Share

Rapat Kolega

Penulis: Nunraqila
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-21 12:03:44

Hari ini tepat di mana rapat kolega yang dibahas Wang sebelumnya akan dilaksanakan. Setahun sekali akan ada acara, yang bertujuan untuk mengevaluasi kinerja masing-masing, sebab perusahaan yang didirikan bersama itu, cukup rentan untuk menjadi rebutan.

Setelah pemecatan sepihak yang dilakukan Tan. Membuat para kolega yang memiliki saham di perusahaan tersebut, mengalami kericuhan. Terlebih lagi Tan yang tak kunjung datang, membuat Wang tak tahu harus menyembunyikan muka, di mana lagi.

Sebuah ruang mewah di sebuah resort yang sengaja disewa untuk rapat itu, menjadi saksi bagaimana terpojoknya wanita baya itu—karena kelakuan sang cucu.

“Dasar anak kurang ajar!” gerutu Wang.

Tan memang pria yang menjengkelkan, tetapi kepiawaiannya dalam mengurus perusahaan tak perlu diragukan. Namun, terkadang hal tersebut tertutupi dengan sikapnya yang arogan dan terkesan tak peduli itu, membuat para kolega khawatir akan kehilangan jabatan masing-masing, seperti apa yang telah dilakukan Tan pada Haris.

“Dia harus menikah secepatnya, jika tidak, kami akan memecatnya sebagai Presdir,” ujar salah seorang kolega.

“Ya, pria muda yang terlalu arogan dan sembarangan mengambil keputusan itu, harus segera dinikahkan. Agar dia paham cara untuk mengurus keluarga!” seru lainnya.

“Lihatlah setelah berbuat salah, dia tidak berani datang seperti sebelum-sebelumnya!” timpal yang lain.

Wang yang mendengar semua itu, merasakan penat. Dia jengah terhadap sikap sang cucu yang begitu seenaknya. Padahal, sudah berkali-kali dia ingatkan agar tak mangkir dari rapat kolega tersebut.

Tepat saat Wang mengangkat wajah dan akan berucap sepatah kata, untuk menenangkan para kolega, Tan datang dengan tawa khasnya.

“Hahaha hahaha hahaha,”

Semua orang tercengang, tak menyangka Tan akan hadir. Berbeda dengan Wang, senyum semringah tersungging dari bibirnya yang sudah mulai keriput.

Tan mengedarkan pandangan, menatap satu persatu kolega yang duduk mengitari meja besar berbentuk oval itu. Tan mengembuskan napas perlahan. Dia memberikan salam dan sikap hormat kepada koleganya. Lantas, dia duduk di kursi yang telah disediakan.

“Aku akan menikah!” ucap Tan.

Sontak perkataan itu membuat semuanya terkejut, tidak terkecuali Wang.

“Tahun ini!” tegas Tan.

Wang menatap Tan lekat-lekat seolah tidak percaya dan khawatir, jika itu hanya merupakan gimik yang Tan lakukan. Akan tetapi, Tan terlihat sangat serius akan hal itu.

Semua kolega sekaligus penanam saham tersebut tak mampu lagi berkata apa pun, tak ada lagi alasan untuk mereka bergunjing dan memecat Tan. Sungguh itu membuat mereka merasa jengkel. Urusan orang kaya mang rumit dan berbelit. Padahal, sudah jelas Tan mampu dan memang berhak. Namun, hanya karena ketegasan yang dimiliki, tak menutup kemungkinan dirinya akan didepak.

Setelah mengucapkan dua kalimat yang dirasa memang merupakan solusi tepat, Tan berpamitan kembali pada koleganya. Dia beringsut dari duduk, perlahan dia menepuk pundak Wang yang sesaat sebelumnya mengalami stres.

“Jangan terlalu stres, Nyonya,” lirih Tan seraya mengerlingkan mata kiri.

Wang merutuk dengan suara yang nyaris tak terdengar, mendapati sikap tengil sang cucu yang kerap membuatnya jengkel. Tak lama kemudian Tan berjalan dengan tegap menuju pintu keluar. Tepat saat berada di mulut pintu, dia menghentikan langkah.

“Bekerja dengan baik, jika memang tak ingin dipecat seperti Haris. Ingat dispensasi hanya sampai pukul sepuluh!” seru Tan diiringi dengan tawa renyah.

Tanpa menoleh, dia melanjutkan kembali langkah tentu saja beriringan dengan sekertaris pribadinya yang memang sangat setia dan patuh itu.

Sontak ruangan itu kembali ricuh, orang-orang di dalamnya saling mengingatkan dan melirik jam masing-masing. Bergegas mereka membereskan perlengkapan masing-masing. Tindakan Tan sontak membuat mereka buyar dan tak lagi membahas pemecatannya.

Sikap Tan membuat Wang merasa lega. Akhirnya, kekhawatirannya tentang pernikahan Tan sudah teratasi.

***

“Dengan siapa kau akan menikah, wahai anak muda?” tanya Wang pada sang cucu saat keduanya tengah makan malam.

“Kekasihku,” jawab Tan dengan senyum mengembang dari bibir sensualnya.

“Sara? Dia kembali dari London?” cecar Wang antusias.

“Ya, dan aku akan melamarnya, lalu akan menikah dengannya,” jelas Tan antusias.

Mendengar itu, tentu Wang sangat bahagia. Ternyata Tan bisa diandalkan lebih dari yang dia kira.

“Kenapa kau tidak berdiskusi pada nenekmu ini? Dasar Brandal!” keluh Wang.

“Surprise,” ledek Tan kemudian tertawa renyah kembali.

Tawanya kali ini tidak terdengar mengerikan, tetapi benar-benar tawa kebahagiaan.

***

Keesokan harinya, seperti biasa Tan pergi ke kantor dengan gaya maskulin dan rapi. Mengingat esok hari kekasihnya akan pulang, pria yang berusia tiga puluh lima tahun itu pun mempersiapkan penyambutan. Bukan hanya itu, Tan berniat untuk melamar gadis yang dicintainya esok hari.

Dia sudah tak sabar lagi untuk menghalalkan gadis cantik yang berprofesi sebagai model itu. Sudah dua tahun lamanya Tan menunggu kepulangan Sara. Kali ini, dia tidak akan menyia-nyiakan hal tersebut.

Untuk memberikan kejutan pada Sara, Tan menyiapkan sebuah acara lamaran yang cukup mewah. Tan pun menjadikan itu ajang untuk membuat kompak karyawan di perusahaannya. Selain acara lamaran yang akan dilakukan di pulau Bali, Tan mengajak para staf untuk liburan di sana. Bertujuan untuk lebih saling mengenal, dan membangun kecocokan sekaligus sebagai saksi kebahagiaannya.

Akan tetapi, untuk membuatnya lebih menarik. Tan memilih random staf yang akan ikut bersamanya. Dari satu divisi, hanya dipilih satu orang sebagai perwakilan.

Sham bertugas untuk memilihkan orangnya. Akan tetapi, jika dia memilih secara langsung dapat menyebabkan kecemburuan sosial, Sham pun mempunyai ide.

“Nah, Guys, nama kalian sudah ada di sini, saya akan mengocloknya, nama yang keluar memiliki undangan langsung untuk pergi liburan akhir pekan esok,” papar Sham seraya memegang sebuah tabung kecil berisi gulungan kertas.

Semua orang bersorak kegirangan dengan begitu antusias. Terkecuali seorang gadis berkacamata besar itu. Mendengar rekannya begitu gembira, gadis itu menoleh sesaat, lalu tersenyum tipis sebagai respon. Dia sama sekali tak tertarik dan memilih untuk menyelesaikan pekerjaannya saja.

Sham mulai mengocok dan memilih nama yang keluar, saat satu persatu nama dari tiap divisi disebutkan, para karyawan itu bersorak. Hingga kini tiba giliran untuk pemilihan satu orang dari divisi pengecekan kualitas produk.

Semua staf bagian tersebut merasa berdebar, kecuali Amy. Dia tampak tenang dan masih bersikap acuh tak acuh. Akan tetapi, sejurus kemudian, justru namanyalah yang terpilih. Dia yang akan pergi liburan dengan presdir tampan itu.

Nahas, dia yang gila kerja begitu kaget dan merasa sedih. Sungguh liburan merupakan hal yang tak pernah diimpikan. Amy mencoba menolak pada Sham. Namun, pria dingin berkacamata itu tak mengindahkan. Setiap keputusannya sudah bulat, tanpa bisa ditawar atau diubah.

“Tapi Pak Sekertaris, saya tidak bisa meninggalkan pekerjaan saya,” sergah Amy.

“Kau kan berangkat pas hari libur, Amy!” tegas Sham.

“Saya ada pekerjaan paruh waktu, Pak,” ucap Amy dengan nada yang bergetar.

“Baiklah, kau memilih pekerjaan paruh waktumu, dan dipecat dari sini? Begitu?” kecam Sham tak mau tahu lagi.

“Apa?” Amy tercengang.

“Aku anggap itu sebagai tanda persetujuanmu, karena kau akan rugi jika kehilangan pekerjaan di sini, bukan?” desak Sham.

Amy terdiam, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Mau tidak mau tida harus menurut dan melaksanakan hal itu.

“Kawan-kawan, kalian boleh ajak keluarga dan pacar kalian untuk ikut liburan, tapi jangan yang satu kantor, ya, itu pelanggaran!” seru Sham sebelum dia berbalik dan pergi dari ruangan para staf tersebut.

Lagi, sorakan gembira terlontar lagi. Namun, Amy mendapat satu hal lagi yang akan membuatnya pusing. Dia tak ada seorang pun teman selain Nanda. Keluarganya pun berada jauh di kampung. Lalu dia akan mengajak siapa?

Pikiran Amy semakin tak karuan, kenapa harus dia yang terpilih, kenapa bukan orang lain saja. Sungguh, bagi Amy rumus-rumus Kimia jauh lebih menyenangkan, dibanding dengan liburan.

“Bagaimana ini, Nan?” keluhnya pada sang sahabat yang berada tepat di sampingnya.

“Pergi aja sesekali, mumpung Presdir sedang baik,” bujuk Nanda.

“Ayok sama dirimu," ajak Amy.

“Kan, enggak bisa, coba telepon yang lain, minta mereka temani,” sahut Nanda memberi saran.

Amy mengeluarkan benda pipih dari tas, dia menggulir opsi kontak pada sebuah aplikasi chating. Nahas , tak ditemukan kontak siapa pun lagi. Selain keluarganya dan Nanda.

Melihat kegelisahan sahabatnya, Nanda hanya mampu menghela napas gusar.

“Amy ... Amy, kasihan sekali kamu,” batin Nanda.

***

Bab terkait

  • Nikah Non Exclusive    Insiden Dengan Gadis Culun

    “Ibu, apa kau sibuk akhir pekan ini?”Di sebuah kamar berukuran empat kali lima meter itu, Amy merebahkan diri sekadar untuk melepaskan penat. Benda pipih canggih melekat di antara daun telinga yang diapit jemari lentiknya.“Tentu saja, warung akan ramai di akhir pekan!” sahut seorang yang dipanggilnya ibu dari seberang telepon.“Ah, kukira kau bisa berlibur denganku, ke Bali,” ucapnya berharap sang ibu mengubah keputusan.“Ah, ibu tidak ada waktu untuk itu, kau pergi saja sana. Liburan bagus untuk anak muda sepertimu!””Begini, Bu—”“Sudah dulu, ya, ibu sibuk dan harus melayani pelanggan,” pungkas sang ibu sebelum Amy berhasil menjelaskan semuanya.Amy mendengkus, diembuskannya napas perlahan dan tidak beraturan. Bibirnya mengerucut dan benar-benar frustrasi. Siapa yang akan menemaninya nanti. Dia pun tak mungkin datang tanpa membawa seorang teman.Sembari meluruhkan lelah, Amy berselancar di media sosial berlogo F. Dia mengecek list pertemanan yang tak banyak itu. Masih berusaha unt

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-21
  • Nikah Non Exclusive    Kutukan Terindah

    Setelah terpaku beberapa saat pasca menyaksikan kejadian di luar dugaannya. Amy, terkesiap dan tersadar. Rasa sakit pada pergelangan kaki seakan tak ada apa-apanya dibandingkan dengan sakit luar biasa mendapati pemandangan menyakitkan itu. Hatinya bagai teriris. Perih dan menyesakkan.Sementara Sakha yang kepalang tanggung dengan aktivitasnya memilih tak mengindahkan gadis culun, yang membawanya ke sana. Ternyata pria itu hanya menumpang pada tiket gratis yang ditawarkan Amy, dia punya rencana tersendiri di balik itu semua.“Lanjutkan sayang ...," desahnya pada gadis yang saat ini begitu liar menjamah seluruh tubuhnya.Gadis cantik yang melayaninya dengan penuh semangat tersebut semakin menaikan permainan tatkala pria yang terkujur di atas kasur itu memintanya. Terus dan terus memohon dilayani bagai seorang seorang raja. Padahal, jika mengingat perbuatannya terhadap gadis lugu yang membawanya ke sana, dia hanya seonggok sampah yang licik, sehingga pandai memanfaatkan situasi.Amy mer

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-21
  • Nikah Non Exclusive    Gadis Culun, Si Kekasih Pengganti

    Acara berlangsung begitu meriah. Pada akhirnya Tan dan Amy selesai melakukan acara pertunangan atau lamaran yang disebutkan. Hal ini justru bagai mimpi bagi Amy. Sorak ramai begitu seru terdengar dari para audien yang hadir.“Bagaimana ini?" gumam Amy seraya menatap nanar ke arah orang-orang yang berdiri di depan sana.“Oi, kau harus terus melanjutkan ini, bertahanlah sebentar lagi!" ucap Tan mencoba menyadarkan stafnya itu.Tan juga merasakan hal yang sama, dia pun merasa hal ini bagai mimpi. Entah mimpi indah atau mimpi buruk, Tan tidak bisa memutuskan. Hanya saja, untuk saat ini dia bisa selamat dari amukan Wang dan para kolega, berkat Amy. Meski dalam hatinya masih mengharapkan Sara yang berada di sana bersamanya.Kaki Amy semakin terasa sakit, tetapi dia tetap berusaha berdiri di samping Tan dan tak mengacuhkan keadaannya sendiri. Berkali-kali gadis itu meringis kesakitan, bahkan keringat dingin mulai timbul di pelipis dan dahinya.Tan merasakan ada gerak-gerik aneh dari gadis di

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-21
  • Nikah Non Exclusive    Manusia Sampah

    Tim kesehatan yang membawa ambulans, menggeleng saat mendapati Amy hanya keseleo. Namun, bisa-bisanya pria kaya itu memanggil mereka seolah ada kasus darurat saja. Amy lagi-lagi tersenyum kikuk. Dia tidak tahu harus bersikap seperti apa.Kaki Amy berhasil dikompres dan dibalut oleh petugas kesehatan itu. Sebagai permintaan maaf dan ucapan terima kasih Sham memberikan uang lebih kepada mereka, dan mengakhiri tugas para pelayan masyarakat tersebut.Amy masih terduduk di kursi yang berada di depan hotel. Dia menelisik pergelangan kakinya yang sudah diobati itu.“Kau tidur di kamar berapa? Biar kuantar ke sana," tawar Tan. “Di, anu, eum. Biar aku sendiri saja,” racaunya. Amy tak tahu harus menjawab apa.“Kakimu sakit, Gacul, lagi pula ini salahku, aku yang menabrakmu tadi,” sesal Tan.“Tidak, tidak apa-apa, aku baik-baik saja,” elak Amy, dia tak ingin bosnya tahu apa yang sebenarnya terjadi.“Ini perintah, di mana kamarmu, biar kuantar,” sentak Tan sudah tak sabar.“Kalau tidak salah kam

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-10
  • Nikah Non Exclusive    Teman

    “Sekarang apa rencanamu?” Setelah mendapatkan insiden tak mengenakan itu, Tan tidak tega meninggalkan Amy sendirian. Pria tampan itu memilih menemani Amy, keduanya duduk di taman seraya menikmati udara malam.“Oey, Gacul, apa rencanamu?" tanya Tan sekali lagi.“Saya ingin pulang, Tuan,” ucapnya.“Berhenti memanggilku tuan, anggap saja aku ini temanmu, aku juga akan melakukan hal sama," seloroh Tan.“Kau memang sudah melakukan hal itu sejak lama,” sahut Amy.“Ah, kau benar, aku sudah lebih dulu melakukannya,” jawab Tan terkekeh kemudian tertawa lepas.”Berhentilah tertawa, itu terdengar mengerikan!" protes Amy.“Gacul, boleh aku bertanya? Aku penasaran akan satu hal," ujar Tan sembari menatap ke arah Amy yang sedang asyik mengayun-ayun kakinya.“Apa itu?” “Kenapa kau tidak marah dan memaki pria yang sudah menjahatimu? Kau tidak sakit hati?” selidik Tan.“Mengapa Tuan peduli?” Amy balik bertanya, kemudian membalas tatapan Tan.“Aku hanya penasaran saja,” sahut Tan, lantas berpaling da

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-13
  • Nikah Non Exclusive    Cinta Yang Membuat Luka

    Luka“Sara ....“Tan meracau setengah sadar. Lengan kekarnya memeluk erat tubuh langsing yang berbaring di sampingnya itu. Sementara Amy yang sudah terlelap tidur tak menyadari hal tersebut. Dia sudah berada di alam mimpi sejak tadi.Tan mengendus aroma tubuh Amy—yang sebelum tidur sudah membersihkan diri terlebih dulu. Wangi buah delima yang menyita indera penghidu Tan, seakan menghipnotisnya untuk terus tenggelam dan mendekap erat tubuh gadis itu.“Kau begitu wangi, aku tidak tahan,” desis Tan seraya terus menciumi leher hingga tengkuk Amy.Amy sempat merasa tidak nyaman, dia berubah posisi, yang tadinya telentang menjadi membelakangi Tan. Dengan tingkat kesadaran yang tak maksimal, Tan mengikuti pergerakan Amy. Dia membenarkan selimut, menutupi tubuhnya dan tubuh Amy.“Sara, maukah kau menjadi milikku?" gumam Tan.Lagi, lengan kekarnya memeluk erat tubuh Amy. Lantas, mengembalikan posisi tubuh Amy menjadi telentang. Sejurus kemudian, Tan membuka piyama yang dikenakannya. Tangannya

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-15
  • Nikah Non Exclusive    Saling Menyalahkan

    Dengan ragu, Tan mencoba menoleh ke belakang. Tanpa dia duga, suara itu ternyata dengkuran dari gadis yang dicarinya.“Astaga, kukira tadi itu suara macan," oceh Tan seraya mengusap dadanya.Lantas, dia berbalik arah dan menghampiri Amy yang masih tertidur. Posisi Amy layaknya posisi bayi dalam rahim, sepertinya dia sangat kedinginan. Sebab, tubuh mulus gadis itu hanya dibaluti piyama tipis yang berpadu dengan celana pendek saja.Tan terenyuh, dia hendak mengambil selimut untuk Amy. Ada rasa sesal yang mengusik hatinya, perilaku bodohnya sudah menggangu Amy, sampai-sampai gadis berkacamata besar itu harus menderita karenanya.”Dasar bodoh kau, Tan!" rutuknya, seraya mengacak rambut dengan gemas.Tak lama kemudian Tan kembali dengan selimut yang dibawa. Dengan lembut dia menyelimuti tubuh mungil Amy. Dia berusaha tak mengusik tidur gadis tersebut. Sejurus kemudian, netranya tiba-tiba tersita oleh wajah polos itu. Entah apa yang terjadi, tetapi saat Tan memandang wajah lembut Amy. Bibi

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-26
  • Nikah Non Exclusive    Keturunan Terakhir Konglomerat

    "Kau harus menikah dan segera mendapatkan keturunan, nenek ini sudah tua! Kau menunggu apa lagi?" Seorang wanita baya menatap tajam ke arah sang cucu yang masih dengan santainya duduk seraya acuh tak acuh. Pria yang usianya sudah cukup matang untuk mengarungi bahtera pernikahan itu, seolah enggan menanggapi ocehan sang nenek yang menjadi pelindungnya semenjak dia kehilangan kedua orang tua."Ha ha ha ha ...." Alih-alih menjawab, pria muda itu justru tertawa dengan nada yang menggelikan."Tan!" sentak si nenek dengan wajah yang mulai memerah."Tenanglah, Nyonya Wang, diriku masih muda, masih memiliki banyak waktu untuk itu, haha ... hahaha ...." dalihnya seraya tertawa lagi.Lantas, Tan mengerlingkan sebelah mata untuk menggoda neneknya. Wang benar-benar dibuat kesal, setiap kali Tan diingatkan tentang pernikahan selalu saja berakhir sama. Pria muda yang masih menjadi keturunan terakhir keluarga Kim ini memang sangat sulit diatur."Hei, anak muda, bukankah kau tahu sendiri mereka akan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-21

Bab terbaru

  • Nikah Non Exclusive    Saling Menyalahkan

    Dengan ragu, Tan mencoba menoleh ke belakang. Tanpa dia duga, suara itu ternyata dengkuran dari gadis yang dicarinya.“Astaga, kukira tadi itu suara macan," oceh Tan seraya mengusap dadanya.Lantas, dia berbalik arah dan menghampiri Amy yang masih tertidur. Posisi Amy layaknya posisi bayi dalam rahim, sepertinya dia sangat kedinginan. Sebab, tubuh mulus gadis itu hanya dibaluti piyama tipis yang berpadu dengan celana pendek saja.Tan terenyuh, dia hendak mengambil selimut untuk Amy. Ada rasa sesal yang mengusik hatinya, perilaku bodohnya sudah menggangu Amy, sampai-sampai gadis berkacamata besar itu harus menderita karenanya.”Dasar bodoh kau, Tan!" rutuknya, seraya mengacak rambut dengan gemas.Tak lama kemudian Tan kembali dengan selimut yang dibawa. Dengan lembut dia menyelimuti tubuh mungil Amy. Dia berusaha tak mengusik tidur gadis tersebut. Sejurus kemudian, netranya tiba-tiba tersita oleh wajah polos itu. Entah apa yang terjadi, tetapi saat Tan memandang wajah lembut Amy. Bibi

  • Nikah Non Exclusive    Cinta Yang Membuat Luka

    Luka“Sara ....“Tan meracau setengah sadar. Lengan kekarnya memeluk erat tubuh langsing yang berbaring di sampingnya itu. Sementara Amy yang sudah terlelap tidur tak menyadari hal tersebut. Dia sudah berada di alam mimpi sejak tadi.Tan mengendus aroma tubuh Amy—yang sebelum tidur sudah membersihkan diri terlebih dulu. Wangi buah delima yang menyita indera penghidu Tan, seakan menghipnotisnya untuk terus tenggelam dan mendekap erat tubuh gadis itu.“Kau begitu wangi, aku tidak tahan,” desis Tan seraya terus menciumi leher hingga tengkuk Amy.Amy sempat merasa tidak nyaman, dia berubah posisi, yang tadinya telentang menjadi membelakangi Tan. Dengan tingkat kesadaran yang tak maksimal, Tan mengikuti pergerakan Amy. Dia membenarkan selimut, menutupi tubuhnya dan tubuh Amy.“Sara, maukah kau menjadi milikku?" gumam Tan.Lagi, lengan kekarnya memeluk erat tubuh Amy. Lantas, mengembalikan posisi tubuh Amy menjadi telentang. Sejurus kemudian, Tan membuka piyama yang dikenakannya. Tangannya

  • Nikah Non Exclusive    Teman

    “Sekarang apa rencanamu?” Setelah mendapatkan insiden tak mengenakan itu, Tan tidak tega meninggalkan Amy sendirian. Pria tampan itu memilih menemani Amy, keduanya duduk di taman seraya menikmati udara malam.“Oey, Gacul, apa rencanamu?" tanya Tan sekali lagi.“Saya ingin pulang, Tuan,” ucapnya.“Berhenti memanggilku tuan, anggap saja aku ini temanmu, aku juga akan melakukan hal sama," seloroh Tan.“Kau memang sudah melakukan hal itu sejak lama,” sahut Amy.“Ah, kau benar, aku sudah lebih dulu melakukannya,” jawab Tan terkekeh kemudian tertawa lepas.”Berhentilah tertawa, itu terdengar mengerikan!" protes Amy.“Gacul, boleh aku bertanya? Aku penasaran akan satu hal," ujar Tan sembari menatap ke arah Amy yang sedang asyik mengayun-ayun kakinya.“Apa itu?” “Kenapa kau tidak marah dan memaki pria yang sudah menjahatimu? Kau tidak sakit hati?” selidik Tan.“Mengapa Tuan peduli?” Amy balik bertanya, kemudian membalas tatapan Tan.“Aku hanya penasaran saja,” sahut Tan, lantas berpaling da

  • Nikah Non Exclusive    Manusia Sampah

    Tim kesehatan yang membawa ambulans, menggeleng saat mendapati Amy hanya keseleo. Namun, bisa-bisanya pria kaya itu memanggil mereka seolah ada kasus darurat saja. Amy lagi-lagi tersenyum kikuk. Dia tidak tahu harus bersikap seperti apa.Kaki Amy berhasil dikompres dan dibalut oleh petugas kesehatan itu. Sebagai permintaan maaf dan ucapan terima kasih Sham memberikan uang lebih kepada mereka, dan mengakhiri tugas para pelayan masyarakat tersebut.Amy masih terduduk di kursi yang berada di depan hotel. Dia menelisik pergelangan kakinya yang sudah diobati itu.“Kau tidur di kamar berapa? Biar kuantar ke sana," tawar Tan. “Di, anu, eum. Biar aku sendiri saja,” racaunya. Amy tak tahu harus menjawab apa.“Kakimu sakit, Gacul, lagi pula ini salahku, aku yang menabrakmu tadi,” sesal Tan.“Tidak, tidak apa-apa, aku baik-baik saja,” elak Amy, dia tak ingin bosnya tahu apa yang sebenarnya terjadi.“Ini perintah, di mana kamarmu, biar kuantar,” sentak Tan sudah tak sabar.“Kalau tidak salah kam

  • Nikah Non Exclusive    Gadis Culun, Si Kekasih Pengganti

    Acara berlangsung begitu meriah. Pada akhirnya Tan dan Amy selesai melakukan acara pertunangan atau lamaran yang disebutkan. Hal ini justru bagai mimpi bagi Amy. Sorak ramai begitu seru terdengar dari para audien yang hadir.“Bagaimana ini?" gumam Amy seraya menatap nanar ke arah orang-orang yang berdiri di depan sana.“Oi, kau harus terus melanjutkan ini, bertahanlah sebentar lagi!" ucap Tan mencoba menyadarkan stafnya itu.Tan juga merasakan hal yang sama, dia pun merasa hal ini bagai mimpi. Entah mimpi indah atau mimpi buruk, Tan tidak bisa memutuskan. Hanya saja, untuk saat ini dia bisa selamat dari amukan Wang dan para kolega, berkat Amy. Meski dalam hatinya masih mengharapkan Sara yang berada di sana bersamanya.Kaki Amy semakin terasa sakit, tetapi dia tetap berusaha berdiri di samping Tan dan tak mengacuhkan keadaannya sendiri. Berkali-kali gadis itu meringis kesakitan, bahkan keringat dingin mulai timbul di pelipis dan dahinya.Tan merasakan ada gerak-gerik aneh dari gadis di

  • Nikah Non Exclusive    Kutukan Terindah

    Setelah terpaku beberapa saat pasca menyaksikan kejadian di luar dugaannya. Amy, terkesiap dan tersadar. Rasa sakit pada pergelangan kaki seakan tak ada apa-apanya dibandingkan dengan sakit luar biasa mendapati pemandangan menyakitkan itu. Hatinya bagai teriris. Perih dan menyesakkan.Sementara Sakha yang kepalang tanggung dengan aktivitasnya memilih tak mengindahkan gadis culun, yang membawanya ke sana. Ternyata pria itu hanya menumpang pada tiket gratis yang ditawarkan Amy, dia punya rencana tersendiri di balik itu semua.“Lanjutkan sayang ...," desahnya pada gadis yang saat ini begitu liar menjamah seluruh tubuhnya.Gadis cantik yang melayaninya dengan penuh semangat tersebut semakin menaikan permainan tatkala pria yang terkujur di atas kasur itu memintanya. Terus dan terus memohon dilayani bagai seorang seorang raja. Padahal, jika mengingat perbuatannya terhadap gadis lugu yang membawanya ke sana, dia hanya seonggok sampah yang licik, sehingga pandai memanfaatkan situasi.Amy mer

  • Nikah Non Exclusive    Insiden Dengan Gadis Culun

    “Ibu, apa kau sibuk akhir pekan ini?”Di sebuah kamar berukuran empat kali lima meter itu, Amy merebahkan diri sekadar untuk melepaskan penat. Benda pipih canggih melekat di antara daun telinga yang diapit jemari lentiknya.“Tentu saja, warung akan ramai di akhir pekan!” sahut seorang yang dipanggilnya ibu dari seberang telepon.“Ah, kukira kau bisa berlibur denganku, ke Bali,” ucapnya berharap sang ibu mengubah keputusan.“Ah, ibu tidak ada waktu untuk itu, kau pergi saja sana. Liburan bagus untuk anak muda sepertimu!””Begini, Bu—”“Sudah dulu, ya, ibu sibuk dan harus melayani pelanggan,” pungkas sang ibu sebelum Amy berhasil menjelaskan semuanya.Amy mendengkus, diembuskannya napas perlahan dan tidak beraturan. Bibirnya mengerucut dan benar-benar frustrasi. Siapa yang akan menemaninya nanti. Dia pun tak mungkin datang tanpa membawa seorang teman.Sembari meluruhkan lelah, Amy berselancar di media sosial berlogo F. Dia mengecek list pertemanan yang tak banyak itu. Masih berusaha unt

  • Nikah Non Exclusive    Rapat Kolega

    Hari ini tepat di mana rapat kolega yang dibahas Wang sebelumnya akan dilaksanakan. Setahun sekali akan ada acara, yang bertujuan untuk mengevaluasi kinerja masing-masing, sebab perusahaan yang didirikan bersama itu, cukup rentan untuk menjadi rebutan.Setelah pemecatan sepihak yang dilakukan Tan. Membuat para kolega yang memiliki saham di perusahaan tersebut, mengalami kericuhan. Terlebih lagi Tan yang tak kunjung datang, membuat Wang tak tahu harus menyembunyikan muka, di mana lagi.Sebuah ruang mewah di sebuah resort yang sengaja disewa untuk rapat itu, menjadi saksi bagaimana terpojoknya wanita baya itu—karena kelakuan sang cucu.“Dasar anak kurang ajar!” gerutu Wang.Tan memang pria yang menjengkelkan, tetapi kepiawaiannya dalam mengurus perusahaan tak perlu diragukan. Namun, terkadang hal tersebut tertutupi dengan sikapnya yang arogan dan terkesan tak peduli itu, membuat para kolega khawatir akan kehilangan jabatan masing-masing, seperti apa yang telah dilakukan Tan pada Haris.

  • Nikah Non Exclusive    Keturunan Terakhir Konglomerat

    "Kau harus menikah dan segera mendapatkan keturunan, nenek ini sudah tua! Kau menunggu apa lagi?" Seorang wanita baya menatap tajam ke arah sang cucu yang masih dengan santainya duduk seraya acuh tak acuh. Pria yang usianya sudah cukup matang untuk mengarungi bahtera pernikahan itu, seolah enggan menanggapi ocehan sang nenek yang menjadi pelindungnya semenjak dia kehilangan kedua orang tua."Ha ha ha ha ...." Alih-alih menjawab, pria muda itu justru tertawa dengan nada yang menggelikan."Tan!" sentak si nenek dengan wajah yang mulai memerah."Tenanglah, Nyonya Wang, diriku masih muda, masih memiliki banyak waktu untuk itu, haha ... hahaha ...." dalihnya seraya tertawa lagi.Lantas, Tan mengerlingkan sebelah mata untuk menggoda neneknya. Wang benar-benar dibuat kesal, setiap kali Tan diingatkan tentang pernikahan selalu saja berakhir sama. Pria muda yang masih menjadi keturunan terakhir keluarga Kim ini memang sangat sulit diatur."Hei, anak muda, bukankah kau tahu sendiri mereka akan

DMCA.com Protection Status