Nova sedang mengemas dokumen.Baru saja selesai kemas, langsung mendengar sekretaris pihak mitra kerja memanggilnya."Nona Nova, pacarmu datang menjemputmu."Nova tertegun, lalu menoleh ke arah luar dan melihat Bisma sedang berdiri di depan pintu.Bisma yang mengenakan setelan jas sederhana dan berdiri dengan tegap di sana menjadi sorotan publik.Nova tersenyum dengan tidak berdaya, tetapi juga tidak menjelaskan.Dia hanya tersenyum dengan segan terhadap Pak Anton."Maaf, Pak Anton, aku masih ada urusan, jadi nggak bisa makan sama Anda."Pak Anton mengedipkan mata, lalu menoleh ke arah Brian.Brian tahu bahwa orang lain tidak tahu tentang hubungan mereka.Kali ini Brian menyutradarai rapat ini, selain memberikan keuntungan, juga menyuruh dia untuk bersandiwara.Katanya semua ini justru demi Bu Nova ini.Akan tetapi, sekarang apa yang terjadi?Apakah ditikung orang lain?Tidak mungkin, 'kan?Apakah ada orang di dunia ini yang mampu menikung Brian?Brian tampak sangat tenang.Dalam hatin
Brian sedang tidak ingin makan.Makan malam yang semula diselenggarakan segera dibubarkan.Anton ingin mengundang Bisma sendirian.Namun yang jelas, Bisma tidak setuju dengannya, jadi tidak punya pilihan selain menyerah.Mereka bertiga keluar dari perusahaan bersama-sama, Anton pun mengikuti mereka.Bisma dan Nova sedang berjalan di depan, mereka mengobrol tentang upacara pembukaan Ekspo Internasional di malam hari.Brian memicingkan mata ke punggung kedua orang itu dan menundukkan kepala untuk menyalakan rokok.Bahkan asap tebal pun tidak bisa menghalangi kesuraman di tatapan matanya.Anton memandangnya dan tertawa, "Aku pikir Nona Nova adalah milik Pak Brian."Brian mencibir.Dia awalnya berpikir begitu juga.Dari awal sampai akhir, dia merasa Nova semakin marah padanya.Sebagai seorang wanita, kehilangan kesabaran dalam keadaan seperti itu adalah hal yang wajar.Saat amarahnya mereda, suatu hari nanti Nova pasti akan kembali.Hingga dia membuka lukanya sendiri seperti itu tadi malam
Kalau tidak, orang sombong seperti Brian tidak akan datang kepadanya lagi untuk berdamai dengannya.Namun, Brian sama sekali tak kekurangan wanita di sekitarnya.Meski menyesalinya sekarang, selama ada orang baru di sekitarnya nantinya, Nova pasti akan segera dilupakan.Nova menarik napas dalam-dalam dan tidak membiarkan dirinya memikirkan pria itu lagi.Nova mengingat sesuatu yang lain."Kak, kamu nggak perlu terpaksa makan bersama orang lain hanya karena aku."Dia tahu bahwa Bisma sebenarnya tidak menyukai interaksi sosial seperti ini.Terlebih lagi, dengan latar belakang keluarganya, Bisma mungkin tidak akan mau berurusan dengan orang yang tidak dikenal dengan baik."Aku nggak terpaksa sama sekali."Suara Bisma terdengar lembut.Bisma menoleh untuk melihat ke arah Nova. "Nova, aku hanya ingin mengambil kesempatan ini untuk berintegrasi ke dalam pekerjaan dan hidupmu. Aku nggak melakukannya untukmu, aku melakukannya untuk diriku sendiri."Nova memandang Bisma dan tiba-tiba tidak tahu
Bisma mengikuti Nova ke dalam lift baru mengakui."Aku baru saja melihat Brian di bawah, jadi aku ingin mengikutimu. Dia pasti datang untuk mencarimu, 'kan?"Nova tertegun sejenak.Nova tidak melihatnya.Entah Brian datang atau tidak, tidak banyak berdampak padanya sekarang."Apa minum teh di malam hari bisa bikin insomnia?" tanya Nova secara langsung.Bisma tidak bereaksi, tapi kemudian menyadari bahwa dia sebenarnya tidak peduli lagi.Nova membiarkan dirinya melepaskan Brian."Nggak akan." Bisma memandang Nova dan tertawa, "Apa kamu pernah melakukan penelitian tentang teh?"Nova mengangguk dan berkata, "Pernah."Mata Bisma berbinar. "Kalau begitu, kamu mungkin akan mendapat masalah nantinya. Kakekku suka mengutak-atik semua jenis teh. Aku yakin dia akan merepotkanmu."Nova tertawa dan berkata, "Baiklah, kalau begitu aku akan menunjukkannya pada kakekmu di lain hari."Mereka berdua keluar dari lift sambil berbicara dan tertawa.Begitu keluar, lift di sebelah mereka juga terbuka.Brian
"Bocah tengil, malam-malam begini kamu mau ngapain di sini?"Brian merasa gelisah. Saat mendengar ini, Brian langsung mengerutkan kening.Sebelum sempat menjawab, tiba-tiba bibinya tersadar. "Oh, kamu diusir oleh pacarmu?"Sudut bibir Brian bergerak tapi tidak menjelaskan.Sekarang dia tiba-tiba merasa bahwa dibilang pacar Nova terdengar cukup menyenangkan.Bibinya tertawa cepat ketika melihat ini. "Lalu kenapa kamu nggak mengakui kesalahanmu?"Brian mengerutkan kening dan berkata, "Dia nggak mudah dibujuk.""Walaupun susah tetap harus dibujuk, kecuali kamu nggak mau dia lagi."Mata Brian berbinar. Saat hendak mengatakan sesuatu, pintu kamar Nova terbuka.Bisma dan Nova keluar bersama.Tatapan mata Bibi berhenti.Bibi menatap wajah Brian dan Bisma dua kali.Bibi memandang Brian dengan sangat meremehkan."Wajahmu cukup tampan, tapi kenapa jadi simpanan orang lain."...Raut wajah Brian menjadi sangat suram.Brian mana pernah dibilang seperti ini."Mereka bukan sepasang kekasih!" jelas B
Mata Stephen tiba-tiba berbinar saat melihat Nova.Selama ini, Stephen selalu ingin dekat dengan Nova.Namun, dia juga bisa tahu bahwa Nova sebenarnya membencinya.Awalnya, dia berencana mencari kesempatan lain untuk bertemu Nova secara kebetulan, tapi tanpa diduga, dirinya bertemu langsung dengan Nova hari ini."Bu Nova, lama nggak bertemu."Nova meliriknya, bahkan tidak berniat menjawab.Stephen tidak kesal dan melanjutkan."Kalau nanti kamu ada waktu, bolehkah aku mentraktirmu makan?"Nova merasa sangat mual."Lupakan saja, aku nggak mau makan makanan dari Pak Stephen."Setelah mengatakan itu, Nova segera pergi.Stephen langsung menghentikannya.Stephen mengerutkan kening dan menatap Nova dengan sedikit kebingungan di wajahnya.Setelah hening beberapa saat, Stephen berbicara."Bu Nova, aku minta maaf atas apa yang terjadi sebelumnya."Stephen sangat menyesali apa yang dia katakan kepada Nova sebelumnya.Jika tahu bahwa suatu hari dia mungkin benar-benar menyukai Nova, dirinya tidak
"Brian, apa kamu masih ingat saat kita tinggal bersama di desa nelayan kecil? Saat itu benar-benar saat paling membahagiakan bagiku."Brian sedikit mengerutkan kening. Saat hendak mengatakan sesuatu, Yasmin berbicara lagi."Tahukah kamu? Aku sudah menunggumu sejak kamu meninggalkan desa nelayan kecil, tapi kamu nggak pernah datang kepadaku."Saat Yasmin berbicara, air mata jatuh.Dia tahu betul betapa pentingnya waktu itu bagi Brian.Saat ini, mungkin hanya berguna untuk mengatakan hal-hal ini.Benar saja, ekspresi Brian akhirnya sedikit membaik.Brian mengerutkan kening. Setelah beberapa saat, Brian mengambil tisu dan menyerahkannya pada Yasmin."Jangan khawatir, aku nggak akan pernah mengabaikanmu."Yasmin sangat gembira, tapi kemudian mendengar Brian mengatakan sesuatu yang lain. "Tapi Yasmin, jangan macam-macam lagi di depanku. Aku nggak bisa menoleransi apa pun."Yasmin membuka mulutnya, tapi pada akhirnya tidak berkata apa-apa.Yasmin hanya tersenyum dan berkata, "Aku nggak melak
Nova bergegas ke rumah sakit dan melihat bibi perawat berdiri dengan cemas di depan pintu bangsal."Apa yang terjadi?" tanya Nova dengan cemberut.Wajah perawat terlihat bekas tamparan yang."Ayahmu. Sebenarnya dia sudah lama nggak datang ke sini. Entah kenapa dia datang ke sini tiba-tiba malam ini dan benar-benar mabuk. Saat datang, aku mencoba menghentikannya, tapi karena mabuk, jadi aku gagal. Setelah dia memukulku, aku tetap membiarkannya masuk. Begitu masuk, ayahmu segera mencabut ventilator, perkataannya juga sangat buruk, bahkan menyuruh ibumu mati lebih awal dan hanya buang-buang uang saja.""Aku segera memanggil satpam dan dokter, tapi untungnya dokter datang tepat waktu."Raut wajah Nova langsung berubah menjadi suram.Dia tidak pernah menyangka bahwa Gary yang telah menghilang begitu lama, tiba-tiba muncul dan menimbulkan masalah lagi.Nova memandang perawat itu dengan sedikit meminta maaf."Maaf, sudah menyebabkan masalah bagimu."Perawat itu sebenarnya cukup sedih.Gary me
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo