Sebelum kaburnya Isyana."Mana Isyana!"BlakPintu rumah Asher dibuka keras. Tadinya dia ingin pergi ke rumah sebelah. Hanya saja melihat Nenek Asma sedang duduk di dipan rumah Asher, dia memilih untuk pergi ke sana."Danu, ngapain kau cari cucuku?" tanya Nenek Asma yang masih bersikap santun.."Yang kau bilang cucu itu adalah anak kandungku. Jadi terserah aku mau cari dia atau tidak," jawab ketus Danu. "Ya tapi sekarang dia ada pada tanggung jawabku. Jadi sebaiknya kau pergi saja. Untuk apa ke sini?" ucap Nenek Asma yang masih santai."Karena—""Danu, cepat dong. Mana Isyana, apa mau di sini aja acaranya?" tanya seseorang yang ditahu Nenek Asma saudara Danu."Acara apa?" Nenek Asma bertanya dengan heran. Padahal dia tidak mengadakan acara apa pun."Aku akan menikahkan Isyana dengan temanku. Kudengar kalian menolak dua orang pria yang melamar Isyana. Itu membuatku marah. Tidak seharusnya kalian menolaknya," ujar Danu dengan mata memerah meluap-luap."Benar itu, seharusnya kau bertany
"Son?"Jhonny menatap cucunya yang berjalan begitu lesu. Sejak kehilangan sang anak, dia lebih suka memanggil cucunya dengan anak laki-laki. Berpikir Asher sangat cocok untuk menggantikan mendiang anaknya."Granddad, saya harus segera pergi ke Indonesia," ucap Asher dengan mata yang menahan tangisnya. Dia mencoba kuat, meski sangat sakit mengingat bagaimana nasib pujaan hatinya yang tersiksa di sana seorang diri."Mengapa kau tiba-tiba ingin pergi? Kita belum selesai," ucap Jhonny yang tampak sangat kecewa. Sekaligus syok dengan putusan mendadak Asher."Saya tidak bisa banyak bercerita. Sekarang yang jelas, saya telah memesan penerbangan paling cepat untuk sampai ke Indonesia.""Tunggu dulu Asher, apa terjadi sesuatu dengan Ranty?"Wajah Jhonny ikut panik. Jika terjadi sesuatu kepada menantunya, dia tidak bisa tinggal diam. "Bukan mommy. Melainkan calon istriku, Isyana."Wajah Jhonny yang semula panik sedikit mengendur. Berganti dengan rasa penasaran dengan apa yang terjadi pada calo
"Jadi Asher akan ke sini kapan?" tanya Joseline yang sejak tadi bingung akan mengeluarkan topik apa."Mungkin malam ini sampai. Tadi pesawat baru mendarat di bandara," sahut Isyana yang masih setia memandangi kuku-kukunya. Ketika sedang gugup, tidak jarang dia mengigitinya."Syan, bukannya apa. Mending Lo langsung nikah sama Asher deh. Gue lihat dia pemuda yang tak macam-macam. Soleh juga kan. Gak bakal kayak bokap Lo deh."Joseline langsung menutup mulutnya begitu kata yang keluar sangat menyinggung Isyana. Terlebih wajah gadis itu memang berubah murung. "Syan, gue gak ada maksud sumpah."Tidak enak rasanya membicarakan keburukan seseorang pria di depan anaknya sendiri. Meski pun, diakui olehnya. Harus ada penghalang agar mulutnya tidak berubah buas dan semakin menyakiti perasaan Isyana."Gak apa-apa kok. Emang bokap gue reseh," sahut Isyana sambil tersenyum.Kebersamaan hangat yang tadi tercipta hampir saja hilang. Untung saja Isyana tidak terlalu menanggapi perkataan Joseline yang
"Asher, ini Indonesia memang sedang musim panas ya?"Pertanyaan yang cenderung aneh keluar dari bibir Samantha. Dia yang biasanya merasakan musim panas di pertengahan tahun, menjadi sedikit heran. Karena biasanya bulan-bulan ini masih berada dalam musim dingin yang mana salju sedang tinggi-tingginya turun."Cuaca tropis memang seperti ini. Mereka cenderung panas."Samantha hanya menganggukkan Kepala. Sekali-kali dia menepis dahinya yang sudah berlumuran keringat. "Apa grandmom lelah? Kita akan istirahat sebentar," ujar ashar yang menatap iba ke arah neneknya."No. Kita harus segera mengambil Isyana. Kasihan gadis itu. Pasti saat ini tengah menangis dengan menekuk kedua lututnya. Membenamkan kepala di antara pahanya. Hidupnya pasti seakan telah hancur. Diasingkan di tempat seperti ini tanpa makanan, tanpa pakaian dan tanpa orang-orang yang bisa menjenguknya."Asher mengerutkan kening. Bagaimana bisa Samantha sampai berkata seperti itu. Meski sendiri, tapi Asher yakin kalau Isyana baik
Seperti masuk ke alam lain, Isyana menatap waspada ke rumah yang baru saja dia tapaki. Pandangannya menyapu seluruh area yang masih sangat minim barang-barang. Ruang tamu hanya ada satu meja kecil dengan kursi plastik. Sama sekali tidak mewah. Terbalik dengan rumah ini yang begitu besar."Rumah siapa ini, Asher?" tanya Isyana pada pemuda yang hanya mengikutinya di belakang."Rumah kita."Isyana mendorong dada Asher untuk sedikit menjauh darinya. Tentu saja merasa gerah karena saat mengatakan 'rumah kita' Asher meniupkannya tepat di telinga Isyana. Membuat bulu kuduk gadis itu meremang."Mengapa saya didorong Nona?" Tanya Asher yang tidak tahu kenapa Isyana sampai sekesal ini. "Refleks aja, maaf ya."Dengan tanpa berdosa Isyana melanjutkan menjelajah lebih ke dalam lagi. Satu hal yang baru dia sadari, rumah ini baru saja selesai dirapikan. Warna cat masih baru dan masih tercium yang membuat dia sedikit tidak nyaman."Asher, kau beli rumah ini kapan?" tanya Samanta yang juga merasa hera
Kondisi Nenek Asma setelah adanya Danu tidak baik-baik saja. Asma yang dideritanya seringkali kambuh. Beberapa kali Kakek Jalu meminta periksa ke dokter. Tapi tidak digubris si istri. Untungnya berangsur-angsur membaik, saat Asher mengirimkan video Isyana tengah makan dengan lahap di rumah baru."Kata Asher, sore ini akan ke sini. Sekalian memperjelas maksud dari Danu. Mereka mungkin akan menikah langsung, kalau saja Danu nekad."Nenek Asma mengangguk. Tentu saja dia akan membela Isyana. Untuk menikah kan cucunya pun, tidak keberatan. "Heh, Nenek dan Kakek Tua, aku lapar. Minta uang buat beli makan."Baru saja akan merasakan sore yang tenang. Danu kembali datang. Sejak semalam pria itu tidak nongol batang hidungnya. Padahal Nenek Asma juga sudah berharap, pria itu telah pergi jauh."Ini."Kakek Danu menyerahkan selembar uang biru. Yang tentu saja mendapat pelototan dari Nenek Asma."Mas.""Biarkan saja," ujar Kakek Jalu yang menolak semburan protes dari istrinya."Heh, kakek tua! Man
Sampai di rumah Mommy Ranty, ternyata sudah ada Sukma. Perempuan yang menghilang beberapa bulan itu, duduk sambil menangis. Bahunya naik-turun menandakan betapa sesaknya ia."Mama."Isyana yang melihat sang ibu, langsung menghambur ke pelukan. Betapa ia sangat rindu belaian ibunya. Orang yang membawanya ke sini, sekaligus orang yang memintanya cepat mencari jodoh. Hal ini menjadi celah bapaknya untuk menjodohkan Isyana dengan pria pilihannya."Kau baik-baik saja kan? Maafin Mama ya."Sukma seperti tidak sanggup menatap wajah anaknya. Perempuan kecil yang tumbuh dewasa dengan cepat. Selalu saja dia, membuat hidup Isyana sulit. Sukma sampai tidak tahu harus mengatakan apa, selain maaf."Iya Ma. Alhamdulillah Isyana mendapat teman yang baik seperti Joseline. Dia yang mau menampung Isyana. Mama ke mana aja? Katanya gak pulang ke rumah lagi."Sukma mengangguk. Bersyukur sekali Isyana masih bisa selamat."Bapakmu itu seperti orang gila di sini. Berkali-kali mengamuk, acak-acak barang. Anehn
"Sebagai seorang pria, sebaiknya Anda masuk dan bicara baik-baik. Seharusnya juga ikut saya ke masjid dan lakukan salat tiga rakaat."Pundak Danu telah ditepuk oleh Asher. Sebelum mereka benar-benar pergi dari halaman rumahnya. "Kau siapa?" Tanya Danu heran dengan pria bule yang menegurnya. Dia merasa asing seperti tidak pernah melihat pria ini."Perkenalkan saya Asher. Saya calon menantu Anda."Asher menjabat tangan Danu dengan erat. Tidak ada keraguan dari perlakuannya. Sifatnya tegas dan tidak sedikitpun gentar. Mungkin sadar dengan kualitasnya yang lebih tinggi, dibandingkan Danu saat ini. Paling tidak begitu menurut calon ibu mertuanya. Sombong sedikit tidak masalah sepertinya."Oh, gara-gara kau Isyana kabur."Danu mengeratkan rahangnya. Berpikir Isyana tidak memiliki kekasih sama sekali. Perempuan itu gila sekali kerja dan tidak memikirkan untuk berkencan. Wajar saja ketika ada seseorang yang mengaku calon menantunya, dia akan kesulitan untuk berpikir. Apa ini benar atau hany