"Pa,..."
"Kenapa pasti ada sesuatu makanya merajuk begini." Sahut Julian menatap putrinya lekat.
"Ya Allah Papa, tahu saja yang Yumna mau"
"Ada apa? Bicara sama Papa"
" Oma kan sudah disini. Bagaimana kalau Yumna balik lagi ke kantor Papa biar punya banyak waktu nemenin Oma di rumah" pinta Yumna.
Julian tersenyum mendengar ucapan Yumna.
"Tidak, Papa tetap mau kamu urus kampus saja Na. Nanti kamu akan dibantu sama Ibra. Dia bisa bantu kamu nantinya"
"Tapi Pa, kasihan anaknya jika Ibra ke kampus dia sama siapa?"
"Kan ada susternya sementara ikut dengannya dulu, toh di kampus ga lama hanya 2 sampai 3 jam saja"
"Bagaimana usul Papa, kamu urusi anak-anak yang susah diatur itu. Jika buat masalah bertindaklah dengan tegas jangan ragu. Papa percayakan urusan kampus padamu"
"Baiklah Pa, akan Yumna coba tapi tolong dibantu juga ya. Papa jangan terus lepas tangan gitu aja ga bantu Yumna"
"Pasti nak, ayo segera sarapan sebentar lagi Ibra datang menjemputmu"
"Aku panggil Oma dulu ya Pa, kasihan dari tadi belum juga turun"
Julian hanya mengangguk.
Suasana sarapan kali ini tampak tenang sepiring nasi goreng spesial bikinan Yumna membuat Julian dengan lahap memakannya. Masakan Yumna sama rasanya dengan masakan Shameka almarhumah istrinya.
Ting Tong .....
"Biar Yumna saja yang buka Pa"
"Assalamualaikum...."
"Waalaikumussalam, masuk mas,masih lagi pada sarapan. Mas mau sekalian ikut sarapan juga biar aku siapkan"
"Ga usah Na, aku dah sarapan di rumah bareng Nashwa"
"Assalamualaikum Om dan Oma, apa kabarnya?"
"Waalaikumussalam.. MasyaAllah duren satu ini makin mempesona ya Jul?" Seru Jenny menatap lekat sosok Ibra dari bawah hingga ke atas menunjukkan sikap kagumnya.
Julian mendongakkan wajahnya dan tersenyum pada Ibra.
"Dari dulu dia memang sudah mempesona Ma, Yumna saja sempat terpesona dengan dia sayangnya Ibra justru lebih memilih Septy buat dijadikan istrinya. Bukan begitu" gurau Julian membuat Yumna tersipu menahan malu.
"Apaan sih Pa candaannya ga bermutu banget" komentar Yumna.
"Faktanya memang begitu kok betul kan Ibra? Papa saja sampai geleng kepala waktu itu"
"Sudah, jangan bahas lagi apa g kasihan liat Yumna dah kayak kepiting direbus"
"Benar Om, kasihan Yumna tuh!"
"Apa kamu dah siap, bisa kita berangkat sekarang aku mau mampir dulu ke toko roti soalnya" ujar Ibra.
"Baik mas Yumna ambil tas dulu di kamar ya" yumna bergegas menuju kamarnya dan mengambil sling bag nya.
"Pa, Oma Yumna berangkat dulu ya. Assalamualaikum" pamit Yumna pada Julian dan Jenny.
"Ibra permisi Om, Oma. Assalamualaikum"
"Waalaikumussalam" jawab Julian dan Jenny.
"Hati-hati di jalan ya nak. Jangan ngebut" seru Jenny.
"Siap Oma" sahut Ibra tanpa membalikkan tubuhnya.
***
"Siapa dia apa kau tahu?" Tanya Yusuf pada Andre.
"Kurang tahu tapi sepertinya dia bakal jadi idola baru di kampus ini dan saingan berat untukmu" Andre terkekeh geli.
"Sok tahu kamu"
"Ya kita lihat saja nanti! Ayo masuk kelas, bentar lagi kelas dimulai loh mau dapat hukuman apa dari Bu Yumna?" Andre mengasongkan tasnya berjalan menuju kelasnya.
"Hai kalian darimana saja baru datang?" Dion menatap wajah Yusuf yang terlihat jutek.
"Biasalah bro, kayak g tahu aja?" Andre mendudukkan dirinya di bangku sebelah Dion.
Tuk...tuk...tuk...
Hening sesaat, "Assalamualaikum semuanya..." sapa Yumna begitu masuk kelasnya.
"Bagaimana kabarnya hari ini?" lanjutnya.
"Bu saya kira Ibu dah ga ngajar lagi disini?" Ujar salah satu mahasiswa bernama Baron.
"Iya Bu, kemarin sepi ga ada Bu Yumna sekarang bisa heboh lagi kelas ramai. Alhamdulillah" seloroh yang lain.
Yumna hanya tersenyum menanggapi komentar tentang dia yang absen lebih dari sepekan.
"Baiklah, cukup ya. Bagaimana dengan tugas yang kemarin saya titipkan apa sudah dikerjakan?"
Yumna melirik pada sosok yang begitu dingin dan tenang duduk di posisi paling pojok belakang.
Yusuf tampak menundukkan kepala seolah-olah tak perduli dengan keadaan sekitarnya yang sedang gaduh menyiapkan hasil tugasnya.
"Ok. Yang sudah menyerahkan tugasnya boleh keluar dari kelas. Saya kasih free untuk hari ini. Untuk besok kalian akan dibimbing oleh dosen baru. Pak Ibra namanya. Terima kasih" Yumna tersenyum pada mahasiswanya.
"Bu Yumna, jika besok ada dosen baru apa Bu Yumna mau resign lagi?" Tanya Baron.
"Saya hany akan memantau sedangkan Pak Ibra yang akan membimbing kalian selanjutnya"
Baron dan teman-temannya ber "O" ria bersama.
Yumna berjalan ke kursi paling pojok, ternyata Yusuf memasang ear phone ke telinganya pantas saja dia terlihat cuek dengan keadaan disekitarnya.
Tok...tok..tok...
Suara ketukan pulpen di depannya membuyarkan lamunan Yusuf. Dengan cepat dia mendongakkan wajahnya.
"Ada apa?" Tanya Yusuf datar.
Yumna menyatukan kedua alisnya. "Ada apa? Berarti dari tadi saya bicara di depan kamu ga dengerin penjelasan saya"
Yumna bersedekah kemudian, "MasyaAllah saya lupa kalau anaknya Om Arga pintar. Pantas saja jika abai dengan pendidiknya" sahut Yumna.
"Jangan bawa-bawa bokapku ya disini" ujar Yusuf dingin.
"Lantas bawa siapa? Memang faktanya kamu itu anaknya Om Arga, sayangnya kamu ga sebaik Om Arga yang aku kenal. Memang ga bisa ya ngehargai orang lain, dasar pria sombong" seketika Yumna langsung berlalu meninggalkan Yusuf yang masih menahan marah karna perkataan Yumna.
"Awas saja kamu, pasti aku bales nanti" gumam Yusuf.
***
"Kamu dah ketemu Yusuf belum Stel?" Andre menarik lengan Stella ke ruangan sepi dekat gudang kampusnya.
"Aish.... Sakit tahu! Ga bisa ya kamu pelan-pelan apa?" Stella mengaduh memegang tangannya yang merah.
"Cih, hanya begitu saja dah mengeluh sakit. Memangnya Yusuf ga lebih kasar dariku?" Penasaran Andre.
"Ga, dia ga pernah kasar sama aku?"
"Yakin? Lantas siapa yang kemarin ditinggalin begitu aja di bus stop" akhirnya Andre terkekeh geli.
"Darimana kamu tahu?"
"Ya jelas aku tahu, aku ada di seberang jalan waktu kamu ditinggalin sama dia. Sudahlah Stel, lupain dia dan jalan sama aku. Daripada kamu sakit hati, karena sejatinya Yusuf ga bener-bener sayang sama kamu"
"Sok tahu kamu"
"Aku kasih tahu kamu bukannya sok tahu, kamu ga tahu seperti apa hubungannya dengan keluarganya termasuk bokapnya. Lebih baik kamu hindari dia sebelum terlambat" usul Andre.
"Ga bisa Ndre, aku dah terlanjur sayang sama dia. Aku mau nglakuin apapun asal bisa sama dia. Kamu bantu aku ya buat ngedapatin dia, aku kasih komisi lebih nantinya"
"Jika aku ga mau bagaimana? Aku lebih suka kamu sama aku saja Stella... Kamu ga tahu watak yang sebenarnya seorang Yusuf" Ujar Andre mengompori Stella agar dia benci Yusuf dan berpaling darinya.
"Kok kamu ngomongnya gitu, sebenarnya kamu itu temannya dia bukan sih?" Sahut Stella membuat Andre terdiam sesaat.
"Aku hanya ga mau kamu bertambah sakit ketika tahu siapa Yusuf yang sebenarnya aku ga ada niatan apapun"
"Berarti kamu tahu rahasia Yusuf?" Stella semakin penasaran dengan ucapan Andre.
"Assalamualaikum...."Yusuf mendongakkan kepalanya melihat siapa yang menyapanya barusan."Waalaikumussalam... Apa ada yang bisa saya bantu Bu?" Tukas Yusuf karena tak biasanya dia mau menyapa dosennya itu."Ehem.. kenapa tadi di kelas diam saja apa kamu sedang tidak enak badan?""Apa pedulinya bukankah kamu senang karena tak ada yang mengacaukan kelasmu?""Justru aku khawatir karena kelasku sepi tak seperti biasanya.""Katakan jika kau memerlukan sesuatu In sya Allah aku akan bantu kamu semampuku.""Aku takkan pernah minta tolong padamu. Camkan itu!""Baiklah kita lihat saja nanti laki-laki sombong."Yumna berlalu dengan raut wajah kesal tak terkira semua di luar kuasa dia. Yusuf memang begitu angkuh pantas saja Om Arga dan Tante Rina kewalahan menghadapi sikapnya."Bagaimana bisa ambil hatinya jika dia sendiri dingin seperti itu terhadapku. Apa terhadap ceweknya juga begit
"Kamu ada waktu ga nak, nanti sore ke rumah Oma yuk dia kangen sama kamu." Arga mencoba mendekatkan diri pada Yusuf, dia ingin hubungannya dengan anak sulungnya kembali normal seperti dulu."Maaf Pa, Yusuf sibuk persiapan skripsi jadi ga ada waktu." Tukas Yusuf."Sebentar saja, apa kamu ga kasihan Oma sedang sakit dan beliau ingin sekali bertemu sama kamu.""Nanti Yusuf pikirin lagi Pa, dan lagi misalkan Yusuf mau kesana pun Yusuf bisa berangkat sendiri tanpa Papa." Yusuf masuk kembali ke kamarnya niat hati ingin ke dapur mengambil air minum namun rasa hausnya menguap ketika bertemu dengan Papa nya."Hallo Ndre, kamu jadi pergi ga sore ini?""Kenapa jadi ikut denganku? Nanti jam lima sore kita berangkat.""Ok. Tunggu ditempat biasa yaa.""Ok sip!"Klik.Yusuf menengok jam bekker
"Yusuf tunggu sebentar," Yumna setengah berlari mengejar Yusuf yang sudah melangkah sedikit lebih jauh masuk ke dalam kampus.Yusuf menengok ke belakang dan menghentikan langkahnya."Apa Bu Yumna? Apa yang bisa aku bantu," sahut Yusuf datar."Maaf apa tugas makalah dari pak Ibra sudah dikumpulkan?""Oh itu sudah diberikan pada Baron tempo hari karena pak Ibra sendiri sedang sibuk, saya sendiri dikejar waktu jadi saya tidak bisa memberikannya secara langsung. Apakah ada yang salah?""Tidak, baiklah nanti aku cek kembali. Btw Om Arga semalam ke rumah. Kamu kenapa ga ikut?""Maaf saya harus segera pergi, Assalamualaikum," Yusuf langsung berlalu berlama-lama dengan Yumna membuat jantungnya tidak berfungsi dengan baik."Waalaikumussalam,"'Dia kenapa ya kok aneh sekali, sudahlah masa bodo dengan dia,'
"Milikmu terasa manis, aku suka itu," bisik Yusuf sembari pergi meninggalkan Yumna yang terdiam mematung mencerna apa yang baru saja dilakukannya dengan Yusuf.Yumna bergegas masuk ke dalam ruangannya hatinya tak menentu jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya. 'Apa ini yang dinamakan cinta? Tapi apa mungkin Yusuf mencintaiku? Lupakan dia Yumna anggaplah ini bonusnya sebagai dosen mendapatkan murid tertampan itu mencium kamu,'Yumna merapikan kertas yang berserakan di atas meja.Tok...tok...tok..."Masuk!"Ceklek,Yusuf masuk dengan membawa tugas makalahnya dosen Ibra menyuruhnya mengantarkannya pada Yumna langsung karena tugas tersebut diberikan sebelum dia mengajar jadi biarkan Yumna yang mengeceknya. Alih-alih Yusuf memanfaatkan kesempatan tersebut dengan mengunci pintunya membuat Yumna terkejut begitu Yusuf menghampirinya. 
"Suf kamu ada waktu ga nanti malam kita jalan yuk!" seru Dion melihat Yusuf yang masih diam tanpa jawaban."Halah Yusuf lagi pengen semedi jadi anak baik di rumah nunggu warisannya cair" sahut Andre tertawa renyah.Yusuf hanya melirik sekilas."Hush, ngasal saja kamu... Sok tahu!" Sahut Dion kesal."Ya memang bener kok bukan begitu Suf?" Ucapan Andre.Yusuf masih saja diam tanpa menyahut percakapan teman temannya."Ku lagi males kapan kapan saja ya" sahut Yusuf bergegas keluar kelasnya."Anak itu kenapa lagi?" Tanya Andre penasaran."Mana ku tahu, bukannya lebih deketan kamu ketimbang denganku?" Timpal Dion."Bener juga ya, nah tu Laras kita nanya aja ke dia?""Hai Dre, liat Yusuf ga dari kemarin tak hubungi kok susah yaa? Apa dia ngampus hari ini?" Tanya Laras."Nah loh baru kita ma
"Sore Om... Tante... Maaf Papa belum balik mungkin sebentar lagi" ucap Yumna."Silahkan duduk, Yumna buatkan minum dulu ya sebentar" lanjutnya.Rina dan Arga hanya tersenyum mengangguk."Maaf ya Om jika rumahnya berantakan, soalnya ibu pengasuh lagi libur seminggu ini anaknya sakit jadi ga ada yang bantuin beresin rumah disini""Ya Om tahu kok Papa mu sudah cerita, kamu pasti capek bolak-balik kampus rumah yang lumayan jauh" ujar Arga."Maafin Om ya, seharusnya Om bisa lakuin ini sendiri tapi nyatanya ga bisa dan butuh bantuanmu" lanjut Arga."Tak apa Om, Yumna ikhlas kok. Lagian dulu juga pernah kuliah di jurusan yang sama jadi ga masalah. Diminum dulu Tante. La itu Papa pulang""Pa ada Om Arga nih" sahut Yumna."Ya Papa sudah tahu tadi sudah kasih kabar mau kesini" ujar Julian."Ternyata putrimu lebih cantik aslinya daripada fotonya ya Jul" uca
"Gimana Pa, ketemu sama Yusuf ga?" Rina penasaran melihat wajah Arga ditekuk."Ketemu malah Papa ketemu dengan Yumna langsung. Andai punya mantu kayak dia Ma, mungkin Papa bisa tenang ga mikirin Yusuf lagi" ujar Arga."Sabar Pa, siapa tahu mereka berjodoh. Jodoh yang tertunda" sahut Rina."Semoga saja Ma" ujar Arga penuh harap.***Mas Radit"Assalamualaikum, lagi apa dek?" TingSebuah notif pesan wa tertera di layar ponsel. Yumna segera meraih ponselnya yang berada di atas nakas.Me"Waalaikumussalam, lagi urus berkas anak kampus mas. Kapan balik?""Mas sendiri lagi ngapain?"TingMas Radit"Lagi m
Seminggu berlalu setelah Yumna tidak datang ke kampus, Pak Sastro hanya memberikan daftar tugas yang diberikan Yumna padanya. Hingga pagi ini Yusuf bermalas - malasan pergi ke kampus.Tok....tok ..tok..."Bangun nak, memangnya ga kuliah kamu?" Tanya Rina menyadarkan tubuhnya di dinding kamar Yusuf.CeklekYusuf keluar dengan muka datarnya."Kamu ga kuliah hari ini nak? Apa perlu Mama buatkan sarapan bareng Rio?" Seloroh Rina."Ga usah Yusuf mau langsung ke kampus" sahutnya langsung berlalu tanpa mengucapkan salam pada Rina.Rina pun hanya bisa pasrah melihat sikap Yusuf anak tirinya itu.Rio menatap kakaknya saat melewati ruang makan. "Mas boleh ga Rio numpang sampai kampus? Sepeda Rio masih di bengkel belum diambil" Rio berharap bisa berangkat bersama dan mengakrabkan diri setelah sekian lama tidak bertemu meskipun jawabannya sudah
"Milikmu terasa manis, aku suka itu," bisik Yusuf sembari pergi meninggalkan Yumna yang terdiam mematung mencerna apa yang baru saja dilakukannya dengan Yusuf.Yumna bergegas masuk ke dalam ruangannya hatinya tak menentu jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya. 'Apa ini yang dinamakan cinta? Tapi apa mungkin Yusuf mencintaiku? Lupakan dia Yumna anggaplah ini bonusnya sebagai dosen mendapatkan murid tertampan itu mencium kamu,'Yumna merapikan kertas yang berserakan di atas meja.Tok...tok...tok..."Masuk!"Ceklek,Yusuf masuk dengan membawa tugas makalahnya dosen Ibra menyuruhnya mengantarkannya pada Yumna langsung karena tugas tersebut diberikan sebelum dia mengajar jadi biarkan Yumna yang mengeceknya. Alih-alih Yusuf memanfaatkan kesempatan tersebut dengan mengunci pintunya membuat Yumna terkejut begitu Yusuf menghampirinya. 
"Yusuf tunggu sebentar," Yumna setengah berlari mengejar Yusuf yang sudah melangkah sedikit lebih jauh masuk ke dalam kampus.Yusuf menengok ke belakang dan menghentikan langkahnya."Apa Bu Yumna? Apa yang bisa aku bantu," sahut Yusuf datar."Maaf apa tugas makalah dari pak Ibra sudah dikumpulkan?""Oh itu sudah diberikan pada Baron tempo hari karena pak Ibra sendiri sedang sibuk, saya sendiri dikejar waktu jadi saya tidak bisa memberikannya secara langsung. Apakah ada yang salah?""Tidak, baiklah nanti aku cek kembali. Btw Om Arga semalam ke rumah. Kamu kenapa ga ikut?""Maaf saya harus segera pergi, Assalamualaikum," Yusuf langsung berlalu berlama-lama dengan Yumna membuat jantungnya tidak berfungsi dengan baik."Waalaikumussalam,"'Dia kenapa ya kok aneh sekali, sudahlah masa bodo dengan dia,'
"Kamu ada waktu ga nak, nanti sore ke rumah Oma yuk dia kangen sama kamu." Arga mencoba mendekatkan diri pada Yusuf, dia ingin hubungannya dengan anak sulungnya kembali normal seperti dulu."Maaf Pa, Yusuf sibuk persiapan skripsi jadi ga ada waktu." Tukas Yusuf."Sebentar saja, apa kamu ga kasihan Oma sedang sakit dan beliau ingin sekali bertemu sama kamu.""Nanti Yusuf pikirin lagi Pa, dan lagi misalkan Yusuf mau kesana pun Yusuf bisa berangkat sendiri tanpa Papa." Yusuf masuk kembali ke kamarnya niat hati ingin ke dapur mengambil air minum namun rasa hausnya menguap ketika bertemu dengan Papa nya."Hallo Ndre, kamu jadi pergi ga sore ini?""Kenapa jadi ikut denganku? Nanti jam lima sore kita berangkat.""Ok. Tunggu ditempat biasa yaa.""Ok sip!"Klik.Yusuf menengok jam bekker
"Assalamualaikum...."Yusuf mendongakkan kepalanya melihat siapa yang menyapanya barusan."Waalaikumussalam... Apa ada yang bisa saya bantu Bu?" Tukas Yusuf karena tak biasanya dia mau menyapa dosennya itu."Ehem.. kenapa tadi di kelas diam saja apa kamu sedang tidak enak badan?""Apa pedulinya bukankah kamu senang karena tak ada yang mengacaukan kelasmu?""Justru aku khawatir karena kelasku sepi tak seperti biasanya.""Katakan jika kau memerlukan sesuatu In sya Allah aku akan bantu kamu semampuku.""Aku takkan pernah minta tolong padamu. Camkan itu!""Baiklah kita lihat saja nanti laki-laki sombong."Yumna berlalu dengan raut wajah kesal tak terkira semua di luar kuasa dia. Yusuf memang begitu angkuh pantas saja Om Arga dan Tante Rina kewalahan menghadapi sikapnya."Bagaimana bisa ambil hatinya jika dia sendiri dingin seperti itu terhadapku. Apa terhadap ceweknya juga begit
"Pa,...""Kenapa pasti ada sesuatu makanya merajuk begini." Sahut Julian menatap putrinya lekat."Ya Allah Papa, tahu saja yang Yumna mau""Ada apa? Bicara sama Papa"" Oma kan sudah disini. Bagaimana kalau Yumna balik lagi ke kantor Papa biar punya banyak waktu nemenin Oma di rumah" pinta Yumna.Julian tersenyum mendengar ucapan Yumna."Tidak, Papa tetap mau kamu urus kampus saja Na. Nanti kamu akan dibantu sama Ibra. Dia bisa bantu kamu nantinya""Tapi Pa, kasihan anaknya jika Ibra ke kampus dia sama siapa?""Kan ada susternya sementara ikut dengannya dulu, toh di kampus ga lama hanya 2 sampai 3 jam saja""Bagaimana usul Papa, kamu urusi anak-anak yang susah diatur itu. Jika buat masalah bertindaklah dengan tegas jangan ragu. Papa percayakan urusan kampus padamu"
Yumna menemani sang nenek di taman tak henti-hentinya dia tersenyum pada neneknya membuat neneknya curiga dengan perilaku sang cucu."Ada apa nak kok kelihatannya kamu bahagia sekali hari ini?" Jenny menatap cucunya penasaran."Ga ada Nek, Yumna lagi happy aja hari ini?""Are you sure...?" Jenny memastikan keadaan Yumna."Yups, I'm sure really Oma" Yumna tersenyum manis mengingatkannya pada Shameka menantunya. Gadis campuran Mesir dan Spanyol yang sangat baik pada semua orang wajar jika anaknya Julian jatuh cinta padanya dan akhirnya menjadi muallaf sebelum menikahinya."Kamu mirip sekali dengan Mama mu Na, sungguh jika dia masih hidup pasti bahagia sekali memiliki anak yang cantik dan juga cerdas sepertinya" ujar Jenny."Sudahlah Oma jangan bahas itu lagi, Mama sudah tenang di sana biarkan tenang dan kita hanya perlu mendoakannya saja buka?" Yumna merapikan kayu yang
Seminggu berlalu setelah Yumna tidak datang ke kampus, Pak Sastro hanya memberikan daftar tugas yang diberikan Yumna padanya. Hingga pagi ini Yusuf bermalas - malasan pergi ke kampus.Tok....tok ..tok..."Bangun nak, memangnya ga kuliah kamu?" Tanya Rina menyadarkan tubuhnya di dinding kamar Yusuf.CeklekYusuf keluar dengan muka datarnya."Kamu ga kuliah hari ini nak? Apa perlu Mama buatkan sarapan bareng Rio?" Seloroh Rina."Ga usah Yusuf mau langsung ke kampus" sahutnya langsung berlalu tanpa mengucapkan salam pada Rina.Rina pun hanya bisa pasrah melihat sikap Yusuf anak tirinya itu.Rio menatap kakaknya saat melewati ruang makan. "Mas boleh ga Rio numpang sampai kampus? Sepeda Rio masih di bengkel belum diambil" Rio berharap bisa berangkat bersama dan mengakrabkan diri setelah sekian lama tidak bertemu meskipun jawabannya sudah
"Gimana Pa, ketemu sama Yusuf ga?" Rina penasaran melihat wajah Arga ditekuk."Ketemu malah Papa ketemu dengan Yumna langsung. Andai punya mantu kayak dia Ma, mungkin Papa bisa tenang ga mikirin Yusuf lagi" ujar Arga."Sabar Pa, siapa tahu mereka berjodoh. Jodoh yang tertunda" sahut Rina."Semoga saja Ma" ujar Arga penuh harap.***Mas Radit"Assalamualaikum, lagi apa dek?" TingSebuah notif pesan wa tertera di layar ponsel. Yumna segera meraih ponselnya yang berada di atas nakas.Me"Waalaikumussalam, lagi urus berkas anak kampus mas. Kapan balik?""Mas sendiri lagi ngapain?"TingMas Radit"Lagi m
"Sore Om... Tante... Maaf Papa belum balik mungkin sebentar lagi" ucap Yumna."Silahkan duduk, Yumna buatkan minum dulu ya sebentar" lanjutnya.Rina dan Arga hanya tersenyum mengangguk."Maaf ya Om jika rumahnya berantakan, soalnya ibu pengasuh lagi libur seminggu ini anaknya sakit jadi ga ada yang bantuin beresin rumah disini""Ya Om tahu kok Papa mu sudah cerita, kamu pasti capek bolak-balik kampus rumah yang lumayan jauh" ujar Arga."Maafin Om ya, seharusnya Om bisa lakuin ini sendiri tapi nyatanya ga bisa dan butuh bantuanmu" lanjut Arga."Tak apa Om, Yumna ikhlas kok. Lagian dulu juga pernah kuliah di jurusan yang sama jadi ga masalah. Diminum dulu Tante. La itu Papa pulang""Pa ada Om Arga nih" sahut Yumna."Ya Papa sudah tahu tadi sudah kasih kabar mau kesini" ujar Julian."Ternyata putrimu lebih cantik aslinya daripada fotonya ya Jul" uca