Dunia Fantasi Ancol menjadi pilihan Kaivan membawa Zhafira pacaran.
Benarkan, Kaivan bukan pria nakal yang mungkin akan membawa kekasihnya ke tempat sepi atau bioskop agar bisa mencuri cium.Tapi Kaivan malah membawa Zhafira ke tempat ramai.“Ayo,” ajak Kaivan ketika Zhafira malah mematung sambil menengadah memandang rel roller coaster.Zhafira menggelengkan kepala membayangkan dirinya menaiki wahana extrem tersebut.“Enggak deh, Mas ... Istana Boneka aja yuk!”Zhafira sudah membalikan badan namun tertahan oleh Kaivan yang menggenggam tangannya.Zhafira menurunkan pandangan dan menatap jemarinya yang dilingkupi jemari Kaivan.“Boleh pegang tangan kamu? Kita udah resmi pacaran, kan?” Dua pertanyaan yang secara langsung terlontar dari bibir Kaivan membuat Zhafira mendongak demi bisa menatap wajah pria yang baru ia sadari telah resmi menjadi kekasihnya.“I-iya ... boleh,” jawab Zhafira dengan debaran jantung menggila.Usai mendapat persetujuan, Kaivan menyelipkan jemarinya di antara jemari Zhafira tanpa ia sadari jika tubuh sang gadis menegang karena sengatan arus listrik berdaya rendah yang mengalir dari telapak tangan Kaivan.Kaivan mulai melangkah diikuti Zhafira. “Kita mau ke mana, Mas?”“Katanya mau ke Istana Boneka.”Kaivan memilih mengalah dan terbiasa mengalah karena baginya yang terpenting adalah kenyaman Zhafira.Zhafira terharu dengan sikap pengertian Kaivan tersebut.Sebagai gadis yang jarang sekali memiliki kekasih—Zhafira tidak tau saja jika pria akan melakukan segala cara untuk mendapatkan hati gadis yang diincarnya.Pertautan tangan keduanya tidak terlepas selama menaiki perahu mengelilingi istana boneka.Zhafira tidak keberatan karena mereka telah sepakat untuk menjalin hubungan meski Zhafira tidak berharap banyak.“Fir, kita selfie dulu.” Tanpa segan Kaivan merangkul pundak Zhafira agar mereka lebih dekat sambil mengangkat ponselnya tinggi-tinggi.Keduanya tersenyum bahagia dengan beberapa pose konyol.Wajah Zhafira semakin cantik tertangkap kamera ponselnya, bahkan Kaivan sempat insecure merasa kurang tampan untuk menjadi pasangan Zhafira.Beruntung Kaivan ingat jika dirinya adalah cucu Sultan sehingga kepercayaan dirinya kembali naik.“I*******m kamu apa?” Kaivan bertanya setelah mereka mengabadikan beberapa momen di ponsel Kaivan.“Malaika.” Zhafira menjawab.Kening Kaivan mengkerut sambil mengotak-ngatik ponselnya.“Kenapa Malaika? Kenapa harus nama belakang kamu?”“Biar orang-orang susah nyarinya, karena kebanyakan orang tau nama depan Fira aja.”Kaivan menoleh, satu tangannya masih ada di pundak Zhafira.“Kamu enggak suka popularitas?” tebak Kaivan.Zhafira menggelengkan kepala. “Fira suka ketenangan, popularitas bikin gaduh.”Tiba-tiba ponselnya berbunyi dengan beberapa notif.Zhafira mengeluarkan ponsel dari dalam tas dan ia menemukan notif dari media sosialnya.Ternyata Kaivan mem-follow akun Instagramnya itu kenapa tadi pria itu menanyakan nama akun Zhafira.Dan yang membuat Zhafira membulatkan mata lebar adalah Kaivan memposting foto mereka tadi di instastory-nya dengan men-tag akun Zhafira.Dalam story tersebut Kaivan membubuhkan tulisan ‘My Boo’.“Mas ... kenapa di-posting?” Zhafira bertanya panik.“Kenapa memang? Enggak boleh ya aku posting story sama pacar aku?”Zhafira mengerjap beberapa kaki, napasnya masih memburu sisa dari kepanikan tapi kemudian tidak lagi memprotes mengingat jika mereka sudah menjadi sepasang kekasih.Ia belum terbiasa atau mungkin dirinya tidak terlalu berharap dengan hubungan ini.Zhafira buru-buru mengunci akun i*******m miliknya agar tidak banyak orang yang melihat foto-foto yang telah ia posting.Pasti akan banyak orang-orang kepo dalam circle Kaivan yang ingin mencari tau tentang dirinya.Jika saja Zhafira sederajat dengan Kaivan—mungkin ia tidak akan khawatir tapi status sosialnya dengan Kaivan bagaikan langit dan bumi.Sudahlah, itu kenapa Zhafira menolak untuk berharap kepada Kaivan.Sampai detik ini Zhafira masih menganggap jika Kaivan hanya ingin bermain-main dengannya.Puas menjajal banyak wahana, Kaivan membawa Zhafira untuk makan siang yang hampir kesorean.Zhafira baru menyadari jika dirinya belum makan siang.Sebuah restoran dan caffe yang masih berada di dalam area Dunia Fantasi Ancol menjadi pilihan Kaivan untuk makan malam.Sialnya, Zhafira duduk berhadapan dengan Kaivan sehingga sudah bisa dipastikan akan menjadi pusat dari tatapan pria itu.Prasangka Zhafira terbukti dan ia mulai salah tingkah.“Aku mau ketemu papa sama mama kamu, kapan aku bisa bertemu sama mereka?” cetus Kaivan bertanya.Waktu menunggu makanan pesanan mereka tiba digunakan Kaivan untuk mencari tau tentang kehidupan Zhafira.“Ngapain?” Zhafira balas bertanya dengan kerutan halus di antara alisnya.“Mau ngelamar kamu,” ungkap Kaivan santai.Sesaat Zhafira menatap Kaivan dengan sorot mata nanar.“Mas, kedua orang tua Fira udah bercerai ... papa sama keluarga barunya tinggal di Surabaya dan mama dengan suami barunya di Bandung ... jadi, selain status sosial kita terbentang sangat jauh ... Fira juga berasal dari keluarga broken home, Mas Kaivan enggak malu punya calon istri kaya Fira?”Sejurus kemudian Kaivan menjawab, “Enggak.” Pria itu tampak tidak peduli.“Gimana kalau keluarga Mas enggak setuju, kaya di sinetron-sinetron ... tiba-tiba bundanya Mas datengin Fira ngasih cek biar Fira ninggalin Mas,”Kaivan langsung tergelak setelah Zhafira selesai bicara.“Kalau ternyata seperti itu, apa yang akan kamu lakukan?” Kaivan mengetes.“Ya Fira balikin ceknya, trus Fira sanggupin untuk jauhin Mas Kaivan ... mumpung Fira belum jatuh cinta sama, Mas.”Jawaban Zhafira membuat lidah Kaivan berdecak. “Kamu enggak asyik ah, masa nyerah ... padahal aku akan berjuang untuk meyakinkan keluarga aku kalau kamu layak ada di samping aku.” Tatapan Kaivan tampak terluka membuat Zhafira merasa bersalah.“Itu ‘kan karena aku belum jatuh cinta sama Mas Kaivan, tapi kalau aku udah jatuh cinta ... sekalipun pria itu enggak menginginkan Fira lagi, Fira akan tetap mempertahankan hubungan ini,” ralat Zhafira penuh keyakinan.Kaivan tersenyum mendengar ucapan Zhafira, meraih dua tangan Zhafira yang berada di atas meja.“Tenang aja, Fir ... sekali kamu ketemu bunda Aura, kamu pasti akan ngerasa jadi anak kandungnya dan ....” Kaivan menjeda, ia menatap tangannya yang menggenggam tangan Zhafira lalu mengeratkannya.“Nenek aku ... itu dulunya juga pegawai Bank, sama kaya kamu ... dia juga cantik dan sederhana percis seperti kamu, itu kenapa aku mau nikah sama kamu.”Oke, jadi untuk masalah Kasta cleare karena ada silsilah jika ada orang biasa dalam keluarga Konglomerat itu namun belum juga membuat kegundahan di hati Zhafira mereda.“Tapi alasan itu aja ‘kan enggak cukup, Mas ... kita harus saling mengenal lebih jauh kalau cocok baru menikah.”Kaivan menggelengkan kepala pertanda dirinya tidak setuju karena ia pernah pacaran dengan Imelda selama tiga belas tahun lamanya bahkan mereka telah bertunangan dan merencanakan untuk menikah tapi sebulan sebelum pesta pernikahan berlangsung—Imelda membatalkannya, memutuskan hubungan dengan alasan karena Kaivan terlalu baik untuk gadis itu.Kaivan tidak akan membuat kejadian mengerikan itu terulang kembali.Kaivan sudah jatuh cinta pada pandangan pertama ketika Zhafira melewati pintu ruangan kerjanya dan semenjak itu Kaivan bertekad bahwa Zhafira harus menjadi miliknya.“Kita bisa saling mengenal setelah menikah ... kalau enggak cocok ya kita cocok-cocokin ... pokoknya kamu harus menikah sama aku,” putus Kaivan bersamaan datangnya menu makan siang pesanan mereka.Zhafira sudah lelah berdebat dan akhirnya memilih untuk menjalani saja.***“Fir, makasih ya buat hari ini.” Kaivan mematikan mesin mobilnya di parkiran kossan Zhafira.“Fira yang harusnya bilang makasih.”“Hari ini aku bahagia,” ungkap Kaivan menghasilkan senyum Zhafira.“Besok-besok boleh jemput kamu ke kantor enggak?”“Enggak usah, Mas ... nanti Fira ngerepotin.” Zhafira menolak secara halus.“Masa sama pacar ngerepotin, enggak lah Fir ... tugas aku sebagai pacar justru harus anter jemput kamu ... ya udah, senin pagi aku jemput juga ya!”“Eeeh, jangan Mas ... Mas harus pagi-pagi banget dari rumah ... kasian, Fira enggak tega. Ya udah, pulangnya aja tapi jangan maksain ya Mas, Fira bisa pulang sendiri kok.”“Fir,” panggil Kaivan dengan sorot mata teduh.“Ya Mas?” Dengan cepat Zhafira menyahut.Mata mereka bersirobok, Zhafira menemukan kenyamanan dalam tatapan mata Kaivan.“Kamu kalau cantik ya cantik aja, enggak perlu baik, perhatian sama pengertian juga ... bikin repot perasaan aku aja.”Kaivan mengatakannya sambil memelas, terlihat nelangsa karena cintanya yang begitu besar kepada Zhafira.Zhafira menggigit bibirnya menahan senyum dengan pipi merona lalu menundukan pandangan agar memutus tatapan dengan pria yang perhari ini telah menjadi kekasihnya.“Mas, aku turun ya ... hati-hati pulangnya dan makasih buat hari ini.”Zhafira turun tanpa menunggu jawaban Kaivan dengan debaran jantung menggila.Besok Zhafira harus memeriksakan kondisi jantungnya ke dokter karena akhir-akhir ini sering tidak terkendali apalagi setiap kali berada di dekat Kaivan.Kaivan tertawa gemas melihat Zhafira yang salah tingkah.Pria itu lantas menyalakan mesin mobil dan membawanya keluar dari area parkiran kossan Zhafira.***“Bang, gue mau nikah.” Kaivan berucap demikian setelah menjatuhkan bokongnya di kursi yang berada tepat di depan meja kerja Arkana—sang Kakak ketiga.Kaivan adalah anak keempat. Kakak pertamanya Kama Gunadhya memiliki adik kembar perempuan bernama Kalila Gunadhya.Dari Kama dan Kalila hanya terpaut beberapa tahun lahir lah Arkana Gunadhya kemudian Kaivan dan si bungsu Kejora Gunadhya.Mengingat kakeknya pemilik kerajaan bisnis di Indonesia, Vietnam, Macau, Jerman hingga Hawai membuat keluarga mereka tidak tinggal di satu Negara yang sama.Di Indonesia hanya ada Kama, Arkana dan Kaivan, sementara kedua orang tuanya di Vietnam dan Kalila beserta Kejora di Jerman.Meski begitu kelakukan mereka bertiga di Indonesia tidak luput dari pantauan Kallandra Gunadhya sang kakek.Dan Kaivan lebih nyaman membicarakan apapun dengan Arkana.Bersama pria itu—Kaivan bisa menceritakan apapun tanpa khawatir mendapat judge.Tapi sayangnya, yang diajak bicara malah fokus dengan Macbook tanpa sedikitpun memberikan perhatian kepada Kaivan.“Bang!” panggil Kaivan lagi seraya menegakan tubuh.“Cewek yang lo posting di instastory kemarin?” Arkana bertanya tanpa mengalihkan tatapan dari layar Macbook sementara jemarinya sibuk menari di atas kumpulan angka dan huruf pada keyboard.“Yesss! Abang udah liat, cantik enggak?” Kaivan to the point bertanya.“Kalau maksud lo cantikan mana sama Imelda, menurut gue cantikan yang ini ... siapa namanya?”Meski fokusnya pada Macbook tapi luar biasanya Arkana masih bisa menanggapi dan membaca makna terselip dari pertanyaan Kaivan.Arkana jujur dengan jawabannya, Imelda adalah gadis blasteran Belanda sementara gadis yang bersama Kaivan weekend kemarin adalah gadis asli Indonesia.Kaivan menyukai gadis pribumi, itu kenapa ia begitu tergila-gila kepada Zara-istrinya.“Namanya Zhafira Malaika.” Kaivan menjawab.Arkana mengangkat pandangannya, kali ini fokus kepada sang adik yang ternyata sudah move on dari makhluk bernama Imelda Valencia yang sempat membuat adiknya itu down karena ditinggal satu bulan sebelum pesta pernikahan yang telah dirancang dengan sangat mewah dan megah dengan lebih dari tujuh puluh vendor.“Zhafira Malaika?” tanya Arkana mengulang.Kaivan mengangguk. “Sebentar lagi jadi Zhafira Malaika Gunadhya.” Pria itu tampak percaya diri.“Dia pegawai Bank, kan? Kaya Nenek Rena.” Tebakan Arkana itu membuat Kaivan terkejut.“Tau dari mana?” tanya Kaivan dramatis dengan tubuh condong ke depan.Kaivan tidak tau saja, setelah Zara-istrinya memperlihatkan postingan Kaivan di media sosial—Arkana langsung mencari tau siapa wanita yang sedang digilai sang adik dan Arkana tidak menemukan catatan buruk tentang Zhafira hanya saja nasib gadis itu kurang mujur karena harus menerima perceraian kedua orang tuanya dan hidup sendiri.“Tau aja,” balas Arkana malas-malasan.“Dia anak broken home, Bang ... tapi kata pak Wisnu temen main golf gue dan juga atasannya Zhafira—Zhafira anak baik, dia pekerja keras ....”Arkana manggut-manggut tidak mempermasalahkan asal usul Zhafira.“Gue mau nikahin dia bulan depan, Bang ....”Arkana kembali mendongak menatap sang adik. “Kenapa cepet-cepet? Udah enggak tahan lo?” sindir Arkana.“Takut dia berubah pikiran, entar kaya Imelda.” Kaivan melirih bersamaan dengan punggungnya yang menempel pada sandaran kursi.Arkana tergelak mendengar keluhan sang adik. “Lo emang salah pilih cewek aja, lagian setelah tau lo putus nyambung sama si Imelda itu gue udah enggak yakin sama hubungan kalian ... kalau kalian memang benar saling mencintai, kenapa harus putus nyambung?”Kaivan berdecak. “Udah lah, Bang ... jangan ngomongin dia ... males gue.”Perut Kaivan mulas setiap kali mengingat hubungannya dengan Imelda, apalagi ketika gadis itu memutuskan tali cinta mereka begitu saja secara sepihak, satu bulan sebelum mereka menikah.Bayangkan saja, bagaimana Kaivan harus menghadapi keluarga besar, teman dan para kliennya?Kaivan merasa dirinya pecundang waktu itu.“Oke ... tapi gue harap Zhafira bukan pelarian ya, karena dalam keluarga kita enggak ada istilah kawin cerai ... lo enggak bisa ceraikan Zhafira dengan alasan enggak cocok nantinya.”Ternyata bukan hanya Gerry saja yang tidak yakin dengan keputusannya, Arkana juga menganggap jika ia hanya main-main dengan perasaannya kepada Zhafira.Tapi lihat saja, Kaivan akan membuktikannya.Kaivan langsung bangkit dari kursi. “Siap, Bang! Enggak akan Bang, gue udah jatuh cinta mentok sementok mentoknya sama Zhafira,” ucapnya dengan lantang layaknya seorang prajurit.“Gue balik dulu, Bang!” pamit Kaivan lantas keluar dari ruangan Arkana.Arkana menatap pintu yang baru saja ditutup oleh Kaivan.Sesungguhnya Arkana ragu karena mengetahui karakter Kaivan yang masih labil dalam hal urusan hati, buktinya Kaivan sering kali putus nyambung dengan Imelda.Tapi jika Kaivan mengatakan ingin menikahi Zhafira dan yakin akan perasaannya maka Arkana akan mendukung, apapun demi kebahagiaan Kaivan.Seriusan lo pacaran sama salah satu cowok Gunadhya?” Nova begitu antusias bertanya kepada sahabatnya yang tengah menjadi bahan gosip karena seorang Taipan tampan Negri ini memposting fotonya bersama Zhafira dengan caption ‘My Boo’.Zhafira mengembuskan napasnya, bersandar punggung pada kursi di meja pantry.Sudah Zhafira duga jika berita tersebut akan cepat tersebar karena terpaksa ia memposting ulang story Kaivan untuk menghargai pria itu.Keduanya sedang meracik kopi untuk menambah semangat memulai hari.“Harusnya kemarin itu kamu aja yang ketemu pak Kaivan di kantornya.” Bukannya senang, Zhafira malah tampak terbebani.Siapa yang tidak jika ia masih belum yakin juga dengan niat Kaivan yang ingin menjadikannya seorang istri.Zhafira tidak ingin berujung sakit hati.“Kalau gue yang datang ketemu pak Kaivan, nanti jodoh kalian tersesat.” Nova berkelakar.“Morning galz ....” Bella masuk dengan raut wajah ceria seperti biasa.“Kalian liat enggak ken
Tepat pukul empat sore ketika jam kerja telah selesai, pintu depan kantor Zhafira dibuka lebar oleh dua orang security di kiri dan kanannya.Seisi kantor geger karena Kaivan datang bersama beberapa orang pria.Yang satu membawa satu buket bunga, yang satunya lagi sedang menabur kelopak bunga mawar di sekeling tempat Kaivan berdiri.Dan ada satu pria membawa kamera film sepertinya mereka akan melakukan syuting.Pak Wisnu keluar dari ruangannya, bibir pria itu tersenyum melihat Kaivan karena Kaivan sudah meminta ijin kepada beliau.Sedangkan para karyawan yang lain tampak melongo bingung termasuk Bella dan Nova.Saat itu Zhafira sedang berada di pantry untuk membuat kopi.“Bu Fira, sebaiknya Bu Fira ke Banking Hall sekarang,” kata pak Wawan-sang OB.“Ada apa memang, Pak? Ada nasabah yang marah-marah lagi?” tebak Zhafira asal seraya mengaduk kopinya.“Bukan ... duh, itu ... aduh, Bu ... mending Ibu liat sendiri.” Pak Waw
Hari jum’at sore Kaivan dan Zhafira bertolak ke Surabaya, mereka menggunakan pesawat komersil dan tiba di Bandara tepat waktu. “Fir, kita langsung ke hotel ya ... ayah sama bunda udah sampe di hotel, nanti kamu mandi dulu trus kita makan malam bareng mereka sekaligus aku kenalin kamu sama mereka.” Kaivan membacakan jadwal acara mereka malam ini dan mendengar ayah bunda disebut membuat Zhafira gugup. “Kalau mereka enggak suka Fira gimana, Mas?” Zhafira bertanya pelan seiring langkahnya terseok menyamakan langkah Kaivan. “Mereka suka sama kamu, kok ... buktinya mereka enggak menolak waktu aku minta waktu mereka datang ke Surabaya untuk meminta restu papa kamu.” Kaivan meraih tangan Zhafira kemudian menggenggamnya erat. “Jangan over thinking lagi ya, sejauh ini jalan kita mulus ... tinggal kita lalui aja,” ujar Kaivan menenangkan. Meski sebenarnya hati Zhafira masih saja gundah, banyak yang Zhafira cema
Narendra dan Aura sudah menikahkan empat anaknya, jadi mereka sudah terbiasa memperlakukan besannya dengan baik. Seperti saat ini, walau semestinya papa dari Zhafira yang menjamu calon menantu dan calon besan tapi malah Narendra dan Aura yang memfasilitasi pertemuan tersebut. Bagi mereka tidak masalah siapa yang harus menjamu, yang terpenting adalah anaknya bisa hidup bahagia dengan gadis yang dicintai. Sebuah resto mewah di hotel tersebut menjadi pilihan Aura bertemu calon besan. Herry-papanya Zhafira datang tepat waktu bersama istri dan kedua anaknya yang masih kecil-kecil. Narendra dan Aura menyambut kedatangan calon besan dengan sangat ramah dan tangan terbuka. “Saya Narendra dan ini istri saya Aura,” kata Narendra memperkenalkan diri lebih dulu. “Saya Herry dan ini Arum istri saya lalu dua anak saya Zivanya dan Zahra.” Gantian Herry memperkenalkan diri. Keduanya saling berjabat tanga
“Kamu baik-baik aja?” Kaivan bertanya karena ia lihat Zhafira menjadi sangat pendiam semenjak mengantar kedua orang tuanya hingga lobby.Zhafira menganggukan kepala sambil memaksakan senyum.Tapi Kaivan tau jika ada yang sesuatu yang mengganjal di hati dan benak Zhafira.Kaivan membuka pintu kamar suitenya, seperti di Surabaya—ia juga mencari hotel yang memiliki kamar suite atau Familly room yang memiliki dua kamar agar bisa selalu dekat dengan Zhafira meski pada kenyataannya Zhafira lebih suka mengurung diri di kamar.Mereka bermaksud membawa koper sebelum meninggalkan hotel untuk kembali ke Jakarta yang akan dilakukan melalui perjalanan darat karena sang driver beserta mobil dikabarkan sudah standby di parkiran.“Fir,” panggil Kaivan membuat langkah Zhafira yang hendak masuk ke dalam kamar terhenti.Kaivan mendekat menyusul Zhafira dan ketika Zhafira berbalik ia mendapati Kaivan begitu dekat hingga saat mendongak, hembusan napas Kaivan l
Hampir setiap hari Zhafira dijemput Kaivan dari kantor.Seperti malam ini, Kaivan mengatakan hendak membawa Zhafira makan malam tapi bukan disebuah resto melainkan di rumah kakek dan nenek dari pihak bundanya.Monica-sang nenek dan Edward-kakek dari pihak Bundanya meminta Kaivan membawa Zhafira untuk makan malam di rumah mereka.“Ya ampun, ada bidadari Mi ... itu bidadari ‘kan Mi!” Edward berseru saat melihat seorang gadis cantik masuk ke dalam rumahnya digandeng oleh Kaivan.Bibir Monica mencebik disertai delikan tajam membunuh.“Grandpa ... Grandma, kenalin ... ini Fira, calon istri Kai.”Untuk yang kedua kalinya Zhafira merasa kesal karena Kai tidak mengatakan apapun tentang acara makan malam bersama keluarga.Zhafira tidak memiliki waktu mempersiapkan dirinya bertemu mereka.Ingin memprotes pun percuma karena ia dan Kaivan sudah berada di sini.“Ini sih seleraku,” celetuk Edward mengikuti slogan seb
Pagi ini Zhafira tidur dengan nyenyak setelah tadi malam berkumpul dengan para ipar dan kerabat suaminya. Mereka membuat bridal shower untuk Zhafira dan dari sana Zhafira yakin jika keluarga suaminya memang baik dan menerimanya dengan terbuka meski ia bukan dari keluarga Konglomerat seperti mereka. Kaivan juga sudah berjuang sejauh ini, rasanya tidak adil jika Zhafira menyerah hanya khawatir dengan prasangka maupun judge yang mungkin diberikan salah satu keluarga Kaivan. Zhafira menatap dirinya di cermin, pakaian adat berbahan brukat telah membalut tubuhnya dengan sempurna ditambah mahkota ciri khas tanah kelahirannya bertengger di kepala begitu mewah dengan butiran batu kristal. Rangkaian bunga melati tersampir di pundaknya menjadi ciri khas pengantin adat Sunda. Bibir Zhafira tersenyum tipis, puas dengan maha karya MUA dari tim wedding organizer. Kaivan memang tidak main-main ketika mengatakan ingin menikah se
Narendra dan Aura sudah lima kali menikahkan anak mereka dan setiap pernikahan pasti selalu tersimpan cerita. Aura menggenggam tangan suaminya. “Tugas kita selesai, Yah.” Narendra menoleh kemudian sedikit membungkuk untuk mengecup kening sang istri yang di matanya selalu cantik tidak pernah menua. “Iya ... semoga anak-anak kita bahagia seperti yang kita rasakan.” Aura mengangguk mengaminkan kemudian mengembalikan tatapan pada Kaivan dan Zhafira yang tengah berbahagia. “Makasih sayang,” ucap Kaivan setelah menurunkan Zhafira. Rasa syukur tidak berhenti hatinya bisikan untuk sang pencipta karena telah dipertemukan dengan Zhafira. Tuhan mengirim Zhafira untuknya, gadis cantik-sederhana-polos dan lugu yang belum terjamah pria manapun. *** Zhafira sudah berganti pakaian dengan gaun pengantin rancangan desiner ternama dunia. Ia diperkenalkan dengan kakak perempuan dan ad