Sydney, Australia. 10.00 PM.
Suasana tidak nyaman terjadi di kantor CEO William Corp pasca didatangi seorang wanita paruh baya yang datang membawa pengacara, wanita paruh baya itu adalah Rachel Simpson ibu sang mantan mertua CEO William Corp yang bernama Jarvis Alexander William.
“Uang kompensasi yang kau berikan pada putriku sangat sedikit, Jarvis. Seharusnya kau malu dengan jabatanmu di kantor ini, orang-orang diluar sana akan menertawakanmu!” hardik Nyonya Rachel dengan nada tinggi.
Jarvis yang sejak sepuluh menit yang lalu hanya diam, kini tersenyum menatap mantan ibu mertuanya yang sudah menyinggung soal uang kompensasi yang diberikannya pada Valentina mantan istrinya.
“Lima juta dolar itu angka yang sangat kecil untuk putriku, apa kau sudah gila, Jarvis!” imbuh Nyonya Rachel menyinggung soal uang yang didapatkan Valentina dari Jarvis atas perceraian mereka. “Kau seorang CEO perusahaan besar, William Corp memiliki ribuan karyawan yang tersebar di seluruh Australia. Tapi bisa-bisanya kau hanya memberikan lima juta dolar pada putriku? Oh Tuhan, dimana urat malumu, Jarvis.”
Calvin, asisten sekaligus tangan kanan kepercayaan Jarvis meradang dan bersiap untuk membuka mulutnya merespon perkataan Rachel Simpson. Namun gerakan tangan Jarvis yang sudah berada di udara membuat Calvin membatalkan niatnya.
“Jadi berapa jumlah uang yang seharusnya aku berikan pada putrimu itu, Nyonya?” tanya Jarvis pelan.
“Seratus juta dolar untuk uang muka dan empat ratus dolar sisanya kau bisa bayar bulan depan, sebagai seorang CEO perusahaan besar aku yakin kau mampu membayar uang kompensasi sekecil itu untuk putriku yang berharga,” jawab Rachel Simpson tanpa rasa malu menyebut angka fantastis di depan mantan menantu yang selama ini sudah menjadi mesin uangnya.
Mendengar perkataan sang mantan ibu mertua yang sangat mata duitan itu Jarvis tertawa geli, Jarvis benar-benar tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya itu. wanita paruh baya yang hobi berjudi itu berani menyebut angka fantastis kepadanya untuk kompensasi perceraiannya dengan Valentina sang model majalah dewasa yang namanya sedang berada di puncak.
Setelah puas tertawa Jarvis lalu memberikan kode pada Calvin sang tangan kanan untuk memberikan Rachel Simpson hadiah, dengan patuh Calvin berjalan menuju kemari kecil yang berada di samping meja kerja Jarvis untuk mengeluarkan sebuah berkas dari dalamnya. Begitu mendapatkan apa yang dicari Calvin segera berjalan mendekati Rachel dengan membawa sebuah amplop besar berwarna putih yang cukup tebal.
“Sebelum Tuanku mencairkan uang yang anda minta lebih baik anda melihat isi amplop ini terlebih dahulu, Nyonya,” ucap Calvin sopan seraya mengulurkan amplop yang baru diambilnya dari dalam lemari pada Rachel Simpson.
Rachel awalnya ragu, namun karena Jarvis mengangguk kecil untuk menyakinkannya akhirnya Rachel pun menerima amplop yang diberikan Calvin. Begitu mengeluarkan isi amplop itu wajah Rachel langsung pucat pasi, puluhan foto intim Valentina dengan managernya dan beberapa pria lainnya nampak terpampang nyata di depannya saat ini. Bahkan beberapa foto Valentina yang berjatuhan juga masih menunjukkan betapa liarnya Valentina Simpson.
“Dalam perjanjian pranikah kami dulu, aku menuliskan syarat utama bahwa jika ada salah satu dari kami berselingkuh maka dia harus rela angkat kaki dari rumah dengan tidak membawa apapun. Perjanjian itu berlaku untukku sendiri dan Valentina. Dan perlu anda ketahui juga bahwa perjanjian kami sah dimata hukum karena aku mendaftarkan sendiri perjanjian pranikah kami ke pengadilan satu minggu sebelum kami menikah enam bulan yang lalu, karena itulah aku hanya memberikan dua juta dolar saja pada Valentina.” Dengan suara penuh wibawa Jarvis bicara panjang lebar mengungkit soal perjanjian pra nikah nya dengan Valentina. “Dan anda tidak usah khawatir, Nyonya. Semua foto-foto skandal Valentina ini aku simpan dengan aman, namanya akan tetap bersih.”
Semua keberanian Rachel Simpson hilang terbawa udara saat mengetahui sisi gelap putrinya, Rachel tak percaya Valentina-nya mampu melakukan hal serendah itu saat sudah memiliki suami sekaya dan setampan Jarvis Alexander William sang calon suami idaman seluruh Sydney.
Melihat betapa pucatnya wajah Rachel saat ini Jarvis lalu memerintahkan Calvin untuk mengambil kembali semua foto-foto intim Valentina dengan tiga pria berbeda itu untuk diamankan kembali, awalnya Rachel menolak untuk mengembalikan foto-foto itu pada Calvin. Namun karena kuatnya cengkraman tangan Calvin akhirnya Rachel pun pasrah melihat foto-foto menjijikan sang putri kembali dipegang Jarvis. Padahal beberapa saat yang lalu Rachel berniat untuk memusnahkan foto-foto itu jika sudah sampai dirumah.
“Semua foto itu akan lebih aman bersamaku, Nyonya. Tenang saja, selama Valentina tidak berbuat macam-macam maka karirnya di dunia model akan tetap cemerlang seperti saat ini,” ujar Jarvis tenang dengan senyum penuh kemenangan.
Rachel yang sudah tidak bisa berkata apa-apa akhirnya memutuskan pergi dari William Corp, wanita itu terlalu malu untuk mengangkat wajahnya menatap Jarvis. Kalau sebelumnya saat datang Rachel sangat arogan, kini wanita paruh baya itu berjalan dengan tergesa-gesa dengan wajah tertunduk. Dari ruang kerjanya Jarvis terkekeh geli melihat cctv yang sedang menayangkan gerak gerik sang mantan ibu mertua yang baru saja tiba di lobby.
“Apa perlu saya mengirim orang untuk mengawasi keluarga Simpson itu, Tuan?” tanya Calvin pelan mencoba menawarkan diri.
Jarvis menggeleng. “Tidak usah, tidak untuk saat ini. Aku ingin membiarkan Valentina bebas, setidaknya dengan kesibukan Valentina di dunia model saat ini maka gosip tidak enak tentang kami berdua akan hilang.”
Calvin menganggukkan kepalanya perlahan merespon perkataan sang tuan yang masih melipat kedua tangannya di dada menatap pergerakan Rachel Simpson.
“Detektif yang aku sewa untuk membuntuti Valentina mengatakan kalau dalam waktu dekat Valentina akan pergi ke Paris untuk fashion show, di negara itu sudah ada si brengsek Fabian Hector yang menunggunya. Sepertinya Fabian Hector ingin memperkenalkan Valentina ke publik dan itu adalah kesempatan bagus untukku memperbaiki citraku yang sudah dirusak Valentina, Calvin. Kau mengerti kemana arah pembicaraan ku, bukan?”
“Siap, Tuan. Saya mengerti,” jawab Calvin dengan cepat.
“Kita tunggu saja saat itu tiba dan untuk saat ini aku ingin kau fokus mencari sekretaris untukku secepatnya, aku tidak bisa bekerja tanpa sekretaris,” ucap Jarvis pelan mengalihkan pembicaraan.
Minggu lalu Jarvis memecat sekretaris pribadinya, dengan tidak hormat. Satu hal besar yang tidak pernah Jarvis lakukan selama memimpin William Corp. Jarvis memecat Juliet karena Juliet sudah menjadi mata-mata Valentina, semua pergerakan Jarvis dilaporkan Juliet pada Valentina. Beruntung selama di kantor Jarvis benar-benar fokus bekerja sehingga Valentina tidak bisa menuduhnya berselingkuh dan mengambil kesempatan dari hal itu.
“Anda tidak usah khawatir, Tuan. Saya sudah memasang iklan pencarian sekretaris di portal-portal pencari kerja sejak dua hari yang lalu,” jawab Calvin dengan cepat.
Jarvis tersenyum puas. “Bagus, aku mau kau mencari kandidat terbaik dari yang terbaik. Aku tidak mau ada satu cela darinya.”
“Untuk persyaratan utamanya, Tuan?”
“Tentu saja yang belum menikah, aku sangat anti dengan wanita yang sudah punya suami. Apalagi yang sudah punya anak, langsung diskualifikasi saja pelamar itu jika kau menemukannya.”
“Baik, Tuan.”
Bersambung
Adelia memejamkan kedua matanya saat pertama kali menginjakkan kaki di bandara, meski sudah menguatkan hati untuk tidak terbawa perasaan tetap saja air matanya jatuh membasahi wajah cantiknya yang sedikit pucat. Berusaha tegar sejak masih berada di bandara Soekarno-Hatta kini Adelia meneteskan air matanya dengan deras."Kau harus kuat, Adel. Saat ini kau benar-benar seorang diri, sebelum Narendra menceraikanmu sepuluh bulan lagi kau harus sudah punya pekerjaan dan tabungan untuk melanjutkan hidup. Semangat, Adelia. Kau pasti bisa!"Adelia bicara dalam hati, menguatkan dirinya saat berjalan keluar dari bandara. Kedua mata bulatnya bergerak-gerak mencari taksi untuk segera pergi ke hotel yang sudah dibooking tadi malam saat masih berada di Jakarta, tidak mendapatkan kesulitan yang berarti akhirnya Adelia berhasil mendapatkan sebuah taksi yang dibawa seorang drive
Menikmati wine di saat matahari masih tinggi ternyata bukan ide yang buruk, Jarvis terlihat sangat menikmati suasana bar yang dipilih Calvin hari ini. Beberapa kali Jarvis mengumbar senyum memikatnya pada beberapa pelayan wanita yang berlalu lalang di hadapannya. Calvin hanya tersenyum kecil melihat tingkah sang tuan, seperti biasanya.“Bar ini cukup lumayan,” ucap Jarvis pelan memberikan penilaian pada bar yang sedang menjadi tempatnya minum, cukup lumayan untuk ukuran seorang Jarvis tentunya berbeda dengan standar orang lain. Dan hanya Calvin yang sangat paham dengan selera seorang Jarvis Alexandre William.Rencana Jarvis untuk hanya menikmati beberapa gelas wine berubah total, keadaan bar yang menjadi semakin ramai membuat niat Jarvis untuk pulang cepat hilang. Kemunculan beberapa orang yang pernah datang ke William Corp-lah yang menjadi alasan J
William Corp, 9.00 AMDatang lebih cepat dari waktu yang ditentukan membuat Adelia merasa lebih tenang, menjadi satu-satunya warga negara asing yang mendaftar di perusahaan lokal membuat Adelia menjadi pusat perhatian para pelamar lainnya. Beberapa dari mereka bahkan sampai memberikan tatapan tidak sukanya secara terang-terangan pada Adelia dengan langsung memalingkan wajah saat Adelia mencoba untuk membuka percakapan.“Asian huh, kenapa orang asia bisa mendaftar di William Corp? Tidak tahu malu sekali.”“Iya kau benar, perusahaan ini adalah perusahaan besar. Asian girl sepertinya tidak pantas menginjakkan kaki di perusahaan ini.”“Lihat wajahnya, percaya diri sekali dia. Aku ingin lihat b
“Apa pendapatmu tentang tinggal serumah tanpa ikatan pernikahan, Nona?”Sialan!Pertanyaan yang diajukan Jarvis Alexander William terus berputar dalam kepala Adelia meski sesi interview dengan Jarvis sudah berlalu tiga jam yang lalu, Adelia yang memutuskan untuk langsung mundur dari sesi interview saat itu juga langsung bergegas pergi dari William Corp. Adelia punya firasat jelek dengan perusahaan itu.“Sepertinya wajah tampan, kekayaan berlimpah dan nama besar tidak membuat orang bisa punya pikiran yang waras,” gerutu Adelia jengkel, tanpa sadar tangannya meremas kuat botol air mineral yang sedang dipegangnya.Saat ini Adelia tengah berada disebuah restoran Indonesia yang ditemukannya secara tidak sengaja, karena itu Adelia bebas mengeluarkan sem
Menggunakan pakaian terbaiknya Adelia berangkat menuju William Corp, selama berada di dalam bus Adelia terus mengutuk Jarvis yang sejak kemarin terus menerornya. Adelia awalnya menolak untuk bekerja di William Corp, namun setelah Jarvis mengancamnya dengan denda yang harus dibayar karena melanggar kontrak akhirnya Adelia pun mengalah dan memutuskan menerima tawaran Jarvis untuk menjadi sekretarisnya. Menyadari tujuannya hampir sampai, Adelia kemudian bersiap. Memastikan tidak ada barang yang tertinggal, Adelia kemudian berdiri dan menunggu didepan pintu keluar bersama para penumpang lainnya yang akan turun. Menjadi satu-satunya orang asia di dalam bus membuat Adelia sedikit waspada, setelah mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari para pelamar di William Corp kemarin Adelia menjadi lebih hati-hati. Sampai akhirnya bus berhenti dan semua orang turun Adeli
William Corp, 8.00 AM.Kembali menginjakkan kaki di William Corp membuat Adelia sedikit gugup, meskipun yang memanggilnya untuk bekerja adalah sang pemilik perusahaan. Adelia masih sedikit terusik dengan pertanyaan terakhir Jarvis saat menginterview dirinya dua hari yang lalu,“Nona Adelia Fransisca?”“Adelia Fransia.” Adelia membenarkan ucapan seorang wanita yang baru saja memanggil namanya.“Ups my bad, maafkan aku.”Adelia menggeleng. “Tidak apa-apa, Fransisca dan Fransia memang sedikit mirip.”“Namaku Berta, aku manager human resource department di William Corp. Ayo
Selama hampir dua jam meeting berlangsung, Adelia benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik. Menjadi sekretaris bukanlah sebuah hal sulit untuk Adelia, memiliki pengalaman magang di beberapa perusahaan besar di Jakarta memberinya kemampuan yang baik saat ini.“Baiklah Mr William, sesuai kesepakatan kita akan melanjutkan perbincangan ini ke tingkat yang lebih seriu,” ucap seorang pria berkulit hitam bernama Darren Bray dengan hangat. “Segera aku akan mengirim pengacara pribadiku ke kantor anda untuk menyerahkan surat perjanjian kita.”Bibir Jarvis melengkung tipis. “Saya akan menantikan kedatangan pengacara anda dengan sabar, Tuan. Sungguh sebuah kehormatan untuk kami bisa bekerja sama dengan perusahaan anda.”“Jangan menggodaku, Mr William. Kita semua tahu seperti a
Hari pertama kerja yang melelahkan akhirnya berakhir, Adelia bisa meluruskan tulang punggungnya yang terasa sangat sakit setelah mengikuti pergerakkan Jarvis kesana kemari. Berada di proyek rahasia Jarvis selama lebih dari enam jam tanpa istirahat membuat tubuh Adelia terasa sangat kaku.“Jarvis,” geram Adelia kesal. “Dia itu manusia atau robot? Kenapa tenaganya tidak habis-habis, aku bisa kurus kering jika terus begini.” Adelia melirik ke arah jam weker yang berada di samping ranjangnya.Karena sudah malam sekali, Adelia pun memutuskan untuk segera mandi. Sebelum tidur dia harus membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, meskipun saat ini kedua tumitnya terasa perih jika terkena air karena lecet, Adelia tetap memaksakan diri untuk mandi.Tidak memiliki anggota keluarga membuat Adelia tidak bisa
“Ouchh…”“Tahan!”Adelia meringis kesakitan saat Jarvis mengoleskan salep pereda memar di tangannya yang sebelumnya ditarik oleh pria mabuk yang ingin memperkosanya secara beramai-ramai.“Ok, sudah selesai,” ucap Jarvis pelan sembari menutup salep pereda memar yang selama dua tahun terakhir ini menjadi teman setianya. “Sekarang katakan padaku bagaimana bisa kau dikejar-kejar para pemabuk itu? Aku sungguh tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padamu jika tadi aku tidak melintas.”Adelia menundukkan kepalanya dalam-dalam, diingatkan kembali perihal kejadian mengerikan yang baru dilaluinya membuat Adelia kembali merasa tidak aman. Seluruh tubuhnya bergetar hebat, rasa takutnya kembali.
Tepat pada jarak lima jengkal, mobil yang datang dalam kecepatan tinggi itu berhasil berhenti. Sehingga tubuh Adelia yang basah dengan keringat tidak tertabrak. Dari arah pedestrian terdengar suara teriakan yang cukup keras dari orang-orang yang melihat adegan itu.“Fuck, siapa malam-malam begini cari mati,” ucap sang pengendara mobil dengan kesal, nafasnya naik turun saat berhasil menghentikan mobilnya tepat waktu.Adelia yang merasa baik-baik saja mengangkat kepalanya perlahan ke arah mobil yang sudah berada dekat sekali dengannya itu, namun karena cahaya lampu mobil yang begitu terang Adelia tidak bisa melihat siapa orang yang berada di dalam mobil itu. Saat sedang menimbang-nimbang apa yang harus dilakukan, Adelia dikejutkan dengan cengkraman salah satu pemabuk yang berhasil menyusulnya.“Lepas
Hari pertama kerja yang melelahkan akhirnya berakhir, Adelia bisa meluruskan tulang punggungnya yang terasa sangat sakit setelah mengikuti pergerakkan Jarvis kesana kemari. Berada di proyek rahasia Jarvis selama lebih dari enam jam tanpa istirahat membuat tubuh Adelia terasa sangat kaku.“Jarvis,” geram Adelia kesal. “Dia itu manusia atau robot? Kenapa tenaganya tidak habis-habis, aku bisa kurus kering jika terus begini.” Adelia melirik ke arah jam weker yang berada di samping ranjangnya.Karena sudah malam sekali, Adelia pun memutuskan untuk segera mandi. Sebelum tidur dia harus membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, meskipun saat ini kedua tumitnya terasa perih jika terkena air karena lecet, Adelia tetap memaksakan diri untuk mandi.Tidak memiliki anggota keluarga membuat Adelia tidak bisa
Selama hampir dua jam meeting berlangsung, Adelia benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik. Menjadi sekretaris bukanlah sebuah hal sulit untuk Adelia, memiliki pengalaman magang di beberapa perusahaan besar di Jakarta memberinya kemampuan yang baik saat ini.“Baiklah Mr William, sesuai kesepakatan kita akan melanjutkan perbincangan ini ke tingkat yang lebih seriu,” ucap seorang pria berkulit hitam bernama Darren Bray dengan hangat. “Segera aku akan mengirim pengacara pribadiku ke kantor anda untuk menyerahkan surat perjanjian kita.”Bibir Jarvis melengkung tipis. “Saya akan menantikan kedatangan pengacara anda dengan sabar, Tuan. Sungguh sebuah kehormatan untuk kami bisa bekerja sama dengan perusahaan anda.”“Jangan menggodaku, Mr William. Kita semua tahu seperti a
William Corp, 8.00 AM.Kembali menginjakkan kaki di William Corp membuat Adelia sedikit gugup, meskipun yang memanggilnya untuk bekerja adalah sang pemilik perusahaan. Adelia masih sedikit terusik dengan pertanyaan terakhir Jarvis saat menginterview dirinya dua hari yang lalu,“Nona Adelia Fransisca?”“Adelia Fransia.” Adelia membenarkan ucapan seorang wanita yang baru saja memanggil namanya.“Ups my bad, maafkan aku.”Adelia menggeleng. “Tidak apa-apa, Fransisca dan Fransia memang sedikit mirip.”“Namaku Berta, aku manager human resource department di William Corp. Ayo
Menggunakan pakaian terbaiknya Adelia berangkat menuju William Corp, selama berada di dalam bus Adelia terus mengutuk Jarvis yang sejak kemarin terus menerornya. Adelia awalnya menolak untuk bekerja di William Corp, namun setelah Jarvis mengancamnya dengan denda yang harus dibayar karena melanggar kontrak akhirnya Adelia pun mengalah dan memutuskan menerima tawaran Jarvis untuk menjadi sekretarisnya. Menyadari tujuannya hampir sampai, Adelia kemudian bersiap. Memastikan tidak ada barang yang tertinggal, Adelia kemudian berdiri dan menunggu didepan pintu keluar bersama para penumpang lainnya yang akan turun. Menjadi satu-satunya orang asia di dalam bus membuat Adelia sedikit waspada, setelah mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari para pelamar di William Corp kemarin Adelia menjadi lebih hati-hati. Sampai akhirnya bus berhenti dan semua orang turun Adeli
“Apa pendapatmu tentang tinggal serumah tanpa ikatan pernikahan, Nona?”Sialan!Pertanyaan yang diajukan Jarvis Alexander William terus berputar dalam kepala Adelia meski sesi interview dengan Jarvis sudah berlalu tiga jam yang lalu, Adelia yang memutuskan untuk langsung mundur dari sesi interview saat itu juga langsung bergegas pergi dari William Corp. Adelia punya firasat jelek dengan perusahaan itu.“Sepertinya wajah tampan, kekayaan berlimpah dan nama besar tidak membuat orang bisa punya pikiran yang waras,” gerutu Adelia jengkel, tanpa sadar tangannya meremas kuat botol air mineral yang sedang dipegangnya.Saat ini Adelia tengah berada disebuah restoran Indonesia yang ditemukannya secara tidak sengaja, karena itu Adelia bebas mengeluarkan sem
William Corp, 9.00 AMDatang lebih cepat dari waktu yang ditentukan membuat Adelia merasa lebih tenang, menjadi satu-satunya warga negara asing yang mendaftar di perusahaan lokal membuat Adelia menjadi pusat perhatian para pelamar lainnya. Beberapa dari mereka bahkan sampai memberikan tatapan tidak sukanya secara terang-terangan pada Adelia dengan langsung memalingkan wajah saat Adelia mencoba untuk membuka percakapan.“Asian huh, kenapa orang asia bisa mendaftar di William Corp? Tidak tahu malu sekali.”“Iya kau benar, perusahaan ini adalah perusahaan besar. Asian girl sepertinya tidak pantas menginjakkan kaki di perusahaan ini.”“Lihat wajahnya, percaya diri sekali dia. Aku ingin lihat b
Menikmati wine di saat matahari masih tinggi ternyata bukan ide yang buruk, Jarvis terlihat sangat menikmati suasana bar yang dipilih Calvin hari ini. Beberapa kali Jarvis mengumbar senyum memikatnya pada beberapa pelayan wanita yang berlalu lalang di hadapannya. Calvin hanya tersenyum kecil melihat tingkah sang tuan, seperti biasanya.“Bar ini cukup lumayan,” ucap Jarvis pelan memberikan penilaian pada bar yang sedang menjadi tempatnya minum, cukup lumayan untuk ukuran seorang Jarvis tentunya berbeda dengan standar orang lain. Dan hanya Calvin yang sangat paham dengan selera seorang Jarvis Alexandre William.Rencana Jarvis untuk hanya menikmati beberapa gelas wine berubah total, keadaan bar yang menjadi semakin ramai membuat niat Jarvis untuk pulang cepat hilang. Kemunculan beberapa orang yang pernah datang ke William Corp-lah yang menjadi alasan J