Home / Romansa / Nikah Non Exclusive / Keturunan Terakhir Konglomerat

Share

Nikah Non Exclusive
Nikah Non Exclusive
Author: Nunraqila

Keturunan Terakhir Konglomerat

Author: Nunraqila
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Kau harus menikah dan segera mendapatkan keturunan, nenek ini sudah tua! Kau menunggu apa lagi?"

Seorang wanita baya menatap tajam ke arah sang cucu yang masih dengan santainya duduk seraya acuh tak acuh. Pria yang usianya sudah cukup matang untuk mengarungi bahtera pernikahan itu, seolah enggan menanggapi ocehan sang nenek yang menjadi pelindungnya semenjak dia kehilangan kedua orang tua.

"Ha ha ha ha ...." Alih-alih menjawab, pria muda itu justru tertawa dengan nada yang menggelikan.

"Tan!" sentak si nenek dengan wajah yang mulai memerah.

"Tenanglah, Nyonya Wang, diriku masih muda, masih memiliki banyak waktu untuk itu, haha ... hahaha ...." dalihnya seraya tertawa lagi.

Lantas, Tan mengerlingkan sebelah mata untuk menggoda neneknya. Wang benar-benar dibuat kesal, setiap kali Tan diingatkan tentang pernikahan selalu saja berakhir sama. Pria muda yang masih menjadi keturunan terakhir keluarga Kim ini memang sangat sulit diatur.

"Hei, anak muda, bukankah kau tahu sendiri mereka akan mencari celah dan mencari kelemahan untuk menyingkirkanmu dari posisi presdir di perusahaan K company?" Wang berusaha mengingatkan cucunya dengan para petinggi yang kapan saja bisa merebut posisinya.

"Ha ha ha ... ha ha ha ...." Setelah tawa renyah itu kembali terlontar tatapan Tan berubah menjadi tak tentu arah.

"Berhentilah tertawa, anak nakal!" bentak Wang.

Bola mata Tan berputar, lantas menatap Wang lekat. Kini, kedua pasang mata itu bertumpu dalam fokus yang sama. Cukup lama dia bertahan dengan hal itu.

"Hm hm hm, ha ha ha ...." Tawa itu kembali memecah kesunyian.

Wang sudah tidak tahan lagi dengan kelakuan cucunya, pria muda yang tak pernah mendengarkan perkataannya dan begitu bebal itu. Sejurus kemudian Wang meraih bantal yang ada di sofa. Dia mencoba mengarahkan itu ke Tan dan berniat melemparkannya.

"Sekertaris Sham, kabuuur!" teriak Tan seraya beringsut dari duduk dan lari meninggalkan sang nenek.

Pria berkacamata yang selalu setia mendampinginya pun lantas ikut lari terbirit, dia tidak ingin menjadi sasaran kekesalan Wang.

"Kim Tan, jangan lupakan pertemuan keluarga besok! Awas saja jika kau mangkir lagi!" kecam Wang, seraya melemparkan bantal tadi.

Akhirnya kedua pria itu pun selamat dari amukan Wang. Hal ini bukan pertama kali terjadi, tetapi setiap tahun berganti pasti saja drama yang sama terulang. Tan masih saja tertawa renyah yang terdengar mengerikan itu. Dia melambatkan ritme langkahnya setelah sampai di halaman rumah.

Sham yang menyusul Tan hampir kehabisan napasnya, seraya terengah-engah, dia pun bertanya, "Presdir, bagaimana ini?"

"Astaga, sudahlah jangan ikut-ikutan cerewet seperti Nyonya Wang!" sahut Tan, seraya menoleh ke arah Sham.

"Tapi tetap saja kolega dan kerabat pasti sibuk untuk mencari tahu tentang pernikahanmu," jawab Sham.

"Biarkan saja mereka," tepis Tan dengan entengnya.

"Mereka akan berusaha membuat alasan dan menyingkirkanmu, bagaimana kau bisa setenang itu? Presdiiir." Sham merengek seraya menghentakkan kaki.

Seperti biasa Tan hanya menimpalinya dengan tawa renyah. Kemudian melanjutkan langkah untuk menuju kantor.

"Aish," desis Sham, kemudian tanpa pikir lagi dia menyusul sang majikan.

Begitulah kisah Tan si keturunan terakhir dari keluarga Kim yang digadang-gadang sebagai keluarga terkaya pemilik perusahan terbesar di Jakarta untuk saat ini. K company memang menjadi raja dan memimpin dalam bursa laba untuk beberapa tahun terakhir.

Terlebih lagi dengan hadirnya Tan sebagai presiden direktur atau yang lebih dikenal sebagai CEO, dia datang membawa perubahan yang signifikan dan udara segar, hingga membuat K Company semakin melejit.

***

Suasana di kantor cukup ricuh dan ramai, para staf masih bercengkerama dengan rekan kerja membahas hal di luar pekerjaan. Terkecuali gadis berparas manis yang mengenakan jas laboratorium di meja pojok, dia begitu saksama membaca sebuah dokumen tentang produk-produk baru yang akan dirilis perusahaannya.

Dia tak terganggu sedikit pun dengan kericuhan yang terjadi di dalam ruangan tersebut.

“Eh, eh, katanya presdir datang loh hari ini.” Seorang rekan mencoba mengganggu konsentrasinya.

“Katanya dia sangat tampan,” ucapnya lagi.

Gadis itu masih bergeming, tak terusik sedikit pun. Memang begitulah dia, saat otaknya bekerja, tak ada yang mampu membuyarkan konsentrasinya, sekalipun ledakan bom molotop di sampingnya.

“Iih, Amy, gak asyik, ih!” keluh si rekan, yang menyadari diri tak diacuhkan.

“Ini jam kerja, Nanda. Kita harus profesional," sahutnya dengan tatapan masih fokus pada berkas di meja.

Nanda berkomat-kamit mengikuti gerakan bibir yang Amy ucapkan. Dia hafal betul apa yang akan Amy katakan untuk menjawab keluhannya.

Beberapa saat kemudian presdir yang sangat ricuh dibicarakan pun datang, pria bertubuh proposional itu melangkah tegap beriringan dengan sekertaris pribadinya yang sama-sama pria tampan.

Suasana yang tadinya ricuh tak terkendali kini berganti menjadi sambutan dan sapaan, mulai pintu masuk sampai menuju ruangan kerjanya silih berganti terdengar. Hanya senyum simpul yang diberikan Tan pada pegawainya sebagai jawaban dari sapaan dan sambutan tersebut.

Dua pria bersetelan senada itu sampai di ruangannya dan segera mengadakan rapat rutin bersama para manajer yang diadakan setiap bulan. Pria berahang tegas itu dengan cekatan memeriksa dokumen-dokumen yang dilaporkan, serta dengan cerdik menemukan kecurangan, meski sekecil apa pun.

“Sekertaris Sham!” panggilnya setelah dia melingkari sebuah dokumen yang dirasa ada sebuah kejanggalan.

“Ya, Presdir!” jawab Sham seraya menghampiri Tan.

“Panggil orang yang mengurusi perikalanan, di sini tercatat biaya iklan begitu membengkak, tapi artis yang dikontrak tidak cukup terkenal, ini kecurangan, tidak bisa dibiarkan!” jelasnya panjang lebar.

Padahal itu masih dalam suasana rapat, dia tidak segan untuk segera memberi sangsi pada mereka yang mencoba mencari keuntungan untuk kepentingan pribadi.

“Baik, Presdir!” jawab Sham dengan patuh.

Dengan cepat Sham memeriksa data dan menemukan orang yang dicari Tan.

“Yang Presdir cari ternyata, Pak Haris, beliau masih kerabat Anda, Pak!” jawab Sham.

“Baiklah, semuanya boleh bubar, rapat selesai,” tukas Tan.

Sejurus kemudian dia bangkit dari duduk dan menyiapkan selembar kertas yang dimasukan ke amplop, lantas dia menyimpannya pada saku jas yang dikenakan.

“Sekertaris Sham, jika ada jadwal yang bisa kau handle, pergi saja, jika memang harus aku yang pergi ubah jadwalnya, aku harus pergi ke suatu tempat!” titah Tan pada Sham sebelum dia berlalu meninggalkan ruangannya.

“Baik, Presdir!” Sham begitu patuh.

Tak banyak bicara, pria berkacamata itu tahu pasti akan ada drama yang terjadi di antara para kolega itu. Namun, tugasnya hanyalah mematuhi perintah Tan. Pria yang sebaya dengannya itu.

“Bisa-bisanya dia mau mengambil keuntungan dari perusahaan Nyonya Wang,” gerutu Tan seraya berjalan tegap menuju parkiran.

Lantas, dia menekan tombol yang menjadi gantungan kunci mobil. Sejurus kemudian sedan hitam menyala dan bersuara, Tan pun gegas menaikinya kemudian menginjak pedal gas dan melaju ke tempat yang dituju.

***

Sesampainya di sebuah gedung yang digunakan untuk bermain biliar, Tan bertemu dengan seorang pria paruh baya. Seraya tertawa renyah yang menjadi ciri khasnya dia pun menghampiri pria tua yang didampingi dua gadis cantik nan seksi itu.

“Enak sekali kau bermain dengan uangku,” sarkas Tan dengan wajah yang sulit dideskripsikan.

“Presdir ....” Pria tua itu gelagapan, dia tidak menyangka Tan bisa menemukannya.

Seketika pria itu menghampiri dan berusaha meminta maaf pada Tan.

“Anda sudah kembali dari Jepang?” tanya pria itu sekadar basa-basi.

“Hahaha hahahah!” Alih-alih menjawab, Tan justru tertawa.

Entah apa yang dia tertawakan, setiap merasa tertekan, emosi, dan ketakutan. Dia selalu melontarkan tawa renyah, tetapi terdengar begitu menyakitkan.

“Mulai besok, kau beristirahat saja dan bermain sepuasnya, ajak juga mereka tidur, jika cacingmu itu masih bisa berdiri,” ujar Tan seraya menunjuk pada dua gadis yang sedari tadi menemani pria itu.

Pria itu terkejut untuk kedua kalinya, dia tidak habis pikir jika Tan akan berbuat seperti itu.

“Apa? Kau keterlaluan dan tidak punya sopan santun!” tolak pria itu.

“Dengar Haris, seorang pekerja itu harus profesional sekalipun kita kolega. Perusahaan tidak membutuhkan pekerja yang hadir untuk mengisi absensi, tapi membutuhkan mereka yang produktif dengan otak dan tenaganya,” tutur Tan dengan begitu tegas.

“Anak muda sepertimu tahu apa tentang bisnis? Huh! Berani-beraninya kau—”

“Aku memang tidak tahu bagaimana cara memperkaya diriku dengan berbisnis dengan perusahaan sendiri, tapi aku tahu bagaimana cara menjadikan K Company menjadi perusahaan raksasa di sini, salah satunya dengan membuang batang yang busuk, seperti kau!” sarkas Tan dengan tatapan penuh dengan kekesalan.

“Kurang ajar!” sergah Haris masih tidak terima.

Tan tersenyum lebar, sejurus kemudian dia tertawa kembali. Lantas, Tan mengeluarkan amplop dari saku jasnya, lalu melemparnya ke arah Haris.

“Selamat berlibur panjang,” ucap Tan lantas dia pergi meninggalkan Haris yang masih termangu.

Related chapters

  • Nikah Non Exclusive    Rapat Kolega

    Hari ini tepat di mana rapat kolega yang dibahas Wang sebelumnya akan dilaksanakan. Setahun sekali akan ada acara, yang bertujuan untuk mengevaluasi kinerja masing-masing, sebab perusahaan yang didirikan bersama itu, cukup rentan untuk menjadi rebutan.Setelah pemecatan sepihak yang dilakukan Tan. Membuat para kolega yang memiliki saham di perusahaan tersebut, mengalami kericuhan. Terlebih lagi Tan yang tak kunjung datang, membuat Wang tak tahu harus menyembunyikan muka, di mana lagi.Sebuah ruang mewah di sebuah resort yang sengaja disewa untuk rapat itu, menjadi saksi bagaimana terpojoknya wanita baya itu—karena kelakuan sang cucu.“Dasar anak kurang ajar!” gerutu Wang.Tan memang pria yang menjengkelkan, tetapi kepiawaiannya dalam mengurus perusahaan tak perlu diragukan. Namun, terkadang hal tersebut tertutupi dengan sikapnya yang arogan dan terkesan tak peduli itu, membuat para kolega khawatir akan kehilangan jabatan masing-masing, seperti apa yang telah dilakukan Tan pada Haris.

    Last Updated : 2024-10-29
  • Nikah Non Exclusive    Insiden Dengan Gadis Culun

    “Ibu, apa kau sibuk akhir pekan ini?”Di sebuah kamar berukuran empat kali lima meter itu, Amy merebahkan diri sekadar untuk melepaskan penat. Benda pipih canggih melekat di antara daun telinga yang diapit jemari lentiknya.“Tentu saja, warung akan ramai di akhir pekan!” sahut seorang yang dipanggilnya ibu dari seberang telepon.“Ah, kukira kau bisa berlibur denganku, ke Bali,” ucapnya berharap sang ibu mengubah keputusan.“Ah, ibu tidak ada waktu untuk itu, kau pergi saja sana. Liburan bagus untuk anak muda sepertimu!””Begini, Bu—”“Sudah dulu, ya, ibu sibuk dan harus melayani pelanggan,” pungkas sang ibu sebelum Amy berhasil menjelaskan semuanya.Amy mendengkus, diembuskannya napas perlahan dan tidak beraturan. Bibirnya mengerucut dan benar-benar frustrasi. Siapa yang akan menemaninya nanti. Dia pun tak mungkin datang tanpa membawa seorang teman.Sembari meluruhkan lelah, Amy berselancar di media sosial berlogo F. Dia mengecek list pertemanan yang tak banyak itu. Masih berusaha unt

    Last Updated : 2024-10-29
  • Nikah Non Exclusive    Kutukan Terindah

    Setelah terpaku beberapa saat pasca menyaksikan kejadian di luar dugaannya. Amy, terkesiap dan tersadar. Rasa sakit pada pergelangan kaki seakan tak ada apa-apanya dibandingkan dengan sakit luar biasa mendapati pemandangan menyakitkan itu. Hatinya bagai teriris. Perih dan menyesakkan.Sementara Sakha yang kepalang tanggung dengan aktivitasnya memilih tak mengindahkan gadis culun, yang membawanya ke sana. Ternyata pria itu hanya menumpang pada tiket gratis yang ditawarkan Amy, dia punya rencana tersendiri di balik itu semua.“Lanjutkan sayang ...," desahnya pada gadis yang saat ini begitu liar menjamah seluruh tubuhnya.Gadis cantik yang melayaninya dengan penuh semangat tersebut semakin menaikan permainan tatkala pria yang terkujur di atas kasur itu memintanya. Terus dan terus memohon dilayani bagai seorang seorang raja. Padahal, jika mengingat perbuatannya terhadap gadis lugu yang membawanya ke sana, dia hanya seonggok sampah yang licik, sehingga pandai memanfaatkan situasi.Amy mer

    Last Updated : 2024-10-29
  • Nikah Non Exclusive    Gadis Culun, Si Kekasih Pengganti

    Acara berlangsung begitu meriah. Pada akhirnya Tan dan Amy selesai melakukan acara pertunangan atau lamaran yang disebutkan. Hal ini justru bagai mimpi bagi Amy. Sorak ramai begitu seru terdengar dari para audien yang hadir.“Bagaimana ini?" gumam Amy seraya menatap nanar ke arah orang-orang yang berdiri di depan sana.“Oi, kau harus terus melanjutkan ini, bertahanlah sebentar lagi!" ucap Tan mencoba menyadarkan stafnya itu.Tan juga merasakan hal yang sama, dia pun merasa hal ini bagai mimpi. Entah mimpi indah atau mimpi buruk, Tan tidak bisa memutuskan. Hanya saja, untuk saat ini dia bisa selamat dari amukan Wang dan para kolega, berkat Amy. Meski dalam hatinya masih mengharapkan Sara yang berada di sana bersamanya.Kaki Amy semakin terasa sakit, tetapi dia tetap berusaha berdiri di samping Tan dan tak mengacuhkan keadaannya sendiri. Berkali-kali gadis itu meringis kesakitan, bahkan keringat dingin mulai timbul di pelipis dan dahinya.Tan merasakan ada gerak-gerik aneh dari gadis di

    Last Updated : 2024-10-29
  • Nikah Non Exclusive    Manusia Sampah

    Tim kesehatan yang membawa ambulans, menggeleng saat mendapati Amy hanya keseleo. Namun, bisa-bisanya pria kaya itu memanggil mereka seolah ada kasus darurat saja. Amy lagi-lagi tersenyum kikuk. Dia tidak tahu harus bersikap seperti apa.Kaki Amy berhasil dikompres dan dibalut oleh petugas kesehatan itu. Sebagai permintaan maaf dan ucapan terima kasih Sham memberikan uang lebih kepada mereka, dan mengakhiri tugas para pelayan masyarakat tersebut.Amy masih terduduk di kursi yang berada di depan hotel. Dia menelisik pergelangan kakinya yang sudah diobati itu.“Kau tidur di kamar berapa? Biar kuantar ke sana," tawar Tan. “Di, anu, eum. Biar aku sendiri saja,” racaunya. Amy tak tahu harus menjawab apa.“Kakimu sakit, Gacul, lagi pula ini salahku, aku yang menabrakmu tadi,” sesal Tan.“Tidak, tidak apa-apa, aku baik-baik saja,” elak Amy, dia tak ingin bosnya tahu apa yang sebenarnya terjadi.“Ini perintah, di mana kamarmu, biar kuantar,” sentak Tan sudah tak sabar.“Kalau tidak salah kam

    Last Updated : 2024-10-29
  • Nikah Non Exclusive    Teman

    “Sekarang apa rencanamu?” Setelah mendapatkan insiden tak mengenakan itu, Tan tidak tega meninggalkan Amy sendirian. Pria tampan itu memilih menemani Amy, keduanya duduk di taman seraya menikmati udara malam.“Oey, Gacul, apa rencanamu?" tanya Tan sekali lagi.“Saya ingin pulang, Tuan,” ucapnya.“Berhenti memanggilku tuan, anggap saja aku ini temanmu, aku juga akan melakukan hal sama," seloroh Tan.“Kau memang sudah melakukan hal itu sejak lama,” sahut Amy.“Ah, kau benar, aku sudah lebih dulu melakukannya,” jawab Tan terkekeh kemudian tertawa lepas.”Berhentilah tertawa, itu terdengar mengerikan!" protes Amy.“Gacul, boleh aku bertanya? Aku penasaran akan satu hal," ujar Tan sembari menatap ke arah Amy yang sedang asyik mengayun-ayun kakinya.“Apa itu?” “Kenapa kau tidak marah dan memaki pria yang sudah menjahatimu? Kau tidak sakit hati?” selidik Tan.“Mengapa Tuan peduli?” Amy balik bertanya, kemudian membalas tatapan Tan.“Aku hanya penasaran saja,” sahut Tan, lantas berpaling da

    Last Updated : 2024-10-29
  • Nikah Non Exclusive    Cinta Yang Membuat Luka

    Luka“Sara ....“Tan meracau setengah sadar. Lengan kekarnya memeluk erat tubuh langsing yang berbaring di sampingnya itu. Sementara Amy yang sudah terlelap tidur tak menyadari hal tersebut. Dia sudah berada di alam mimpi sejak tadi.Tan mengendus aroma tubuh Amy—yang sebelum tidur sudah membersihkan diri terlebih dulu. Wangi buah delima yang menyita indera penghidu Tan, seakan menghipnotisnya untuk terus tenggelam dan mendekap erat tubuh gadis itu.“Kau begitu wangi, aku tidak tahan,” desis Tan seraya terus menciumi leher hingga tengkuk Amy.Amy sempat merasa tidak nyaman, dia berubah posisi, yang tadinya telentang menjadi membelakangi Tan. Dengan tingkat kesadaran yang tak maksimal, Tan mengikuti pergerakan Amy. Dia membenarkan selimut, menutupi tubuhnya dan tubuh Amy.“Sara, maukah kau menjadi milikku?" gumam Tan.Lagi, lengan kekarnya memeluk erat tubuh Amy. Lantas, mengembalikan posisi tubuh Amy menjadi telentang. Sejurus kemudian, Tan membuka piyama yang dikenakannya. Tangannya

    Last Updated : 2024-10-29
  • Nikah Non Exclusive    Saling Menyalahkan

    Dengan ragu, Tan mencoba menoleh ke belakang. Tanpa dia duga, suara itu ternyata dengkuran dari gadis yang dicarinya.“Astaga, kukira tadi itu suara macan," oceh Tan seraya mengusap dadanya.Lantas, dia berbalik arah dan menghampiri Amy yang masih tertidur. Posisi Amy layaknya posisi bayi dalam rahim, sepertinya dia sangat kedinginan. Sebab, tubuh mulus gadis itu hanya dibaluti piyama tipis yang berpadu dengan celana pendek saja.Tan terenyuh, dia hendak mengambil selimut untuk Amy. Ada rasa sesal yang mengusik hatinya, perilaku bodohnya sudah menggangu Amy, sampai-sampai gadis berkacamata besar itu harus menderita karenanya.”Dasar bodoh kau, Tan!" rutuknya, seraya mengacak rambut dengan gemas.Tak lama kemudian Tan kembali dengan selimut yang dibawa. Dengan lembut dia menyelimuti tubuh mungil Amy. Dia berusaha tak mengusik tidur gadis tersebut. Sejurus kemudian, netranya tiba-tiba tersita oleh wajah polos itu. Entah apa yang terjadi, tetapi saat Tan memandang wajah lembut Amy. Bibi

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Nikah Non Exclusive    Saling Menyalahkan

    Dengan ragu, Tan mencoba menoleh ke belakang. Tanpa dia duga, suara itu ternyata dengkuran dari gadis yang dicarinya.“Astaga, kukira tadi itu suara macan," oceh Tan seraya mengusap dadanya.Lantas, dia berbalik arah dan menghampiri Amy yang masih tertidur. Posisi Amy layaknya posisi bayi dalam rahim, sepertinya dia sangat kedinginan. Sebab, tubuh mulus gadis itu hanya dibaluti piyama tipis yang berpadu dengan celana pendek saja.Tan terenyuh, dia hendak mengambil selimut untuk Amy. Ada rasa sesal yang mengusik hatinya, perilaku bodohnya sudah menggangu Amy, sampai-sampai gadis berkacamata besar itu harus menderita karenanya.”Dasar bodoh kau, Tan!" rutuknya, seraya mengacak rambut dengan gemas.Tak lama kemudian Tan kembali dengan selimut yang dibawa. Dengan lembut dia menyelimuti tubuh mungil Amy. Dia berusaha tak mengusik tidur gadis tersebut. Sejurus kemudian, netranya tiba-tiba tersita oleh wajah polos itu. Entah apa yang terjadi, tetapi saat Tan memandang wajah lembut Amy. Bibi

  • Nikah Non Exclusive    Cinta Yang Membuat Luka

    Luka“Sara ....“Tan meracau setengah sadar. Lengan kekarnya memeluk erat tubuh langsing yang berbaring di sampingnya itu. Sementara Amy yang sudah terlelap tidur tak menyadari hal tersebut. Dia sudah berada di alam mimpi sejak tadi.Tan mengendus aroma tubuh Amy—yang sebelum tidur sudah membersihkan diri terlebih dulu. Wangi buah delima yang menyita indera penghidu Tan, seakan menghipnotisnya untuk terus tenggelam dan mendekap erat tubuh gadis itu.“Kau begitu wangi, aku tidak tahan,” desis Tan seraya terus menciumi leher hingga tengkuk Amy.Amy sempat merasa tidak nyaman, dia berubah posisi, yang tadinya telentang menjadi membelakangi Tan. Dengan tingkat kesadaran yang tak maksimal, Tan mengikuti pergerakan Amy. Dia membenarkan selimut, menutupi tubuhnya dan tubuh Amy.“Sara, maukah kau menjadi milikku?" gumam Tan.Lagi, lengan kekarnya memeluk erat tubuh Amy. Lantas, mengembalikan posisi tubuh Amy menjadi telentang. Sejurus kemudian, Tan membuka piyama yang dikenakannya. Tangannya

  • Nikah Non Exclusive    Teman

    “Sekarang apa rencanamu?” Setelah mendapatkan insiden tak mengenakan itu, Tan tidak tega meninggalkan Amy sendirian. Pria tampan itu memilih menemani Amy, keduanya duduk di taman seraya menikmati udara malam.“Oey, Gacul, apa rencanamu?" tanya Tan sekali lagi.“Saya ingin pulang, Tuan,” ucapnya.“Berhenti memanggilku tuan, anggap saja aku ini temanmu, aku juga akan melakukan hal sama," seloroh Tan.“Kau memang sudah melakukan hal itu sejak lama,” sahut Amy.“Ah, kau benar, aku sudah lebih dulu melakukannya,” jawab Tan terkekeh kemudian tertawa lepas.”Berhentilah tertawa, itu terdengar mengerikan!" protes Amy.“Gacul, boleh aku bertanya? Aku penasaran akan satu hal," ujar Tan sembari menatap ke arah Amy yang sedang asyik mengayun-ayun kakinya.“Apa itu?” “Kenapa kau tidak marah dan memaki pria yang sudah menjahatimu? Kau tidak sakit hati?” selidik Tan.“Mengapa Tuan peduli?” Amy balik bertanya, kemudian membalas tatapan Tan.“Aku hanya penasaran saja,” sahut Tan, lantas berpaling da

  • Nikah Non Exclusive    Manusia Sampah

    Tim kesehatan yang membawa ambulans, menggeleng saat mendapati Amy hanya keseleo. Namun, bisa-bisanya pria kaya itu memanggil mereka seolah ada kasus darurat saja. Amy lagi-lagi tersenyum kikuk. Dia tidak tahu harus bersikap seperti apa.Kaki Amy berhasil dikompres dan dibalut oleh petugas kesehatan itu. Sebagai permintaan maaf dan ucapan terima kasih Sham memberikan uang lebih kepada mereka, dan mengakhiri tugas para pelayan masyarakat tersebut.Amy masih terduduk di kursi yang berada di depan hotel. Dia menelisik pergelangan kakinya yang sudah diobati itu.“Kau tidur di kamar berapa? Biar kuantar ke sana," tawar Tan. “Di, anu, eum. Biar aku sendiri saja,” racaunya. Amy tak tahu harus menjawab apa.“Kakimu sakit, Gacul, lagi pula ini salahku, aku yang menabrakmu tadi,” sesal Tan.“Tidak, tidak apa-apa, aku baik-baik saja,” elak Amy, dia tak ingin bosnya tahu apa yang sebenarnya terjadi.“Ini perintah, di mana kamarmu, biar kuantar,” sentak Tan sudah tak sabar.“Kalau tidak salah kam

  • Nikah Non Exclusive    Gadis Culun, Si Kekasih Pengganti

    Acara berlangsung begitu meriah. Pada akhirnya Tan dan Amy selesai melakukan acara pertunangan atau lamaran yang disebutkan. Hal ini justru bagai mimpi bagi Amy. Sorak ramai begitu seru terdengar dari para audien yang hadir.“Bagaimana ini?" gumam Amy seraya menatap nanar ke arah orang-orang yang berdiri di depan sana.“Oi, kau harus terus melanjutkan ini, bertahanlah sebentar lagi!" ucap Tan mencoba menyadarkan stafnya itu.Tan juga merasakan hal yang sama, dia pun merasa hal ini bagai mimpi. Entah mimpi indah atau mimpi buruk, Tan tidak bisa memutuskan. Hanya saja, untuk saat ini dia bisa selamat dari amukan Wang dan para kolega, berkat Amy. Meski dalam hatinya masih mengharapkan Sara yang berada di sana bersamanya.Kaki Amy semakin terasa sakit, tetapi dia tetap berusaha berdiri di samping Tan dan tak mengacuhkan keadaannya sendiri. Berkali-kali gadis itu meringis kesakitan, bahkan keringat dingin mulai timbul di pelipis dan dahinya.Tan merasakan ada gerak-gerik aneh dari gadis di

  • Nikah Non Exclusive    Kutukan Terindah

    Setelah terpaku beberapa saat pasca menyaksikan kejadian di luar dugaannya. Amy, terkesiap dan tersadar. Rasa sakit pada pergelangan kaki seakan tak ada apa-apanya dibandingkan dengan sakit luar biasa mendapati pemandangan menyakitkan itu. Hatinya bagai teriris. Perih dan menyesakkan.Sementara Sakha yang kepalang tanggung dengan aktivitasnya memilih tak mengindahkan gadis culun, yang membawanya ke sana. Ternyata pria itu hanya menumpang pada tiket gratis yang ditawarkan Amy, dia punya rencana tersendiri di balik itu semua.“Lanjutkan sayang ...," desahnya pada gadis yang saat ini begitu liar menjamah seluruh tubuhnya.Gadis cantik yang melayaninya dengan penuh semangat tersebut semakin menaikan permainan tatkala pria yang terkujur di atas kasur itu memintanya. Terus dan terus memohon dilayani bagai seorang seorang raja. Padahal, jika mengingat perbuatannya terhadap gadis lugu yang membawanya ke sana, dia hanya seonggok sampah yang licik, sehingga pandai memanfaatkan situasi.Amy mer

  • Nikah Non Exclusive    Insiden Dengan Gadis Culun

    “Ibu, apa kau sibuk akhir pekan ini?”Di sebuah kamar berukuran empat kali lima meter itu, Amy merebahkan diri sekadar untuk melepaskan penat. Benda pipih canggih melekat di antara daun telinga yang diapit jemari lentiknya.“Tentu saja, warung akan ramai di akhir pekan!” sahut seorang yang dipanggilnya ibu dari seberang telepon.“Ah, kukira kau bisa berlibur denganku, ke Bali,” ucapnya berharap sang ibu mengubah keputusan.“Ah, ibu tidak ada waktu untuk itu, kau pergi saja sana. Liburan bagus untuk anak muda sepertimu!””Begini, Bu—”“Sudah dulu, ya, ibu sibuk dan harus melayani pelanggan,” pungkas sang ibu sebelum Amy berhasil menjelaskan semuanya.Amy mendengkus, diembuskannya napas perlahan dan tidak beraturan. Bibirnya mengerucut dan benar-benar frustrasi. Siapa yang akan menemaninya nanti. Dia pun tak mungkin datang tanpa membawa seorang teman.Sembari meluruhkan lelah, Amy berselancar di media sosial berlogo F. Dia mengecek list pertemanan yang tak banyak itu. Masih berusaha unt

  • Nikah Non Exclusive    Rapat Kolega

    Hari ini tepat di mana rapat kolega yang dibahas Wang sebelumnya akan dilaksanakan. Setahun sekali akan ada acara, yang bertujuan untuk mengevaluasi kinerja masing-masing, sebab perusahaan yang didirikan bersama itu, cukup rentan untuk menjadi rebutan.Setelah pemecatan sepihak yang dilakukan Tan. Membuat para kolega yang memiliki saham di perusahaan tersebut, mengalami kericuhan. Terlebih lagi Tan yang tak kunjung datang, membuat Wang tak tahu harus menyembunyikan muka, di mana lagi.Sebuah ruang mewah di sebuah resort yang sengaja disewa untuk rapat itu, menjadi saksi bagaimana terpojoknya wanita baya itu—karena kelakuan sang cucu.“Dasar anak kurang ajar!” gerutu Wang.Tan memang pria yang menjengkelkan, tetapi kepiawaiannya dalam mengurus perusahaan tak perlu diragukan. Namun, terkadang hal tersebut tertutupi dengan sikapnya yang arogan dan terkesan tak peduli itu, membuat para kolega khawatir akan kehilangan jabatan masing-masing, seperti apa yang telah dilakukan Tan pada Haris.

  • Nikah Non Exclusive    Keturunan Terakhir Konglomerat

    "Kau harus menikah dan segera mendapatkan keturunan, nenek ini sudah tua! Kau menunggu apa lagi?" Seorang wanita baya menatap tajam ke arah sang cucu yang masih dengan santainya duduk seraya acuh tak acuh. Pria yang usianya sudah cukup matang untuk mengarungi bahtera pernikahan itu, seolah enggan menanggapi ocehan sang nenek yang menjadi pelindungnya semenjak dia kehilangan kedua orang tua."Ha ha ha ha ...." Alih-alih menjawab, pria muda itu justru tertawa dengan nada yang menggelikan."Tan!" sentak si nenek dengan wajah yang mulai memerah."Tenanglah, Nyonya Wang, diriku masih muda, masih memiliki banyak waktu untuk itu, haha ... hahaha ...." dalihnya seraya tertawa lagi.Lantas, Tan mengerlingkan sebelah mata untuk menggoda neneknya. Wang benar-benar dibuat kesal, setiap kali Tan diingatkan tentang pernikahan selalu saja berakhir sama. Pria muda yang masih menjadi keturunan terakhir keluarga Kim ini memang sangat sulit diatur."Hei, anak muda, bukankah kau tahu sendiri mereka akan

DMCA.com Protection Status