Share

Bab 72

Ansel syok. Matanya terbelalak. Ucapan Alina seperti sambaran petir di telinganya. Dia menggeleng tak percaya. “Tidak mungkin!” lirihnya.

“Harusnya saat itu kubiarkan saja kau membusuk di penjara!”

Alina benar-benar kecewa dengan sikap putra semata wayangnya itu. Dia berlari meninggalkan kamar itu dengan membawa beban batin dan rasa bersalah yang teramat dalam.

Ansel merasa dunia baru saja runtuh di sekitarnya dan dia terkubur di dalam reruntuhan itu. Seluruh tubuh Ansel bergetar. Perkataan Alina terngiang-ngiang di telinganya laksana teriakan lantang yang memantul balik pada dinding gua.

“A–aku yang membunuh orang tua Qeiza? Tidak mungkin! Mama pasti bohong. Aku bukan pembunuh.” Mulut Ansel terus komat-kamit melafal racauan yang menyangkal fakta mengerikan tersebut.

“Aku bukan pembunuuuh!” Ansel berteriak sembari tangannya meraih apa pun yang ada di atas nakas dan melemparkan benda itu ke sembarang arah.

Suara kaca pecah terdengar berisik. Sebuah jam beker baru saja menjadi korban amu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status