Share

Ch.174

Penulis: Sity Mariah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-09 23:07:45

*******

Keluar dari ruangan makan, aku membawa Maira menuju ruang televisi lalu menurunkannya di sofa panjang membiarkan kedua kakinya lurus. Aku pun dengan cepat menghempas bobotku di sofa yang sama. Kuangkat kaki Maira dan menempatkannya di atas pahaku.

"Mau apa kamu, Mas?" tanya Maira dengan suara pelan.

Aku tidak menjawab, melainkan mulai memijat kaki Kiara di pangkuanku. Dimulai dari telapak kakinya yang putih bersih kemudian merambat ke betisnya. Kulakukan hal yang sama pada kedua kakinya itu bergantian.

Maira pun tak lagi banyak bertanya. Aku menoleh padanya dan kudapati ia pun tengah memandangiku. Tatapan kami lagi-lagi beradu, hingga senyum tipis terulas dari bibirku. Kedua tanganku masih memijat kaki putihnya itu.

"Tadi aku ke rumah Ibu. Alhamdulillah, ibu sudah pulang dari rumah sakit. Terus aku lihat, Ayah sedang memijat kaki Ibu seperti ini. Jadi aku rasa, aku perlu melakukan hal yang sama untuk kamu," jelasku akhirnya.

Aku masih memasang senyum tipis sambil menoleh dan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Naik Ranjang   Ch. 175

    *************Netra Maira terlihat membeliak. "Kedinginan? Kenapa gak kamu turunkan suhu AC-nya saja? Kenapa kemari?"Aku mendongak menatap perempuan yang masih berkerudung itu. Padahal, aku sudah mengatakan jika rambutnya telah halal aku lihat. "Kamu keberatan?"Maira mengangguk. "Tentu. Kita punya batas masing-masing, bukan?"Kuhembus napas kasar. "Kamu dengar, mulai malam ini, aku mencabut semua aturan-aturan yang pernah aku buat. Aku menarik kata-kataku. Aku menarik larangan yang pernah kubuat. Mulai malam ini, tidak ada lagi batasan-batasan yang berlaku di antara kita. Aku suamimu, dan kamu adalah istriku. Kita adalah pasangan di rumah ini. Tidak ada lagi batasan yang harus kita jaga. Kamu berhak melakukan tugasmu di sini, kamu berhak mendapatkan hakmu juga sebagai istri di sini. Ini rumahmu dan tinggalah dengan nyaman di sini!" ucapku tegas masih dalam keadaan duduk di ujung bed.Maira terlihat melongo dengan mata menyipit menatapku."Kamu bebas jika mau tidur di kamar utama, ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-10
  • Naik Ranjang   Ch.176

    "Apa-apaan kamu, Mas? Tolong lepaskan," desis Maira yang masih menyusui putranya.Aku menggeleng cepat. "Enggak. Aku kedinginan." Meski sebenarnya hatiku berdebar tak karuan. Seumur-umur baru Maira perempuan yang aku peluk selain ibu dan adik-adikku."Mas—""Kenapa? Gak boleh aku memeluk istriku sendiri, hmm?""Aku ... risih.""Mulai malam ini, kita biasakan." "Tolonglah, Mas! Aku ... belum terbiasa. Jangan memaksa!""Mai ... aku ini tidak memiliki penyakit menular yang mematikan. Aku juga tidak menyebabkan seseorang menjadi gatal-gatal. Tidak, Mai. Jadi kamu harus terbiasa untuk kedekatan kita mulai sekarang."Terdengar hembusan napas berat dari perempuan yang masih aku peluk saat ini. "Terserah kamu sajalah," ucapnya pelan dan seperti menyerah.Aku melirik wajahnya yang nampak merengut, tetapi tidak membuatku melepaskan pelukan terhadapnya.Keanu terlihat masih semangat menyusu pada ibunya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-12
  • Naik Ranjang   Ch. 177

    Aku berlari cepat menuju kolam yang ada di taman belakang ini. Tas kerjaku bahkan sampai terhempas saking terkejutnya aku."Mai!" Aku berteriak panik melihat tubuh Mai mengambang di tengah-tengah kolam sedalam hanya tiga meter.Aku panik karena Keanu juga menangis di gazebo kayu samping kolam renang ini. Sementara di sana, Mai tidak nampak bergerak. Terapung juga alat pembersih kolam dan banyak dedaunan kering."Sebentar ya, Nak. Om akan selamatkan dulu Ibumu," ucapku pada Keanu yang ditidurkan di atas gazebo.Aku langsung nyebur ke dalam kolam. Berenang ke tengah-tengah dengan cepat lalu menarik tubuh Maira dan membalikkan tubuhnya. Menepuk-nepuk pipinya dengan keras. "Mai, Mai, bangun, Mai. Bangun! Sadar!" ucapku coba menyadarkannya.Kulakukan terus menepuk-nepuk pipinya tetapi tetap tidak ada tanda-tanda Mai bangun. Bibirnya telah sedikit membiru. Duh, ada-ada saja. Di sana pun, tangis Keanu masih terus bergema.Secepatnya aku

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-13
  • Naik Ranjang   Ch. 178

    Maira memundurkan tubuhnya dariku. Namun aku mengikuti langkahnya. Sehingga tubuh kami tetap berdekatan."Ap—apa ... memangnya?" tanya Maira tergagap.Aku tersenyum simpul pada Mai. Aku menjadikan jari telunjuk dan jari tengahku saling menempel, lalu ujungnya kutempelkan pada bibirku.Cup~Aku mencium ujung jari-jemariku yang menempel itu. Kemudian mendekatkannya pada bibir Maira. Perempuan itu mengelak memaksaku hari menahan kepala belakangnya.Sampai akhirnya, jariku menempel di bibirnya yang terkatup rapat. Cukup lama sebelum aku melepaskannya.Kening Maira terlihat mengernyit."Kenapa? Kamu tidak mengerti?" tanyaku melihat wajah Mai yang seperti tidak paham kode dariku itu."Atau ... harus aku praktekkan lagi?" tanyaku memberi pilihan.Kening Maira semakin melipat. "Apa yang perlu diulangi? Cara kamu menyadarkanku tadi? Tinggal katakan saja, tidak perlu diulangi, bukan?" cecarnya dengan raut wajah penuh tanya.Aku tersenyum penuh dengan kepala terangguk pelan. "Hmm, baiklah," ucap

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-14
  • Naik Ranjang   Ch. 179

    Aku berdiam di ruang televisi, ditemani siaran dari layar lebar empat puluh dua inch yang menempel di dinding depan sana. Pikiran ini berkelana. Kejadian di kolam berenang tadi, terekam dalam ingatan dan menari-nari di pelupuk mata. Tanpa sadar, tanganku tergerak lalu menyentuh permukaan bibirku sendiri. Membelainya disertai kilasan kejadian tadi. Aku ingat bagaimana saat bibir ini beradu dengan mulut Mai. Memberinya napas buatan dan degup jantungku bertalu-talu saat mengingatnya sekarang."Astaga. Kenapa aku inget terus kejadian tadi sih?" cicitku seraya memejamkan mata.Tak hanya kejadian di kolam renang, apa yang terjadi di dalam kamar Mai pun terus terngiang dalam kepalaku.Bagaimana aku begitu berani memeluk lalu mencium perempuan berstatus istriku itu. Hatiku bergetar dipenuhi rasa yang tidak aku mengerti.Namun, Mai masih melakukan penolakan, tapi itu sangatlah wajar. Pernikahan ini belum sepenuhnya Mai terima.Kuhembus napas kasa

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-17
  • Naik Ranjang   CH. 180

    "Hah? S—siapa yang nangis? Gak ada ah. Abang gak denger apa-apa kok, kamu salah denger kali." Aku berjalan sambil pura-pura memasang telinga, mengelak apa yang adikku itu dengar. Padahal jelas sekali aku pun mendengar suara tangisan dari dalam kamar kedua."Gak mungkin salah denger. Jelas banget kok. Masa sih Abang gak denger?!" Hafsa berjalan menjauh dari ambang pintu ruang makan. Ia celingukan dan seperti menajamkan pendengarannya.Aku menelan ludah saat Hafsa berdiri di depan pintu kamar kedua."Suaranya dari sini, Bang," ucapnya dan sudah menempelkan telinga di daun pintu.Aku menggeleng. "Engga, Hafsa. Gak ada kok. Mana? Gak ada ah!" Aku terus mengelak."Ih, masa sih? Orang jelas banget tadi itu!" Kukuh Hafsa."Nggak ada, Sa, nggak ada! abang nggak denger apa-apa kok. Kamu pasti salah denger deh abang yakin!" ucapku menarik tangan Hafsa menjauh dari daun pintu kamar kedua. Namun Hafsa menepis tanganku yang memegangnya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-18
  • Naik Ranjang   Ch. 181

    Jam tujuh malam, aku baru tiba di rumah. Keadaan rumah sudah sepi. Namun, pintu kamar kedua tidak begitu tertutup rapat. Aku mendorong daun pintu dan mengintip, hanya ada Keanu sendiri di tengah-tengah kasur.Aku pun menjauh dari kamar kedua. Menyimpan tas kerja di atas sofa ruang televisi. Aku bergegas mencari Mai di ruangan lain, dan menemukannya tengah membuat ASI booster di mini bar ruangan dapur.Aku berjalan pelan tanpa membuatnya tahu kedatanganku. Kemudian berdehem pelan setelah berdiri tepat di belakang tubuhnya yang duduk."Ehm!" seruku seperti orang ingin batuk.Maira berbalik dengan cepat. "Mas! Kamu bikin aku kaget!" ketusnya dan segera kembali berbalik.Bahkan, perempuan yang mengenakan kerudung instan itu sudah turun dari kursi mini bar. Dia telah berdiri dan hendak berlalu. Cepat aku merentangkan satu tanganku menghalangi jalannya.Maira menatapku sengit dengan kening melipat. Aku pun bergerak cepat mengeluarkan b

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-20
  • Naik Ranjang   Ch. 182

    **********Kuhembus napas berat sembari meletakkan ponsel di atas nakas. Pikiranku dipenuhi tanya, segala upaya mulai aku lakukan untuk meluluhkan Mai. Tapi? Mai tetap membeku. Nyaris tidak ada kesempatan untukku menempati hatinya.Aku masih menatap langit-langit kamar. Berbaring dengan kedua tangan terbuka lebar. Aku masih enggan beranjak. Terbaring dalam posisi seperti ini untuk waktu yang lama.Aku masih terus terbayang perlakuan Mai dengan mawar yang kuberi. Belum apa-apa, dia sudah membuat nyali ini ciut. Entah bagaimana aku akan melanjutkan perasaan ini? Belum apa-apa saja, Mai sudah berhasil membuatku merasa terhempas. Bagaimana ke depan nanti?Apa aku harus berhenti?Kuraup wajah dengan dua telapak tangan. Aku bingung. Andai semua ini tidak dirahasiakan, aku pasti akan meminta bantuan Ibu dan Ayah untuk berbicara pada Mai.Angin malam makin terasa. Dingin menusuk kulit, membuatku makin malas beranjak, tapi juga badanku ge

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-24

Bab terbaru

  • Naik Ranjang   263

    Aku membawa Halwa ke dalam kamar. Menutup pintu menggunakan kaki hingga berdebam kencang. Melanjutkan langkah menuju tempat tidur, lalu menjatuhkan bobotku tanpa menurunkan Halwa lebih dulu. Posisinya yang digendong seperti bayi koala, membuat ia kini berada di atas tubuhku yang sudah setengah bersandar di headboard kasur.Kedua tanganku terulur mengusap sisi rambutnya. Membelai wajah cantik itu lalu menyelipkan rambut ke belakang dan telinganya bersama pandangan kami yang saling mengunci."Syaratnya ... apa boleh aku meminta hak sebagai suami? Apa kamu tidak keberatan aku memintanya malam ini?" tanyaku seraya mengungkap syarat yang kumaksud.Halwa menunduk sambil menggigit bibirnya. Menggerakkan bola matanya tak tentu arah seakan salah tingkah. "Kamu ... menginginkannya malam ini, Mas? Tapi ... kondisiku seperti ini. Bagaimana jika tidak berjalan maksimal? Emmh, maksudku, tanganku sedang cedera seperti ini, apa tidak akan jadi masalah?"Aku tersenyum kecil dengan kedua tangan masih ak

  • Naik Ranjang   262

    Secangkir teh tawar hangat akhirnya tersaji. Aku bersama Halwa duduk berdua mengisi meja makan. Ia menikmati segelas susu vanila dengan roti selai kacang meski menggunakan tangan kirinya. Sampai kemudian Halwa selesai lebih dulu dan barulah aku. Halwa telah bangkit, membereskan meja makan bekas kami sarapan dengan satu tangannya."Udah, biar aku yang beresin," ujarku sembari menahan tangan Halwa.Ia menggeleng dan menarik tangannya dariku. "Gak papa, Mas. Biar aku aja," tolaknya masih terus membereskan meja.Aku lantas membiarkan. Halwa selesai menumpuk piring serta cangkir yang tadi kami gunakan. Ia beranjak dari meja makan ini, membawa perabot kotor menuju wastafel pencuci piring.Namun, tentu saja aku tak tinggal diam. Lekas aku menyusul dan berdiri di belakangnya. Terlihat sekali Halwa tak mampu bekerja dengan normal hanya dengan satu tangan. Aku menyentak napas membuatnya berbalik badan. Cepat aku meraih pinggangnya. Membawa tubuhnya sedikit bergeser lalu mengangkat hingga ia te

  • Naik Ranjang   261

    Setibanya di kamar, aku menurunkan Halwa di tempat tidur. "Aku siapkan dulu airnya, ya?"Halwa mengangguk cepat. Aku menjauh dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi berdinding kaca. Menyiapkan air hangat memenuhi bath tub, tak lupa menambahkan bath bomb hingga berbuih dan wangi semerbak.Setelah air siap, aku kembali menemui Halwa yang terduduk di bibir tempat tidur."Air hangat sudah siap," ucapku memberitahu. Aku lalu menjatuhkan tubuh di hadapan Halwa. Bertumpu dengan kedua lutut hingga tinggi kami sejajar.Aku mengulurkan tangan menangkup wajahnya yang bulat. Manik mata itu seakan menghipnotis membuatku selalu ingin menatapnya lama-lama. Semburat senyum tersungging di bibir Halwa. Tangannya tergerak meraih tanganku yang tengah membelai pipinya."Buka kerudungnya, ya?" ucapku merasa perlu meminta izin. Halwa mengangguk tanpa protes. Tanganku lalu dengan cepat menyingkap kain penutup kepalanya hingga terlepas.Aku tak mampu berpaling. Kupandangi Halwa dengan tangan menyelipkan si

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (260)

    260#Aku membawa kepala Halwa tenggelam di dada. Tidak peduli di jalanan umum, aku masih tetap mendekapnya erat. Kubelai lembut kepalanya yang tertutup kerudung instan. Wajahku tenggelam, menciumi puncak kepalanya. Entah keberanian darimana, entah bagaimana bisa aku melakukan semua, mendekapnya erat dan tanpa ragu seperti saat ini.“Jangan pergi …,” ucapku lirih tanpa berhenti mengecup puncak kepalanya. Terasa dekapan tangan Halwa kian erat di pinggang.“Aku sudah mengecewakan kamu, Mas. Aku bukan perempuan yang baik. Aku rasanya tidak pantas menjadi pendamping pria setulus dan sebaik kamu,” sahutnya membuatku menggeleng.“Gak ada yang bilang seperti itu. Abi dan Ummi tidak akan membiarkanku menikahi perempuan yang salah,” jawabku tanpa melepaskan dekapan.“Ehhem, ehhem. Jadi gimana nih? Mau peluk-pelukan terus di sini gitu?” Suara Abi membuat Halwa menarik diri dari dekapanku. Sementara aku membalik badan hingga berhadapan deng

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (259)

    259.Zulfikar mendengkus. “Mas Seno kenapa kayak kaget gitu, sih? Masa’ istrinya pergi ke rumah orang tuanya Mas gak tahu?”Aku menggeleng menanggapi keheranan dari adikku itu, “Mas gak tahu, Fik.”“Emangnya Mas ke mana? Mas gak tidur di rumah? Mas biarin Mba Halwa sendirian di rumah?”Aku menggeleng pelan. “Gak gitu, Mas Cuma ketiduran di masjid.”“Ya ampun … Mas. Bisa-bisanya malah ketiduran di masjid dan gak tahu istrinya pulang ke rumah orang tuanya.”Aku merasa gusar. Benar-benar tidak menyangka jika Halwa akan pergi ke rumah orang tuanya. Hatiku mendadak tidak enak. “Tolong sekarang kamu telfon Abi atau Ummi, Fik,” pintaku pada adik bontotku tersebut.“Mau ngapain, Mas?”“Ya bilang sama Abi, kalau Mas mau ikut.“Mas tinggal nyusul aja nanti. Mas belum siap-siap juga!”Aku mendesah. Aku lantas menjelaskan pada Fikar apa yang sednag terjadi.

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (258)

    258.Detik dari jarum jam duduk di atas nakas terus terdengar. Menemani malamku yang berlalu tanpa bisa tidur. Sejak masuk kamar dan memutuskan untuk membawa tubuh ini rebah di atas kasur, aku sama sekali belum dapat tidur. Entah sudah berapa kali aku berguling ke kana juga kiri. Tengkurap lalu terlentang lagi. Menutup wajah dengan bnatal. Membaca wirid tapi tetap sama. Aku tak dapat tidur. Aku masih terjaga. Entah kenapa, tapi satu yang terasa mengganggu malamku ialah Halwa dan pembicaraan kami tadi. Wajah cantik yang tak lagi dipenuhi keangkuhan itu tertus membayang di pelupuk mata. Juga pelukannya yang tiba-tiba ia lakukan padaku. Semua terasaa membekas dan menari-nari dalam ingatan.“Fiuhh …’’ Aku mendesah seraya memutar badan hingga terlentang. Menatap langit-lagit kamar dengan perasaan entah.Terdiam sesaat sebelum kemudian tangan ini terulur meraih jam di atas nakas. “Jam dua malam, tapi aku masih gak ngantuk,” gumamku lirih. Kuhembus napas kasar dan akhirnya menyibak selimut.

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (257)

    257.Aku membisu.Kupandangi paras cantik perempuan di hadapanku ini. Memandangnya tak mengerti sama sekali. Begitu juga dengannya yang menatapku. Pendar mata itu kini lain. Tidak ada binar keangkuhan di sana. Melainkan tatap sayu dan raut memelas yang kulihat. Tidak ada jejak kesombongan serta kebencian yang sebelumnya selalu tegas ia tunjukkan.Genggamannya di tanganku terasa lebih erat. Membuatku akhirnya tersadar dan aku menarik tanganku hingga terlepas dari pegangannya.“Mas?”Aku menggeleng cepat. “Mau kamu ini sebenarnya apa?” tanyaku sambil menatapnya sengit.“M— mas?”Aku menepis tanganku ketika Halwa mencoba meraihnya lagi. “Di saat aku menaruh harapan besar pada pernikahan kita. Di saat aku mencoba membuka hati dan siap untuk memulai jalannya rumah tangga ini, kamu mematahkan hatiku begitu hebat. Kamu menjatuhkanku tanpa ampun hingga hati ini remuk. Kamu menolakku seakan aku ini adalah lelaki yang buruk dan tidak pantas dicintai. Kamu bukan hanya membuatku kecewa, tapi kam

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (256)

    256.Aku memijat kening dengan kepala agak menunduk. Mengumpulkan segenap kesadaran dalam diri. Meraup wajahku, menyugar rambut samil mengembus napas kasar. Membuka mata lebar-lebar dan ternyata semua ini bukan mimpi. Aku sama sekali tidak sedang bermimpi. Halwa benar-benar mengajakku untuk shalat dhuha berjamaah.“Bisa kamu ulangi?” ucapku hanya ingin memastikanjika ini bukanlah mimpi. Barangkali pendengaranku yang bermasalah.Terdengar helaan napas berat dari Halwa. “Kita berjamaah shalat dhuha di kamar, Mas.”Aku terdiam menatapnya.“Kamu mengigau?” tanyaku cepat,Halwa menggeleng pelan. “Aku gak lagi tidur, Mas. Jadi gak mungkin aku ngigau. Aku sadar. 100 persen!” tukasnya dengan yakin.Lagi-lagi aku melongo dibuatnya.Halwa memandangku samapi aku mengerjap dan memaligkan wajah. “ya sudah, kalau kamu mau kita berjamaah—““Aku tunggu di atas ya, Mas!” Halwa berucap cepat memotong perkataanku.“E—“ Ucapanku menggantung di udara. Halwa telah lebih dulu melangkah. Menjauh dari tempatk

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 BAB 255

    *“Ada remahan makanan di sini, Mas. Sekarang sudah bersih,” ucap Halwa sambil mengusap bawah bibirku. Jari tangannya masih bertengger di wajahku. Refleks wajahku tertarik ke belakang. Tanganku tergerak merraih jari jemarinya itu dan menurunkannya dari wajah ini.“lain kali kamu bisa memberitahu. Aku yang akan membersihkannya sendiri,” sahutku kemudian melangkah melewatinya.Aku melangkah tanpa mempedulikan lagi Halwa yang tertinggal di sana. Kakiku terus melangkah dan berjalan sampai keluar meninggalkan ruangan makan. Di mana akhirnya aku menghempaskan bobotku di sofa ruangan baca. Mengambi sebuah buku novel yang ada pada rak kecil di samping sofa ini. Tugas mengurusi Halwa untuk mandi dan sarapan sudah selesai. Aku juga tidak diperbolehkan ke madrasah, jadi lebih baik aku menghabiskan waktu di ruangan baca ini saja.Namun baru saja sampai pada lembar halaman ke tiga dari buku novel di tanganku, suara derap langkah menyapa indera pendengaran. Kepalaku terangkat seiring dengan derap y

DMCA.com Protection Status