Yumna menemani sang nenek di taman tak henti-hentinya dia tersenyum pada neneknya membuat neneknya curiga dengan perilaku sang cucu.
"Ada apa nak kok kelihatannya kamu bahagia sekali hari ini?" Jenny menatap cucunya penasaran.
"Ga ada Nek, Yumna lagi happy aja hari ini?"
"Are you sure...?" Jenny memastikan keadaan Yumna.
"Yups, I'm sure really Oma" Yumna tersenyum manis mengingatkannya pada Shameka menantunya. Gadis campuran Mesir dan Spanyol yang sangat baik pada semua orang wajar jika anaknya Julian jatuh cinta padanya dan akhirnya menjadi muallaf sebelum menikahinya.
"Kamu mirip sekali dengan Mama mu Na, sungguh jika dia masih hidup pasti bahagia sekali memiliki anak yang cantik dan juga cerdas sepertinya" ujar Jenny.
"Sudahlah Oma jangan bahas itu lagi, Mama sudah tenang di sana biarkan tenang dan kita hanya perlu mendoakannya saja buka?" Yumna merapikan kayu yang berantakan di pinggir pagar taman.
"Ya, kau benar" jawab Jenny sekenanya.
"Oma sudah sembuh bukan, bagaimana jika kita pulang dan tinggal bareng Papa. Pasti akan banyak orang disana yang menemani sekaligus mengawasi Oma" bujuk Yumna.
"Apa kau sedang merayuku Na?"
"Tidak, bukan merayu Oma lebih tepatnya meminta Oma. Agar Oma juga bisa selalu ada dekat Yumna setiap hari" ujarnya.
"Kau ini, kalau kau setiap hari menemaniku lantas siapa yang akan menemani Radit dan juga Julian Papa mu itu. Bagaimana juga dengan pekerjaanmu Na?" Urai Jenny.
"Soal itu Yumna sudah mikirin semua kok, Oma tenang saja ya" Yumna memastikan Jenny untuk tidak khawatir dengan keadaannya, karena Jenny tahu antara Yumna dan Radit baru saja mengambil keputusan yang memang mengharuskan Yumna melepas Radit. Lelaki yang dulu selalu dipuji olehnya.
"Benarkah? Kamu yakin dan takkan menyesal nantinya dengan keputusanmu itu?"
Yumna menganggukan kepala dan tersenyum. "Pasti Oma, cucumu ini sudah dewasa, pastinya sudah tahu mana yang terbaik untuk hidupnya sendiri".
"Syukurlah Oma bahagia mendengarnya Na"
Flashback On
"Mas, apa hubunganmu sebenarnya dengan Cesillia? Jawab jujur mas! Yumna ga mau kalau mas Radit bohongi Yumna hanya karena Yumna anak bosnya mas Radit" cerca Yumna memaksa jawaban pasti dari Radit.
"Na,..." Radit tampak bimbang haruskah dia jujur atau berbohong hanya untuk menyenangkan hati Papanya dan Om Julian.
"Apa mas?"
Radit menghembuskan nafasnya kasar.
"Aku akan jujur tapi aku harap kau bisa mengerti dan ku mohon bantu mas ngomong sama Papa ku dan juga Om Julian" Radit mulai mengeluarkan beban hatinya.
"Sebenarnya aku juga kepaksa Na, ngelakuin semuanya hanya supaya mereka senang. Tidak ada niatan dalam hidup aku untuk menikah denganmu"
Deg
Yumna mematung mendengar pengakuan Radit namun dia tetap dia mendengarkan penjelasan Radit.
"Maafin aku Na, Papa ku maksa buat aku nikahin kamu karna dia merasa punya hutang budi sama Mama kamu, Papa bersikeras maksain aku. Agar tidak merasa terbebani"
"Kamu ga tahu kejadian sebelum Mama kamu meninggal Na. Dulu Tante Shameka mendonorkan kornea matanya padaku pasca aku kecelakaan di Bandung"
Yumna terhenyak mendengar penuturan Radit. Benarkah ini semua?
"Jadi..."
"Ya, kamu harus tahu Na. Aku bisa melihat dunia karena donor mata dari Mama kamu. Papaku tak mau berhutang budi makanya beliau ingin aku melindungi mu jadi dengan menikahi mu Papa aku pikir bisa melindungi mu. Ternyata apa yang aku pikirkan salah Na, mungkin rasa sayangku ini tidak lebih sebagai kakak dan adik saja. Bukan antara laki-laki pada wanitanya. Maafkan aku Na"
"Aku mengerti sekarang mas, baiklah jika itu keputusanmu aku akan bilang sama Papa agar tidak ada salah sangka nantinya"
Flashback Off
***
"Hai..."
Rio kaget mendapati gadis cantik ada didepannya. "Maaf saya sedang buru-buru" sahutnya dan bergegas pergi namun tangannya dipegang oleh gadis itu.
"Eits, lepas ya bukan muhrim" seru Rio.
"Opss.... Kayak pak ustadz aja. Padahal kakaknya---"
"Jangan samakan aku dengan kakakku. Kita jelas beda" ujarnya menatap tajam pada Stella. Ya gadis itu adalah Stella yang disuruh Yusuf menggoda Rio.
"Dan apa ini, kamu mau ke kampus belajar atau ke club' malam pake baju kurang bahan. Ga malu dikatain hidup di jaman purba" Rio melangkah pergi setelah mengucapkan kalimat pedas untuk Stella.
"Awas kau Rio" gumam Stella kesal dengan ucapan Rio.
Stella segera pergi mencari Yusuf dia akan melaporkan kelakuan Rio padanya.
"Dre, liat Yusuf ga?"
Andre menggeleng dan melirik Dion. "Belum datang dia, masih otw" sahut Dion.
"Ada apa memangnya kok kayak ada yang penting sekali hahahaha" Andre terkekeh melihat ekspresi kesal Stella.
"Ada deh, kalau dia datang kasih tahu aku ya" ucap Stella dan berlalu begitu saja membuat Andre dan Dion saling pandang.
"Ada apa lagi ya kira-kira?" Dion penasaran.
"Mana aku tahu" sahut Andre mengedikkan bahunya.
"Ke kantin saja yuk, lapar aku dari tadi belum makan" ajak Dion.
"Salah sendiri ga makan" Andre ketus.
Belum juga duduk Dion mendengar bisik-bisik antar mahasiswa.
"Ya bener deh nanti juga tahu. Orangnya cakep ga kalah sama Yusuf anak business yang sombong itu" ujar Lila.
"Mau dong kenalan sama itu dosen, ga sabar nunggu Minggu depan" sahut Laras.
"Loh brarti kalau ada dosen baru Bu Yumna ga ngajar lagi dong di kelas kita? Hanya dia loh dosen disini yang beda. Dari penampilan dan cara ngajarnya"
"Ya jelas beda, dia kan anaknya Prof. Julian pemilik kampus ini. Secara tahu kan gimana beliau. Jadi ga mungkin asal-asalan didik anaknya"
"Memangnya ada dosen baru?" Andre penasaran.
"Mana aku tahu, kita keluar masuk kampus hanya buat kongkow saja. Hahahaha" Dion terkekeh dengan ucapannya sendiri.
"Nah itu Yusuf" tunjuk Dion sembari melambaikan tangannya memberi isyarat pada Yusuf.
"Darimana saja bro? Dicariin sama Stella" ucap Andre.
"Biasa lah" jawab Yusuf.
Andre menautkan kedua alisnya. "Kamu tahu bakal ada dosen baru?" tanya Dion.
"Jelas lah masa ga tahu, bokap kemarin sore kasih tahu" padahal Yusuf tidak tahu sama sekali dia asal bicara hanya untuk menutupi ketidaktahuannya.
"Kirain ga tahu. Nanti Bu Yumna bakal keluar ga Suf? Kan ada dosen baru? Sayang ya kalau keluar. Aku tuh dah cocok sama dia" ujar Dion dan mendapat tatapan tajam dari Yusuf.
"Apa maksudmu?" Yusuf datar dengan menyesap minumannya.
"Ya gimana ga cocok, dia dosen yang berbeda bro. Penampilannya dengan yang lain sudah jelas. Cara mengajarnya juga. Benar-benar tipe cewek idaman, aku juga mau kalau sama dia" Dion berujar dengan mata berbinar.
"Memangnya kamu ga tertarik sama dia, kalau dibandingkan dengan Stella lewat deh. Aku sebagai laki-laki normal saja tertarik dengan auranya. Tapi aku sih sadar diri bro ga mungkin cewek sekelas Bu Yumna mau sama kita yang hanya mahasiswa biasa tanpa prestasi" komentar Dion.
"Syukurlah kamu bisa berkaca" ucap Andre terkekeh mendengar penuturan Dion yang setinggi langit.
Ddrrt.....drtrt....drrtt....
Yusuf meraih ponselnya melihat siapa yang menelponnya.
"Ada apa?" ucapnya dingin.
"Dimana kamu dari tadi aku nyariin, aku dah ketemu adikmu tadi dan apa yang kamu ucapin bener. Dia ga bisa asal dideketin. Malah ngomong ngrendahin aku sesukanya. Kamu harus bales Suf"
Yusuf terdiam tanpa mendengarkan ocehan Stella tatapannya fokus pada dua orang yang masuk ke kantin dan terlihat sangat akrab.
"Hallo, Suf kamu dengar ga aku ngomong?"
"Kita bicara lagi nanti" sahutnya.
Klik
Yusuf mematikan ponselnya sepihak tanpa memutus pandangannya.
Dion dan Andre yang penasaran pun ikut mengalihkan pandangannya seperti Yusuf dan tercengang melihat Yumna dosen cantik bersama seorang lelaki tampan.
"Pa,...""Kenapa pasti ada sesuatu makanya merajuk begini." Sahut Julian menatap putrinya lekat."Ya Allah Papa, tahu saja yang Yumna mau""Ada apa? Bicara sama Papa"" Oma kan sudah disini. Bagaimana kalau Yumna balik lagi ke kantor Papa biar punya banyak waktu nemenin Oma di rumah" pinta Yumna.Julian tersenyum mendengar ucapan Yumna."Tidak, Papa tetap mau kamu urus kampus saja Na. Nanti kamu akan dibantu sama Ibra. Dia bisa bantu kamu nantinya""Tapi Pa, kasihan anaknya jika Ibra ke kampus dia sama siapa?""Kan ada susternya sementara ikut dengannya dulu, toh di kampus ga lama hanya 2 sampai 3 jam saja""Bagaimana usul Papa, kamu urusi anak-anak yang susah diatur itu. Jika buat masalah bertindaklah dengan tegas jangan ragu. Papa percayakan urusan kampus padamu"
"Assalamualaikum...."Yusuf mendongakkan kepalanya melihat siapa yang menyapanya barusan."Waalaikumussalam... Apa ada yang bisa saya bantu Bu?" Tukas Yusuf karena tak biasanya dia mau menyapa dosennya itu."Ehem.. kenapa tadi di kelas diam saja apa kamu sedang tidak enak badan?""Apa pedulinya bukankah kamu senang karena tak ada yang mengacaukan kelasmu?""Justru aku khawatir karena kelasku sepi tak seperti biasanya.""Katakan jika kau memerlukan sesuatu In sya Allah aku akan bantu kamu semampuku.""Aku takkan pernah minta tolong padamu. Camkan itu!""Baiklah kita lihat saja nanti laki-laki sombong."Yumna berlalu dengan raut wajah kesal tak terkira semua di luar kuasa dia. Yusuf memang begitu angkuh pantas saja Om Arga dan Tante Rina kewalahan menghadapi sikapnya."Bagaimana bisa ambil hatinya jika dia sendiri dingin seperti itu terhadapku. Apa terhadap ceweknya juga begit
"Kamu ada waktu ga nak, nanti sore ke rumah Oma yuk dia kangen sama kamu." Arga mencoba mendekatkan diri pada Yusuf, dia ingin hubungannya dengan anak sulungnya kembali normal seperti dulu."Maaf Pa, Yusuf sibuk persiapan skripsi jadi ga ada waktu." Tukas Yusuf."Sebentar saja, apa kamu ga kasihan Oma sedang sakit dan beliau ingin sekali bertemu sama kamu.""Nanti Yusuf pikirin lagi Pa, dan lagi misalkan Yusuf mau kesana pun Yusuf bisa berangkat sendiri tanpa Papa." Yusuf masuk kembali ke kamarnya niat hati ingin ke dapur mengambil air minum namun rasa hausnya menguap ketika bertemu dengan Papa nya."Hallo Ndre, kamu jadi pergi ga sore ini?""Kenapa jadi ikut denganku? Nanti jam lima sore kita berangkat.""Ok. Tunggu ditempat biasa yaa.""Ok sip!"Klik.Yusuf menengok jam bekker
"Yusuf tunggu sebentar," Yumna setengah berlari mengejar Yusuf yang sudah melangkah sedikit lebih jauh masuk ke dalam kampus.Yusuf menengok ke belakang dan menghentikan langkahnya."Apa Bu Yumna? Apa yang bisa aku bantu," sahut Yusuf datar."Maaf apa tugas makalah dari pak Ibra sudah dikumpulkan?""Oh itu sudah diberikan pada Baron tempo hari karena pak Ibra sendiri sedang sibuk, saya sendiri dikejar waktu jadi saya tidak bisa memberikannya secara langsung. Apakah ada yang salah?""Tidak, baiklah nanti aku cek kembali. Btw Om Arga semalam ke rumah. Kamu kenapa ga ikut?""Maaf saya harus segera pergi, Assalamualaikum," Yusuf langsung berlalu berlama-lama dengan Yumna membuat jantungnya tidak berfungsi dengan baik."Waalaikumussalam,"'Dia kenapa ya kok aneh sekali, sudahlah masa bodo dengan dia,'
"Milikmu terasa manis, aku suka itu," bisik Yusuf sembari pergi meninggalkan Yumna yang terdiam mematung mencerna apa yang baru saja dilakukannya dengan Yusuf.Yumna bergegas masuk ke dalam ruangannya hatinya tak menentu jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya. 'Apa ini yang dinamakan cinta? Tapi apa mungkin Yusuf mencintaiku? Lupakan dia Yumna anggaplah ini bonusnya sebagai dosen mendapatkan murid tertampan itu mencium kamu,'Yumna merapikan kertas yang berserakan di atas meja.Tok...tok...tok..."Masuk!"Ceklek,Yusuf masuk dengan membawa tugas makalahnya dosen Ibra menyuruhnya mengantarkannya pada Yumna langsung karena tugas tersebut diberikan sebelum dia mengajar jadi biarkan Yumna yang mengeceknya. Alih-alih Yusuf memanfaatkan kesempatan tersebut dengan mengunci pintunya membuat Yumna terkejut begitu Yusuf menghampirinya. 
"Suf kamu ada waktu ga nanti malam kita jalan yuk!" seru Dion melihat Yusuf yang masih diam tanpa jawaban."Halah Yusuf lagi pengen semedi jadi anak baik di rumah nunggu warisannya cair" sahut Andre tertawa renyah.Yusuf hanya melirik sekilas."Hush, ngasal saja kamu... Sok tahu!" Sahut Dion kesal."Ya memang bener kok bukan begitu Suf?" Ucapan Andre.Yusuf masih saja diam tanpa menyahut percakapan teman temannya."Ku lagi males kapan kapan saja ya" sahut Yusuf bergegas keluar kelasnya."Anak itu kenapa lagi?" Tanya Andre penasaran."Mana ku tahu, bukannya lebih deketan kamu ketimbang denganku?" Timpal Dion."Bener juga ya, nah tu Laras kita nanya aja ke dia?""Hai Dre, liat Yusuf ga dari kemarin tak hubungi kok susah yaa? Apa dia ngampus hari ini?" Tanya Laras."Nah loh baru kita ma
"Sore Om... Tante... Maaf Papa belum balik mungkin sebentar lagi" ucap Yumna."Silahkan duduk, Yumna buatkan minum dulu ya sebentar" lanjutnya.Rina dan Arga hanya tersenyum mengangguk."Maaf ya Om jika rumahnya berantakan, soalnya ibu pengasuh lagi libur seminggu ini anaknya sakit jadi ga ada yang bantuin beresin rumah disini""Ya Om tahu kok Papa mu sudah cerita, kamu pasti capek bolak-balik kampus rumah yang lumayan jauh" ujar Arga."Maafin Om ya, seharusnya Om bisa lakuin ini sendiri tapi nyatanya ga bisa dan butuh bantuanmu" lanjut Arga."Tak apa Om, Yumna ikhlas kok. Lagian dulu juga pernah kuliah di jurusan yang sama jadi ga masalah. Diminum dulu Tante. La itu Papa pulang""Pa ada Om Arga nih" sahut Yumna."Ya Papa sudah tahu tadi sudah kasih kabar mau kesini" ujar Julian."Ternyata putrimu lebih cantik aslinya daripada fotonya ya Jul" uca
"Gimana Pa, ketemu sama Yusuf ga?" Rina penasaran melihat wajah Arga ditekuk."Ketemu malah Papa ketemu dengan Yumna langsung. Andai punya mantu kayak dia Ma, mungkin Papa bisa tenang ga mikirin Yusuf lagi" ujar Arga."Sabar Pa, siapa tahu mereka berjodoh. Jodoh yang tertunda" sahut Rina."Semoga saja Ma" ujar Arga penuh harap.***Mas Radit"Assalamualaikum, lagi apa dek?" TingSebuah notif pesan wa tertera di layar ponsel. Yumna segera meraih ponselnya yang berada di atas nakas.Me"Waalaikumussalam, lagi urus berkas anak kampus mas. Kapan balik?""Mas sendiri lagi ngapain?"TingMas Radit"Lagi m
"Milikmu terasa manis, aku suka itu," bisik Yusuf sembari pergi meninggalkan Yumna yang terdiam mematung mencerna apa yang baru saja dilakukannya dengan Yusuf.Yumna bergegas masuk ke dalam ruangannya hatinya tak menentu jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya. 'Apa ini yang dinamakan cinta? Tapi apa mungkin Yusuf mencintaiku? Lupakan dia Yumna anggaplah ini bonusnya sebagai dosen mendapatkan murid tertampan itu mencium kamu,'Yumna merapikan kertas yang berserakan di atas meja.Tok...tok...tok..."Masuk!"Ceklek,Yusuf masuk dengan membawa tugas makalahnya dosen Ibra menyuruhnya mengantarkannya pada Yumna langsung karena tugas tersebut diberikan sebelum dia mengajar jadi biarkan Yumna yang mengeceknya. Alih-alih Yusuf memanfaatkan kesempatan tersebut dengan mengunci pintunya membuat Yumna terkejut begitu Yusuf menghampirinya. 
"Yusuf tunggu sebentar," Yumna setengah berlari mengejar Yusuf yang sudah melangkah sedikit lebih jauh masuk ke dalam kampus.Yusuf menengok ke belakang dan menghentikan langkahnya."Apa Bu Yumna? Apa yang bisa aku bantu," sahut Yusuf datar."Maaf apa tugas makalah dari pak Ibra sudah dikumpulkan?""Oh itu sudah diberikan pada Baron tempo hari karena pak Ibra sendiri sedang sibuk, saya sendiri dikejar waktu jadi saya tidak bisa memberikannya secara langsung. Apakah ada yang salah?""Tidak, baiklah nanti aku cek kembali. Btw Om Arga semalam ke rumah. Kamu kenapa ga ikut?""Maaf saya harus segera pergi, Assalamualaikum," Yusuf langsung berlalu berlama-lama dengan Yumna membuat jantungnya tidak berfungsi dengan baik."Waalaikumussalam,"'Dia kenapa ya kok aneh sekali, sudahlah masa bodo dengan dia,'
"Kamu ada waktu ga nak, nanti sore ke rumah Oma yuk dia kangen sama kamu." Arga mencoba mendekatkan diri pada Yusuf, dia ingin hubungannya dengan anak sulungnya kembali normal seperti dulu."Maaf Pa, Yusuf sibuk persiapan skripsi jadi ga ada waktu." Tukas Yusuf."Sebentar saja, apa kamu ga kasihan Oma sedang sakit dan beliau ingin sekali bertemu sama kamu.""Nanti Yusuf pikirin lagi Pa, dan lagi misalkan Yusuf mau kesana pun Yusuf bisa berangkat sendiri tanpa Papa." Yusuf masuk kembali ke kamarnya niat hati ingin ke dapur mengambil air minum namun rasa hausnya menguap ketika bertemu dengan Papa nya."Hallo Ndre, kamu jadi pergi ga sore ini?""Kenapa jadi ikut denganku? Nanti jam lima sore kita berangkat.""Ok. Tunggu ditempat biasa yaa.""Ok sip!"Klik.Yusuf menengok jam bekker
"Assalamualaikum...."Yusuf mendongakkan kepalanya melihat siapa yang menyapanya barusan."Waalaikumussalam... Apa ada yang bisa saya bantu Bu?" Tukas Yusuf karena tak biasanya dia mau menyapa dosennya itu."Ehem.. kenapa tadi di kelas diam saja apa kamu sedang tidak enak badan?""Apa pedulinya bukankah kamu senang karena tak ada yang mengacaukan kelasmu?""Justru aku khawatir karena kelasku sepi tak seperti biasanya.""Katakan jika kau memerlukan sesuatu In sya Allah aku akan bantu kamu semampuku.""Aku takkan pernah minta tolong padamu. Camkan itu!""Baiklah kita lihat saja nanti laki-laki sombong."Yumna berlalu dengan raut wajah kesal tak terkira semua di luar kuasa dia. Yusuf memang begitu angkuh pantas saja Om Arga dan Tante Rina kewalahan menghadapi sikapnya."Bagaimana bisa ambil hatinya jika dia sendiri dingin seperti itu terhadapku. Apa terhadap ceweknya juga begit
"Pa,...""Kenapa pasti ada sesuatu makanya merajuk begini." Sahut Julian menatap putrinya lekat."Ya Allah Papa, tahu saja yang Yumna mau""Ada apa? Bicara sama Papa"" Oma kan sudah disini. Bagaimana kalau Yumna balik lagi ke kantor Papa biar punya banyak waktu nemenin Oma di rumah" pinta Yumna.Julian tersenyum mendengar ucapan Yumna."Tidak, Papa tetap mau kamu urus kampus saja Na. Nanti kamu akan dibantu sama Ibra. Dia bisa bantu kamu nantinya""Tapi Pa, kasihan anaknya jika Ibra ke kampus dia sama siapa?""Kan ada susternya sementara ikut dengannya dulu, toh di kampus ga lama hanya 2 sampai 3 jam saja""Bagaimana usul Papa, kamu urusi anak-anak yang susah diatur itu. Jika buat masalah bertindaklah dengan tegas jangan ragu. Papa percayakan urusan kampus padamu"
Yumna menemani sang nenek di taman tak henti-hentinya dia tersenyum pada neneknya membuat neneknya curiga dengan perilaku sang cucu."Ada apa nak kok kelihatannya kamu bahagia sekali hari ini?" Jenny menatap cucunya penasaran."Ga ada Nek, Yumna lagi happy aja hari ini?""Are you sure...?" Jenny memastikan keadaan Yumna."Yups, I'm sure really Oma" Yumna tersenyum manis mengingatkannya pada Shameka menantunya. Gadis campuran Mesir dan Spanyol yang sangat baik pada semua orang wajar jika anaknya Julian jatuh cinta padanya dan akhirnya menjadi muallaf sebelum menikahinya."Kamu mirip sekali dengan Mama mu Na, sungguh jika dia masih hidup pasti bahagia sekali memiliki anak yang cantik dan juga cerdas sepertinya" ujar Jenny."Sudahlah Oma jangan bahas itu lagi, Mama sudah tenang di sana biarkan tenang dan kita hanya perlu mendoakannya saja buka?" Yumna merapikan kayu yang
Seminggu berlalu setelah Yumna tidak datang ke kampus, Pak Sastro hanya memberikan daftar tugas yang diberikan Yumna padanya. Hingga pagi ini Yusuf bermalas - malasan pergi ke kampus.Tok....tok ..tok..."Bangun nak, memangnya ga kuliah kamu?" Tanya Rina menyadarkan tubuhnya di dinding kamar Yusuf.CeklekYusuf keluar dengan muka datarnya."Kamu ga kuliah hari ini nak? Apa perlu Mama buatkan sarapan bareng Rio?" Seloroh Rina."Ga usah Yusuf mau langsung ke kampus" sahutnya langsung berlalu tanpa mengucapkan salam pada Rina.Rina pun hanya bisa pasrah melihat sikap Yusuf anak tirinya itu.Rio menatap kakaknya saat melewati ruang makan. "Mas boleh ga Rio numpang sampai kampus? Sepeda Rio masih di bengkel belum diambil" Rio berharap bisa berangkat bersama dan mengakrabkan diri setelah sekian lama tidak bertemu meskipun jawabannya sudah
"Gimana Pa, ketemu sama Yusuf ga?" Rina penasaran melihat wajah Arga ditekuk."Ketemu malah Papa ketemu dengan Yumna langsung. Andai punya mantu kayak dia Ma, mungkin Papa bisa tenang ga mikirin Yusuf lagi" ujar Arga."Sabar Pa, siapa tahu mereka berjodoh. Jodoh yang tertunda" sahut Rina."Semoga saja Ma" ujar Arga penuh harap.***Mas Radit"Assalamualaikum, lagi apa dek?" TingSebuah notif pesan wa tertera di layar ponsel. Yumna segera meraih ponselnya yang berada di atas nakas.Me"Waalaikumussalam, lagi urus berkas anak kampus mas. Kapan balik?""Mas sendiri lagi ngapain?"TingMas Radit"Lagi m
"Sore Om... Tante... Maaf Papa belum balik mungkin sebentar lagi" ucap Yumna."Silahkan duduk, Yumna buatkan minum dulu ya sebentar" lanjutnya.Rina dan Arga hanya tersenyum mengangguk."Maaf ya Om jika rumahnya berantakan, soalnya ibu pengasuh lagi libur seminggu ini anaknya sakit jadi ga ada yang bantuin beresin rumah disini""Ya Om tahu kok Papa mu sudah cerita, kamu pasti capek bolak-balik kampus rumah yang lumayan jauh" ujar Arga."Maafin Om ya, seharusnya Om bisa lakuin ini sendiri tapi nyatanya ga bisa dan butuh bantuanmu" lanjut Arga."Tak apa Om, Yumna ikhlas kok. Lagian dulu juga pernah kuliah di jurusan yang sama jadi ga masalah. Diminum dulu Tante. La itu Papa pulang""Pa ada Om Arga nih" sahut Yumna."Ya Papa sudah tahu tadi sudah kasih kabar mau kesini" ujar Julian."Ternyata putrimu lebih cantik aslinya daripada fotonya ya Jul" uca