari Pak Stephen yang sulit ditolak.Nova tidak menghampiri mereka, melainkan duduk di pojok."Apa kamu yakin mau duduk sejauh itu? Duduk di sini!" Simon sengaja memperbesar masalah.Orang lain tidak tahu hubungan antara Nova dengan Brian, tetapi sebagai adik Brian, Simon sangat mengerti akan itu.Sejak awal, selebriti ini memang tidak diminati oleh kakaknya, setelah kedatangan Nova, selebriti itu pun semakin disingkirkan.Nova berpenampilan cantik. Jelas dia memiliki wajah yang polos, tetapi disertai semacam pesona yang menggoda.Meskipun hanya mengenaka
Nova sangat kecewa.Dia mengerti maksud Brian.Asalkan dirinya mengangguk, makan Brian tidak akan melarang.Pria ini sama sekali tidak peduli dengan kepergiannya.Dia tidak bermaksud seperti itu terhadap Stephen.Jika pada masa lalu, dia juga akan menolak tanpa ragu-ragu.Namun, hari ini tiba-tiba tumbuh semacam niat nakal padanya.Dia tidak ingin seperti ini terus.Tangannya mengelus perutnya secara refleks.Dia tidak ingin mempergunakan anak ini untuk memaksa Brian bertanggung jawab padanya. Ini hanya sebuah permainan, sehingga tidak perlu dipertanggungjawabkan.Lagi pula, dia juga tidak bisa memaksa pria seperti Brian.Nova juga bukan mesti melahirkan anak ini.Hanya saja, jika membuang anak ini, bagaimana dengan berikutnya?Selama ini Brian benar-benar sedang menghindari kehamilan.Dalam hal ini, dia sangat berhati-hati. Dia tidak memperbolehkan Nova hamil.Sebab itu, setiap kali dia akan mengenakan kondom.Kecuali terakhir kali pada bulan lalu, dia melakukannya dengan kejam, sehin
Selebriti itu langsung mundur karena ketakutan. "Pak Brian, jangan marah. Aku keluar sekarang."Setelah selebriti itu keluar, para wanita lain di dalam ruangan juga keluar satu per satu, tinggal sekumpulan pria.Simon agak menyesal dengan candaan malam ini.Sebenarnya dulu dia juga pernah bercanda seperti ini.Hanya saja dulu Nova sangat penurut. Jangankan meninggalkan Brian, dia bahkan tidak memiliki pikiran seperti ini.Akan tetapi, hari ini ...."Kak, bagaimana kalau panggil Bu Nova kembali? Bilang saja, hanya bercanda! Bu Nova bekerja dengan baik di perusahaan kita, nggak mungkin benar-benar mau resign. Mungkin karena hari ini terlalu lelah, sehingga agak emosi."Brian menyunggingkan senyuman dingin."Aku nggak kekurangan manajer seperti ini. Kalau Pak Stephen mau, bawa pergi saja."Stephen terkekeh, lalu tiba-tiba tidak berani menjawab tuturan Brian.Jika sekarang dia masih belum menyadari hubungan antara Brian dan Nova, dia adalah orang bodoh."Hanya bercanda, siapa yang berani m
Nabila merasa agak lega setelah memarahinya, lalu mulai membicarakan hal serius."Kalau begitu, kamu pasti nggak mau anak ini, 'kan? Besok apa aku harus langsung mengatur jadwal operasi setelah kamu selesai diperiksa?"Nova mengelus perutnya sambil menahan sakit hati dan mengiakannya, "Baik."Usai berbicara, air matanya menetes.Bagaimanapun, dia bersalah pada anak ini.Namun, tanpa hubungan nikah, dia tidak bisa memberikan apa pun kepada anaknya, bagaimana mungkin berani melahirkannya?Dia hanyalah seorang wanita biasa dari keluarga biasa. Dia tidak boleh membiarkan anaknya dianggap anak haram untuk selamanya.Brian tidak akan menikah dengannya.Brian tidak akan memberikan kesempatan apa pun kepada Nova untuk menempel padanya.Perasaan.Cinta.Keluarga.Anak.Brian tidak akan memberikan semua itu kepadanya.Nova memejamkan mata dan menyeka air matanya....Larut malam, Nova tidak bisa tidur dengan nyenyak.Tiba-tiba, dia sepertinya bermimpi.Di dalam mimpi, dia kembali ke masa kecil.
Nova ingin mengelak.Brian malah sudah membuka pintu dan turun dari mobil.Langkah kaki pria sangat konsisten. Bunyinya terdengar agak marah."Apa sudah puas bermain-main?" Brian berhenti di depan dan menatapnya dari ketinggian dengan ekspresi datar."Aku nggak main-main." Nova tidak menatapnya.Tatapan Brian sangat muram. "Kalau begitu, Bu Nova benar-benar mau ikut Stephen? Kapan kamu mulai berhubungan dengannya?"Nova agak mengerutkan bibir. "Pak Brian sudah salah paham. Aku sendiri yang mau resign, nggak ada hubungannya dengan orang lain.""Alasan."Akhirnya nova mengangkat kepalanya dan saling bertatapan dengannya. "Aku mau menikah, Pak Brian."Brian tiba-tiba menyipitkan mata. "Serius?"Nova menjawab, "Ya, serius. Aku sudah berusia 27 tahun."Brian mengasah wajahnya dan matanya memancarkan cahaya yang berbahaya."Apa kamu sudah punya pasangan yang cocok?"Nova terdiam beberapa saat."Masih belum, tapi baik sudah atau belum, aku tetap mau resign.""Apa sudah banyak uang?" Brian men
Setelah meninggalkan rumah sakit, ponsel Nova berdering.Terdengar suara Cindy yang disertai kecemasan."Bu, ayahmu mencari masalah lagi di perusahaan. Kamu cepat ke sini, kalau Pak Brian ketahuan pasti murka lagi."Nova mengerutkan kening dan mengakhiri panggilan dengan tergesa-gesa menuju perusahaan.Begitu masuk ke aula resepsionis, langsung melihat Gary sedang duduk di sofa sambil merokok."Padamkan rokok."Raut wajah Nova sangat muram.Gary tersenyum. "Oke, aku turuti semua yang dikatakan putriku."Nova merasa sakit kepala saat melihat dia seperti ini."Kita bicara di luar."Nova membawa Gary ke sebuah kafe di lantai bawah perusahaan.Baru masuk, Gary langsung tertawa."Sekarang putriku sudah sukses, sudah bisa keluar masuk ke tempat kelas atas seperti ini."Nova menatapnya. "Kalau kamu nggak takut sama Brian, kelak bisa cari aku terus."Gary mencibir. "Apa kamu sedang menakutiku? Apa Brian berhak mengaturku untuk mencari putriku?""Kamu boleh saja mencobanya, lihat bagaimana resp
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo