Beranda / Rumah Tangga / NAFKAH YANG TERBAGI / Bab 27 Undangan Pernikahan

Share

Bab 27 Undangan Pernikahan

Penulis: Yuni Masrifah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-14 09:47:06

"Bu, aku izin mau ke toilet dulu, ya. Nggak apa-apa?" pamit Ratri.

Bu Wulan mengangguk kemudian menyahut, "Ah iya boleh, Nak."

Ratri pun bergegas pergi ke toilet dengan tergesa. Ia mengenakan masker yang selalu ia bawa di dalam tasnya. Beruntung seseorang yang memanggil bu Wulan tidak begitu memperhatikan Ratri, hanya fokus menatap bu Wulan.

"Nunik, ya ampun ... Kamu Nunik, kah?" tanya bu Wulan kepada seorang wanita yang baru saja memanggilnya.

"Iya, aku Nunik teman sekolah kamu dulu. Sudah lama sekali kita nggak ketemu, terakhir kita bertemu saat kita lulus sekolah dulu. Kamu apa kabar, Wulan? Kamu nggak berubah, ya. Kamu tetap cantik. Aku lagi pesan makanan nih, kebetulan sekali kita ketemu," ujar bu Nunik.

"Kabarku baik, nggak nyangka aku, kita bisa ketemu lagi setelah sekian lama," jawab bu Wulan.

"Kebetulan sekali, karena kamu ada di sini. Aku mau kasih tahu kamu sesuatu. Sebentar lagi aku mau menikahkan anak bungsuku. Kamu datang, ya! Aku minta nomor kamu, nanti aku kirim alamat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kenty Fadhil
Bu Wulan ibunya saga
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 28 Pesona Janda Anak Satu

    Akhir pekan pun tiba, Saga yang tengah bersiap untuk pergi ke acara pernikahan Beri, tengah mematut dirinya di depan cermin."Sudah oke, ganteng kok. Masa sih, Mbak Ratri nggak mau? Hehe ... Semangat, aku harus bisa membuatnya tertarik padaku. Ehem ... Gina, tunggu Papa, Nak. Papa yang akan mengobati luka ibumu itu." Seperti orang gila, Saga mengobrol sendiri dengan cermin.Ceklek!Pintu kamar terbuka, ibunya saga memperhatikan tingkah laku Saga yang terlihat sedikit aneh menurutnya."Kamu mau kemana, sudah rapi seperti ini? Nggak seperti biasanya kamu dandan kayak gitu."Saga menoleh sambil berdecak."Mama ini, anaknya pakai baju urakan ngomel-ngomel. Sekarang pakai baju rapi masih diomelin. Aku mau pergi ke acara nikahan Beri, Ma," tukas Saga."Bukan begitu, Nak. Kan Mama cuma nanya. Beri? Beri teman kamu itu?" tanya ibunya Saga."Iya, Ma. Siapa lagi?" sahut Saga."Ck ... Tuh teman kamu saja sudah nikah. Kamu? Kapan nikahnya, Saga!"Saga mendelik, hampir setiap hari ibunya selalu me

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 29 Senjata Makan Tuan

    "Apa-apaan ini?" sentak Ratri sangat terkejut atas sikap Saga yang terkesan tidak sopan.Saga melirik ke sana kemari, tidak menyahut ucapan Ratri. Kemudian mengambil piring berisi makanan milik Ratri. Saga berjalan cepat menuju meja tepat di mana Tiana dan Rusdi baru saja duduk.Saga berdiri di belakang mereka, lalu menjatuhkan sesuatu tepat di belakang kursi mereka."Mas, Mbak, apa itu uang kalian?" tanya Saga, yang kini berdiri di depan meja Rusdi dan Tiana sambil menenteng satu piring makanan milik Ratri."Uang?" tanya Tiana."Kalian lihat saja di belakang kursi kalian," jawab Saga.Serempak secara bersamaan, Rusdi dan Tiana menoleh ke belakang ke bawah kursi yang mereka duduki.Dengan cepat, Saga menukar piring berisi makanan milik Ratri dengan milik Tiana."Ah iya, ini uang kamu yang jatuh bukan, Mas?" tanya Tiana.Rusdi kemudian mengambil dua lembar uang pecahan seratus ribu itu."Ah ... Sepertinya iya, ini memang uangku. Mungkin jatuh pas aku mau duduk di sini," jawab Rusdi.Da

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 30 Aku Cinta Kamu, Mbak!

    "Aku punya cara, bagaimana membuat perhitungan sama mereka. Besok lusa aku jemput, Mbak. Akan aku tunjukkan," ujar Saga.Ratri menoleh, alisnya bertaut membentuk sebuah lengkungan."Maksud kamu, Mas?" tanya Ratri."Nanti kamu lihat sendiri," jawab Saga.Saga pun segera melajukan mobilnya. Namun, sebelum mengantar pulang ke rumah Ratri, Saga terlebih dulu menepikan mobilnya di depan cafe."Kita makan dulu, Mbak!" ajak Saga yang disambut oleh anggukan kepala Ratri.Mereka berdua turun, dan memasuki sebuah cafe, karena di acara pernikahan Lulu, mereka tak sempat makan karena kejadian tak mengenakan tadi.Setelah mendapatkan tempat duduk, mereka berdua segera memesan makanan dan minuman.Keesokan harinya, di kediaman bu Nunik tampak ramai orang yang sedang membongkar tenda. Sementara bu Nunik dan Lulu sedang sibuk membuka kado dan amplop dari tamu undangan kemarin.Sementara Beri, ia tengah menatap kedua wanita itu yang terlihat sangat sibuk itu."Mas, nanti sore kita jadi, kan pindah ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-17
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 31 Angkat Kaki

    "Pagi, Beri! Kayaknya kamu baru bangun tidur. Ah ... Aku lupa, pengantin baru," celetuk Saga.Beri tampak mengangguk kemudian menunduk malu-malu."Ah kamu bisa saja, Ga. Biasa lah ... Lagi senang-senangnya," sahut Beri dengan wajah berseri-seri."Loh, Yang. Mereka ini nggak sopan, loh. Masa masuk ke sini, ke rumah kita main nyelonong saja, tapi kamu nggak marah. Malah bermanis-manis begini," ujar Lulu.Ratri hanya bisa tertunduk sambil menahan tawa. Sebenarnya ia merasa jahat saat ini. Namun, mengingat perangai Lulu dan keluarganya yang sangat keterlaluan, membuatnya seperti itu."Tidak usah marah-marah, Sayang. Mereka tamu kita, lebih baik kamu buatin minum, gih. Bawakan juga cemilan buat mereka," sahut Beri.Lulu tampak kesal melihat reaksi suaminya. Seharusnya Beri marah. Namun, malah sebaliknya Beri tampak ramah terhadap Saga dan Ratri."Ah ... Tidak usah repot-repot. Kedatangan kami ke sini, hanya untuk memberikan hadiah untuk kalian, khususnya kamu, Beri. Sebentar," ujar Saga.S

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-18
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 32 Ingin Bercerai

    Ratri mengaduh kesakitan, ketika dahinya terkena lemparan batu."Kamu nggak apa-apa, Mbak?" tanya Saga khawatir.Dari luar pagar, terlihat Beri menarik tangan Lulu, yang berulah melempar batu barusan.Saga tampak geram melihat itu. Lulu sudah sangat keterlaluan. Lulu masih tidak terima atas pengusirannya itu."Beri, cepat bawa pergi istrimu!" bentak Saga.Beri kemudian berhasil membawa Lulu pergi. Kini Ratri tengah memegangi dahinya yang mengeluarkan cairan merah."Aku ambil kotak obat dulu, kamu tunggu di sini," ujar Saga. Ia kemudian mengambil kotak obat di ruang tengah."Aw!" pekik Ratri, ketika Saga membersihkan dan mengobati lukanya sambil sesekali meniupnya.Aroma mint begitu segar masuk ke dalam hidung Ratri. Tak sadar Ratri memperhatikan Saga begitu lekat."Mbak baik-baik saja?" tanya Saga, ketika menyadari Ratri tengah memperhatikannya.Ratri membuang muka, wajahnya bersemu merah."Ah iya, aku baik-baik saja," jawab Ratri.Setelah urusan selesai, Saga segera mengantar Ratri p

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 33 Fitnah

    Rusdi menghampiri Lulu dan Beri, yang sedang berdebat itu."Kalian berdua tahu malu, tidak? Kalian berantem dengan suara sangat keras. Lulu, tutup pintunya!" titah Rusdi.Lulu pun menurut, ia menutup pintu itu dengan rapat."Beri, aku sudah dengar semuanya tentang kamu. Apa maksud kamu beraninya telah menipu adikku dan keluargaku?" tanya Rusdi."Sebaiknya kita duduk dulu. Aku bisa jelaskan semuanya, Mas," sahut Beri.Beri menggelar tikar di atas lantai. Kini, Beri dan Lulu tinggal di sebuah kontrakan rumah berukuran kecil.Lulu kemudian pergi ke kamarnya, ia merasa lelah setelah perdebatan barusan."Maafkan aku, Mas. Aku terpaksa melakukan ini semua. Aku cinta sama adikmu, Mas. Aku memang salah telah berbohong, tidak jujur tentang keadaanku yang sebenarnya kepada kalian. Namun, jika aku jujur, apakah kalian masih akan menerimaku, menikah dengan Lulu?" tanya Beri.Rusdi terdiam, ia menatap tajam ke arah Beri."Ah ... Tentu saja tidak, kan? Asal Mas tahu saja. Yang duluan mendekatiku ad

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-20
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 34 Tak Berkutik

    "Lepaskan saya, ini semua fitnah!" sarkas Ratri tidak terima dengan semua tuduhan ini.Sekuat tenaga, Ratri berusaha melepaskan diri. Namun, tetap saja tidak bisa.Datang beberapa tetangga Ratri, yang berusaha mencoba meluruskan permasalahan ini. Namun, preman bayaran Lulu, lebih sigap menghadang. Sehingga tetangga Ratri hanya bisa menonton sambil menatap iba.Keadaan di jalan pun seketika berubah macet, akibat ulah Lulu.Duar!Dari belakang, terdengar suara tembakan, membuat semua orang terdiam dan menoleh ke belakang."Polisi?" Mereka berbisik-bisik dengan raut wajah ketakutan. Di belakang mereka, terlihat banyak polisi dan salah satunya tengah mengacungkan sebuah pistol ke udara.Ratri yang sudah tidak berdaya, hanya bisa pasrah di tangan orang-orang itu."Jangan bergerak!" Polisi segera mendekati kerumunan orang-orang itu, dan melihat Ratri yang sudah tidak berdaya."Ratri, ya Tuhan!" pekik Saga, sambil menggendong Gina, menerobos kerumunan."Kalian semua apa-apaan? Apa yang kalia

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 35 Perasaan Cinta

    "Apa?! Ratri penulis sekaligus owner catering ternama?" ucap bu Nunik, Rusdi, dan Tiana berbarengan.Mereka tengah berada di kantor polisi, setelah Lulu memberitahu mereka dan mengungkapkan kebenaran tentang Ratri. Sementara Beri, Lulu tidak menghubunginya. Lulu juga meminta untuk tidak memberitahu Beri tentang masalah ini.Wajah bu Nunik tampak memerah. Ia tak menyangka, jika menantu yang ia buang dihinakan itu, ternyata seorang penulis dan pengusaha sukses."Kenapa, Bu?" tanya Tiana, ketika melihat perubahan mimik wajah mertuanya."Nggak apa-apa, cuma tidak menyangka saja. Wanita itu kok bisa menjadi pengusaha sukses. Yang Ibu tahu, dia itu hanya wanita miskin yang nggak bisa apa-apa," jawab bu Nunik.Melihat perubahan raut wajah mertuanya, Tiana merasa kesal. Entah kenapa, ia merasa tersaingi atas keberhasilan Ratri, walaupun pada kenyataannya, ia lah yang menjadi pemenangnya karena telah mendapatkan Rusdi seutuhnya.Tiana pun melihat raut wajah Rusdi tampak berbeda. Ia semakin kes

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22

Bab terbaru

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 55 Mayat di Dalam Dinding

    Ceklek!Pintu pun terbuka lebar, menampakkan Denis dan beberapa orang polisi berdiri di depan pintu kostan.Melihat adanya polisi, salah satu anak kost masuk ke satu kamar dan kamar yang lain. Ia memberitahu, perihal adanya polisi, yang datang ke kostan Cherly.Seketika suasana menjadi ramai setelah penghuni kost yang lain keluar dari kamar masing-masing."Cherly, kenapa bisa ada mayat di sini? Apakah terjadi sesuatu?" tanya Denis, ia begitu penasaran.Dengan susah payah, Cherly segera meminta mereka untuk masuk ke dalam."Sebaiknya kalian periksa saja di dalam dinding itu," jawab Cherly.Denis dan beberapa polisi tersebut segera masuk. Mereka tercengang, mendapati salah satu dinding yang telah berlubang."Aku tidak sengaja menemukan mayat di dalam dinding itu, setelah beberapa kali aku bermimpi buruk. Dan puncaknya, mimpi itu berakhir menunjukkan kenyataan bahwa ternyata selama aku tinggal disini, aku tinggal bersama seorang mayat," jelas Cherly, sambil menunjuk ke arah dinding berlu

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 54 Sosok Menakutkan

    Cherly melepaskan kedua tangan dari telinga. Lantas Cherly berdiri hendak mencari ponselnya, dengan meraba lantai.Dor! Dor! Dor!"Sudah cukup!" teriak Cherly. Namun, ia terbangun dari tidurnya di atas karpet.Cherly mengusap buliran keringat yang mengumpul di dahinya. Ternyata Cherly baru terbangun dari tidurnya. Yang baru saja ia alami, hanyalah mimpi. Namun, jantung Cherly masih berdetak hebat, mimpi itu seperti nyata dan sangat menakutkan.Cherly melirik ke arah jam dinding, waktu sudah menunjukkan pukul 18.00. Cherly menghela nafas kasar, tidak seharusnya ia kalah dengan rasa kantuk di jam-jam rawan seperti itu.Keadaan di luar sudah mulai gelap. Cherly mengintip di balik jendela. Rasa trauma akan mimpi barusan, begitu melekat di diri Cherly. Mimpi itu sangat mengerikan, tak bisa dipungkiri Cherly mulai takut dengan keadaan ini."Kenapa aku jadi seperti ini? Padahal sebelum pindah ke sini, aku tidak pernah mengalami hal seperti ini. Bahkan aku juga tidak pernah tidur di waktu mag

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 53 Hampir Magrib

    Cherly yang baru saja selesai mandi. Segera makan seorang diri di kostan. Sebelum mandi, ia sempat memasak bahan makanan yang tersedia di dalam kulkas.Waktu telah menunjukkan pukul 17.00 sore. senja mulai menampakkan cahaya jingga. Penghuni kost lain tampak berlalu lalang, ada yang masuk dan ada yang keluar.Cherly begitu menikmati makanan yang baru saja dibuatnya. Hingga tak terasa, ia telah menghabiskan satu piring penuh, membuat perutnya merasa kekenyangan.Selesai makan, seperti biasa Cherly membereskan piring kotor kemudian mencucinya.Sejenak setelah menyelesaikan cucian piringnya. Cherly memainkan ponselnya, dengan bersandar di tembok. Namun, tiba-tiba rasa kantuk mulai menyerang. Cherly melihat jam di layar ponselnya, ternyata sudah menunjukkan waktu hampir magrib.Entah kenapa, di waktu-waktu seperti itu, selalu saja rasa kantuk itu datang. Semenjak menempati kostan itu, kebiasaan buruk Cherly itu dimulai, tidur di waktu mendekati waktu magrib."Nggak boleh tidur, aku harus

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 52 Panggilan Tak Terjawab

    Di dekat gerbang kampus, tampak pak Mukidi tengah berdiri bersandar pada mobil. Beberapa kali ia meniupkan asap rokok yang langsung membumbung tinggi ke udara."Hai, Pak. Sudah lama, ya nungguin?" sapa Gina, ia baru saja selesai kelas dan langsung keluar dari area kampus."Eh, Non Gina sudah keluar. Baru juga sampai, ini lagi santai dulu sambil merokok. Mau langsung pulang sekarang, Non?" tanya pak Mukidi."Jangan langsung pulang, Pak. Antar aku ke toko buku langgananku dulu," jawab Gina."Siap, Non!" Pak Mukidi mengacungkan jari jempolnya ke udara.Lantas Gina langsung masuk ke barisan belakang. Sementara pak Mukidi, bergegas ia mematikan rokok yang masih menyala itu.Sepanjang perjalanan, Gina hanya menatap jalanan dari kaca jendela mobil yang sengaja ia buka sedikit. Semilir angin langsung terasa menerpa wajah Gina. Lalu lalang kendaraan di jalanan itu tampak ramai lancar. Memperlihatkan kesibukan yang tiada hentinya di kota itu.Jarak toko buku langganan Gina cukup jauh dari kampu

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 51 Menutupi Kebenaran

    Gina kemudian mematikan teleponnya, lalu menyelesaikan aktivitas mencuci piringnya."Ayok kita pulang, Sayang. Em ... Lena, terima kasih, ya. Kamu sudah repot-repot masak banyak buat kami," ucap Rusdi.Lena tersenyum sambil mengangguk kecil."Tak apa, Mas. Aku senang kita bisa makan bersama seperti ini," sahut tante Lena.Rusdi dan Gina pun berpamitan pulang. Sampai di rumah, Gina masuk ke dalam kamar. Ia terdiam, teringat akan percakapan Cherly dengan seorang lelaki di sambungan telepon tadi."Kok aku kayak nggak asing dengan suara itu, siapa kira-kira lelaki yang bersama Cherly tadi?" Dalam hati, Gina bertanya-tanya.Malam semakin larut, Gina pun memutuskan untuk istirahat. Ia berusaha membuang jauh pikiran buruk tentang Cherly. Toh yang ia tahu, Cherly adalah saudarinya yang baik. Tidak mungkin Cherly berbuat yang tidak-tidak. Itulah yang Gina lakukan, berpikir positif walau pun jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, ia masih bertanya-tanya.Keesokan harinya, Gina yang telah samp

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 50 Keluarga Baru

    "Gina!" Wanita yang sudah tidak muda itu pun tak kalah terkejutnya saat melihat Gina."Ayah, apakah benar Tante Lena ini calon istri Ayah?" tanya Gina.Rusdi mengernyitkan dahinya, ia kemudian mengangguk membenarkan."Jadi, kamu sudah kenal dengan Tante Lena?" tanya Rusdi, yang disambut oleh anggukan kepala Gina."Tante Lena ini tantenya Tessa teman aku di kampus dan pemilik kedai bakso. Kebetulan aku dan Cherly juga sering jajan di sana," jawab Gina.Semua serba kebetulan, mungkin ini yang disebut dengan takdir. Tak menyangka jika Rusdi hendak menikah dengan wanita yang Gina kenal."Ya Tuhan, kok bisa kebetulan gini, ya. Tapi tidak apa-apa, Tante sangat bahagia setelah mengetahui ternyata kamu anaknya Mas Rusdi. Sebentar lagi kamu akan menjadi anakku, kamu anak baik dan Tante sangat menyukai kamu, Sayang. Sebaiknya kita ngobrol di dalam saja. Ayok, Mas, Gina, silahkan masuk!" seru tante Lena.Rusdi dan Gina pun masuk, dan dipersilahkan duduk di sofa ruang tamu."Aku mau tahu dan sang

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 49 Calon Istri Rusdi

    David menghentikan tawanya, ia melirik ke sana kemari, saat orang-orang di perpustakaan itu serempak melihat ke arahnya."Ini, coba baca buku ini. Lucu sekali," jawab David, ia memperlihatkan isi buku yang baru saja ia baca.Gina tersenyum garing, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Entah di mana letak lucunya. Namun, terlihat David begitu terhibur dengan isi buku itu."Lucu, ya?" tanya Gina.David mengangguk, ia kemudian melanjutkan bacaannya."Sst ... Sst, Gina!" Dari ambang pintu, kepala Cherly terlihat menyembul dan melambaikan tangan, menyuruh Gina mendekatinya.Gina yang melihat itu, segera bangkit berdiri kemudian mendekati Cherly."Iya, kenapa, Cher?" tanya Gina."Kamu yang kenapa? Apa kamu nggak sadar, orang yang ada di hadapan kamu itu si David, monster kampus ini. Apa kamu nggak takut dikerjain lagi sama orang itu?" tanya Cherly tak habis pikir.Gina menoleh ke arah David yang masih sibuk membaca buku. Dengan segera, Gina menarik tangan Cherly dan mengajaknya bicara di

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 48 Meminta Persetujuan

    Gina menuruti permintaan Rusdi, ia duduk di sebelah Rusdi setelah menyalami semua yang ada di ruang tamu.Penampilan Rusdi sedikit berbeda dari sebelumnya. Yang semula rambutnya sebagian telah berwarna putih, kini seluruhnya telah berganti warna menjadi hitam. Sehingga tampak terlihat muda dari sebelumnya."Sayang, kamu habis ke mana dulu? Kok baru pulang?" tanya Saga."Aku mampir dulu di kostan Cherly, Yah!" jawab Gina.Ratri menatap wajah Ratri yang terlihat sedikit berbeda."Kamu kenapa, Nak? Kok wajah kamu terlihat sembab?" tanya Ratri, yang disambut oleh gelengan kepala Gina."Aku tidak apa-apa, Bu. Aku hanya lelah saja, hari ini kan hari pertama aku kembali masuk kuliah. Aku jadi belum terbiasa lagi menjalani aktivitas di kampus. Makanya aku mampir dulu di kostan Cherly, untuk mengusir rasa lelahku," dalih Gina.Ratri mengangguk, walau pun perasaannya sebagai seorang ibu, tahu jika putrinya seperti sedang ada masalah. Namun, ia tak ingin memaksakan bertanya, ia takut jika memaks

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 47 Curhat

    Gina menerima tisu itu, kemudian menyeka air matanya."Terima kas ...." Gina menghentikan ucapannya, saat ia melihat seseorang yang baru saja menyodorkan tisu kepadanya."Kamu!" gumam Gina, ia menatap orang itu tanpa kedip."Hapus air mata kamu, jangan sampai kamu menjadi pusat perhatian orang-orang di tempat ini," ujar David.Gina mengedarkan pandangan ke berbagai arah. Tampak beberapa orang tengah memperhatikannya yang sedang terisak menangis."Aku antar kamu pulang! Tunjukkan alamat rumahmu di mana," ujar David.Gina membuang muka, ia merasa was-was jika bertemu dengan lelaki ini."Mau apa? Mau bully aku lagi?" tanya Gina.Mata David mendelik ke atas, ia membuang nafas kasar."Di saat-saat seperti ini, bisa-bisanya kamu curiga sama orang yang berniat baik sama kamu," sanggah David.Gina terdiam, ia menatap David begitu tajam."Tidak usah, aku bisa pulang sendiri," tolak Gina, ia kemudian beranjak dan pergi begitu saja meninggalkan David.Gina berjalan kaki menyusuri jalanan di bawa

DMCA.com Protection Status