Home / Pernikahan / NAFKAH YANG TERBAGI / Bab 5 Anak siapa, Mas?!

Share

Bab 5 Anak siapa, Mas?!

last update Last Updated: 2024-08-20 13:02:13

Sungguh, apa yang dilihat Ratri itu sungguh menyakiti hatinya.

Dengan tubuh gemetar, Ratri kemudian bersiap menaiki ojek yang sudah disewanya tadi. Karena sebelum pergi ke kantor Rusdi, Ratri sempat meminjam uang kepada Marni.

"Bang, ikuti mobil itu!" tunjuk Ratri pada mobil yang dikendarai Rusdi.

"Jaga jarak ya, Bang. Jangan sampai kita ketahuan," ujar Ratri yang disambut oleh anggukan tukang ojek itu.

Mobil Rusdi keluar dari parkiran, kemudian melaju membelah jalanan yang sedikit padat.

Ketika Ratri fokus menatap mobil yang dikendarai Rusdi. Ratri merasa ponsel di dalam saku celananya bergetar. Sebenarnya ia enggan untuk mengangkatnya. Namun, takut jika yang menelpon ada keperluan penting.

"Mas Rusdi," gumam Ratri ketika layar ponsel itu tertera nama Rusdi.

"Halo, Mas!" sapa Ratri.

"Halo, Rat, kok berisik sekali. Kamu ada dimana?" tanya Rusdi.

"Eh ini aku ... Ada di jalan. Kebetulan aku habis beli sabun cuci piring di warung pinggir jalan," jawab Ratri sekenanya.

"Oh ... Ini, Rat, aku cuma mau kasih tahu. Barusan aku ditelepon lagi sama bos aku. Katanya masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Jadi kemungkinan aku bakalan pulang telat. Nggak apa-apa, kan?" tanya Rusdi.

Ratri menarik nafas panjang dan menghembuskannya kasar. Entah kenapa, feeling Ratri mengatakan, jika Rusdi sedang berbohong. Apakah Ratri harus mempercayainya lagi?

"Halo, Rat ... Kamu masih di situ, kan?" tanya Rusdi.

"Em ... Iya, nggak apa-apa. Tentunya pekerjaan kamu lebih penting kan, dari pada anakku," jawab Ratri.

"Kok ngomongnya gitu, aku ...." Belum sempat Rusdi berbicara lagi, Ratri telah memutuskan teleponnya.

Sampai di pertigaan jalan, Rusdi berbelok ke arah gang dan berhenti di depan rumah yang terbilang cukup besar dari rumah-rumah yang lain, kemudian memasukkan mobilnya ke dalam garasi.

Ratri mengernyit merasa bingung, ia tidak tahu rumah yang dikunjungi Rusdi itu rumah siapa.

Jarak antara kantor ke rumah itu memakan waktu sekitar satu jam lamanya.

"Mas Rusdi kok ke sini? Ini rumah siapa sebenarnya?" gumam Ratri. Ia tak bisa menerka-nerka. Ia hanya bisa memantau Rusdi dari jauh saja sambil bertanya-tanya dalam hati.

"Bang, berhenti di sini. Abang tunggu di sini, ya! Jangan kemana-mana," imbuh Ratri yang disambut anggukan kepala tukang ojek itu.

Rusdi keluar dari dalam mobil, kemudian berjalan hendak menuju rumah itu. Rasa penasaran Ratri kian membuncah. Namun, ada debaran aneh di setiap detak jantungnya. Debaran yang seperti menyiratkan akan adanya sesuatu yang entah apa itu.

Ratri membuntuti Rusdi yang telah masuk ke dalam pelataran rumah itu. Terlihat, di pelataran rumah yang tidak dipasang pagar itu, Ratri melihat motor Rusdi terparkir rapi di sana. Membuat Ratri yang melihatnya tambah kebingungan. Ada apa sebenarnya? Kenapa motor Rusdi ada di depan rumah itu?

Rusdi hendak berjalan menuju teras rumah itu. Namun tiba-tiba suara langkah kaki berlari terdengar nyaring dari dalam rumah itu.

Ceklek!

Dari dalam rumah, seseorang membukakan pintu lalu menyambut hangat Rusdi yang berdiri di depan pintu.

"Papa ...."

Deg!

Seperti disambar petir disiang bolong, Ratri mendengar ucapan yang begitu menyayat hati. Apa? Papa? Siapa anak itu? Kenapa memanggil Rusdi dengan sebutan papa. Ratri membekap mulutnya sendiri tak percaya.

Anak perempuan yang baru saja memanggil Rusdi papa, memeluk dan bergelantungan di lengan Rusdi. Mungkin jika orang lain yang melihatnya, akan menyangka jika mereka adalah sepasang ayah dan anak.

Belum apa-apa air mata Ratri telah berlinang dan dengan mudahnya terjatuh membasahi pipinya. Berkali-kali Ratri memukulkan tangannya ke pohon yang ada di hadapannya. Membuat buku-buku tangannya berubah menjadi merah dan sedikit mengeluarkan cairan merah.

Ratri masih berdiam diri di tempat semula. Ia berdiri di balik pohon berukuran cukup besar, sambil memandangi Rusdi yang terlihat menggendong ria seorang anak kecil itu. Diperkirakan mungkin anak perempuan itu seumuran Gina.

Kemudian keluar seorang wanita dari dalam rumah itu. Ia berjalan menghampiri Rusdi dan anak kecil itu.

"Mas, sudah pulang? Ya sudah kalau begitu, kita berangkat sekarang saja, yuk! Aku sudah lapar, nih. Aku dan Cherly belum makan dari tadi. Kami sengaja nungguin kamu pulang. Ngomong-ngomong, kita makannya di cafe ontohod saja, ya!" ujar seorang wanita cantik berambut hitam dan panjang sambil terus tersenyum ke arah Rusdi.

Ratri tidak tahu siapa wanita itu. Tidak ingin menerka-nerka sebelum semuanya jelas. Ratri berniat akan kembali mengikuti mereka sampai Ratri tahu, siapa sebenarnya wanita cantik dan anak perempuan itu. Dan ada hubungan apa mereka dengan Rusdi?

Rusdi mengangguk, kemudian membukakan mobil itu untuk wanita dan anak itu.

Gegas Ratri berlari mendekati tukang ojek tadi. Ia bersembunyi dengan cara memalingkan wajahnya ketika mobil yang dikendarai Rusdi melintas di hadapannya.

"Bang, ikuti lagi mobil itu. Jangan sampai kita kehilangan jejak," ujar Ratri menepuk bahu, menginterupsi tukang ojek itu.

Tukang ojek itu mengangguk, lalu menghidupkan mesin motornya dan berusaha mengikuti mobil itu dengan sangat hati-hati.

Sepanjang jalan, hati Ratri merasakan nyeri, walau pun ia belum tahu jelas kebenarannya. Namun, wanita mana yang tidak curiga melihat suaminya seperti itu.

Terlebih hubungan rumah tangganya dilandasi dengan kebohongan, yang Ratri sendiri baru tahu sekarang.

"Sabar, Ratri, semuanya belum jelas. Sabar ...." Ratri berusaha menghibur dirinya sendiri sepanjang motor yang ditumpanginya melaju.

Sampai di depan cafe yang dituju, mobil yang dikendarai Rusdi berhenti. Mereka bertiga keluar dari dalam mobil itu. Tampak wanita itu bergandengan tangan dengan Rusdi memasuki cafe tersebut dengan anak kecil itu berjalan di depan mereka.

"Abang tunggu saya lagi, ya! Jangan kemana-mana. Saya mau masuk dulu," titah Ratri.

Dengan cepat, Ratri masuk ke dalam cafe tersebut.

Dengan penyamaran menggunakan masker, ia mencari tempat duduk yang tak jauh dari tempat Rusdi dan wanita itu duduk.

"Tega kamu, Mas ... Di rumah, aku hanya makan berlaukan garam dan cabai saja. Sementara kamu, enak-enakan dengan wanita lain makan di cafe." Batin Ratri menggerutu dengan tubuh yang bergetar hebat. Ia menelan salivanya kasar.

"Mas, jadi benar hari ini mau pulang? Padahal aku dan Cherly masih ingin bersama kamu terus." Ratri mendengarkan percakapan mereka sambil berpura-pura memainkan ponselnya supaya mereka tidak curiga. Ia sedang memata-matai Rusdi dan wanita itu dari dekat. Namun, tentu tanpa ketahuan oleh mereka.

"Ya ... mau bagaimana lagi, Sayang? Anak aku nanyain aku terus. Malas sih sebenarnya pulang, tapi ya ... Aku bingung," sahut Rusdi sambil menggedikkan bahu.

Wanita itu tampak menghela nafas kasar.

"Padahal Cherly anak kamu juga loh, Mas. Ya ... walau pun dia hanya anak sambung. Tapi dia lebih membutuhkan kasih sayang kamu dibanding anak kamu itu," ujar wanita itu.

"Hanya kamu pria yang sangat disayangi Cherly. Dia anakmu, anakmu juga, Mas!" lanjut wanita itu menegaskan.

"Ya Tuhan ...." Ratri membekap mulutnya sendiri dengan sebelah tangan.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
mampuslah kau ratri bodoh. apa belum cukup juga sebagai bukti semua yg kamu lihat,njing!! percuma kau punya kawan yg nisa kau mintai tolong.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 6 Saran Rara

    "Ya Tuhan ...." Ratri tak tahan mendengar ucapan wanita itu, yang terdengar sangat kurang ajar.Ratri bisa menyimpulkan, jika wanita itu adalah istrinya Rusdi. Namun, sejak kapan mereka menikah?Rahang Ratri bergemelatuk menahan amarah. Namun, sebisa mungkin ia redam. Ia tak ingin membuat kekacauan di cafe itu."Kamu yang sabar, Tiana ... Sudah seminggu ini kan aku bersama kalian terus. Bahkan hari ulang tahun anakku saja, aku nomor duakan demi ulang tahun Cherly yang kebetulan dihari dan tanggal yang sama. Percayalah, aku cinta sama kamu. Nanti akhir pekan, aku pulang lagi ke rumah kita." Rusdi berusaha memberi pengertian kepada wanita yang bernama Tiana."Tiana," batin Ratri. Ia teringat akan kontak yang bernama Tiana, yang pernah menghubungi nomor Rusdi, dimalam ulang tahun Gina. Ia juga teringat akan ucapan Lulu yang memuji-muji nama Tiana."Jadi Tiana anggota keluarga Ibu itu maksudnya ini? Terus alasan Mas Rusdi pulang telat, dia sedang merayakan ulang tahun anak itu? Tega kamu,

    Last Updated : 2024-08-22
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 7 Kangen Ayah

    "Apa-apaan ini, Ratri?" sentak Rusdi, kaget dengan sikap Ratri yang tiba-tiba bersikap tidak sopan seperti itu.Rusdi mengelap makanan yang menempel di wajahnya.Amarah Ratri meledak seketika, saat melihat makanan yang ada di hadapannya. Makanan sisa bekas Rusdi, Tiana dan anaknya. Dada Ratri naik turun dengan tatapan nyalang ke arah Rusdi."Aku tidak butuh makanan bekas kamu dan istri baru kamu, Mas!" berang Ratri.Tubuh Ratri bergetar hebat, ia merasa jijik atas kelakuan Rusdi."Maksud kamu?" tanya Rusdi.Ratri berdecih, ia tersenyum miring dan membuang muka ketika Rusdi bertanya seperti itu."Aku tidak Sudi memakan makanan bekas kalian. Apa kurang jelas? Katakan, apakah makanan yang setiap hari kamu kasih ke Gina, apakah itu juga merupakan makanan bekas?" tanya Ratri dengan penuh penekanan."Makanan bekas apa? Aku beli baru kok, dari uang tips. Kamu jangan coba-coba menuduh aku, ya. Istri baru, istri baru yang mana?" Imbuh Rusdi, namun terlihat gelagapan.Ratri menghela nafas kasar

    Last Updated : 2024-08-23
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 8 Takut

    "Gina sayang, sepertinya acara belanja kita nggak jadi hari ini. Mungkin lain kali saja. Nggak apa-apa, ya!" ujar Rusdi.Ratri menoleh ke arah Gina, terlihat ada raut kecewa di wajah manisnya. Kemudian menoleh ke arah Rusdi, dan menatapnya tajam."Kamu yang merusak kebahagian Gina malam ini." Setelah berucap demikian, Ratri kemudian keluar dan membawa Gina kembali ke dalam rumahnya."Kenapa ayah membatalkan acara belanja kita, Bu? Siapa yang menelpon?" tanya Gina, terlihat sekali ia begitu sedih.Tidak seharusnya Rusdi bersikap seperti itu. Seakan membawa Gina terbang tinggi, lalu menghempaskannya begitu saja."Gina yang sabar, ya! Nanti kalau Ibu punya uang, Ibu pasti beliin Gina baju yang bagus. Sekarang kita istirahat saja. Biarkan ayah pergi dengan urusannya." Ratri berusaha menenangkannya, walau pun tak bisa dipungkiri, ia pun merasa kecewa dan sakit atas sikap Rusdi yang seperti itu.Hari-hari telah berlalu, bahkan minggu dan bulan pun telah berganti. Semenjak malam itu, Rusdi t

    Last Updated : 2024-08-24
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 9 Amplop Coklat

    "Loh, mana berasnya?" gumam Ratri.Beras sebanyak dua puluh lima kilo yang tadi disimpan di teras, kini telah raib entah kemana. Ratri mencari ke sana kemari. Namun, tetap saja beras yang baru saja dibelinya tidak ada.Ting ....Sebuah notifikasi pesan masuk ke ponsel Ratri."Ratri, beras yang ada di teras, Ibu bawa pulang. Kebetulan persediaan stok beras Ibu sudah habis. Nggak usah marah, karena uang yang kamu pakai belanja itu juga pasti hasil jerih payah Rusdi. Anggap saja itu sebagai ganti uang bulanan Ibu dari kamu.""Ya Tuhan ... Ibu ada-ada saja." Ratri menggelengkan kepalanya. Tak habis pikir dengan sikap mertuanya itu. Lanjut ia membawa sembako lainnya masuk ke dalam rumah.Dua bulan kemudian, Rusdi belum kunjung pulang. Entah apa yang ada di dalam pikiran Rusdi. Sama saja ia telah menelantarkan anak beserta istrinya. Bahkan nafkah pun tak ia beri selama dua bulan ini. Namun, Ratri enggan untuk menyusul Rusdi, walau pun ia tahu jika tidak berada di rumah ibunya, pasti Rusdi b

    Last Updated : 2024-08-25
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 10 Ceraikan Aku, Mas!

    "Aku tidak butuh uang kamu, Mas. Kenapa kamu harus repot-repot membaginya denganku?" ujar Ratri, ketika melihat nominal uang yang diberikan oleh Rusdi.Rusdi terkejut, ia kemudian memungut uang itu dari lantai."Lima ratus ribu?" batin Rusdi terkejut."Tapi-""Cukup, Mas! Kalau kamu sudah tidak bisa bersikap adil, ceraikan aku. Dengan begitu, aku tidak akan merasa tersiksa lagi dengan ikatan pernikahan yang penuh dengan drama ini," potong Ratri.Rusdi terdiam sambil menatap uang pecahan seratus ribu yang berjumlah lima lembar itu."Ceraikan aku, Mas. Maka kamu tidak harus repot-repot menafkahiku lagi," lirih Ratri penuh penekanan.Rusdi menggeleng pelan sambil menatap Ratri.Ratri membuang muka ketika melihat ekspresi Rusdi."Aku ...."Ceklek!"Ayah!" Ratri dan Rusdi menoleh ke arah pintu kamar. Tampak Gina baru saja bangun tidur."Kok bangun, Nak?" tanya Ratri."Aku dengar suara Ayah, jadi aku bangun," jawab Gina."Ayah kapan ke sini? Ayah tidak akan pergi lagi, kan?" tanya Gina.Rus

    Last Updated : 2024-08-26
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 11 Barang Bekas

    "Bu, kenapa di rumah Nenek banyak sekali orang?" tanya Gina menatap Ratri.Ratri baru ingat, jika tradisi di keluarga Rusdi, selalu mengadakan pertemuan antar keluarga dan kerabat setiap tahunnya selain lebaran. Dan tempat mertuanyalah yang menjadi tempat berkumpulnya mereka. Namun, kenapa sama sekali tidak ada yang memberitahu Ratri, atau sekedar mengingatkannya tentang acara tahunan ini? Bukankah Ratri juga masih bagian dari keluarga mereka?"Ibu baru ingat, setiap satu tahun kan suka ada pertemuan keluarga. Jadi di rumah Nenek pasti banyak orang seperti ini," jawab Ratri.Ratri pun mengajak masuk Gina ke dalam rumah mertuanya."Assalamualaikum ...." ucap Ratri.Serempak semua yang ada di dalam rumah menoleh setelah mendengar suara Ratri. Mereka kompak terdiam tak mengeluarkan suara apa pun. Ratri merasa aneh dengan tatapan mereka. Kemudian ia melirik cara berpakaiannya apakah ada yang salah? Di sana pula terlihat Tiana, bu Nunik, Lulu dan Cherly yang tengah digendong oleh Rusdi. Ru

    Last Updated : 2024-08-27
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 12 Investasi

    Keadaan Gina semakin lemas ketika mereka telah berada di luar. Melihat keadaan anaknya, Ratri merasa khawatir dan segera menggendongnya menaiki angkot."Lebih baik aku bawa Gina ke dokter," gumam Ratri.Setelah berhenti di depan sebuah klinik. Dengan cepat Ratri menggendong Gina, supaya segera mendapatkan penanganan."Anak Ibu hanya butuh banyak istirahat. Mungkin dengan membuatnya ceria, kesehatannya akan cepat pulih. Saya tuliskan dulu resep obatnya. Nanti Ibu tebus obatnya di apotek," terang dokter yang menangani Gina.Ratri mengangguk, "Baik, Dok ... Saya mengerti."Setelah menebus obat, Ratri membawa Gina pulang ke rumahnya."Gina kenapa, Mbak?" tanya Marni ketika mereka berpapasan di jalan depan rumah Ratri."Gina sakit, Rat ... Sudah tiga hari dia belum sembuh," jawab Ratri.Marni tampak khawatir saat melihat keponakannya tertidur dalam gendongan Ratri."Aku ikut, Mbak ... Biar aku bantu jagain Gina," imbuh Marni yang disambut oleh anggukan kepala Ratri.Satu dua hari keadaan G

    Last Updated : 2024-08-28
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 13 Numpang Hidup?

    "Mobil siapa, ini?" gumam Ratri, ketika menatap mobil mewah itu.Ratri kemudian berjalan masuk ke pelataran rumahnya. Ia juga melihat pintu rumahnya terbuka lebar."Gina, kenapa pintunya kebuka le ...." Ratri tidak meneruskan ucapannya, ketika ia melihat dua orang wanita sedang duduk di sofa ruang tamu. Sementara Gina duduk di lantai sambil menunduk."Ibu!" Gina berhambur memeluk saat Ratri masuk ke dalam rumah."Tiana, Lulu, mau apa kalian ke sini?" tanya Ratri.Tiana dan Lulu bangkit dari duduk mereka."Apa kabar, Ratri? Kedatangan kami ke sini hanya untuk melihat keadaan kalian. Bagaimanapun, kita ini adalah istrinya mas Rusdi, walaupun mas Rusdi lebih nyaman tinggal bersamaku. Em ... Maksud aku kesini baik kok, Rat. Kami ke sini hanya untuk mengirim makanan dan pakaian buat kalian," ujar Tiana.Sementara Lulu, ia menatap sekeliling rumah Ratri. Termasuk melihat penampilan Ratri yang sedikit berbeda."Maaf, Tiana ... Bukan saya menolak rejeki dari kamu. Tapi kami tidak kekurangan m

    Last Updated : 2024-08-29

Latest chapter

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 17 Terobsesi

    "Gila, kamu sudah gila, Rika. Lepaskan, saya mau pulang!" sergah Saga, ia begitu emosi dengan tingkah gila Rika."Aku memang gila, Om. Aku gila karena Om, aku tergila-gila. Aku mohon, terima aku sebagai kekasih Om. Lambat laun, Om pasti akan nyaman denganku. Aku bisa membahagiakan Om, aku janji," sahut Rika.Saga terus memberontak ingin melepaskan diri. Namun, Rika tak membiarkannya lepas begitu saja. Sekuat tenaga ia kerahkan untuk menahan Saga supaya tidak pergi dari tempat itu.Saga akhirnya terdiam, ia menyentuh punggung tangan Rika."Kamu yakin akan ucapanmu itu?" tanya Saga mulai luluh.Mendengar pertanyaan itu, tentu Rika merasa senang. Seperti ada harapan yang menghampiri, di saat dirinya susah payah membuat Saga luluh."Tentu saja, Om. Aku tidak akan main-main dengan ucapanku. Aku cinta sama Om, apa pun akan aku lakukan demi Om. Asal Om terima cinta aku," jawab Rika."Apa pun?" tanya Saga."Tentu, Om!""Lepaskan dulu saya, saya tidak bisa bergerak leluasa jika kamu memeluk sa

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 16 Hanya Menginginkanmu

    "Ayah, jemput aku di rumah teman. Aku mau pulang, ini aku pakai nomor temanku. Ini aku Gina, jangan hubungi nomorku, ponsel aku mati." Saga menerima sebuah pesan dari nomor baru yang mengaku sebagai Gina. Kemudian mengirimkan alamat rumah yang Saga pun belum tahu rumah teman Gina yang mana."Oke, Ayah akan ke situ. Ayah bersiap dulu, sekarang sudah waktunya jam pulang," balas Saga.Saga bergegas membereskan semua berkas, menutup laptop dan menjinjing tas kerjanya hendak pulang.Saga mengemudikan mobilnya, hendak menuju tempat di mana Gina berada.Jalanan cukup macet, karena saat ini jam menunjukkan pukul 4 sore. Di mana kebanyakan orang-orang baru saja selesai bekerja, dan hendak pulang ke rumah masing-masing.Sampai Saga menunggu 15 menit di dalam kemacetan yang cukup parah. Akhirnya mobil Saga terbebas dari drama kemacetan yang menghambat setiap pergerakan di sore itu.Sore telah beranjak malam, Saga telah menemukan alamat yang dikirim Gina. Dengan cepat, ia turun dari dalam mobil,

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 15 Berantakan

    Perlahan, penutup kotak makanan itu terbuka, menampakkan sesuatu yang membuat Gina terpaku."Siapa kira-kira yang menitipkan ini pada Dudung? Apakah David lagi? Ah ... Rasanya nggak mungkin," gumam Gina.Di dalam kotak makanan itu, terdapat makanan yang dibentuk menyerupai wajah berkerudung."Ehem ... Apaan itu? Bagus banget," ujar Cherly yang mengejutkan Gina."Entah, tadi Dudung yang ngasih ini sama aku. Katanya ini titipan buatku," sahut Gina."Dudung? Apa jangan-jangan dari kak David? Soalnya kan waktu itu juga, dia yang disuruh David buat ngasih kertas surat buat kamu. Tapi ... Apa iya, ini dari kak David? Kok aku percaya nggak percaya ya!" timpal Tessa.Gina menggedikkan bahunya, ia juga merasa bingung."Ah entahlah, mau nggak nih Tes?" Gina menyodorkan kotak makanan tersebut kepada Tessa."Serius ini buat aku? Tapi sayang loh, ini bagus banget. Kok bisa sih dibentuk kayak wajah kamu? Jadi nggak tega makannya," sahut Tessa."Ya sudah kalau nggak mau, aku kasih saja sama satpam d

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 14 Saling Berpelukan

    Gina dan Rusdi terbelalak mendengar suara Cherly yang sepertinya sedang ketakutan."Ayah, itu Cherly kenapa?" ujar Gina merasa khawatir, begitu pun dengan Rusdi.Mereka saling melempar pandang, dalam tatapan penuh kecemasan."Coba buka, apakah pintunya dikunci? Takutnya ada orang yang mau berbuat jahat kepada Cherly," imbuh Rusdi.Gina mengangguk, lantas ia memutar kenop pintu itu dengan cepat.Ceklek!Gina merasa lega, pintu kosan Cherly ternyata tidak dikunci. Sehingga memudahkan keduanya masuk ke dalam kamar Cherly tanpa hambatan apa pun.Gina dan Rusdi berlari masuk ke dalam. Langkah mereka terhenti, saat mendapati Cherly tengah duduk di atas kasur, dengan posisi membelakanginya."Cherly," panggil Gina.Cherly menoleh mendengar suara Gina. Ia tersenyum dengan keadaan wajah sudah dipenuhi keringat."Gina, kamu ke sini?" tanya Cherly.Gina dan Rusdi menatap heran ke arah Cherly. Baru saja mereka mendengar Cherly teriak ketakutan. Namun, yang mereka lihat saat ini, Cherly terlihat ba

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 13 Bebas

    "Kayaknya ada tamu," gumam Gina, setelah ia keluar dari mobil.Pintu utama tampak terbuka lebar, menjadikan Gina berasumsi seperti itu.Gina berjalan masuk menuju pintu utama. Saat kakinya melangkah mulai menapaki ruang tamu, ia terperanjat ketika melihat seseorang yang tengah duduk berkumpul di sofa bersama Ratri dan juga Saga."A-ayah," gumam Gina, ia begitu terpaku sehingga dirinya berdiam di ambang pintu."Gina!" Seru Rusdi, saat dirinya melihat Gina yang baru saja datang.Rusdi terlihat berubah setelah lama ditahan. Sebagian rambutnya telah memutih dan tubuhnya tampak kurus."Ayah!" Gina berjalan cepat, kemudian memeluk Rusdi begitu erat.Gina dan Rusdi menangis di dalam pelukan. Mereka menumpahkan rasa rindu yang salam ini terpendam di dalam diri mereka masing-masing."Ayah ada di sini?" Terdengar suara Gina parau karena tangisan yang tumpah."Iya, Nak. Ayah sudah bebas kemarin, kita bisa bertemu kapan pun yang kita mau. Ayah sudah bebas, Nak," sahut Rusdi dengan suara bergetar.

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 12 Mahasiswa Baru

    Lelaki itu menatap Gina, tanpa terganggu sedikit pun dengan bau yang berasal dari pakaian Gina."Mari aku bantu berdiri!" seru lelaki itu."Aku-""Gina, ya ampun!" Dari kejauhan, Tessa dan Cherly berlari saat melihat Gina sudah dalam kondisi kacau."Ya Tuhan ... Kenapa baju kamu bisa kotor seperti ini, Gina?" tanya Cherly, kemudian membantu Gina berdiri."Biasa, aku kena bully lagi. Aku sudah seperti seekor keledai. Jatuh di lubang yang sama," jawab Gina sambil tersenyum getir.Tessa dan Cherly menarik tangan Gina hendak membawanya ke kosan Cherly. Sementara laki-laki yang baru saja menabrak Gina, menatap Gina sampai ia tak terlihat lagi."Kok bisa kamu kena bully lagi?" tanya Cherly, setelah mereka berada di kosan.Kini, Gina telah berganti baju milik Cherly.Gina pun menceritakan awal kenapa ia sampai terkena bully lagi, sampai keadaannya lebih parah dari sebelumnya."Ya Tuhan ... Memang benar-benar ya mereka. Kesal sekali aku, semoga mereka mendapatkan balasan," timpal Tessa yang m

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 11 Terkena Jebakan

    Beberapa hari kemudian, seperti biasa Gina tengah mempersiapkan diri untuk berangkat ke kampus.Sebenarnya Gina merasa malas, setiap hari ia harus berhati-hati dengan keadaan kampus. Ah, bukan keadaan tepatnya, melainkan ketiga monster kampus yang selalu membuatnya kesal. Beberapa kali Gina mengalami bullying seperti dilempar telur, disiram air, dilempar tepung, dan masih banyak lagi. Tak habis pikir, ketiga monster kampus itu masih tetap saja aman di kampus itu. Dari sekian banyaknya mahasiswa di sana, tak ada seorang pun yang berani melawan atau melapor mereka. Pernah beberapa kali, Gina ingin melaporkan kasus bullying itu. Namun, selalu gagal karena ketiga monster itu tidak membiarkan Gina melakukannya."Sayang, sepertinya aku bakalan pulang cepat lagi nanti. Em ... Aku mau makan siang sama kamu berdua di pinggir danau," ujar Saga, saat mereka sedang sarapan pagi."Ehem ... Jadi hanya berdua nih? Aku sama Andres nggak diajak?" timpal Gina sambil melirik Andres."Hanya kami berdua,

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 10 Pulang Telat

    Gina menggedikkan bahunya, ia juga merasa ragu sama seperti yang dirasakan Tessa.Kosan yang baru saja disewa Cherly terlihat tidak terawat. Bukan berarti kumuh, akan tetapi, keadaanya yang terlihat lembab."Entahlah, aku juga ragu, Tes. Kosan ini juga berada di paling ujung berbatasan dengan kebun pisang," sahut Gina."Em ... Apa kita kasih saran saja sama Cherly, buat cari lagi kosan yang lain? Aku saja sekarang ini, kok kurang nyaman, ya!" seru Tessa.Gina terdiam, ucapan Tessa ada benarnya juga. Namun, apakah Cherly setuju?"Tapi Cherly sudah membayar sewa selama beberapa bulan ke depan, Tes. Tapi ... Kita coba tanyakan saja nanti kalau dia sudah kembali," sahut Gina.Tak berselang lama, Cherly kembali dengan membawa 3 cup minuman dingin yang ditenteng di dalam kantong kresek bening."Ini buat kalian, huhhh haus banget," ujar Cherly, lantas memberikan 2 cup minuman itu kepada Gina dan Tessa."Terima kasih, Cher. Em ... Cher, kamu yakin mau tinggal di kosan ini?" tanya Gina memasti

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 9 Monster Kampus

    "Aaargh!" Gina terkejut, saat seseorang menyiramkan 1 ember air ke seluruh tubuhnya, hingga bajunya basah kuyup.Ingin marah, akan tetapi di sana ia tidak mendapati siapa pun. Entah ini pekerjaan siapa, Gina tidak tahu."Perbuatan siapa ini?" teriak Gina lantang.Gina menoleh ke sana kemari, siapa tahu ada orang yang bisa ia tanyai mengenai hal itu. Namun, sayangnya tidak ada siapa pun di sana.Prok! Prok! Prok!Dari arah ruangan di samping Gina, pintu seketika terbuka lebar dan menampakkan 3 orang yang ia kenali. Salah satu dari mereka tepuk tangan dengan puas melihat Gina basah kuyup."Kamu!" gumam Gina.David tersenyum puas, menampakkan deretan gigi putihnya."Bagaimana, apakah kamu masih tidak takut sama saya?" tanya David.Kini Gina mengerti, ternyata ini perbuatan David, si monster kampus dan kedua temannya.Gina menyeka wajahnya yang penuh air dengan kasar. Ia tak habis pikir, kenapa orang seperti David masih dipertahankan di kampus itu. Padahal, banyak sekali orang-orang yang

DMCA.com Protection Status