Home / Rumah Tangga / NAFKAH YANG TERBAGI / Bab 4 Sindiran Mertua

Share

Bab 4 Sindiran Mertua

last update Last Updated: 2024-08-20 12:44:48

"Oke, mas. Ini baru permulaan!" gumam Ratri.

Hari ini, sengaja Ratri membuatkan makanan berupa sayur katuk bening, dan menyiapkan baju ganti untuk Gina. Ia mengantarkannya ke rumah Marni, sepupunya.

"Mar, aku titip Gina, ya! Aku masih ada urusan yang sangat penting. Gina nggak rewel, kan? Nggak usah khawatir soal jajannya. Cukup kasih makan saja dia pasti anteng," ujar Ratri sambil menyerahkan makanan dan baju ganti kepada Marni.

"Baik, Mbak ... Gina memang anteng kok dari tadi. Bahkan dia sendiri ingin menginap di rumahku. Mbak percaya saja padaku. Semoga urusannya cepat selesai," sahut Marni.

Pukul 11.00, sebelum melancarkan aksinya menyelidiki Rusdi. Ratri berencana akan mengunjungi rumah mertuanya.

"Assalamualaikum, Bu ...."sapa Ratri yang telah berada di depan rumah mertuanya.

Kebetulan pintu rumah itu terbuka lebar.

"Wa'alaikumsalam ...." jawab ibu mertua Ratri yang bernama ibu Nunik dan juga adik Rusdi

yang bernama Lulu.

Terlihat di ruang tamu, keduanya tengah sibukmelihat-lihat baju baru serta sepatu baru, tanpa mempersilahkan Ratri masuk ke dalam.

"Maaf, Bu, apa boleh aku masuk?" tanya Ratri sedikit sungkan.

"Ya!" sahut ibu Nunik. Matanya menatap menantunya itu dengan sinis.

Ratri melangkah masuk kemudian bergabung bersama mereka. Tak ada sapaan yang mereka lontarkan kepada Ratri.

"Bu, kak Tiana baik banget ya, Bu. Beruntung dia menjadi anggota keluarga kita." Lulu tengah memuji seseorang.

Tiana?! Bukankah itu nama yang aku temukan di ponsel Mas Rusdi?

Ingatan Ratri kembali saat ia tak sengaja membaca pesan yang masuk ke ponsel suaminya.

"Maaf, Bu ... Tiana siapa, ya? Dia anggota keluarga kita? Kok aku tidak tahu, ya!" ujar Ratri.

Bu Nunik menoleh ke arah Ratri.

"Tentunya dia wanita yang sangat royal dan nggak pernah pelit sama Ibu. Bukan memberikan uang hanya tiga ratus ribu setiap bulan. Oh iya, kamu ada apa datang ke sini?" tanya bu Nunik, ucapannya terdengar tidak mengenakkan seolah sedang menyindirnya.

Bahkan ia sama sekali tidak menanyakan kabar cucunya.

"Mohon maaf, Bu ... Jika maksud Ibu menyindir aku. Aku bisa jelaskan. Jika mas Rusdi memberi saya nafkah cukup, aku nggak akan memberikan Ibu uang hanya sedikit. Tapi jika aku hanya diberi nafkah jauh dari kata cukup, apa yang mesti aku kasih, Bu? Terkadang untuk kami saja aku harus memutar otak. Maaf ya, Bu ... Bukan maksud aku lancang. Tapi aku harus meluruskan masalah ini. Jangan dulu menilai buruk aku, Bu." Ratri berusaha menjelaskan. Namun, bu Nunik seakan tak peduli dengan penjelasan Ratri.

"Maksud kedatangan aku kemari, aku mau tanya, apakah mas Rusdi seminggu ini menginap di sini?" tanya Ratri.

Bukan tanpa alasan, ia merasa tidak percaya jika Rusdi menginap di kontrakan temannya. Apalagi setelah mendengar status pekerjaannya. Membuat Ratri minim kepercayaan terhadap suaminya.

"Lah ... Kamu kan istrinya. Kenapa tanya ke saya? Rusdi nggak ada datang ke sini," jawab bu Nunik ketus.

"Iya, nih ... Masa tanya ke kami. Mas Rusdi kan sudah kamu miliki, Mbak. Sudah kamu kuasai. Kenapa sekarang malah tanya ke sini? Mbak kalau ada masalah, urus saja sendiri. Jangan bawa-bawa kami," seloroh Lulu.

Ratri menghela nafas kasar. Dari semenjak menikah dengan Rusdi, perangai mereka memang seperti ini. Tidak ada kata ramah, kecuali di hadapan orang-orang, hanya untuk pencitraan semata.

"Sepatunya bagus banget ya, Bu? Pasti harganya sangat mahal!" ujar Lulu dengan tatapan mendelik sinis ke arah Ratri.

Diam, mungkin itu lebih baik. Jika dilawan, mungkin akan lebih parah melawan Ratri. Terlebih Ratri masih menghormati bu Nunik. Tak ingin ia mencari masalah dengan wanita paruh baya itu.

Ratri menunduk, semakin bingung dengan keadaan ini. Terlebih melihat sikap mertua dan adik iparnya, terlihat tidak suka akan kedatangan Ratri.

"Mohon maaf, aku hanya bertanya. Aku kira dia menginap di sini. Soalnya sudah seminggu ini dia tidak pulang." Tak ada sahutan sama sekali dari mereka berdua. Keduanya sibuk mencoba sepatu baru.

Ratri terdiam sambil melihat mereka berdua. Sudah lama Ratri tidak berkunjung ke rumah mertuanya.

Namun, sekalinya ia berkunjung, hanya sambutan tak mengenakan yang ia dapat. Apakah seburuk itu menantu perempuan di keluarga sang suami?

"Bu, Gina sudah masuk sekolah. Dia ... Sudah masuk TK," imbuh Ratri, memberitahu mertuanya tentang cucunya. Ia berusaha mencairkan suasana yang terasa tegang ini.

"Oh ya? Bagus ... Urus yang benar anak kamu," sahut bu Nunik.

"Apa ... Ibu nggak kangen gitu sama Gina?" tanya Ratri.

Lagi-lagi hanya diam yang menyelimuti ruangan itu. Mereka enggan untuk sekedar ngobrol dengan Ratri.

Melihat perangai mereka, Ratri memutuskan untuk pulang saja. Rasanya akan percuma jika bertanya kepada mereka. Ratri pun berpamitan pulang.

***

Pukul 16.00, Ratri telah berada di depan kantor Rusdi. Sengaja Ratri berdiam di seberang kantor, menunggu dengan menggunakan masker.

Tak berselang lama, pria yang sangat ia kenali keluar sambil berbincang dengan salah satu pegawai di sana.

Ratri menilik keadaan di sana. Namun, ia tak melihat motor yang biasanya Rusdi gunakan. Lalu, jika motornya tidak ada, Rusdi akan naik kendaraan apa?

Ratri kemudian mencoba menghubungi nomor Rusdi. Ia mulai menempelkan ponsel itu di telinganya.

"Aktif," batin Ratri.

Rusdi yang mendengar ponselnya berdering, segera melihat layar ponselnya tersebut. Segera Rusdi menerima panggilan telepon itu.

"Halo, Rat ... Ada apa?" tanya Rusdi yang berdiri di samping mobil mewah. Apakah itu mobilnya?

Dengan hati-hati, Ratri menjawab pertanyaan Rusdi.

"Nggak apa-apa, Mas ... Aku hanya ingin bertanya, kapan acara di kantor tempat kamu kerja selesai? Aku dan Gina sangat merindukanmu. Apakah kamu bisa pulang sebentar saja, temui kami dan hibur Gina supaya dia nggak sedih lagi. Dia juga kangen dibelikan makanan enak oleh kamu," jawab Ratri.

Terlihat Rusdi menggaruk pelipisnya dengan jari telunjuk. Ia seperti sedang berpikir.

"Mas, apa kamu nggak bisa menemui anakmu sebentar saja? Apakah kerjaan kamu begitu banyak, sehingga kamu enggan menemuinya walau hanya sebentar?" tanya Ratri ketika Rusdi terdiam.

"Ya sudah, aku pulang sekarang. Aku pasti belikan makanan enak lagi buat Gina," jawab Rusdi.

Mendengar itu, Ratri sedikit lega. Walau ia merasa kecewa dengan kebohongan tentang status pekerjaannya. Namun, setidaknya Rusdi masih ada rasa peduli kepada Gina.

"Ya sudah, Mas ... Aku tunggu!"

Rusdi mengakhiri obrolannya dengan Ratri. Akan tetapi, Ratri melihat Rusdi memasuki mobil mewah itu. Apakah benar itu mobilnya?

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
masih berdrama bodoh juga kau njing. pantas kau dibohongi krn levelmu cuman pasangan ob. itu makanya si rusdi pura2 jadi ob. punya kesempatan bagus fisia2kan. mampuslah kau njing
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 5 Anak siapa, Mas?!

    Sungguh, apa yang dilihat Ratri itu sungguh menyakiti hatinya.Dengan tubuh gemetar, Ratri kemudian bersiap menaiki ojek yang sudah disewanya tadi. Karena sebelum pergi ke kantor Rusdi, Ratri sempat meminjam uang kepada Marni."Bang, ikuti mobil itu!" tunjuk Ratri pada mobil yang dikendarai Rusdi."Jaga jarak ya, Bang. Jangan sampai kita ketahuan," ujar Ratri yang disambut oleh anggukan tukang ojek itu.Mobil Rusdi keluar dari parkiran, kemudian melaju membelah jalanan yang sedikit padat.Ketika Ratri fokus menatap mobil yang dikendarai Rusdi. Ratri merasa ponsel di dalam saku celananya bergetar. Sebenarnya ia enggan untuk mengangkatnya. Namun, takut jika yang menelpon ada keperluan penting."Mas Rusdi," gumam Ratri ketika layar ponsel itu tertera nama Rusdi."Halo, Mas!" sapa Ratri."Halo, Rat, kok berisik sekali. Kamu ada dimana?" tanya Rusdi."Eh ini aku ... Ada di jalan. Kebetulan aku habis beli sabun cuci piring di warung pinggir jalan," jawab Ratri sekenanya."Oh ... Ini, Rat, a

    Last Updated : 2024-08-20
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 6 Saran Rara

    "Ya Tuhan ...." Ratri tak tahan mendengar ucapan wanita itu, yang terdengar sangat kurang ajar.Ratri bisa menyimpulkan, jika wanita itu adalah istrinya Rusdi. Namun, sejak kapan mereka menikah?Rahang Ratri bergemelatuk menahan amarah. Namun, sebisa mungkin ia redam. Ia tak ingin membuat kekacauan di cafe itu."Kamu yang sabar, Tiana ... Sudah seminggu ini kan aku bersama kalian terus. Bahkan hari ulang tahun anakku saja, aku nomor duakan demi ulang tahun Cherly yang kebetulan dihari dan tanggal yang sama. Percayalah, aku cinta sama kamu. Nanti akhir pekan, aku pulang lagi ke rumah kita." Rusdi berusaha memberi pengertian kepada wanita yang bernama Tiana."Tiana," batin Ratri. Ia teringat akan kontak yang bernama Tiana, yang pernah menghubungi nomor Rusdi, dimalam ulang tahun Gina. Ia juga teringat akan ucapan Lulu yang memuji-muji nama Tiana."Jadi Tiana anggota keluarga Ibu itu maksudnya ini? Terus alasan Mas Rusdi pulang telat, dia sedang merayakan ulang tahun anak itu? Tega kamu,

    Last Updated : 2024-08-22
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 7 Kangen Ayah

    "Apa-apaan ini, Ratri?" sentak Rusdi, kaget dengan sikap Ratri yang tiba-tiba bersikap tidak sopan seperti itu.Rusdi mengelap makanan yang menempel di wajahnya.Amarah Ratri meledak seketika, saat melihat makanan yang ada di hadapannya. Makanan sisa bekas Rusdi, Tiana dan anaknya. Dada Ratri naik turun dengan tatapan nyalang ke arah Rusdi."Aku tidak butuh makanan bekas kamu dan istri baru kamu, Mas!" berang Ratri.Tubuh Ratri bergetar hebat, ia merasa jijik atas kelakuan Rusdi."Maksud kamu?" tanya Rusdi.Ratri berdecih, ia tersenyum miring dan membuang muka ketika Rusdi bertanya seperti itu."Aku tidak Sudi memakan makanan bekas kalian. Apa kurang jelas? Katakan, apakah makanan yang setiap hari kamu kasih ke Gina, apakah itu juga merupakan makanan bekas?" tanya Ratri dengan penuh penekanan."Makanan bekas apa? Aku beli baru kok, dari uang tips. Kamu jangan coba-coba menuduh aku, ya. Istri baru, istri baru yang mana?" Imbuh Rusdi, namun terlihat gelagapan.Ratri menghela nafas kasar

    Last Updated : 2024-08-23
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 8 Takut

    "Gina sayang, sepertinya acara belanja kita nggak jadi hari ini. Mungkin lain kali saja. Nggak apa-apa, ya!" ujar Rusdi.Ratri menoleh ke arah Gina, terlihat ada raut kecewa di wajah manisnya. Kemudian menoleh ke arah Rusdi, dan menatapnya tajam."Kamu yang merusak kebahagian Gina malam ini." Setelah berucap demikian, Ratri kemudian keluar dan membawa Gina kembali ke dalam rumahnya."Kenapa ayah membatalkan acara belanja kita, Bu? Siapa yang menelpon?" tanya Gina, terlihat sekali ia begitu sedih.Tidak seharusnya Rusdi bersikap seperti itu. Seakan membawa Gina terbang tinggi, lalu menghempaskannya begitu saja."Gina yang sabar, ya! Nanti kalau Ibu punya uang, Ibu pasti beliin Gina baju yang bagus. Sekarang kita istirahat saja. Biarkan ayah pergi dengan urusannya." Ratri berusaha menenangkannya, walau pun tak bisa dipungkiri, ia pun merasa kecewa dan sakit atas sikap Rusdi yang seperti itu.Hari-hari telah berlalu, bahkan minggu dan bulan pun telah berganti. Semenjak malam itu, Rusdi t

    Last Updated : 2024-08-24
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 9 Amplop Coklat

    "Loh, mana berasnya?" gumam Ratri.Beras sebanyak dua puluh lima kilo yang tadi disimpan di teras, kini telah raib entah kemana. Ratri mencari ke sana kemari. Namun, tetap saja beras yang baru saja dibelinya tidak ada.Ting ....Sebuah notifikasi pesan masuk ke ponsel Ratri."Ratri, beras yang ada di teras, Ibu bawa pulang. Kebetulan persediaan stok beras Ibu sudah habis. Nggak usah marah, karena uang yang kamu pakai belanja itu juga pasti hasil jerih payah Rusdi. Anggap saja itu sebagai ganti uang bulanan Ibu dari kamu.""Ya Tuhan ... Ibu ada-ada saja." Ratri menggelengkan kepalanya. Tak habis pikir dengan sikap mertuanya itu. Lanjut ia membawa sembako lainnya masuk ke dalam rumah.Dua bulan kemudian, Rusdi belum kunjung pulang. Entah apa yang ada di dalam pikiran Rusdi. Sama saja ia telah menelantarkan anak beserta istrinya. Bahkan nafkah pun tak ia beri selama dua bulan ini. Namun, Ratri enggan untuk menyusul Rusdi, walau pun ia tahu jika tidak berada di rumah ibunya, pasti Rusdi b

    Last Updated : 2024-08-25
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 10 Ceraikan Aku, Mas!

    "Aku tidak butuh uang kamu, Mas. Kenapa kamu harus repot-repot membaginya denganku?" ujar Ratri, ketika melihat nominal uang yang diberikan oleh Rusdi.Rusdi terkejut, ia kemudian memungut uang itu dari lantai."Lima ratus ribu?" batin Rusdi terkejut."Tapi-""Cukup, Mas! Kalau kamu sudah tidak bisa bersikap adil, ceraikan aku. Dengan begitu, aku tidak akan merasa tersiksa lagi dengan ikatan pernikahan yang penuh dengan drama ini," potong Ratri.Rusdi terdiam sambil menatap uang pecahan seratus ribu yang berjumlah lima lembar itu."Ceraikan aku, Mas. Maka kamu tidak harus repot-repot menafkahiku lagi," lirih Ratri penuh penekanan.Rusdi menggeleng pelan sambil menatap Ratri.Ratri membuang muka ketika melihat ekspresi Rusdi."Aku ...."Ceklek!"Ayah!" Ratri dan Rusdi menoleh ke arah pintu kamar. Tampak Gina baru saja bangun tidur."Kok bangun, Nak?" tanya Ratri."Aku dengar suara Ayah, jadi aku bangun," jawab Gina."Ayah kapan ke sini? Ayah tidak akan pergi lagi, kan?" tanya Gina.Rus

    Last Updated : 2024-08-26
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 11 Barang Bekas

    "Bu, kenapa di rumah Nenek banyak sekali orang?" tanya Gina menatap Ratri.Ratri baru ingat, jika tradisi di keluarga Rusdi, selalu mengadakan pertemuan antar keluarga dan kerabat setiap tahunnya selain lebaran. Dan tempat mertuanyalah yang menjadi tempat berkumpulnya mereka. Namun, kenapa sama sekali tidak ada yang memberitahu Ratri, atau sekedar mengingatkannya tentang acara tahunan ini? Bukankah Ratri juga masih bagian dari keluarga mereka?"Ibu baru ingat, setiap satu tahun kan suka ada pertemuan keluarga. Jadi di rumah Nenek pasti banyak orang seperti ini," jawab Ratri.Ratri pun mengajak masuk Gina ke dalam rumah mertuanya."Assalamualaikum ...." ucap Ratri.Serempak semua yang ada di dalam rumah menoleh setelah mendengar suara Ratri. Mereka kompak terdiam tak mengeluarkan suara apa pun. Ratri merasa aneh dengan tatapan mereka. Kemudian ia melirik cara berpakaiannya apakah ada yang salah? Di sana pula terlihat Tiana, bu Nunik, Lulu dan Cherly yang tengah digendong oleh Rusdi. Ru

    Last Updated : 2024-08-27
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 12 Investasi

    Keadaan Gina semakin lemas ketika mereka telah berada di luar. Melihat keadaan anaknya, Ratri merasa khawatir dan segera menggendongnya menaiki angkot."Lebih baik aku bawa Gina ke dokter," gumam Ratri.Setelah berhenti di depan sebuah klinik. Dengan cepat Ratri menggendong Gina, supaya segera mendapatkan penanganan."Anak Ibu hanya butuh banyak istirahat. Mungkin dengan membuatnya ceria, kesehatannya akan cepat pulih. Saya tuliskan dulu resep obatnya. Nanti Ibu tebus obatnya di apotek," terang dokter yang menangani Gina.Ratri mengangguk, "Baik, Dok ... Saya mengerti."Setelah menebus obat, Ratri membawa Gina pulang ke rumahnya."Gina kenapa, Mbak?" tanya Marni ketika mereka berpapasan di jalan depan rumah Ratri."Gina sakit, Rat ... Sudah tiga hari dia belum sembuh," jawab Ratri.Marni tampak khawatir saat melihat keponakannya tertidur dalam gendongan Ratri."Aku ikut, Mbak ... Biar aku bantu jagain Gina," imbuh Marni yang disambut oleh anggukan kepala Ratri.Satu dua hari keadaan G

    Last Updated : 2024-08-28

Latest chapter

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 96 Hukuman Mati

    Selain meninggalkan ponsel baru untuk Gina. Lena pun meninggalkan nomornya, supaya Gina menghubunginya.Gina kemudian menghubungi Lena untuk mengucapkan terima kasih. Lena begitu perhatian. Bersyukur ia memiliki ibu sambung sepertinya. Selain itu, Gina juga menanyakan kabar tentang orang tuanya. Belum begitu lama tinggal di kampung, Gina merasa sangat merindukan mereka. Entah sedang apa mereka, apakah mereka masih sibuk mencari Gina?Telepon pun tersambung, Lena segera mengangkatnya."Halo, Bunda. Bunda di mana sekarang? Maaf, tadi kata Nenek saat Bunda berkunjung, akunya nggak ada di rumah. Aku sedang ada urusan di luar. Oh iya, terima kasih banyak ya, Bun ponsel dan uangnya. Kebetulan sekali aku sangat membutuhkan ponsel ini," ucap Gina."Halo, Sayang. Iya tidak apa-apa. Bunda ada di jalan, sebentar lagi sampai di rumah," sahut Lena."Em ... Bunda, bagaimana kabar ayah? Terus ibu dan ayah Saga? Bunda juga apa kabar? Kangen aku sama kalian," imbuh Gina."Kabar ibu dan ayah Saga baik-

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 95 Membawa Pulang

    Beberapa saat kemudian, Farrel dan tim kepolisian kembali dengan tangan kosong. Rumiah telah lolos dari kejaran mereka. Sehingga membuat Rumiah ditetapkan menjadi DPO."Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Tapi, kami akan berusaha semaksimal mungkin, untuk mencari keberadaan saudari Rumiah." Polisi pun pamit dari rumah Farrel."Bagaimana ini? Keadaan ini belum aman jika Rumiah masih bebas berkeliaran. Bisa saja sewaktu-waktu, dia kembali mencari Ayah dan memaksa lagi untuk memberikan semua milik Ayah. Bahkan tak segan membuat Ayah menderita lagi." Farrel merasa khawatir.Mereka terdiam untuk beberapa saat. Namun, beberapa saat kemudian Gina mengutarakan pendapatnya."Em ... Bagaimana kalau Om Romi ikut kita ke kampung saja, Rel. Sekalian kita jelaskan kepada ibu kamu," imbuh Gina.Farrel menoleh ke arah ayahnya. Pak Reno pun ikut menimpali, "Ide yang bagus. Memang sebaiknya untuk sementara waktu, Ayah kamu harus kamu bawa dari rumah ini. Bahaya jika dibiarkan tinggal sendirian, seme

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 94 Ditangkap

    "Ya Tuhan, Gina!" teriak Rumiah, ketika Gina terbatuk dan menyemburkan air di dalam mulutnya pada berkas itu."Aduh, maaf-maaf. Aku tidak sengaja, biar aku bersihkan berkasnya," ucap Gina.Gina kemudian merebut berkas itu, lalu berusaha mengeringkannya menggunakan ujung kerudung yang dipakainya."Ya ... Sobek," ujar Gina.Rumiah melotot tajam, melihat apa yang dilakukan oleh Gina. Namun, pak Reno dan juga Farrel menahan tawa atas apa yang terjadi."Kamu, ya! Kamu apakan berkas ini? Kurang ajar kamu, Gina!"Rumiah melayangkan tamparan ke arah Gina. Namun, secepatnya Farrel menahan tangan Rumiah."Berani menampar dia, maka rekaman itu akan aku berikan ke polisi dan aku sebar luaskan." Farrel memberi ancaman.Rumiah menepis tangan Farrel, ia berbalik badan menghadap Farrel."Rekaman apa yang kamu maksud? Bukankah rekaman itu sudah aku hapus? Jangan main-main denganku, Farrel. Aku tidak bisa kamu kelabuhi. Aku bukan wanita bodoh seperti yang kamu pikirkan," cetus Rumiah.Farrel tertawa be

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 93 Menandatangani

    Rumiah membeliak, saat melihat kak Reno memperlihatkan rekaman kejahatannya barusan. Farrel, Gina dan pak Reno tersenyum puas atas bukti yang telah mereka dapatkan."Sialan kalian semua, ternyata kalian menjebakku. Aku tidak akan tinggal diam. Aku hanya menuntut hakku sebagai istri Romi. Tapi kalian, berani-beraninya merekamku tanpa sepengetahuanku," ujar Rumiah.Romi bangkit lalu berdiri, ia menimpali ucapan Rumiah, "Apa? Hak? Jelas-jelas aku sudah menjatuhkan talak terhadap kamu. Lagi pula, kita hanya menikah secara siri. Jadi, tidak ada hak untuk kamu menguasai apa yang aku punya.""Jelas aku punya hak, kamu hanya memberikan sebagian kecil uang dan perhiasan. Kamu jangan hanya mau enaknya saja, Romi!" sarkas Rumiah."Kamu tidak bisa bersyukur, Rumiah. Aku sudah menolongmu dari garis kemiskinan. Aku menikahi kamu, karena aku kira kamu baik. Tapi ternyata, kamu tidak lebih dari seekor ular. Beruntung aku hanya menikahi kamu secara siri. Kamu tidak ada bedanya dengan seorang penipu. K

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 92 Bukti Kejahatan

    Dua hari kemudian, Farrel bergegas membawa kembali ayahnya untuk pulang. Terpaksa ia dan Gina tidak pulang ke kampung, karena urusan bersama ayahnya sangat penting, demi menyelesaikan misinya.Sesampainya di rumah, Romi kembali dipakaikan baju yang terakhir kali ia pakai di rumah itu. Walau pun sudah tidak nyaman. Namun, demi mengelabuhi Rumiah, Romi harus memakainya lagi.Tidak hanya itu, Farrel juga sengaja menyimpan sedikit makanan mentah di atas lantai. Seolah-olah Romi telah memakan makanan itu demi bertahan hidup.Tepat pada siang hari, Farrel, Gina dan pak Reno kembali bersembunyi saat terdengar suara mobil masuk ke dalam halaman rumah. Namun, sebelumnya pak Reno telah menyimpan sebuah kamera tersembunyi di kamar itu, untuk merekam aksi kejahatan yang akan dilakukan Rumiah."Semoga rencana ini berhasil, ya Tuhan. Aku ingin melihat Ayah dan Ibu kembali bersama lagi seperti dulu, bahagia tanpa ada wanita jahat itu. Tuhan, tolong permudah jalan kami untuk mengungkap semuanya di ha

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 91 Menyesal

    Romi menelan sedikit demi sedikit air kelapa itu. Walau pun sekujur tubuhnya tak bisa digerakkan. Namun, ia masih bisa menelan cairan yang diberikan oleh pak Reno.Romi telah menghabiskan air kelapa itu satu botol. Pak Reno membiarkan Romi setelah meminum air itu, menunggu reaksi air kelapa yang baru saja masuk ke dalam tubuhnya.Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya Romi sedikit demi sedikit mulai bisa menggerakkan tangannya. Hal itu membuat Farrel senang."Ayah coba gerakkan kakinya," ujar Farrel.Walau pun belum pulih sepenuhnya, sedikit demi sedikit kaki Romi pun mulai bisa di gerakkan. Romi pun kembali bisa berbicara walau pun belum lancar sepenuhnya."Aku akan panggilkan dokter, Romi. Kamu butuh dokter untuk memeriksa keadaan kamu," ujar pak Reno."Em ... Pak, apa nggak sebaiknya kita bawa saja Ayah ke rumah sakit? Lagi pula, wanita itu sudah pergi," sahut Farrel memberi usul."Ya, kamu benar, Farrel. Ayok, kita bawa Ayah kamu ke rumah sakit. Saya akan siapkan mobil saya dulu

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 90 Dia Datang

    Semua tampak bingung atas permintaan Romi. Farrel, Gina dan pak Reno saling melempar pandang."Maksud Ayah?" tanya Farrel."Jangan pergi ke mana-mana, cukup kalian di sini dan tunggu sebentar lagi. Kalian pasti akan mengetahui semuanya," jawab Romi.Mereka semakin tidak mengerti dengan segala ucapan yang terlontar dari mulut Romi. Terutama Farrel, wajahnya menunjukkan seakan menuntut penjelasan dari sang ayah."Sebentar lagi kalian akan paham maksud Ayah. Kalian sebaiknya bersembunyi, jangan sampai menampakkan batang hidung kalian saat dia datang. Ayah akan jelaskan semuanya setelah dia pergi. Tapi, Ayah minta salah satu dari kalian, bawakan Ayah air kelapa sebanyak-banyaknya," pinta Romi.Setiap perkataan Romi, begitu banyak menyimpan teka-teki yang sulit untuk dipecahkan. Namun, mereka akan menuruti perkataan Romi, mereka akan menunggu dan bersembunyi."Biar saya saja yang akan memesan air kelapa. Saya akan menyuruh ART saya," imbuh pak Reno, yang kemudian menghubungi ART-nya.Dari

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 89 Dikerubungi Lalat

    "Loh iya, ya!" sahut Gina, mereka mulai menyusuri arah bau bangkai yang mereka cium.Farrel mengajak Gina untuk pergi ke dapur. Sesampainya di sana, mereka melihat banyaknya makanan berceceran di lantai. Isi kulkas yang menyimpan bahan makanan mentah, semua sudah berada di lantai. Dan ternyata bau bangkai yang tercium berasal dari daging mentah yang telah dikerubuti lalat hijau dan belatung.Sontak membuat mereka berdua membekap hidungnya, tak tahan dengan bau yang sangat tidak enak dan menyengat itu."Farrel, aku mau muntah!" Gina berlari ke arah kamar mandi ART di dekat dapur.Gina menumpahkan semua isi perutnya. Isi perutnya yang terasa diaduk, hingga akhirnya semua sarapan yang ia santap tadi, terkuras habis."Farrel, jangan berlama-lama di sini. Aku takut muntah lagi," ujar Gina, sehingga matanya mengeluarkan banyak air.Farrel mengangguk, mereka menjauh dari dapur. Farrel kemudian mengajak Gina untuk menuju lantai atas, kamar ayahnya.Mereka mulai menaiki anak tangga. Rumah itu

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 88 Kosong

    "Loh iya, ya. Kenapa bisa pecah, ya? Mungkin ada orang iseng melempar batu kali, ya!" sahut Farrel, ia pun mengamati jendela itu."Rel, apakah kita langsung masuk saja? Tapi ... Apakah tante Rumiah ada di dalam? Sebaiknya kita harus berhati-hati. Dia sangat jahat, bahkan tidak segan untuk menyakiti orang lain," ujar Gina."Tapi di sana tidak ada mobil sama sekali di garasi, semuanya tidak ada. Apa ayahku dan juga Rumiah lagi keluar, ya? Tapi kok satpam juga tidak kelihatan. Kondisi halaman juga tidak sebersih seperti biasanya," sahut Farrel.Lama mereka berdua berdiam diri sambil mengamati rumah itu. Farrel pun segera mengajak Gina untuk masuk. Ia begitu penasaran dengan kondisi di dalam. Sungguh aneh sekali. Kaca pecah, beberapa mobil yang dimiliki tidak ada satu pun yang terparkir, bahkan satpam penjaga rumah pun tidak ada. Lantas ke mana semua?Farrel mulai membuka pintu gerbang yang ternyata tidak terkunci itu. Membuat mereka senang, karena tidak kesulitan untuk masuk ke dalam rum

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status