"Pram! " panggil mom Sarah yang sudah berada di ranjang hotel tempat kami menginap.
Aku masih tidak percaya dengan kejadian hari ini. Kucubit tangan kekarku.
"Aaaauuh!" Ternyata sakit dan ini tidak mimpi.Kupandangi wajahku yang terpias dari pantulan cermin kamar mandi hotel.
Ganteng, kumis tipis, potongan rambut cepak seperti artis- artis Korea.
Dengan hidung yang mancung dan bibir yang agak seksi menggoda semua wanita untuk melumatnya.Aku mondar mandir di dalam kamar mandi. Terus terang ada kegelisahan yang kurasakan dan sedikit grogi.
Sambil terus mengacak-ngacak rambutku dan tidak tahu harus bagaimana.Malam ini adalah malam pertamaku dengan seorang wanita yang usianya lebih tua dariku
Siang tadi, kami menggelar pernikahan yang diselenggarakan di rumahnya. Pernikahan kami hanya pernikahan siri. Semua ini atas permintaan wanita cantik itu.
Pernikahan kami tidak dihadiri banyak orang. Hanya pamannya dan ustad yang dipanggil datang ke rumah. Wanita cantik itu menghendaki pernikahan yang tidak diketahui banyak orang.
Siangnya, kita berangkat ke pulau Bali untuk bulan madu. Terkesan sangat mendadak dan tidak direncanakan sebelumnya.
Bahkan semua karyawannya tidak megetahui kepergian kami ke pulau Bali. Dia ingin menjaga nama baikku agar tidak dihina di kantor. Wanita cantik itu adalah mom Sarah, istriku yang juga bosku. Aku bekerja sebagai cleaning service di restorannya.
Duuuh. Aku seperti tidak rela melepas keperjakaanku pada wanita yang sudah berada sekamar denganku.
Tidak tau ini merupakan musibah atau berkah dalam hidupku. Tapi memang ini sudah terjadi. Bahkan ibuku tidak mengetahui.
Dulu pas masih remaja, aku menghayalkan bisa melakukannya dengan pacarku, Santi.
Tetapi ketika sedang berdua dengan Santi selalu terngiang kata- kata pak ustad.Jangan berduaan Pram, sebab yang ketiga adalah setan.
Ketika teringat pesan itu, aku langsung berdiri, malu dan mencari sesuatu. Aku mencari setan maksutnya, orang ketiga diantara kami. Akhirnya Santi tertawa ngikik.
Kupandangi badanku yang kekar dan senjataku yang belum pernah aku pakai.
Akankah aku rela semua ini disentuh wanita itu?Aku ingin menangis, tapi malu sama cicak yang mengintipku di atap kamar mandi.
Eh ada cicak. Kupandangi atap kamar mandi. Heran di hotel kok ada cicak.
Yah, maklum kita menginap di Jimbaran hotel yang suasananya masih asri. Masih dengan suasana alam. Terdengar suara gemercik air dari pegunungan.
"Praaaam," suara lembut mom Sarah membuyarkan lamunanku.
Ternyata dia sudah berdiri di depan pintu toilet. Aku melompat kaget. Wanita cantik itu seperti hantu yang tiba-tiba hadir di depanku.
"Ayolah, " ajaknya tidak sabar.
Aku tersenyum kecut memandangi wanita itu. Dia memakai baju tidur warna biru muda tembus pandang nampak semua lekuk tubuhnya.
Aku menelan ludah. Baru pertama kali ini aku melihat wanita dengan busana seperti itu. Biasanya aku melihat dia memakai hijab yang rapi dan sopan.
Sekarang terlihat di depanku seorang wanita dengan rambut hitam panjang tergerai, polesan lipstick warna merah marun, serta harum minyak wangi yang menggoda jiwa laki lakiku .
"Sayang… lama banget. Aku sudah menunggu lo…," katanya manja.
"Eeeh iya sebentar ya saaa.." kataku gugup. Lidah ini seperti tercekat ketika mau mengucapkan kata sayang.
"Pramono sekarang kamu sudah menjadi suaminya ," kata cicak yang diatap.
"Stttttt. Cicak jangan ikut campur. Aku sedang menguasai detak jantungku yang berdegup kencang."
Aku belum mempunyai pengalaman soal ini. Jangan sampai terjadi sesuatu yang memalukan diatas ranjang.
Kubalut bagian bawah tubuhku dengan kain sarung pemberian ibuku. Tanpa menggunakan sesuatu. Mungkin lebih leluasa untuk bergerak. Seperti orang kampung saja.
Cicak di atas masih mengintipku seolah menertawakanku. Mungkin cicak tertawa geli dengan semua tingkah lakuku.
Namaku Agung Pramono. Biasa dipanggil Pram. Hobbyku memasak. Aku suka bercanda atau humoris. Sekarang aku kuliah di Fakultas Kuliner di Jakarta.
Umurku dua puluh lima tahun dan masih perjaka tulen. Mungkin orang mengira aku adalah playboy. Sebenarnya aku sangat takut pacaran. Hanya Santy yang mampu menaklukkan hatiku. Sekarang Aku tidak pernah tahu keberadaan Santy.
Perlahan aku keluar dari toilet menuju ranjang yang indah. Penampilanku memang keren seperti Riski Billar sang artis yang lagi terkenal namanya. Tapi sebenarnya aku itu orang kampung yang tidak tahu apa-apa.Terkesan lugu dan polos.
Apalagi liburan kelas mewah menginap di hotel yang masih berkenan asri dan alami. Seperti mimpi saja.
Mom Sarah duduk ditengah ranjang dengan posisi menantang. Aku kalut dan gugup. Tidak tahu apa yang harus aku lakukan.
Mom Sarah tersenyum manis. Semanis gulali yang selalu diberikan ibuku waktu kecil. Manis dan legit. Aku juga ikut tersenyum.
"Pram , " kata Mom Sarah memegang tanganku.
Tiba tiba keringat dingin keluar dari seluruh tubuhku. Detak jantungku berdegup sangat kencang.
Deeg deg deg.
"Kita sudah sah menjadi suami istri. Walaupun kita menikah secara siri. Kamu boleh menyentuh bagian tubuhku yang kamu suka. Kamu bisa melakukan apa saja yang kamu suka, " desah nada mom Sarah manja.
"Aaaa….ku," kataku gugup.
"Ayo dong. Lakukan seperti di film romantis yang pernah kamu lihat." Sisi lain hatiku berkata.
Tapi badanku kok jadi gemetaran tidak karuan. Kakiku tiba-tiba menjadi dingin.
Aku tidak percaya dan seperti mimpi. Bosku yang selalu ramah, supel, baik hati dan tidak pernah marah sudah berada disampingku.
Mom Sarah mendekatiku, membelaiku dalam khayalan yang indah. Seakan membawaku ke nirwana.
Aku tidak berdaya. Bibirnya mulai mendekati bibirku. Mataku terpejam. Dan tangan lembutnya mulai bergerilya ke tempat yang dia suka.
"Pram," desah nafas Mom Sarah ditelingaku.
"Ayo dong. Jangan kaku seperti ini, " pintanya lagi.
"Iya sayang ," jawabku mencoba menenangkan perasaan yang bergejolak dan meletup-letup di hatiku.
Aku mulai terpancing dengan permainan Mom Sarah. Aku membalas setiap sentuhan tangannya.
Tapi tiba-tiba perutku mulas dan terdengar suara yang aneh di perutku. Aku berusaha menahan tetapi tidak bisa.
Akhirnya keluar juga.Duuuuut.
Terdengar keras keluar dari bagian bawah perutku.Mom Sarah berjingkat dan melepaskan pelukannya ditubuhku.
"Pram. Kamu kentut ya? " tanya istriku sambil menutup hidungnya.
Senyumnya merekah bukannya marah. Nafas yang sudah memburu kembali normal.
Dia mencubit pahaku dengan gemas. Aku nyengir kuda.
"Perutku sakit, Mom," kataku sambil memegang perut.Ini pasti gara-gara tadi sebelum tidur makan bakso yang super pedas di hotel. Kuahnya yang pedas membuat mulutku seperti ikan lohan.
Sementara mom Sarah sampai tertawa ngakak, melihat tingkahku. Mungkin menurutnya aku adalah laki-laki yang lucu.
Penampilan dan wajah memang keren tetapi tingkah laku seperti anak kecil. Beruntung wanita dewasa di depanku seperti malaikat yang tidak pernah bisa marah melihatku.
Aku berjingkat menuju ke kamar mandi. Jangan sampai suasana yang romantis berubah tidak mengenakkan karena perutku.
Sekitar lima belas menit, aku berada di kamar mandi. Perutku rasanya lega setelah mengeluarkan isinya.
Mom Sarah masih menunggu di ranjang dengan sabar. Dia sibuk memainkan ponselnya. Rambutnya yang indah tergerai di pundaknya. Kini kelihatan dadanya yang hanya ditutup dengan selimut hotel.
Dag dig dug
Kembali hatiku berdegup kencang. Aku berjalan pelan-pelan menuju ranjang. Mom Sarah sudah menyambutku. Ketika dengan tiba-tiba tangan halusnya menarik tanganku ke dalam pelukannya. Ciuman mesra sudah mendarat di bibirku.
Aaaau.
Ibu…. tolong aku. Aku terjebak bersama singa yang sedang kelaparan.
Deet…..deet
Tiba tiba ponsel mom Sarah berbunyi.
Bersambung..
Kira kira Pram sama mom Sarah sukses tidak ?
Bunyi ponsel mom Sarah menganggu kegiatan kami. Dia segera mengambil ponsel yang berada di meja sebelah ranjang.Aku sedikit bisa bernafas lega. Segera kurapihkan sarung yang sudah dilempar wanitaku di samping ranjang.Kesempatan ini kugunakan untuk membuka info di internet. Info tentang cara-cara yang dilakukan di saat malam pertama. Jari-jariku berselancar menyusuri situs-situs di internet."Atur saja mas! Nanti kalau tempatnya sudah cocok, saya akan meninjau," kata mom Sarah membalas telpon di ponselnya.Setelah itu wanita yang lemah lembut itu terlihat jengkel dengan mematikan ponselnya. Sesekali dia meliriku dengan senyumnya yang indah. Apalagi melihat raut mukaku yang kadang terlihat lucu.Mom Sarah menaruh kembali pons
Mom Sarah mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Barang itu dibungkus dengan rapi dengan warna biru laut. Kotak itu berukuran kecil, entah apa isinya.Dia memberikan kotak itu kepadaku. Aku tidak berani menyentuhnya. Sepertinya barang berharga. Untuk apa bosku memberikan hadiah padaku. Apa ada udang dibalik batu? Apa karena aku karyawan teladan? Hatiku bertanya tanya menanti jawaban."Terimalah, Pram. Itu hadiah dariku karena kamu sudah mengantarku," katanya dengan senyum yang tersungging di bibir.Pram, kuasai dirimu. Kamu bukan laki-laki matre. Kamu laki-laki yang punya harga diri.Aku menolak pemberiannya. Aku tidak bisa melakukan ini. Dia sudah terlalu baik kepadaku. Aku tidak mau mengambil kesempatan dalam kesempitan. Apa kata dunia. Walaupun aku tid
"Pram, sebenarnya aku sudah lama memendam rasa sama kamu, sejak pertama kali bertemu. Kamu laki-laki yang baik dan bertanggung jawab. Jujur, apa adanya dan selalu membuat aku tertawa. Ini yang membuat aku suka sama kamu.""Tapi aku tidak enak mau bicara sama kamu. Takutnya kamu beranggapan yang tidak baik tentang aku. Tapi malam ini, aku beranikan diri untuk bicara sama kamu.""Pram, maukah kamu menjadi suamiku?"Haa…..Ternyata itu yang mau disampaikan mom Sarah. Mimpi tidak sih?Jadi.. arloji ini hadiahnya untuk melamarku?Aku tidak percaya bagaikan petir di siang bolong.Duaaar.Hatiku bergemuruh. Jantungku berdegup kencang. Nafasku tidak beraturan.
Pagi ini, kami sudah bersiap untuk sarapan pagi di hotel. Setelah itu kami akan menuju ke Pantai Jimbaran.Kupeluk wanitaku yang sedang berhias di depan kaca. Senyumnya begitu manis. Pergulatan semalam membuatku seperti ingin menikmati lagi candunya. Apalagi permainannya di kamar mandi yang membuatku ingin menikmatinya lagi."Sayang..kamu nampak cantik sekali," pujiku memandang wajahnya yang terpantul di cermin.Kulingkarkan tanganku dipundaknya. Kugesek-gesek kumisku yang tipis di pipinya yang halus. Dia nampak geli dan risih."Pram…." desahnya manja."Nanti kita gak jadi sarapan lo," ujarnya sambil mengelus pipiku.Gairahku kembali menggelegak. Jantungku berdegup kencang. Ada sesuatu yang bergerak dibawa
"Hari ini, kita balik ke Jakarta, Pram, " ujarnya ketika bangun pagi.Tangannya sibuk dengan ponselnya. Masih kupeluk dia dalam dekapanku. Kurenggangkan pelukanku dan menatap wajahnya." Baru dua malam sayang.." protesku.Kudekatkan bibirku mencoba menciumnya. Tangannya yang halus memegangi pipiku." Sudah.. aku ada janji dengan seseorang," jawabnya lirih.Aku bangkit dan duduk di atas ranjang. Kuraih wanitaku dalam dekapanku. Kubelai rambutnya yang panjang terurai. Harum semerbak keluar dari rambutnya yang hitam."Sayang.. aku belum mau pulang. Bagaimana nanti kalau kita di Jakarta? Aku pasti merindukanmu," rajukku.Sarah meletakkan ponselnya dan memandangku
Bab 7. Pernikahan yang disembunyikan. Aku pulang ke kontrakan dengan tubuh yang gontai. Kurebahkan tubuhku ke kasur lantai yang teronggok di kamarku. Kamar yang tidak terlalu besar, hanya berukuran dua kali dua meter. Tidak terlalu sempit untuk ukuran lajang sepertiku. Segera kuganti bajuku yang kotor dengan kaos oblong dan celana pendek. Baju itu yang dibelikan Sarah dari butik mahal di Jakarta. Sementara kaos yang aku pakai hanya kaos murahan tapi nyaman bagiku. Hah.. Aku mendesah dengan berat. Apa yang telah kulakukan? Apakah semua ini drama?Menikahi bosku sendiri secara diam-diam. ( Mas Pram, Nita minta uang) sebuah pesan masuk ke ponselku. Kulirik sebentar benda warna biru pipih yang tergeletak di sampingku. Kuambil
Bab 8. Menempati rumah kontrakan yang baruAku memasuki rumah itu dengan hati berdebar-debar. Pak supir memberikan kunci kontrakan kepadaku. Kemudian beliau pamit untuk pulang."Terima kasih ya, Pak," kataku.Kujabat tangannya dengan hormat. Laki-laki itu tersenyumkemudian melangkah pergi.Aduh sendirian. Semoga tidak ada penghuni lain selain diriku.Bulu kudukku tiba-tiba berdiri. Aku tidak boleh takut. Laki-laki sejati harus berani. Rumah itu terdiri dari tiga kamar. Satu kamar tidur, ruang tamu dan dapur yang cukup lumayan.Deet … deet …Ponselku berbunyi. Sarah menelponku, aku segera mengangkatnya
Bab 9 Pencarian Aska dan sikap Aska"Pram … " teriak Sarah dari kamar mandi."Cepat mandi, Sayang! Antar aku mencari Aska!" tambahnya."Apa! Aska kemana?" Aku segera melompat dari tempat tidurku.Sarah mandi cuma sebentar. Dengan tergesa dia mengelap kering rambutnya yang basah."Cepetan mandinya!" katanya menarik tanganku masuk ke kamar mandi.Aku mandi dengan terburu-buru. Mungkin sepuluh menit aku sudah selesai mandi. Sarah sudah berpakaian rapi dan memakai hijabnya. Dia juga memberesi barangnya yang tergeletak di kasur.Aku berganti pakaian santai. Kaos oblong hitam dan celana pendek hitam. Setelah kusisir rapi rambutku, aku menemui Sarah yang suda
Liburanku di desa sudah selesai. Kini kami sudah berada di Jakarta kembali. Sarah sudah sibuk dengan kegiatannya di restoran. Perombakan besar-besaran dilakukan Sarah. Dia mulai membenahi keuangan restauran yang sempat berantakan. Juga pengambilan modal Hans yang sangat besar.Aku juga mulai sibuk dengan caffeku yang semakin lama tambah ramai. Malah pertemuanku dengan Sarah hanya waktu jam makan siang dan pulang bareng.Setelah selesai dengan urusanku di Caffe aku selalu setia untuk menjemputnya. Terkadang Santi sesekali mengirimkan sebuah pesan. Semua itu juga aku memberitahu Sarah. Kejujuran dan kepercayaan adalah penting bagiku.Aska mulai sibuk dengan Boarding Schoolnya. Saat ini Aska memilih sekolah terpadu dengan pesantren yang ada
Sore ini semua rombongan akan pergi ke kota Semarang. Kami ingin menikmati indahnya ibu kota Jawa Tengah. Malamnya kami semua akan menginap di sebuah villa yang sudah disewa Sarah.Ibu menolak untuk ikut bersama kami. Nita sangat bahagia ketika ikut dengan rombongan. Walaupun Sarah memaksa, ibu menolak dengan cara halus. Hanya Bi Iyem yang nanti bertugas menjaga Atta dan Arsya. Akhirnya kami berangkat pergi keliling Kota Semarang. Mobil Caravel warna biru itu meninggalkan rumah ibu menuju Simpang Lima Kota Semarang. Selama perjalanan terdengar semua anak bersandau gurau. Aska nampak sibuk masih memainkan ponselnya di samping Nita. Mereka bercanda berdua. Sementara Atta dan Arsya sibuk dengan ponsel memainkan game. Sarah juga sibuk dengan ponselnya sendiri.Kulirik Sarah yang wajahnya makin cantik setelah
Bab 103Hari ini masih pagi, kumandang azan di musala dekat rumah terdengar sangat merdu. Suara Pak Ahmad sangat menggetarkan jiwa.Aku memindahkan Atta dan Arsya ke dalam kamarku. Sementara Aska sudah bangun. Ibu dan Bi Iyem sudah rapi dengan mukenanya bersiap untuk ke musola.Sarah sudah sibuk di dapur memasak air panas untuk membuat teh. Aku memeluknya dari belakang."Good morning, Cinta!" sapaku sambil mencium lehernya yang terbuka. "Good morning, Sayang," balasnya dengan membalikkan badan menghadapku."Duh menantu ibu, rajin amat, ya!" sindirku masih memeluknya."Sana gih, ke musala dulu. Soalnya tegangan
Bulan madu ke luar negeri yang sebelumnya kami rencanakan akhirnya dibatalkan. Sarah hanya ingin tahu kampung halamanku sekalian berinteraksi dengan keluargaku.Sarah akan mengajak semua anak-anaknya juga Bi Iyem. Sejenak melupakan kejadian yang telah menimpaku dan Sarah. Ibu sangat gembira ketika mendengar mereka akan ikut pulang kampung untuk liburan.Sementara semua urusan bisnis yang ada di Jakarta sudah diserahkan kepada semua pegawainya. Aku juga sudah menunjuk pegawai kepercayaanku untuk memegang kendali atas kelancaran cafe.Tidak lupa aku nanti akan memantau dari jauh perkembangan cafe dan restoran Sarah.Hari yang ditentukan semua rombongan bertolak ke Semarang. Kali ini aku kembali y
Bab 101Bang Zoel berjalan tertatih menuju ke arah kami.Tangan kanan menjulur ke arahku."Pram, selamat atas pernikahan kalian! Aku nitip anak-anak kepadamu. Aku tidak akan mengganggu kalian lagi. Sekalian aku pamit mau ke Bali siang ini. Bisnis istriku akan segera dimulai," ujar Bang Zoel dengan tulus.Aku menjabat tangan Bang Zoel dan memeluknya."Iya, Bang Zoel. Semoga tetap menjadi saudara. Hati-hati dan semoga sukses," ucapku.Gantian Bang Zoel menatap Sarah yang masih menunduk. Entah mengapa Sarah tidak mau menatap pria yang telah memberikan tiga anak ini. Mungkin luka yang terlalu dalam Bang Zoel torehkan sehingga Sarah begitu muak meli
Sebelum balik ke kampung, Ibu dan Nita ingin menghabiskan waktu keliling Jakarta. Ibu ingin melihat banyak tempat di Kota Metroplitan ini. Seperti Monas, Taman Mini dan yang menjadi impian ibu adalah bisa salat di Masjid Istiqlal Jakarta.Hari Minggu ini kami sekeluarga akan jalan-jalan ke Taman Mini dan Masjid Istiqlal. Kebetulan bersamaan anak-anak juga libur sekolah. Sehingga bisa membawa mereka keliling Taman Mini.Segala persiapan sudah ada di dalam mobil. Dari makanan ringan hingga minuman lengkap. Bi Iyem juga memasak beberapa makanan untuk Arsya dan Atta.Ibu dan Nita sudah siap menunggu di teras rumah. Mereka nampaknya sudah bangun pagi sekali. Membantu Bi Iyem mempersiapkan bekal.&nb
Bab 99Sarah segera mengambil ponselnya. Dia nampak menyembunyikan sesuatu dariku. Namun aku tidak berani menanyakan pada Sarah. Apalagi ada ibu dan Nita. Takut merusak suasana gembira yang ada."Ibu, Sarah dan Pram pamit dulu. Ada urusan penting di restoran," ujar Sarah sambil memberi kode kepadaku."Iya, Nak," sahut ibu setelah sarapan selesai."Bi, nitip anak-anak, ya," pinta Sarah.Bi Iyem hanya mengangguk ketika Sarah menyampaikan pesan kepadanya.Ketika sampai di kamar, Sarah memberikan aku baju ganti. Celana panjang dan kaos dengan kerah."Ada apa sih, Yang?" tanyaku tidak men
Malam ini aku sangat bahagia. Akhirnya aku bisa tidur di kamar Sarah tanpa harus sembunyi-sembunyi. Kamar Sarah sudah dihias dengan bunga dan sprei kesukaan Sarah.Ibu dan Nita tidur di kamar tamu. Sementara anak-anak tidur di kamar masing-masing.Hari ini tidak terlalu capai karena hanya sedikit tamu yang diundang. Seharian hanya ngobrol dengan Rere dan Paman. Kami juga menyempatkan untuk berbincang dengan karyawan yang lain.Acara sudah selesai sore tadi. Aku juga sudah berganti pakaian dengan baju koko dan sarung. Sementara Sarah sudah menukar bajunya dengan gamis biasa.Setelah acara makan malam bersama dilanjutkan dengan salat jamaah. Semua anggota keluar
Bab 97Hari Yang Ditunggu.Hari yang ditunggu telah tiba, Sarah tidak mau acara pernikahan secara besar-besaran. Semua mendadak merubah tidak sesuai jadwal. Entah apa penyebabnya. Sarah hanya mau ijab kabul di rumahnya.Hari itu, aku sudah dandan dengan memakai jas hitam celana hitam serta peci. Sementara ibu memakai baju kebaya dengan kain serta kerudung. Wajah tuanya tersenyum melihatku. Nita, adiku memakai setelan baju gamis warna merah muda. Dia sangat cantik sekali.Dari keluarga Sarah yang hadir adalah adik Sarah, Rere dengan suaminya serta anak-anaknya. Ada juga paman yang akan menjadi wali saksi pernikahanku dengan Sarah.Dari karyawan restoran, Sarah mengundang Bagas dan Reni. Aku juga mengundang karyawanku yang ada di Caffe Aska.&