Beranda / Rumah Tangga / NAFKAH YANG TERBAGI / Bab 10 Ceraikan Aku, Mas!

Share

Bab 10 Ceraikan Aku, Mas!

Penulis: Yuni Masrifah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-26 09:20:23

"Aku tidak butuh uang kamu, Mas. Kenapa kamu harus repot-repot membaginya denganku?" ujar Ratri, ketika melihat nominal uang yang diberikan oleh Rusdi.

Rusdi terkejut, ia kemudian memungut uang itu dari lantai.

"Lima ratus ribu?" batin Rusdi terkejut.

"Tapi-"

"Cukup, Mas! Kalau kamu sudah tidak bisa bersikap adil, ceraikan aku. Dengan begitu, aku tidak akan merasa tersiksa lagi dengan ikatan pernikahan yang penuh dengan drama ini," potong Ratri.

Rusdi terdiam sambil menatap uang pecahan seratus ribu yang berjumlah lima lembar itu.

"Ceraikan aku, Mas. Maka kamu tidak harus repot-repot menafkahiku lagi," lirih Ratri penuh penekanan.

Rusdi menggeleng pelan sambil menatap Ratri.

Ratri membuang muka ketika melihat ekspresi Rusdi.

"Aku ...."

Ceklek!

"Ayah!" Ratri dan Rusdi menoleh ke arah pintu kamar. Tampak Gina baru saja bangun tidur.

"Kok bangun, Nak?" tanya Ratri.

"Aku dengar suara Ayah, jadi aku bangun," jawab Gina.

"Ayah kapan ke sini? Ayah tidak akan pergi lagi, kan?" tanya Gina.

Rus
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
penulis goblok menghasilkan tokoh cerita goblok juga dan menye2. cuma marah2 g jelas aja bisanya ketika suami g adil. apa cerita ini berlatarbelakang hutan belantara yg memakai hukum rimba. dasar bangkai
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 11 Barang Bekas

    "Bu, kenapa di rumah Nenek banyak sekali orang?" tanya Gina menatap Ratri.Ratri baru ingat, jika tradisi di keluarga Rusdi, selalu mengadakan pertemuan antar keluarga dan kerabat setiap tahunnya selain lebaran. Dan tempat mertuanyalah yang menjadi tempat berkumpulnya mereka. Namun, kenapa sama sekali tidak ada yang memberitahu Ratri, atau sekedar mengingatkannya tentang acara tahunan ini? Bukankah Ratri juga masih bagian dari keluarga mereka?"Ibu baru ingat, setiap satu tahun kan suka ada pertemuan keluarga. Jadi di rumah Nenek pasti banyak orang seperti ini," jawab Ratri.Ratri pun mengajak masuk Gina ke dalam rumah mertuanya."Assalamualaikum ...." ucap Ratri.Serempak semua yang ada di dalam rumah menoleh setelah mendengar suara Ratri. Mereka kompak terdiam tak mengeluarkan suara apa pun. Ratri merasa aneh dengan tatapan mereka. Kemudian ia melirik cara berpakaiannya apakah ada yang salah? Di sana pula terlihat Tiana, bu Nunik, Lulu dan Cherly yang tengah digendong oleh Rusdi. Ru

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 12 Investasi

    Keadaan Gina semakin lemas ketika mereka telah berada di luar. Melihat keadaan anaknya, Ratri merasa khawatir dan segera menggendongnya menaiki angkot."Lebih baik aku bawa Gina ke dokter," gumam Ratri.Setelah berhenti di depan sebuah klinik. Dengan cepat Ratri menggendong Gina, supaya segera mendapatkan penanganan."Anak Ibu hanya butuh banyak istirahat. Mungkin dengan membuatnya ceria, kesehatannya akan cepat pulih. Saya tuliskan dulu resep obatnya. Nanti Ibu tebus obatnya di apotek," terang dokter yang menangani Gina.Ratri mengangguk, "Baik, Dok ... Saya mengerti."Setelah menebus obat, Ratri membawa Gina pulang ke rumahnya."Gina kenapa, Mbak?" tanya Marni ketika mereka berpapasan di jalan depan rumah Ratri."Gina sakit, Rat ... Sudah tiga hari dia belum sembuh," jawab Ratri.Marni tampak khawatir saat melihat keponakannya tertidur dalam gendongan Ratri."Aku ikut, Mbak ... Biar aku bantu jagain Gina," imbuh Marni yang disambut oleh anggukan kepala Ratri.Satu dua hari keadaan G

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 13 Numpang Hidup?

    "Mobil siapa, ini?" gumam Ratri, ketika menatap mobil mewah itu.Ratri kemudian berjalan masuk ke pelataran rumahnya. Ia juga melihat pintu rumahnya terbuka lebar."Gina, kenapa pintunya kebuka le ...." Ratri tidak meneruskan ucapannya, ketika ia melihat dua orang wanita sedang duduk di sofa ruang tamu. Sementara Gina duduk di lantai sambil menunduk."Ibu!" Gina berhambur memeluk saat Ratri masuk ke dalam rumah."Tiana, Lulu, mau apa kalian ke sini?" tanya Ratri.Tiana dan Lulu bangkit dari duduk mereka."Apa kabar, Ratri? Kedatangan kami ke sini hanya untuk melihat keadaan kalian. Bagaimanapun, kita ini adalah istrinya mas Rusdi, walaupun mas Rusdi lebih nyaman tinggal bersamaku. Em ... Maksud aku kesini baik kok, Rat. Kami ke sini hanya untuk mengirim makanan dan pakaian buat kalian," ujar Tiana.Sementara Lulu, ia menatap sekeliling rumah Ratri. Termasuk melihat penampilan Ratri yang sedikit berbeda."Maaf, Tiana ... Bukan saya menolak rejeki dari kamu. Tapi kami tidak kekurangan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 14 Jatuh Dari Motor

    "Kesel banget aku, Kak. Masa si Ratri beraninya ngusir kita. Memangnya dia siapa? Orang miskin saja kok belagu." Sepanjang jalan, Lulu terus saja menggerutu tak hentinya. Ia merasa tersinggung atas pengusiran yang Ratri lakukan terhadapnya dan juga Tiana."Ya ... Aku juga kesal, Lu. Tapi mau bagaimana lagi? Dia sudah ngusir kita, masa kita harus tetap diam di rumah itu. Tapi aku puas sih, ternyata dugaan kita semua benar. Ratri memang nggak bisa apa-apa . Dia hanya bisa bergantung kepada mas Rusdi. Tapi aku juga kesal sama mas Rusdi. Kenapa dia memberikan uang lebih kepada Ratri, sampai dia bisa membeli baju bagus dan bisa perawatan wajah? Sejak kapan mas Rusdi nggak terbuka sama aku," sahut Tiana, sambil fokus menyetir mobil."Aku akan bilang ini sama ibu dan mas Rusdi. Aku nggak terima diusir kayak gitu. Pengen rasanya aku acak-acak muka si Ratri itu sampai hancur dan berubah lebih jelek. Hehhh ... Geram aku, Kak," gerutu Lulu."Sudah-sudah, lebih baik kita makan saja, aku lapar. Na

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 15 Fitnah

    Sebulan setelah rencana untuk membangun gudang produksi makanan. Kini, rencana itu telah terealisasikan walaupun sederhana. Penghasilan dari pendapatan novel yang Ratri buat, ia pergunakan untuk memulai usaha barunya.Di dalam gudang itu, Ratri berkutat dengan penggorengan. Ia tengah memasak menu sederhana. Namun, tentunya dengan resep rahasia yang ia buat. Berbagai menu ia coba dengan resep bumbu rahasia yang ia miliki. Mungkin karena di tangan yang tepat, makanan sederhana itu jadi terasa lezat.Hari pertama masih sepi, hari kedua, ketiga, sampai seminggu, pelanggan satu persatu berdatangan. Walaupun hasilnya belum banyak, akan tetapi tekad Ratri ingin sukses membuatnya terus dan terus berusaha. Selain jualan offline, Ratri juga menjualnya dengan cara online. Ia juga sering memasarkan makanannya secara online diberbagai media sosial.Di Minggu kedua, ternyata pelanggan Ratri kian bertambah. Mereka mengaku, makanan Ratri memang lezat. Ada juga yang dapat rekomendasi dari pelanggan ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-31
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 16 Keluarga Red Flag

    Setelah berkata demikian, bu Jamal pun pergi. Kini Ratri yang mulai penasaran, apa yang dimaksud bu Jamal mengenai rumahnya? Seketika perasaan Ratri menjadi tak enak.Gegas Ratri meninggalkan gudang, ia berjalan cepat menuju rumahnya."Ya Tuhan!" pekik Ratri, ketika melihat rumahnya dalam keadaan berantakan.Pintu rumah terbuka lebar, banyak barang-barang yang berserakan di lantai. Di teras pun pot bunga sudah tak beraturan.Ratri berjalan masuk ke dalam rumah. Ia mendengar ada kegaduhan di dalam ruangan lain.Ratri berjalan cepat ke ruangan tengah. Ternyata disana ada Rusdi, ibunya dan Lulu berdiri menatap kedatangan Ratri."Apa-apaan ini? Kenapa kalian mengacak-acak rumah saya?" sentak Ratri, tak terima atas perlakuan Rusdi dan keluarganya yang tidak sopan."Nah tuh! Akhirnya dia pulang juga, Mas. Menantu durhaka, bisa-bisanya mempermalukan dan menghina Ibuku di tempat umum," tukas Lulu yang langsung menyemprot Ratri dengan ucapan pedas.Ratri mengernyit, tak mengerti dengan ucapan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-01
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 17 Gelisah

    "Kenapa Mas nggak ceraikan dia saja sih. Dia juga minta kok, kenapa kamu seperti ini?"Esok hari di kediaman bu Nunik, Rusdi, bu Nunik dan Lulu tengah duduk bersama di ruang keluarga. Sementara Tiana, ia tidak ikut ke rumah bu Nunik."Ini bukan urusan kamu, Lulu. Ini rumah tangga Mas, jadi hanya Mas yang boleh nentuin apakah harus menceraikannya atau tidak. Lagipula, Mas berat terhadap Gina. Dia anak Mas, dan Mas sangat menyayanginya," sanggah Rusdi.Bu Nunik kemudian duduk di sofa. Ia melipat kedua tangannya di depan dada."Ibu ngerti, Rusdi ... Ibu juga sayang sama Gina. Tapi kamu juga harus memikirkan perasaan Tiana dan Cherly. Mereka juga tanggung jawab kamu, Rusdi," timpal bu Nunik.Rusdi terdiam, sambil mengangguk lesu."Bu, aku boleh pinjam uang?" tanya Rusdi di tengah keheningan.Sontak bu Nunik dan Lulu menoleh ke arah Rusdi."Pinjam uang? Lah ... Mas kan banyak uang. Kenapa pinjam ke Ibu?" tanya Lulu.Rusdi mengusap wajahnya kasar."Uang cash aku tinggal sedikit lagi. Sement

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 18 Gina Hilang

    Keesokan paginya, Ratri terbangun ketika jam telah menunjukkan menunjukkan pukul 04.30. Gegas ia melakukan kewajibannya di atas sajadah yang terbentang. Kemudian setelah itu ia mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti biasa.Selesai beres-beres dan hari sudah mulai terang, Ratri segera memasak menu sarapan pagi untuknya dan Gina. Rencananya, setelah mengantar Gina sekolah, Ratri akan kembali ke gudang, untuk kembali memproduksi makanan dan menjualnya."Gina sayang, ayok bangun, Nak! Sudah pagi sebentar lagi se...." Ratri tiba-tiba terdiam ketika pintu kamar Gina terbuka lebar."Gina, Gina kamu dimana, sayang?" Ratri masuk ke dalam kamar Gina, mencarinya di dalam sana.Namun, Gina tidak ada di dalam kamarnya. Ratri pun berjalan cepat menuju kamar mandi. Ia menduga, mungkin Gina berada di sana setelah bangun tidur.Namun nyatanya, di kamar mandi pun Gina tidak ada. Sontak membuat Ratri panik serta khawatir. Gegas Ratri berjalan cepat menuju keluar.Ceklek!Ratri memutar kunci pintu ru

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04

Bab terbaru

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 51 Menutupi Kebenaran

    Gina kemudian mematikan teleponnya, lalu menyelesaikan aktivitas mencuci piringnya."Ayok kita pulang, Sayang. Em ... Lena, terima kasih, ya. Kamu sudah repot-repot masak banyak buat kami," ucap Rusdi.Lena tersenyum sambil mengangguk kecil."Tak apa, Mas. Aku senang kita bisa makan bersama seperti ini," sahut tante Lena.Rusdi dan Gina pun berpamitan pulang. Sampai di rumah, Gina masuk ke dalam kamar. Ia terdiam, teringat akan percakapan Cherly dengan seorang lelaki di sambungan telepon tadi."Kok aku kayak nggak asing dengan suara itu, siapa kira-kira lelaki yang bersama Cherly tadi?" Dalam hati, Gina bertanya-tanya.Malam semakin larut, Gina pun memutuskan untuk istirahat. Ia berusaha membuang jauh pikiran buruk tentang Cherly. Toh yang ia tahu, Cherly adalah saudarinya yang baik. Tidak mungkin Cherly berbuat yang tidak-tidak. Itulah yang Gina lakukan, berpikir positif walau pun jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, ia masih bertanya-tanya.Keesokan harinya, Gina yang telah samp

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 50 Keluarga Baru

    "Gina!" Wanita yang sudah tidak muda itu pun tak kalah terkejutnya saat melihat Gina."Ayah, apakah benar Tante Lena ini calon istri Ayah?" tanya Gina.Rusdi mengernyitkan dahinya, ia kemudian mengangguk membenarkan."Jadi, kamu sudah kenal dengan Tante Lena?" tanya Rusdi, yang disambut oleh anggukan kepala Gina."Tante Lena ini tantenya Tessa teman aku di kampus dan pemilik kedai bakso. Kebetulan aku dan Cherly juga sering jajan di sana," jawab Gina.Semua serba kebetulan, mungkin ini yang disebut dengan takdir. Tak menyangka jika Rusdi hendak menikah dengan wanita yang Gina kenal."Ya Tuhan, kok bisa kebetulan gini, ya. Tapi tidak apa-apa, Tante sangat bahagia setelah mengetahui ternyata kamu anaknya Mas Rusdi. Sebentar lagi kamu akan menjadi anakku, kamu anak baik dan Tante sangat menyukai kamu, Sayang. Sebaiknya kita ngobrol di dalam saja. Ayok, Mas, Gina, silahkan masuk!" seru tante Lena.Rusdi dan Gina pun masuk, dan dipersilahkan duduk di sofa ruang tamu."Aku mau tahu dan sang

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 49 Calon Istri Rusdi

    David menghentikan tawanya, ia melirik ke sana kemari, saat orang-orang di perpustakaan itu serempak melihat ke arahnya."Ini, coba baca buku ini. Lucu sekali," jawab David, ia memperlihatkan isi buku yang baru saja ia baca.Gina tersenyum garing, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Entah di mana letak lucunya. Namun, terlihat David begitu terhibur dengan isi buku itu."Lucu, ya?" tanya Gina.David mengangguk, ia kemudian melanjutkan bacaannya."Sst ... Sst, Gina!" Dari ambang pintu, kepala Cherly terlihat menyembul dan melambaikan tangan, menyuruh Gina mendekatinya.Gina yang melihat itu, segera bangkit berdiri kemudian mendekati Cherly."Iya, kenapa, Cher?" tanya Gina."Kamu yang kenapa? Apa kamu nggak sadar, orang yang ada di hadapan kamu itu si David, monster kampus ini. Apa kamu nggak takut dikerjain lagi sama orang itu?" tanya Cherly tak habis pikir.Gina menoleh ke arah David yang masih sibuk membaca buku. Dengan segera, Gina menarik tangan Cherly dan mengajaknya bicara di

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 48 Meminta Persetujuan

    Gina menuruti permintaan Rusdi, ia duduk di sebelah Rusdi setelah menyalami semua yang ada di ruang tamu.Penampilan Rusdi sedikit berbeda dari sebelumnya. Yang semula rambutnya sebagian telah berwarna putih, kini seluruhnya telah berganti warna menjadi hitam. Sehingga tampak terlihat muda dari sebelumnya."Sayang, kamu habis ke mana dulu? Kok baru pulang?" tanya Saga."Aku mampir dulu di kostan Cherly, Yah!" jawab Gina.Ratri menatap wajah Ratri yang terlihat sedikit berbeda."Kamu kenapa, Nak? Kok wajah kamu terlihat sembab?" tanya Ratri, yang disambut oleh gelengan kepala Gina."Aku tidak apa-apa, Bu. Aku hanya lelah saja, hari ini kan hari pertama aku kembali masuk kuliah. Aku jadi belum terbiasa lagi menjalani aktivitas di kampus. Makanya aku mampir dulu di kostan Cherly, untuk mengusir rasa lelahku," dalih Gina.Ratri mengangguk, walau pun perasaannya sebagai seorang ibu, tahu jika putrinya seperti sedang ada masalah. Namun, ia tak ingin memaksakan bertanya, ia takut jika memaks

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 47 Curhat

    Gina menerima tisu itu, kemudian menyeka air matanya."Terima kas ...." Gina menghentikan ucapannya, saat ia melihat seseorang yang baru saja menyodorkan tisu kepadanya."Kamu!" gumam Gina, ia menatap orang itu tanpa kedip."Hapus air mata kamu, jangan sampai kamu menjadi pusat perhatian orang-orang di tempat ini," ujar David.Gina mengedarkan pandangan ke berbagai arah. Tampak beberapa orang tengah memperhatikannya yang sedang terisak menangis."Aku antar kamu pulang! Tunjukkan alamat rumahmu di mana," ujar David.Gina membuang muka, ia merasa was-was jika bertemu dengan lelaki ini."Mau apa? Mau bully aku lagi?" tanya Gina.Mata David mendelik ke atas, ia membuang nafas kasar."Di saat-saat seperti ini, bisa-bisanya kamu curiga sama orang yang berniat baik sama kamu," sanggah David.Gina terdiam, ia menatap David begitu tajam."Tidak usah, aku bisa pulang sendiri," tolak Gina, ia kemudian beranjak dan pergi begitu saja meninggalkan David.Gina berjalan kaki menyusuri jalanan di bawa

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 46 Tak Tega

    "Hai, Denis!" seru Gina menyapa Denis setelah ia berada di depan gerbang kampus.Denis menoleh sambil tersenyum kecil. Ia kemudian menyerahkan helm kepada Gina, dan menyuruhnya untuk menaiki motornya."Kita bicaranya di taman saja," ujar Denis, yang langsung disambut oleh anggukan kepala Gina.Gina menaiki motor Denis, bergegas Denis pun menghidupkan dan mengendarai motor itu menuju taman kota.Sepanjang perjalanan, tak ada percakapan sama sekali di antara mereka. Denis yang tengah fokus mengendarai motor, sementara Gina fokus menatap jalanan sekitar, hiruk pikuk dan bisingnya keadaan jalanan itu."Bagaimana keadaan mama kamu, aku kangen sama mama kamu," ujar Gina akhirnya lebih dulu membuka obrolan di antara mereka."Baik, keadaan mama aku baik dan sehat. Hanya saja harus siap obat untuk jaga-jaga di waktu darurat," sahut Denis.Gina tersenyum, ingin sekali ia menemui tante Rima. Sudah pasti wanita paruh baya itu akan sangat senang jika Gina datang menemuinya.Sesampainya di taman ko

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 45 Hal Penting

    "Perut aku sakit, aku mau ke toilet dulu, ya. Kalian berdua makan saja, nanti aku balik lagi ke sini," pamit Gina, ia memegangi perutnya yang terasa sakit."Iya cepat sana, jangan lama-lama," sahut Cherly.Gina mengangguk, kemudian berlari menuju toilet. Setelah menuntaskan urusannya di toilet, bergegas Gina keluar. Saat ia berjalan hendak kembali ke kantin, tak sengaja Gina melihat Denis yang baru saja keluar dari toilet pria.Gina tersenyum, kemudian ia hendak menghampiri lelaki itu. Namun, langkahnya terhenti saat David memanggil Denis.Karena jarak yang cukup jauh, dan suara riuh mahasiswa lain, membuat Gina tidak bisa mendengar percakapan di antara Denis dan David. Namun, dari ekspresi keduanya, tampak mereka bersitegang seperti tengah bertengkar. Tampak David menunjuk-nunjuk wajah Denis dengan jari telunjuknya.Merasa penasaran, Gina mencoba berjalan mendekat. Ia berdiri di balik tembok yang tak jauh dari tempat mereka berdiri."Ingat ya, kamu tidak usah sok jagoan. Kita tidak a

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 44 Kembali Masuk Kuliah

    Sayangnya, lagi dan lagi nomor asing itu langsung mati saat Gina membalas. Pesan Gina tidak terkirim dan hanya centang satu abu-abu.Gina menggerutu kesal, ia kembali mengedarkan pandangan ke seluruh arah. Mencari seseorang yang mencurigakan. Namun, ia tak menemukan orang-orang yang terlihat mencurigakan. Semua tampak biasa saja, mereka terlihat tengah melakukan aktivitas biasa.Tak ingin berlama-lama di tempat itu, Gina pun memilih kembali ke rumah. Jika lama-lama di luar, Gina khawatir jika pemilik nomor asing itu, akan berbuat jahat lebih dari waktu itu.Gina menyeberangi jalanan, ia kembali memasuki perumahan tempat tinggalnya.Tin!Gina menoleh ke belakang, ia melihat mobil Saga berhenti di belakang Gina.Gina mengerutkan dahi, bukankah pagi ini ayah sambungnya itu harusnya bekerja?Gina mendekati mobil itu, kemudian membuka pintunya."Kamu ngapain di jalan? Kamu tidak boleh keluar sendiri. Ingat, kita tidak tahu apakah ada orang jahat yang mengintai? Pokoknya Ayah tidak mau, kej

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 43 Pesan

    Gina menautkan kedua alisnya, tatkala Denis memanggilnya Cher."Em ... Maaf, Gin. Bukan ke kamu, aku kira kamu Chera sepupu aku. Dari tadi beberapa kali dia nelepon aku terus. Oh iya, ada apa kamu nelepon?" tanya Denis, tanpa Gina sadari, di seberang telepon Denis menahan kegugupannya."Oh sepupu kamu. Ini aku mau kasih tahu kamu, jam tangan kamu tadi jatuh di sini," jawab Gina.Denis merasa lega, ternyata Gina percaya dengan alasan yang dibuatnya. Denis kemudian melihat pergelangan tangannya, ternyata ia baru sadar jika jam tangannya memang sudah tidak ada di tangannya."Ya ampun, iya aku nggak sadar kalau jam aku jatuh. Kalau kamu nggak kasih tahu, mungkin aku akan terus lupa. Terima kasih sudah kasih tahu, nanti aku ambil ke rumah kamu," ucap Denis.Gina tersenyum mengangguk, mendengar suara Denis saja, membuat Gina merasa bahagia."Kok diam, ada yang ingin dibicarakan lagi?" tanya Denis.Gina tersenyum sembari tertunduk. Wajahnya memerah merona, walau pun sudah tentu Denis tidak a

DMCA.com Protection Status