Share

Teman

Penulis: Nunraqila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Sekarang apa rencanamu?”

Setelah mendapatkan insiden tak mengenakan itu, Tan tidak tega meninggalkan Amy sendirian. Pria tampan itu memilih menemani Amy, keduanya duduk di taman seraya menikmati udara malam.

“Oey, Gacul, apa rencanamu?" tanya Tan sekali lagi.

“Saya ingin pulang, Tuan,” ucapnya.

“Berhenti memanggilku tuan, anggap saja aku ini temanmu, aku juga akan melakukan hal sama," seloroh Tan.

“Kau memang sudah melakukan hal itu sejak lama,” sahut Amy.

“Ah, kau benar, aku sudah lebih dulu melakukannya,” jawab Tan terkekeh kemudian tertawa lepas.

”Berhentilah tertawa, itu terdengar mengerikan!" protes Amy.

“Gacul, boleh aku bertanya? Aku penasaran akan satu hal," ujar Tan sembari menatap ke arah Amy yang sedang asyik mengayun-ayun kakinya.

“Apa itu?”

“Kenapa kau tidak marah dan memaki pria yang sudah menjahatimu? Kau tidak sakit hati?” selidik Tan.

“Mengapa Tuan peduli?” Amy balik bertanya, kemudian membalas tatapan Tan.

“Aku hanya penasaran saja,” sahut Tan, lantas berpaling dan menengadah menatap langit malam.

“Bahkan, orang kaya dan tampan seperti Tuan saja, ditinggalkan kekasih saat acara pentin. Apalagi hanya sekedar saya, yang Tuan tahu sendiri seperti ini adanya,” jelas Amy.

“Tidak semua hal yang kita harapkan, bisa kita dapatkan. Salah satunya perasaan orang lain. Diri kita sudah mencontohkan hal tersebut, Tuan. Saya hanya sekadar dimanfaatkan dan Tuan ditinggalkan sebab kekasih Tuan ingin mencapai mimpi terlebih dulu. Lalu, di sini kita terjebak dalam atmosfer serupa yang akhirnya harus menjalani hidup dalam kepura-puraan, entah sampai kapan,” seloroh Amy masih menatap pria di sampingnya.

Amy memalingkan wajah seraya mengembuskan napas kasar.

“Maaf, telah meyeretmu ke dalam masalah seperti ini,” sesal Tan dengan nada sendu.

“Tak apa, karena kita teman, saya akan membantu Tuan. Tuan juga sudah membantu saya membantu saya, tadi, terima kasih,” tutur Amy.

Dia benar-benar gadis yang lugu, apa yang dia ucapkan benar-benar tulus dari hatinya.

“Terima kasih juga untukmu, sebab jika bukan karena kau, aku tak tahu nasib perusahaanku kelak,” sahut Tan.

Dia juga berusaha tulus dan menyimpan kegilaannya sejenak. Entah kenapa hawa hangat menelusup ke dalam rongga dadanya setiap kali tatapan Amy bertumpu dengan tatapannya.

“Tidak usah dipikirkan, kita melakukan hal ini karena kesepakatan, jadi aku yakin Tuan tidak akan merugikanku, begitupun sebaliknya," ujar Amy.

“Berhenti memanggilku dengan sebutan formal. Kau bisa memanggil namaku saja," tukas Tan.

“Eumh, baiklah, Tan," ucap Amy ragu.

Tan menimpali dengan senyum semringah. Baru kali ini dia mendapatkan teman bicara selain Sham dan Sara. Terlebih Amy sangat baik hati, membuat Tan betah untuk lama-lama di dekatnya.

“Omong-omong, bagaimana jika kau tidur di kamarku saja, biar nanti aku pindah ke kamar sekertarisku,” tawar Tan, dia tidak tega jika harus membiarkan Amy kembali ke kamar itu.

”Apa itu tidak merepotkan?” tanya Amy.

“Tentu saja tidak, aku akan repot jika kau sampai terlunta-lunta di Bali, apalagi sampai kau diculik," kelakar Tan.

“Mana ada yang mau menculik gadis culun sepertiku," tepis Amy seraya tersenyum.

Tan tertawa mengerikan lagi seperti biasanya. Tawa itu terdengar aneh untuk Amy. Alih-alih terpancar kebahagiaan pada renyahnya suara tawa tersebut, justru sedikit menyesakkan bagi Amy.

Sejoli itu beranjak dari duduk dan berniat untuk kembali ke kamar yang Tan ceritakan. Koridor hotel bintang lima itu menjadi saksi tumbuhnya simpati pada hati kedua insan tersebut.

Tan yang terluka dan kecewa mampu meredam semuanya sebab ada Amy disampingnya. Gadis yang bisa diajak bicara dan membuatnya nyaman. Tak bermaksud untuk mengkhianati hati yang jauh di sana, Tan hanya berusaha semampunya bertahan.

“Tan, bagaimana kita akan menjelaskan semuanya di kantor?” tanya Amy khawatir, karyawan pasti akan terkejut dengan kabar pertunangan keduanya yang tiba-tiba.

Bahkan, sebelumnya Amy tidak peduli dengan diri Tan. Akan tetapi, tiada hujan tiada angin, Tan menjadi tunangannya. Meski hanya dalam sebuah kesepakatan kontrak.

“Itu biar menjadi urusanku, kau jalani saja dan lakukan pekerjaanmu seperti biasa, paham?” tukas Tan, tak ingin gadis polosnya itu terlalu stres.

Tak lama kemudian, keduanya sampai di kamar tempat Tan visit, kamar mewah khusus untuk member VIP di hotel tersebut. Tepat ketika pintu terbuka, decak kagum beberapa kali terlontar dari bibir mungil Amy.

Seumur hidupnya baru pertama kali dia masuk ke kamar mewah seperti itu. Baginya kamar yang dia tempati saja sudah cukup mewah, tetapi jika dibandingkan dengan kamar Tan. Kamar itu tidak ada tandingannya.

“Waah ini seperti istana,” decak Amy seraya menghempaskan tubuh bagian belakangnya di atas kasur.

“Ya, sudah kau bersih-bersih dulu dan istirahat, aku akan mengambil pakaian ganti dan pindah ke kamar Sham,” ujar Tan.

Tak sungkan, Amy mengangguk menyetujuinya. Sepertinya dia sangat senang dengan kamar tersebut.

“Memang, ya, ikhlas itu balasannya berkali-kali lipat,” gumamnya.

Tan yang mendengar itu, nyaris saja tertawa kencang seperti biasa. Namun dia menahan agar tak melontarkannya. Dia merasa tak enak hati pada Amy yang sudah terlalu banyak dijejali dengan tawa anehnya itu.

Setelah mengambil baju ganti, gegas Tan menuju kamar Sham. Tentu saja setelah berpamitan dengan Amy. Nahas, setelah beberapa kali mengetuk pintu kamar tersebut, Sham tak juga membuka pintu. Sepertinya pria muda yang kerap bersamanya itu sudah tidur sejak tadi.

”Aish, bagaimana ini?” keluh Tan kebingungan.

Sejurus kemudian dia memilih untuk membersihkan diri di toilet yang ada di sekitaran sana. Beruntung keadaan di sana sudah mulai sepi. Hanya ada beberapa orang petugas dekorasi sedang membereskan sisa-sisa pesta pertunangannya yang berjalan cukup dramatis. Tan mendengkus, tebersit dalam hati inginkan semua itu hanya mimpi belaka.

Namun, semakin dia tenggelam dalam harapan, semakin pahit kenyataan yang membangunkannya. Amy bukan sebuah mimpi, tetapi dia nyata ada di hidupnya saat ini.

“Semoga saja, Sara kembali secepatnya," gumam Tan.

Pria itu merasa suntuk, setelah membersihkan diri, Tan pergi ke sebuah bar yang ada di lantai paling bawah untuk menenangkan pikirannya. Mungkin jika sedikit mabuk, kepalanya akan terasa ringan dan hatinya yang perih bisa sedikit terlupakan.

Tan akhirnya minum beberapa gelas wine di bar itu, pahitnya alkohol menjadi sangat manis saat kepahitan dalam hidup melanda lebih kuat. Setelah dirasa cukup mabuk, dengan langkah sempoyongan, Tan bergegas kembali ke kamarnya. Dia sudah tak bisa merasakan tubuhnya.

“Aku zombi, hk, aku zombi, tubuhku melayang, hk,” racaunya seraya terhuyung di koridor.

Tak lama kemudian, Tan akhirnya sampai di kamar tempatnya menginap. Perlahan, dia membuka kunci, dan masuk ke kamar tersebut tanpa ragu, sepertinya dia lupa jika di kamar itu ada Amy.

Tan menghempaskan tubuh ke kasur yang berukuran king size itu. Lantas, tangannya tiba-tiba menyentuh tubuh Amy. Seketika itu Tan merasa kaget, kemudian menelisik ke sampingnya.

”Sara ...,” lirihnya ketika mendapati Amy sudah tertidur pulas di kasur tersebut.

***

Bab terkait

  • Nikah Non Exclusive    Cinta Yang Membuat Luka

    Luka“Sara ....“Tan meracau setengah sadar. Lengan kekarnya memeluk erat tubuh langsing yang berbaring di sampingnya itu. Sementara Amy yang sudah terlelap tidur tak menyadari hal tersebut. Dia sudah berada di alam mimpi sejak tadi.Tan mengendus aroma tubuh Amy—yang sebelum tidur sudah membersihkan diri terlebih dulu. Wangi buah delima yang menyita indera penghidu Tan, seakan menghipnotisnya untuk terus tenggelam dan mendekap erat tubuh gadis itu.“Kau begitu wangi, aku tidak tahan,” desis Tan seraya terus menciumi leher hingga tengkuk Amy.Amy sempat merasa tidak nyaman, dia berubah posisi, yang tadinya telentang menjadi membelakangi Tan. Dengan tingkat kesadaran yang tak maksimal, Tan mengikuti pergerakan Amy. Dia membenarkan selimut, menutupi tubuhnya dan tubuh Amy.“Sara, maukah kau menjadi milikku?" gumam Tan.Lagi, lengan kekarnya memeluk erat tubuh Amy. Lantas, mengembalikan posisi tubuh Amy menjadi telentang. Sejurus kemudian, Tan membuka piyama yang dikenakannya. Tangannya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Nikah Non Exclusive    Saling Menyalahkan

    Dengan ragu, Tan mencoba menoleh ke belakang. Tanpa dia duga, suara itu ternyata dengkuran dari gadis yang dicarinya.“Astaga, kukira tadi itu suara macan," oceh Tan seraya mengusap dadanya.Lantas, dia berbalik arah dan menghampiri Amy yang masih tertidur. Posisi Amy layaknya posisi bayi dalam rahim, sepertinya dia sangat kedinginan. Sebab, tubuh mulus gadis itu hanya dibaluti piyama tipis yang berpadu dengan celana pendek saja.Tan terenyuh, dia hendak mengambil selimut untuk Amy. Ada rasa sesal yang mengusik hatinya, perilaku bodohnya sudah menggangu Amy, sampai-sampai gadis berkacamata besar itu harus menderita karenanya.”Dasar bodoh kau, Tan!" rutuknya, seraya mengacak rambut dengan gemas.Tak lama kemudian Tan kembali dengan selimut yang dibawa. Dengan lembut dia menyelimuti tubuh mungil Amy. Dia berusaha tak mengusik tidur gadis tersebut. Sejurus kemudian, netranya tiba-tiba tersita oleh wajah polos itu. Entah apa yang terjadi, tetapi saat Tan memandang wajah lembut Amy. Bibi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Nikah Non Exclusive    Keturunan Terakhir Konglomerat

    "Kau harus menikah dan segera mendapatkan keturunan, nenek ini sudah tua! Kau menunggu apa lagi?" Seorang wanita baya menatap tajam ke arah sang cucu yang masih dengan santainya duduk seraya acuh tak acuh. Pria yang usianya sudah cukup matang untuk mengarungi bahtera pernikahan itu, seolah enggan menanggapi ocehan sang nenek yang menjadi pelindungnya semenjak dia kehilangan kedua orang tua."Ha ha ha ha ...." Alih-alih menjawab, pria muda itu justru tertawa dengan nada yang menggelikan."Tan!" sentak si nenek dengan wajah yang mulai memerah."Tenanglah, Nyonya Wang, diriku masih muda, masih memiliki banyak waktu untuk itu, haha ... hahaha ...." dalihnya seraya tertawa lagi.Lantas, Tan mengerlingkan sebelah mata untuk menggoda neneknya. Wang benar-benar dibuat kesal, setiap kali Tan diingatkan tentang pernikahan selalu saja berakhir sama. Pria muda yang masih menjadi keturunan terakhir keluarga Kim ini memang sangat sulit diatur."Hei, anak muda, bukankah kau tahu sendiri mereka akan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Nikah Non Exclusive    Rapat Kolega

    Hari ini tepat di mana rapat kolega yang dibahas Wang sebelumnya akan dilaksanakan. Setahun sekali akan ada acara, yang bertujuan untuk mengevaluasi kinerja masing-masing, sebab perusahaan yang didirikan bersama itu, cukup rentan untuk menjadi rebutan.Setelah pemecatan sepihak yang dilakukan Tan. Membuat para kolega yang memiliki saham di perusahaan tersebut, mengalami kericuhan. Terlebih lagi Tan yang tak kunjung datang, membuat Wang tak tahu harus menyembunyikan muka, di mana lagi.Sebuah ruang mewah di sebuah resort yang sengaja disewa untuk rapat itu, menjadi saksi bagaimana terpojoknya wanita baya itu—karena kelakuan sang cucu.“Dasar anak kurang ajar!” gerutu Wang.Tan memang pria yang menjengkelkan, tetapi kepiawaiannya dalam mengurus perusahaan tak perlu diragukan. Namun, terkadang hal tersebut tertutupi dengan sikapnya yang arogan dan terkesan tak peduli itu, membuat para kolega khawatir akan kehilangan jabatan masing-masing, seperti apa yang telah dilakukan Tan pada Haris.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Nikah Non Exclusive    Insiden Dengan Gadis Culun

    “Ibu, apa kau sibuk akhir pekan ini?”Di sebuah kamar berukuran empat kali lima meter itu, Amy merebahkan diri sekadar untuk melepaskan penat. Benda pipih canggih melekat di antara daun telinga yang diapit jemari lentiknya.“Tentu saja, warung akan ramai di akhir pekan!” sahut seorang yang dipanggilnya ibu dari seberang telepon.“Ah, kukira kau bisa berlibur denganku, ke Bali,” ucapnya berharap sang ibu mengubah keputusan.“Ah, ibu tidak ada waktu untuk itu, kau pergi saja sana. Liburan bagus untuk anak muda sepertimu!””Begini, Bu—”“Sudah dulu, ya, ibu sibuk dan harus melayani pelanggan,” pungkas sang ibu sebelum Amy berhasil menjelaskan semuanya.Amy mendengkus, diembuskannya napas perlahan dan tidak beraturan. Bibirnya mengerucut dan benar-benar frustrasi. Siapa yang akan menemaninya nanti. Dia pun tak mungkin datang tanpa membawa seorang teman.Sembari meluruhkan lelah, Amy berselancar di media sosial berlogo F. Dia mengecek list pertemanan yang tak banyak itu. Masih berusaha unt

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Nikah Non Exclusive    Kutukan Terindah

    Setelah terpaku beberapa saat pasca menyaksikan kejadian di luar dugaannya. Amy, terkesiap dan tersadar. Rasa sakit pada pergelangan kaki seakan tak ada apa-apanya dibandingkan dengan sakit luar biasa mendapati pemandangan menyakitkan itu. Hatinya bagai teriris. Perih dan menyesakkan.Sementara Sakha yang kepalang tanggung dengan aktivitasnya memilih tak mengindahkan gadis culun, yang membawanya ke sana. Ternyata pria itu hanya menumpang pada tiket gratis yang ditawarkan Amy, dia punya rencana tersendiri di balik itu semua.“Lanjutkan sayang ...," desahnya pada gadis yang saat ini begitu liar menjamah seluruh tubuhnya.Gadis cantik yang melayaninya dengan penuh semangat tersebut semakin menaikan permainan tatkala pria yang terkujur di atas kasur itu memintanya. Terus dan terus memohon dilayani bagai seorang seorang raja. Padahal, jika mengingat perbuatannya terhadap gadis lugu yang membawanya ke sana, dia hanya seonggok sampah yang licik, sehingga pandai memanfaatkan situasi.Amy mer

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Nikah Non Exclusive    Gadis Culun, Si Kekasih Pengganti

    Acara berlangsung begitu meriah. Pada akhirnya Tan dan Amy selesai melakukan acara pertunangan atau lamaran yang disebutkan. Hal ini justru bagai mimpi bagi Amy. Sorak ramai begitu seru terdengar dari para audien yang hadir.“Bagaimana ini?" gumam Amy seraya menatap nanar ke arah orang-orang yang berdiri di depan sana.“Oi, kau harus terus melanjutkan ini, bertahanlah sebentar lagi!" ucap Tan mencoba menyadarkan stafnya itu.Tan juga merasakan hal yang sama, dia pun merasa hal ini bagai mimpi. Entah mimpi indah atau mimpi buruk, Tan tidak bisa memutuskan. Hanya saja, untuk saat ini dia bisa selamat dari amukan Wang dan para kolega, berkat Amy. Meski dalam hatinya masih mengharapkan Sara yang berada di sana bersamanya.Kaki Amy semakin terasa sakit, tetapi dia tetap berusaha berdiri di samping Tan dan tak mengacuhkan keadaannya sendiri. Berkali-kali gadis itu meringis kesakitan, bahkan keringat dingin mulai timbul di pelipis dan dahinya.Tan merasakan ada gerak-gerik aneh dari gadis di

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Nikah Non Exclusive    Manusia Sampah

    Tim kesehatan yang membawa ambulans, menggeleng saat mendapati Amy hanya keseleo. Namun, bisa-bisanya pria kaya itu memanggil mereka seolah ada kasus darurat saja. Amy lagi-lagi tersenyum kikuk. Dia tidak tahu harus bersikap seperti apa.Kaki Amy berhasil dikompres dan dibalut oleh petugas kesehatan itu. Sebagai permintaan maaf dan ucapan terima kasih Sham memberikan uang lebih kepada mereka, dan mengakhiri tugas para pelayan masyarakat tersebut.Amy masih terduduk di kursi yang berada di depan hotel. Dia menelisik pergelangan kakinya yang sudah diobati itu.“Kau tidur di kamar berapa? Biar kuantar ke sana," tawar Tan. “Di, anu, eum. Biar aku sendiri saja,” racaunya. Amy tak tahu harus menjawab apa.“Kakimu sakit, Gacul, lagi pula ini salahku, aku yang menabrakmu tadi,” sesal Tan.“Tidak, tidak apa-apa, aku baik-baik saja,” elak Amy, dia tak ingin bosnya tahu apa yang sebenarnya terjadi.“Ini perintah, di mana kamarmu, biar kuantar,” sentak Tan sudah tak sabar.“Kalau tidak salah kam

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Nikah Non Exclusive    Saling Menyalahkan

    Dengan ragu, Tan mencoba menoleh ke belakang. Tanpa dia duga, suara itu ternyata dengkuran dari gadis yang dicarinya.“Astaga, kukira tadi itu suara macan," oceh Tan seraya mengusap dadanya.Lantas, dia berbalik arah dan menghampiri Amy yang masih tertidur. Posisi Amy layaknya posisi bayi dalam rahim, sepertinya dia sangat kedinginan. Sebab, tubuh mulus gadis itu hanya dibaluti piyama tipis yang berpadu dengan celana pendek saja.Tan terenyuh, dia hendak mengambil selimut untuk Amy. Ada rasa sesal yang mengusik hatinya, perilaku bodohnya sudah menggangu Amy, sampai-sampai gadis berkacamata besar itu harus menderita karenanya.”Dasar bodoh kau, Tan!" rutuknya, seraya mengacak rambut dengan gemas.Tak lama kemudian Tan kembali dengan selimut yang dibawa. Dengan lembut dia menyelimuti tubuh mungil Amy. Dia berusaha tak mengusik tidur gadis tersebut. Sejurus kemudian, netranya tiba-tiba tersita oleh wajah polos itu. Entah apa yang terjadi, tetapi saat Tan memandang wajah lembut Amy. Bibi

  • Nikah Non Exclusive    Cinta Yang Membuat Luka

    Luka“Sara ....“Tan meracau setengah sadar. Lengan kekarnya memeluk erat tubuh langsing yang berbaring di sampingnya itu. Sementara Amy yang sudah terlelap tidur tak menyadari hal tersebut. Dia sudah berada di alam mimpi sejak tadi.Tan mengendus aroma tubuh Amy—yang sebelum tidur sudah membersihkan diri terlebih dulu. Wangi buah delima yang menyita indera penghidu Tan, seakan menghipnotisnya untuk terus tenggelam dan mendekap erat tubuh gadis itu.“Kau begitu wangi, aku tidak tahan,” desis Tan seraya terus menciumi leher hingga tengkuk Amy.Amy sempat merasa tidak nyaman, dia berubah posisi, yang tadinya telentang menjadi membelakangi Tan. Dengan tingkat kesadaran yang tak maksimal, Tan mengikuti pergerakan Amy. Dia membenarkan selimut, menutupi tubuhnya dan tubuh Amy.“Sara, maukah kau menjadi milikku?" gumam Tan.Lagi, lengan kekarnya memeluk erat tubuh Amy. Lantas, mengembalikan posisi tubuh Amy menjadi telentang. Sejurus kemudian, Tan membuka piyama yang dikenakannya. Tangannya

  • Nikah Non Exclusive    Teman

    “Sekarang apa rencanamu?” Setelah mendapatkan insiden tak mengenakan itu, Tan tidak tega meninggalkan Amy sendirian. Pria tampan itu memilih menemani Amy, keduanya duduk di taman seraya menikmati udara malam.“Oey, Gacul, apa rencanamu?" tanya Tan sekali lagi.“Saya ingin pulang, Tuan,” ucapnya.“Berhenti memanggilku tuan, anggap saja aku ini temanmu, aku juga akan melakukan hal sama," seloroh Tan.“Kau memang sudah melakukan hal itu sejak lama,” sahut Amy.“Ah, kau benar, aku sudah lebih dulu melakukannya,” jawab Tan terkekeh kemudian tertawa lepas.”Berhentilah tertawa, itu terdengar mengerikan!" protes Amy.“Gacul, boleh aku bertanya? Aku penasaran akan satu hal," ujar Tan sembari menatap ke arah Amy yang sedang asyik mengayun-ayun kakinya.“Apa itu?” “Kenapa kau tidak marah dan memaki pria yang sudah menjahatimu? Kau tidak sakit hati?” selidik Tan.“Mengapa Tuan peduli?” Amy balik bertanya, kemudian membalas tatapan Tan.“Aku hanya penasaran saja,” sahut Tan, lantas berpaling da

  • Nikah Non Exclusive    Manusia Sampah

    Tim kesehatan yang membawa ambulans, menggeleng saat mendapati Amy hanya keseleo. Namun, bisa-bisanya pria kaya itu memanggil mereka seolah ada kasus darurat saja. Amy lagi-lagi tersenyum kikuk. Dia tidak tahu harus bersikap seperti apa.Kaki Amy berhasil dikompres dan dibalut oleh petugas kesehatan itu. Sebagai permintaan maaf dan ucapan terima kasih Sham memberikan uang lebih kepada mereka, dan mengakhiri tugas para pelayan masyarakat tersebut.Amy masih terduduk di kursi yang berada di depan hotel. Dia menelisik pergelangan kakinya yang sudah diobati itu.“Kau tidur di kamar berapa? Biar kuantar ke sana," tawar Tan. “Di, anu, eum. Biar aku sendiri saja,” racaunya. Amy tak tahu harus menjawab apa.“Kakimu sakit, Gacul, lagi pula ini salahku, aku yang menabrakmu tadi,” sesal Tan.“Tidak, tidak apa-apa, aku baik-baik saja,” elak Amy, dia tak ingin bosnya tahu apa yang sebenarnya terjadi.“Ini perintah, di mana kamarmu, biar kuantar,” sentak Tan sudah tak sabar.“Kalau tidak salah kam

  • Nikah Non Exclusive    Gadis Culun, Si Kekasih Pengganti

    Acara berlangsung begitu meriah. Pada akhirnya Tan dan Amy selesai melakukan acara pertunangan atau lamaran yang disebutkan. Hal ini justru bagai mimpi bagi Amy. Sorak ramai begitu seru terdengar dari para audien yang hadir.“Bagaimana ini?" gumam Amy seraya menatap nanar ke arah orang-orang yang berdiri di depan sana.“Oi, kau harus terus melanjutkan ini, bertahanlah sebentar lagi!" ucap Tan mencoba menyadarkan stafnya itu.Tan juga merasakan hal yang sama, dia pun merasa hal ini bagai mimpi. Entah mimpi indah atau mimpi buruk, Tan tidak bisa memutuskan. Hanya saja, untuk saat ini dia bisa selamat dari amukan Wang dan para kolega, berkat Amy. Meski dalam hatinya masih mengharapkan Sara yang berada di sana bersamanya.Kaki Amy semakin terasa sakit, tetapi dia tetap berusaha berdiri di samping Tan dan tak mengacuhkan keadaannya sendiri. Berkali-kali gadis itu meringis kesakitan, bahkan keringat dingin mulai timbul di pelipis dan dahinya.Tan merasakan ada gerak-gerik aneh dari gadis di

  • Nikah Non Exclusive    Kutukan Terindah

    Setelah terpaku beberapa saat pasca menyaksikan kejadian di luar dugaannya. Amy, terkesiap dan tersadar. Rasa sakit pada pergelangan kaki seakan tak ada apa-apanya dibandingkan dengan sakit luar biasa mendapati pemandangan menyakitkan itu. Hatinya bagai teriris. Perih dan menyesakkan.Sementara Sakha yang kepalang tanggung dengan aktivitasnya memilih tak mengindahkan gadis culun, yang membawanya ke sana. Ternyata pria itu hanya menumpang pada tiket gratis yang ditawarkan Amy, dia punya rencana tersendiri di balik itu semua.“Lanjutkan sayang ...," desahnya pada gadis yang saat ini begitu liar menjamah seluruh tubuhnya.Gadis cantik yang melayaninya dengan penuh semangat tersebut semakin menaikan permainan tatkala pria yang terkujur di atas kasur itu memintanya. Terus dan terus memohon dilayani bagai seorang seorang raja. Padahal, jika mengingat perbuatannya terhadap gadis lugu yang membawanya ke sana, dia hanya seonggok sampah yang licik, sehingga pandai memanfaatkan situasi.Amy mer

  • Nikah Non Exclusive    Insiden Dengan Gadis Culun

    “Ibu, apa kau sibuk akhir pekan ini?”Di sebuah kamar berukuran empat kali lima meter itu, Amy merebahkan diri sekadar untuk melepaskan penat. Benda pipih canggih melekat di antara daun telinga yang diapit jemari lentiknya.“Tentu saja, warung akan ramai di akhir pekan!” sahut seorang yang dipanggilnya ibu dari seberang telepon.“Ah, kukira kau bisa berlibur denganku, ke Bali,” ucapnya berharap sang ibu mengubah keputusan.“Ah, ibu tidak ada waktu untuk itu, kau pergi saja sana. Liburan bagus untuk anak muda sepertimu!””Begini, Bu—”“Sudah dulu, ya, ibu sibuk dan harus melayani pelanggan,” pungkas sang ibu sebelum Amy berhasil menjelaskan semuanya.Amy mendengkus, diembuskannya napas perlahan dan tidak beraturan. Bibirnya mengerucut dan benar-benar frustrasi. Siapa yang akan menemaninya nanti. Dia pun tak mungkin datang tanpa membawa seorang teman.Sembari meluruhkan lelah, Amy berselancar di media sosial berlogo F. Dia mengecek list pertemanan yang tak banyak itu. Masih berusaha unt

  • Nikah Non Exclusive    Rapat Kolega

    Hari ini tepat di mana rapat kolega yang dibahas Wang sebelumnya akan dilaksanakan. Setahun sekali akan ada acara, yang bertujuan untuk mengevaluasi kinerja masing-masing, sebab perusahaan yang didirikan bersama itu, cukup rentan untuk menjadi rebutan.Setelah pemecatan sepihak yang dilakukan Tan. Membuat para kolega yang memiliki saham di perusahaan tersebut, mengalami kericuhan. Terlebih lagi Tan yang tak kunjung datang, membuat Wang tak tahu harus menyembunyikan muka, di mana lagi.Sebuah ruang mewah di sebuah resort yang sengaja disewa untuk rapat itu, menjadi saksi bagaimana terpojoknya wanita baya itu—karena kelakuan sang cucu.“Dasar anak kurang ajar!” gerutu Wang.Tan memang pria yang menjengkelkan, tetapi kepiawaiannya dalam mengurus perusahaan tak perlu diragukan. Namun, terkadang hal tersebut tertutupi dengan sikapnya yang arogan dan terkesan tak peduli itu, membuat para kolega khawatir akan kehilangan jabatan masing-masing, seperti apa yang telah dilakukan Tan pada Haris.

  • Nikah Non Exclusive    Keturunan Terakhir Konglomerat

    "Kau harus menikah dan segera mendapatkan keturunan, nenek ini sudah tua! Kau menunggu apa lagi?" Seorang wanita baya menatap tajam ke arah sang cucu yang masih dengan santainya duduk seraya acuh tak acuh. Pria yang usianya sudah cukup matang untuk mengarungi bahtera pernikahan itu, seolah enggan menanggapi ocehan sang nenek yang menjadi pelindungnya semenjak dia kehilangan kedua orang tua."Ha ha ha ha ...." Alih-alih menjawab, pria muda itu justru tertawa dengan nada yang menggelikan."Tan!" sentak si nenek dengan wajah yang mulai memerah."Tenanglah, Nyonya Wang, diriku masih muda, masih memiliki banyak waktu untuk itu, haha ... hahaha ...." dalihnya seraya tertawa lagi.Lantas, Tan mengerlingkan sebelah mata untuk menggoda neneknya. Wang benar-benar dibuat kesal, setiap kali Tan diingatkan tentang pernikahan selalu saja berakhir sama. Pria muda yang masih menjadi keturunan terakhir keluarga Kim ini memang sangat sulit diatur."Hei, anak muda, bukankah kau tahu sendiri mereka akan

DMCA.com Protection Status