Share

Bab 73

Musuh tak perlu dicari, tetapi kalau mereka datang tak perlu juga dihindari.

***

“Minum dulu!”

Xander menyodorkan segelas air putih kepada Ansel. Perasaan cemasnya mulai berkurang setelah Ansel sadar. Lelaki itu telah tertidur selama lebih dari dua puluh empat jam.

Ansel meraih gelas yang diulurkan Xander dengan tangan lemas. Matanya menyipit saat melihat jarum infus yang menempel di punggung tangannya.

“Ah, biar kubantu!” Xander baru menyadari kesulitan Ansel.

“Berapa lama aku pingsan?” tanya Ansel setelah menghabiskan sepertiga isi gelas itu.

“Berapa lama kau tak sadarkan diri, itu tidak penting,” sahut Xander. “Yang penting sekarang kau sudah bangun. Bagaimana perasaanmu?”

“Entahlah,” sahut Ansel. “Mimpi buruk itu terus menghantuiku.”

Ansel memijat pelipisnya. Kepalanya masih terasa pusing dan berdenyut-denyut. Setiap kali ia mengalami mimpi buruk itu, kepalanya bagaikan dipukul dengan palu.

“Jelaskan padaku, Ma!” tuntut Ansel, menatap penuh harap pada Alina yang tertunduk karena me
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status