Share

Bab 71

Kalau kau mampu mengendalikan amarahmu, berarti kau adalah orang yang kuat.

***

“Tante, kenapa teriak-teriak?”

Xander yang juga mendengar jeritan Alina menerobos masuk kamar sebelum Ansel tiba di sana. Dia membungkuk dan celingukan ke segala arah.

“Mana kecoaknya?” tanyanya sambil menggeser kursi. Alina diam saja.

“Tikus?”

Alina menggeleng. Berdiri dengan tatapan terpaku pada kedua tangannya dan tampak seperti orang linglung.

“Ular?” Xander terus memindahkan posisi barang-barang di kamar tersebut, mencari hewan melata atau binatang apa pun yang sekiranya telah membuat Alina memekik histeris.

“Aduh!” Xander merintih kesakitan dan mengusap kepalanya. Pukulan Ansel cukup keras bersarang di sana.

“Kamu pikir ini hutan atau kebun binatang?” omel Ansel.

“Lah, terus kenapa Tante menjerit begitu kalau enggak ada apa-apa?”

Ansel menghampiri mamanya. Wanita paruh itu masih tercacak tegak dengan tangan gemetar, memegang selembar kertas.

“Qe–Qeiza,” lirih Alina terbata. “Di–dia pergi.”

Ansel menge
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status