Share

Bab 77

Cinta tak bisa dipaksa karena hati selalu tahu di mana seharusnya dia berlabuh.

***

“Nona Aleta? A—”

Sayang sekali pertanyaan Freud terputus begitu Aleta balik badan dan mendugas hengkang dari pintu tempatnya mengintip.

Berdiri dengan membawa map di tangan, Freud masih mendengar gumaman tak jelas yang meluncur dari bibir Aleta. Namun, dia tak menghiraukannya. Itu bukan urusannya. Freud mengedikkan bahu. Bibirnya sedikit mencebik sebelum akhirnya dia masuk ke ruang kerja Qeiza dan Chin Hwa.

Aleta merasa sangat kesal menyadari aksinya ketahuan oleh Freud. Yang lebih mengesalkan lagi, ternyata serangannya pada Qeiza cuma sebatas khayalan semata. Wanita yang sangat dibencinya itu masih baik-baik saja, memfokuskan pikiran pada pekerjaannya.

“Kali ini kau bisa lolos dan tersenyum senang,” dumel Aleta. “Tapi lain kali, kupastikan kau akan tenggelam dalam lautan air mata.”

Aleta menghempaskan semua benda yang berada di atas meja kerjanya. Melampiaskan segala kedongkolannya. Saat dia mem
Lathifah Nur

Hai sobat readers ... Kalau kalian suka dengan kisah Qeiza dan Ansel, please tinggalkan jejak review ya. Itu akan menjadi dukungan yang luar biasa bagi penulis. Terima kasih

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status