Share

Ch. 173

Cepat-cepat aku mengambil botol minum lalu meneguk airnya. Dari ekor mata ini, kulihat Halwa kembali menyantap lauk dalam wadah.

"Iya. Ini kayak tahu telur balado buatannya Mba Mai kalau masak di rumah. Namanya aja balado, tapi enggak kerasa pedas, cuma anget aja, soalnya almarhum Bang Arka gak suka makanan pedas, jadinya Mba Mai kalau masak ini tuh ya begini." Halwa masih nyerocos, sedangkan aku melanjutkan makanku dengan tidak terlalu lahap.

"Abang bekal makan ini dari mana?" selidik Halwa.

Aku berdehem pelan dan menelan kunyahan dalam mulut. "Abang beli di warung makan."

"Masa, sih? Kok, rasanya gak asing di lidahku ya. Sama persis seperti masakannya Mba Mai saat masih tinggal di rumah," kukuh Halwa yang tidak salah dengan indera pengecapnya.

Aku menarik napas dalam-dalam. "Wa, mungkin kamu lagi rindu sama Mba Mai. Jangan lupa buat Kirim al-fatihah ya!" ucapku seakan mengingatkan bahwa Mai sudah tiada di dunia ini. Ampuni aku, Ya Tuhan.

Terdengar hembusan napas berat dari Halwa. Di
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status