"Saya Narendra Utama, mengambil engkau, Adelia Fransia, untuk menjadi istriku, untuk saling memiliki dan menjaga mulai hari ini dan selamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus."
Adelia terbangun dari mimpi dengan tubuh yang sudah dipenuhi peluh, sudah hampir dua minggu ini dirinya berstatus sebagai seorang istri dari Narendra Utama sang mantan kakak ipar. Adelia terpaksa menikah dengan Narendra setelah dipaksa oleh Wijaya Utama yang merupakan sahabat mendiang sang ayah. Adelia diminta menikah dengan Narendra oleh Wijaya Utama dengan alasan ingin membalas budi pada mendiang ayah Adelia yang sudah membantunya saat masih muda puluhan tahun yang lalu.Menjadi istri dari seorang pria yang merupakan mantan kakak iparnya sendiri adalah mimpi buruk untuk Adelia, selain karena ia tidak memiliki perasaan pada lelaki itu, Adelia juga merasa bersalah pada mendiang sang kakak karena menggantikan posisinya. Aralia, istri Narendra meninggal dua bulan yang lalu dalam sebuah kecelakaan tunggal yang sangat tragis. Aralia meninggal di tempat kejadian bersamaan dengan bayi yang sedang dikandungnya. Mengetahui cinta pertamanya meninggal, Narendra nyaris gila. Dia berubah 180 derajat. Karena perubahan sikap Narendra itulah Wijaya Utama meminta Adelia menggantikan posisi kakaknya untuk mendampingi Narendra.Adelia memijat keningnya yang terasa sakit saat mengingat bagaimana awal mula dirinya menjadi istri Narendra, dengan bertelanjang kaki Adelia turun dari ranjangnya dan berjalan menuju pantry untuk mempersiapkan sarapan. Meski selama ini masakan buatannya tidak disentuh oleh Narendra. Pria itu tidak menganggap Adelia ada di rumahnya, sehingga meskipun di meja makan sudah dipenuhi makanan yang dibuat Adelia tetap saja Narendra membuat makan paginya sendiri.Prank..Suara vas bunga yang dilempar Narendra membuat Adelia yang sedang membuat omelet terperanjat kaget.
"Sudah aku katakan sebelumnya padamu untuk tidak menyentuh barang-barangku, tapi kenapa kau masih melakukannya, Adel?" hardik Narendra dengan suara keras, seolah dirinya sedang bicara di tengah lapangan bola.
Dengan jantung berdebar kencang Adelia mematikan kompor dan berbalik menatap sang kakak ipar yang sudah menjadi suaminya itu. "Barang apa, Mas? Sepertinya aku tidak menyentuh barang-barang mas Rendra," jawab Adelia serak, Adelia menundukkan wajahnya saat bicara.
"Halah, banyak ngeles. Sudahlah jangan berakting lagi, aku muak melihatnya. Lebih baik kau segera tinggalkan dapur, aku ingin membuat makan pagiku sendiri." Narendra mengalihkan pembicaraan dengan mengusir Adelia dari dapur.
Adelia menenangkan degup jantungnya yang berpacu dengan sangat cepat saat ini, meski tidak tahu apa yang sudah membuat Narendra marah lagi pagi ini namun Adelia tetap merasa sangat bersalah dan ketakutan. Narendra yang dikenalnya dulu tidak sekejam ini, meski tidak begitu akrab namun dulu Narendra masih bersikap manis pada Adelia ketika istrinya masih hidup.
Begitu Adelia membawa piring yang berisi omelette keluar dari pantry Narendra langsung menyibukkan diri didepan mesin pemanggang roti, lelaki itu selalu memilih makan roti untuk sarapan. Padahal makanan yang dibuat Adelia jauh lebih sehat dan lezat dari roti panggang dengan isi coklat yang dibuat Narendra.
"Dua hari lagi aku akan berangkat ke Amerika seperti rencana yang sudah aku katakan padamu sebelumnya, setelah itu aku akan mengurus proses perceraian kita," ucap Narendra dingin pada Adelia yang ditemuinya di depan meja makan.
Adelia menelan ludah. "Perceraian? Tapi kita baru menikah dua minggu, mas."
"Sepuluh bulan lagi, kita akan bercerai sepuluh bulan lagi," jawab Narendra malas seraya mengunyah roti panggangnya.
"Eh?"
Narendra mengangkat wajahnya dan menatap Adelia. "Aku bilang kita akan bercerai sepuluh bulan lagi, kepergianku ke Amerika bisa kita jadikan alibi sebagai ketidakcocokan di hadapan anggota keluargaku, terutama di depan ayahku. Sampai sini kau paham?"
Adelia mencengkram ujung baju tidurnya dengan kuat, baru dua minggu dirinya menikah dan kini suaminya sudah membahas perceraian. Sakit. Dada Adelia terasa sangat sesak. Luka karena dipaksa menikah menggantikan mendiang kakaknya kini semakin basah karena perkataan Narendra yang sudah membahas rencana perceraian mereka."Jangan khawatir, Adel. Aku akan membayar biaya kompensasi perceraian dengan jumlah yang besar padamu, jadi kau bisa hidup mewah setelah menjadi janda nanti."
"Aku punya tabungan, mas. Aku..."
"Jangan banyak gaya, sungguh tidak pantas untukmu. Seorang adik yang sudah rela menggantikan posisi kakaknya menjadi Nyonya di keluarga terpandang tak pantas jual mahal seperti itu, semua orang akan menertawakan dirimu, Adel." Narendra memotong perkataan Adelia dengan kalimat menyakitkannya lagi. "Sebelum bicara setinggi langit lebih baik kau melihat ke bumi terlebih dahulu, Adel supaya sadar akan posisimu yang sebenarnya.”
Sakit. Lagi-lagi kalimat hinaan Adelia terima. Narendra benar-benar menyakiti Adelia dari semua sisi."Seorang wanita yang tidak punya urat malu tidak pantas berbicara seperti itu, Adel. Lebih baik kau segera kemasi barang-barangmu, karena nanti aku akan menyewakan apartemen ini pada orang lain setelah berangkat ke Amerika. Aku lebih rela apartemen ini ditempati orang lain daripada menjadi tempat tinggalmu," ucap Narendra kembali sambil berlalu dari hadapan Adelia menuju kamarnya sendiri yang berada di samping kamar Adelia.
Adelia memegangi dadanya yang terasa sesak mendengar semua kata-kata pedas Narendra, meski dalam waktu dua minggu ini sudah terbiasa mendengar kata-kata hinaan seperti itu, namun entah kenapa rasanya jauh lebih sakit saat ini. Meskipun tidak mencintai Narendra namun Adelia juga tidak menginginkan perceraian secepat ini, namanya sebagai seorang wanita baik-baik akan rusak. Meski memiliki darah Eropa dalam tubuhnya tetap saja Adelia dibesarkan dengan adat ketimuran yang kental, karena itu Adelia masih sangat memikirkan norma-norma dalam masyarakat.
Menjadi Janda pada usia yang masih muda adalah mimpi buruk untuk setiap wanita, apalagi jika orang tahu dia menjadi janda dari mantan kakak iparnya sendiri. Sungguh, Adelia tak mampu membayangkan hal semacam itu terjadi.
Karena Narendra sudah masuk ke kamar tidur utama yang berada di lantai dua, Adelia bergegas masuk ke kamarnya di lantai satu dekat dapur. Selama dua minggu menikah, meski mereka tinggal dalam satu atap namun Adelia dan Narendra tidak melakukan kewajiban sebagai pasangan suami istri. Mereka tidur terpisah, berbeda lantai atas permintaan Narendra yang tidak sudi berada satu lantai dengan Adelia yang menurutnya tidak bisa berdandan.
“Adel, kau ini benar-benar ceroboh. Kenapa laptop harus kau tinggal di lantai dua, bagaimana jika Narendra tahu kau naik ke lantai dua saat ini? Tamat riwayatmu, Adel.”
Adelia mengutuk kebodohannya yang sudah meninggalkan laptop kesayangannya di ruang baca yang berada di lantai dua, karena sibuk dengan pekerjaan rumah tangga dalam rangka menyambut keluarga Narendra yang akan datang Adelia lupa membawa turun laptop kesayangannya dari ruang baca. Karena sangat membutuhkan laptopnya, Adelia pun memberanikan diri naik ke lantai dua. Dengan berjingkat, Adelia berjalan tanpa alas kaki di lantai yang dingin menuju ruang baca.
Ketika berhasil memeluk laptopnya kembali dan bersiap turun, secara tidak sengaja Adelia mendengar percakapan samar-samar Narendra dari kamar yang tidak tertutup secara sempurna.
“Kau tenang saja, Irene. Kita akan tetap berangkat ke USA, rencana akan tetap berjalan seperti semula. Kita akan langsung menikah setelah tiba di negara itu, jadi jangan menangis lagi, ya. Aku tidak suka melihat calon pengantinku menangis,” ucap Narendra cukup keras saat berbicara dengan seseorang yang wajahnya muncul di layar ponsel Narendra.
“Aku lelah dengan hubungan yang tidak ada kemajuan ini, Rendra.”
“Sabar, ya. Penantian kita akan segera terwujud, aku juga sudah lelah menjalani hubungan seperti ini denganmu selama satu tahun terakhir ini secara sembunyi-sembunyi di belakang si bodoh Aralia yang kini sudah membusuk itu.”
Adelia langsung menutupi mulutnya dengan kedua tangan saat mendengar perkataan terakhir Narendra dan gerakan tangan Adelia didengar oleh Narendra yang langsung menoleh ke belakang, menatap pintu yang sedikit terbuka tempat dimana sebelumnya Adelia menguping pembicaraannya dengan wanita selingkuhannya, Irene yang merupakan sahabat baik Aralia.
“Tunggu, Irene. Aku lupa menutup pintu kamarku,” ucap Narendra pelan pada selingkuhannya di telepon.
“Apa ada adik si Ara di rumahmu, Rendra?” Irene bertanya dengan keras.
“Stt... tunggu, aku tutup pintu terlebih dahulu supaya aman, baby.”
Dari tempat persembunyiannya di samping sofa yang berada di samping pintu kamar Narendra yang terbuka Adelia menahan nafas, berdoa semoga Narendra tidak menemukannya. Dan Harapan Adelia dikabulkan Tuhan dalam waktu singkat, karena Narendra tidak benar-benar mengecek keadaan diluar. Lelaki itu hanya mengeluarkan kepalanya sedikit lalu menutup pintu kamarnya kembali dengan kasar sehingga menimbulkan suara yang cukup keras.
Menyadari keadaan sudah aman, Adelia bergegas turun ke lantai satu dengan air mata berlinang. Ternyata air mata dan kesedihan Narendra untuk Aralia yang meninggal dua bulan lalu hanyalah air mata palsu, Narendra tidak pernah mencintai Aralia dan justru berselingkuh dengan Irene Jasmine satu-satunya sahabat Aralia yang sudah banyak sekali Aralia bantu selama dia hidup.
Bruk..
Adelia terjatuh di depan pintu kamarnya dengan kedua lutut yang menyentuh lantai terlebih dahulu.
“Kak... kau dengar itu kak, suami dan sahabatmu mereka berselingkuh di belakangmu, kak. Mereka berselingkuh di belakangmu dengan rapi huhuhu...”
BersambungKarena hari keberangkatan Narendra ke Amerika semakin dekat, keluarga besar Utama pun berdatangan ke Jakarta. Mulai dari kedua orang tua Narendra, adik, tante dan kedua keponakan kembar Narendra. Mereka semua datang bersama setelah menyewa satu gerbong kereta eksekutif dari Solo ke Jakarta. Sebagai menantu yang baik, Adelia berusaha menjamu keluarga suaminya sebaik mungkin meski hubungannya dengan Narendra tidak baik."Ambilkan susu untuk Daisy dan Jasmine di tas yang ada di lantai dua, Adel.""Coba ini meja makan dirapikan terlebih dahulu, kau ini istri tapi tidak bisa merawat rumah. Tidak berguna sekali!""Sungguh malu Rendra punya istri sepertimu, Adel. Tidak bisa apa-apa.""Adel, mana susu Jasmine?""Adel tempat sampah dimana?""Adel mana teh hangat miliku?""Adel..Adel..Adel.."Teriakan demi teriakan tidak berhenti saling bersahutan terdengar di rumah Narendra yang tiba-tiba ramai, semua tamu itu memperlakukan Adelia seperti pembantu disaat tuan Wijaya Utama ayah Narendra tidak ad
Narendra masuk kedalam kamarnya setelah Adelia selesai mengeringkan rambut dan mengaplikasikan krim malam diwajahnya, dari wajahnya terlihat sekali kalau Narendra sangat muak melihat Adel duduk di depan meja rias.“Jangan senang dulu, besok pagi aku akan mengatakan semuanya pada ayahku kalau kita akan berpisah,” ucap Narendra dingin seperti biasanya.Adelia tersenyum mendengar perkataan Narendra. “Silahkan Mas, kalau Mas butuh bantuan aku siap membantu Mas Rendra bicara pada Pak Wijaya.”Kemarahan Narendra yang sudah sampai ubun-ubun langsung lenyap ketika mendengar perkataan Adelia. “Apa kau bilang?”Adelia membalik tubuhnya menghadap Narendra yang masih berdiri sambil berkacak pinggang. “Aku akan membantu Mas Rendra bicara ke Pak Wijaya kalau kita tidak cocok dan memutuskan untuk berpisah setelah Mas Rendra kembali dari USA,” jawab Adelia lembut sambil tersenyum.Selama beberapa detik Narendra terhi
Adelia menatap wajahnya di cermin untuk memastikan riasan wajahnya terpoles dengan sempurna, tidak tidur selama semalam suntuk karena membaca buku harian milik sang kakak membuat lingkar hitam yang sangat jelas dibawah mata Adelia. Karena itu Adelia memilih menggunakan sedikit riasan untuk menutupi lingkaran hitam itu ketimbang harus terbaring diranjang dan pura-pura sakit."Semangat Adel, demi Kak Ara. Kau pasti bisa." Adelia bergumam lirih, mencoba untuk memberikan semangat untuk dirinya sendiri.Setelah merasa semuanya siap, Adelia lalu keluar dari kamarnya dan bergegas menuju dapur untuk menyiapkan makan pagi keluarga Utama. Pekerjaan Adel tidak terlalu berat pagi ini, dia hanya membuatkan teh hangat di jar besar dan memanggang roti dan membuat sunny upside egg menu khusus untuk Narendra. Adelia tahu kalau Narendra suka sunny upside egg dari buku harian Ara yang dibacanya tadi malam.Kurang dari lima belas menit semua menu makan pagi tersaji di meja makan, m
Sydney, Australia. 10.00 PM.Suasana tidak nyaman terjadi di kantor CEO William Corp pasca didatangi seorang wanita paruh baya yang datang membawa pengacara, wanita paruh baya itu adalah Rachel Simpson ibu sang mantan mertua CEO William Corp yang bernama Jarvis Alexander William.“Uang kompensasi yang kau berikan pada putriku sangat sedikit, Jarvis. Seharusnya kau malu dengan jabatanmu di kantor ini, orang-orang diluar sana akan menertawakanmu!” hardik Nyonya Rachel dengan nada tinggi.Jarvis yang sejak sepuluh menit yang lalu hanya diam, kini tersenyum menatap mantan ibu mertuanya yang sudah menyinggung soal uang kompensasi yang diberikannya pada Valentina mantan istrinya.“Lima juta dolar itu angka yang sangat kecil untuk putriku, apa kau sudah gila, Jarvis!” imbuh Nyonya Rachel menyinggung soal uang yang didapatkan Valentina dari Jarvis atas perceraian mereka. “Kau seorang CEO perusahaan besar, William Corp m
Adelia memejamkan kedua matanya saat pertama kali menginjakkan kaki di bandara, meski sudah menguatkan hati untuk tidak terbawa perasaan tetap saja air matanya jatuh membasahi wajah cantiknya yang sedikit pucat. Berusaha tegar sejak masih berada di bandara Soekarno-Hatta kini Adelia meneteskan air matanya dengan deras."Kau harus kuat, Adel. Saat ini kau benar-benar seorang diri, sebelum Narendra menceraikanmu sepuluh bulan lagi kau harus sudah punya pekerjaan dan tabungan untuk melanjutkan hidup. Semangat, Adelia. Kau pasti bisa!"Adelia bicara dalam hati, menguatkan dirinya saat berjalan keluar dari bandara. Kedua mata bulatnya bergerak-gerak mencari taksi untuk segera pergi ke hotel yang sudah dibooking tadi malam saat masih berada di Jakarta, tidak mendapatkan kesulitan yang berarti akhirnya Adelia berhasil mendapatkan sebuah taksi yang dibawa seorang drive
Menikmati wine di saat matahari masih tinggi ternyata bukan ide yang buruk, Jarvis terlihat sangat menikmati suasana bar yang dipilih Calvin hari ini. Beberapa kali Jarvis mengumbar senyum memikatnya pada beberapa pelayan wanita yang berlalu lalang di hadapannya. Calvin hanya tersenyum kecil melihat tingkah sang tuan, seperti biasanya.“Bar ini cukup lumayan,” ucap Jarvis pelan memberikan penilaian pada bar yang sedang menjadi tempatnya minum, cukup lumayan untuk ukuran seorang Jarvis tentunya berbeda dengan standar orang lain. Dan hanya Calvin yang sangat paham dengan selera seorang Jarvis Alexandre William.Rencana Jarvis untuk hanya menikmati beberapa gelas wine berubah total, keadaan bar yang menjadi semakin ramai membuat niat Jarvis untuk pulang cepat hilang. Kemunculan beberapa orang yang pernah datang ke William Corp-lah yang menjadi alasan J
William Corp, 9.00 AMDatang lebih cepat dari waktu yang ditentukan membuat Adelia merasa lebih tenang, menjadi satu-satunya warga negara asing yang mendaftar di perusahaan lokal membuat Adelia menjadi pusat perhatian para pelamar lainnya. Beberapa dari mereka bahkan sampai memberikan tatapan tidak sukanya secara terang-terangan pada Adelia dengan langsung memalingkan wajah saat Adelia mencoba untuk membuka percakapan.“Asian huh, kenapa orang asia bisa mendaftar di William Corp? Tidak tahu malu sekali.”“Iya kau benar, perusahaan ini adalah perusahaan besar. Asian girl sepertinya tidak pantas menginjakkan kaki di perusahaan ini.”“Lihat wajahnya, percaya diri sekali dia. Aku ingin lihat b
“Apa pendapatmu tentang tinggal serumah tanpa ikatan pernikahan, Nona?”Sialan!Pertanyaan yang diajukan Jarvis Alexander William terus berputar dalam kepala Adelia meski sesi interview dengan Jarvis sudah berlalu tiga jam yang lalu, Adelia yang memutuskan untuk langsung mundur dari sesi interview saat itu juga langsung bergegas pergi dari William Corp. Adelia punya firasat jelek dengan perusahaan itu.“Sepertinya wajah tampan, kekayaan berlimpah dan nama besar tidak membuat orang bisa punya pikiran yang waras,” gerutu Adelia jengkel, tanpa sadar tangannya meremas kuat botol air mineral yang sedang dipegangnya.Saat ini Adelia tengah berada disebuah restoran Indonesia yang ditemukannya secara tidak sengaja, karena itu Adelia bebas mengeluarkan sem
“Ouchh…”“Tahan!”Adelia meringis kesakitan saat Jarvis mengoleskan salep pereda memar di tangannya yang sebelumnya ditarik oleh pria mabuk yang ingin memperkosanya secara beramai-ramai.“Ok, sudah selesai,” ucap Jarvis pelan sembari menutup salep pereda memar yang selama dua tahun terakhir ini menjadi teman setianya. “Sekarang katakan padaku bagaimana bisa kau dikejar-kejar para pemabuk itu? Aku sungguh tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padamu jika tadi aku tidak melintas.”Adelia menundukkan kepalanya dalam-dalam, diingatkan kembali perihal kejadian mengerikan yang baru dilaluinya membuat Adelia kembali merasa tidak aman. Seluruh tubuhnya bergetar hebat, rasa takutnya kembali.
Tepat pada jarak lima jengkal, mobil yang datang dalam kecepatan tinggi itu berhasil berhenti. Sehingga tubuh Adelia yang basah dengan keringat tidak tertabrak. Dari arah pedestrian terdengar suara teriakan yang cukup keras dari orang-orang yang melihat adegan itu.“Fuck, siapa malam-malam begini cari mati,” ucap sang pengendara mobil dengan kesal, nafasnya naik turun saat berhasil menghentikan mobilnya tepat waktu.Adelia yang merasa baik-baik saja mengangkat kepalanya perlahan ke arah mobil yang sudah berada dekat sekali dengannya itu, namun karena cahaya lampu mobil yang begitu terang Adelia tidak bisa melihat siapa orang yang berada di dalam mobil itu. Saat sedang menimbang-nimbang apa yang harus dilakukan, Adelia dikejutkan dengan cengkraman salah satu pemabuk yang berhasil menyusulnya.“Lepas
Hari pertama kerja yang melelahkan akhirnya berakhir, Adelia bisa meluruskan tulang punggungnya yang terasa sangat sakit setelah mengikuti pergerakkan Jarvis kesana kemari. Berada di proyek rahasia Jarvis selama lebih dari enam jam tanpa istirahat membuat tubuh Adelia terasa sangat kaku.“Jarvis,” geram Adelia kesal. “Dia itu manusia atau robot? Kenapa tenaganya tidak habis-habis, aku bisa kurus kering jika terus begini.” Adelia melirik ke arah jam weker yang berada di samping ranjangnya.Karena sudah malam sekali, Adelia pun memutuskan untuk segera mandi. Sebelum tidur dia harus membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, meskipun saat ini kedua tumitnya terasa perih jika terkena air karena lecet, Adelia tetap memaksakan diri untuk mandi.Tidak memiliki anggota keluarga membuat Adelia tidak bisa
Selama hampir dua jam meeting berlangsung, Adelia benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik. Menjadi sekretaris bukanlah sebuah hal sulit untuk Adelia, memiliki pengalaman magang di beberapa perusahaan besar di Jakarta memberinya kemampuan yang baik saat ini.“Baiklah Mr William, sesuai kesepakatan kita akan melanjutkan perbincangan ini ke tingkat yang lebih seriu,” ucap seorang pria berkulit hitam bernama Darren Bray dengan hangat. “Segera aku akan mengirim pengacara pribadiku ke kantor anda untuk menyerahkan surat perjanjian kita.”Bibir Jarvis melengkung tipis. “Saya akan menantikan kedatangan pengacara anda dengan sabar, Tuan. Sungguh sebuah kehormatan untuk kami bisa bekerja sama dengan perusahaan anda.”“Jangan menggodaku, Mr William. Kita semua tahu seperti a
William Corp, 8.00 AM.Kembali menginjakkan kaki di William Corp membuat Adelia sedikit gugup, meskipun yang memanggilnya untuk bekerja adalah sang pemilik perusahaan. Adelia masih sedikit terusik dengan pertanyaan terakhir Jarvis saat menginterview dirinya dua hari yang lalu,“Nona Adelia Fransisca?”“Adelia Fransia.” Adelia membenarkan ucapan seorang wanita yang baru saja memanggil namanya.“Ups my bad, maafkan aku.”Adelia menggeleng. “Tidak apa-apa, Fransisca dan Fransia memang sedikit mirip.”“Namaku Berta, aku manager human resource department di William Corp. Ayo
Menggunakan pakaian terbaiknya Adelia berangkat menuju William Corp, selama berada di dalam bus Adelia terus mengutuk Jarvis yang sejak kemarin terus menerornya. Adelia awalnya menolak untuk bekerja di William Corp, namun setelah Jarvis mengancamnya dengan denda yang harus dibayar karena melanggar kontrak akhirnya Adelia pun mengalah dan memutuskan menerima tawaran Jarvis untuk menjadi sekretarisnya. Menyadari tujuannya hampir sampai, Adelia kemudian bersiap. Memastikan tidak ada barang yang tertinggal, Adelia kemudian berdiri dan menunggu didepan pintu keluar bersama para penumpang lainnya yang akan turun. Menjadi satu-satunya orang asia di dalam bus membuat Adelia sedikit waspada, setelah mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari para pelamar di William Corp kemarin Adelia menjadi lebih hati-hati. Sampai akhirnya bus berhenti dan semua orang turun Adeli
“Apa pendapatmu tentang tinggal serumah tanpa ikatan pernikahan, Nona?”Sialan!Pertanyaan yang diajukan Jarvis Alexander William terus berputar dalam kepala Adelia meski sesi interview dengan Jarvis sudah berlalu tiga jam yang lalu, Adelia yang memutuskan untuk langsung mundur dari sesi interview saat itu juga langsung bergegas pergi dari William Corp. Adelia punya firasat jelek dengan perusahaan itu.“Sepertinya wajah tampan, kekayaan berlimpah dan nama besar tidak membuat orang bisa punya pikiran yang waras,” gerutu Adelia jengkel, tanpa sadar tangannya meremas kuat botol air mineral yang sedang dipegangnya.Saat ini Adelia tengah berada disebuah restoran Indonesia yang ditemukannya secara tidak sengaja, karena itu Adelia bebas mengeluarkan sem
William Corp, 9.00 AMDatang lebih cepat dari waktu yang ditentukan membuat Adelia merasa lebih tenang, menjadi satu-satunya warga negara asing yang mendaftar di perusahaan lokal membuat Adelia menjadi pusat perhatian para pelamar lainnya. Beberapa dari mereka bahkan sampai memberikan tatapan tidak sukanya secara terang-terangan pada Adelia dengan langsung memalingkan wajah saat Adelia mencoba untuk membuka percakapan.“Asian huh, kenapa orang asia bisa mendaftar di William Corp? Tidak tahu malu sekali.”“Iya kau benar, perusahaan ini adalah perusahaan besar. Asian girl sepertinya tidak pantas menginjakkan kaki di perusahaan ini.”“Lihat wajahnya, percaya diri sekali dia. Aku ingin lihat b
Menikmati wine di saat matahari masih tinggi ternyata bukan ide yang buruk, Jarvis terlihat sangat menikmati suasana bar yang dipilih Calvin hari ini. Beberapa kali Jarvis mengumbar senyum memikatnya pada beberapa pelayan wanita yang berlalu lalang di hadapannya. Calvin hanya tersenyum kecil melihat tingkah sang tuan, seperti biasanya.“Bar ini cukup lumayan,” ucap Jarvis pelan memberikan penilaian pada bar yang sedang menjadi tempatnya minum, cukup lumayan untuk ukuran seorang Jarvis tentunya berbeda dengan standar orang lain. Dan hanya Calvin yang sangat paham dengan selera seorang Jarvis Alexandre William.Rencana Jarvis untuk hanya menikmati beberapa gelas wine berubah total, keadaan bar yang menjadi semakin ramai membuat niat Jarvis untuk pulang cepat hilang. Kemunculan beberapa orang yang pernah datang ke William Corp-lah yang menjadi alasan J