"Gimana Pa, ketemu sama Yusuf ga?" Rina penasaran melihat wajah Arga ditekuk.
"Ketemu malah Papa ketemu dengan Yumna langsung. Andai punya mantu kayak dia Ma, mungkin Papa bisa tenang ga mikirin Yusuf lagi" ujar Arga.
"Sabar Pa, siapa tahu mereka berjodoh. Jodoh yang tertunda" sahut Rina.
"Semoga saja Ma" ujar Arga penuh harap.
***
Mas Radit
"Assalamualaikum, lagi apa dek?"
Ting
Sebuah notif pesan wa tertera di layar ponsel.
Yumna segera meraih ponselnya yang berada di atas nakas.Me
"Waalaikumussalam, lagi urus berkas anak kampus mas. Kapan balik?"
"Mas sendiri lagi ngapain?"
Ting
Mas Radit
"Lagi mikirin kamu dek?"
Ting
Me
"Gombal lagi yang keluar"
Ting
Mas Radit
"Beneran kok memang lagi mikirin kamu"
Ting
Me
"Ga percaya"
Ting
Mas Radit
"Ya udah kalau ga percaya, met istirahat ya, sweet dream"
Ting
Yumna tersenyum melihat chat terakhir dari Radit, hatinya menghangat ya walaupun jauh tapi tetap dia selalu kasih kabar pada Yumna. Tanpa sadar dia mulai menguap dan pergi ke alam mimpi.
***
Yusuf berjalan di koridor kampus. Stella yang melihatnya segera berlari mengejarnya.
"Hai... Aku panggil ga denger?""Sorry lagi ga fokus" ucap Yusuf datar.
" Ke kantin yuk sarapan!" Stella menggandeng Yusuf namun dengan cepat Yusuf melepaskan tangan Stella membuatnya merasa heran.
"Kenapa?" Tanya Stella penasaran."Ga ada, aku lagi pengen sendiri aja. Sorry ya La" ujar Yusuf segera pergi menghindari Stella.
"Aneh ga kayak biasanya dia gitu" ujar Stella.
Yusuf segera masuk ke kelas sebelum Yumna datang duluan.
"Hai bro, tumben lemes ga dikasih jatah Stella yaa" ujar Andre asal."Kamu jangan asal ngomong kamu yaa" Yusuf melotot pada Andre.
"Ya maaf, kirain ada problem sama dia" sahut Andre.
"Sssttt diam dosen cantik datang" bisik Dion.
"Selamat pagi... Maaf kali ini kegiatan kelas saya liburkan untuk beberapa hari ke depan akan digantikan oleh Pak Sastro beliau yang akan membimbing atau memantau kegiatan kalian selama saya tak ada di tempat. Jika ada yang ingin ditanyakan bisa langsung menghubungi beliau" ucap Yumna menatap setiap mahasiswanya disana.
"Boleh tanya Bu?" Dion mengangkat tangannya.
"Ya silahkan"
"Memangnya ibu mau kemana kok mendadak pemberitahuannya" tanya Dion.
"Kita udah lagi nyaman loh Bu kenapa harus diganti lagi?" Lanjut Dion."Betul Bu"
"Ya benar" ujar yang lainnya.
"Maaf saya ada kepentingan pribadi dan mendesak yang tak bisa ditinggalkan. Mohon maaf tidak bisa cerita ya" sahut Yumna.
"Kalau begitu saya permisi. Semangat ngerjain tugas dari Pak Sastro ya. Assalamualaikum" Yumna beranjak keluar dari kelas namun Julian Papa nya masuk ke kelasnya."Papa,..." Sahut Yumna kaget.
"Apa kamu sudah siap, pesawat akan berangkat satu jam lagi" ujar Julian memandang putrinya yang akan pergi menyusul Radit ke London.
"Sudah Pa, semua sudah beres" ujar Yumna memeluk Julian.
Tanpa mereka sadari, Yusuf memperhatikan interaksi antara anak dan ayah tersebut.
"Hati hati ya, jaga diri selama di sana. Jika ada apa apa segera hubungi Papa. Kau mengerti?" Ucap Julian.
Yumna hanya mampu mengangguk dan meneteskan air mata.
"Sudah jangan menangis Papa tahu kamu kuat kok" Julian menghapus air mata putrinya.
"Ayo berangkat nanti telat" ajak Julian dengan menggandeng lengan Yumna."Ga asyik ya, baru juga beberapa hari sudah ditinggal padahal aku suka dengan cara dia ngajar langsung masuk" ujar Dion.
"La gimana lagi dia ada urusan penting yang memang ga bisa ditinggal ya jadi terpaksa kita kena imbasnya" sahut Andre.
"Bro, dari tadi diem aja Napa? Sariawan?" Ujar Andre menatap ke arah Yusuf.
"Ga papa lagi males aja" sahut Yusuf.
"Beneran atau mungkin lagi berantem sama Stella?" Selidik Andre.
"Ga, aku sama dia ga ada masalah apapun kok" sahut Yusuf.
"Perasaanmu saja kali" lanjutnya."Sudah ya aku mau pulang duluan hari ini"
"Ga jadi mampir nih ceritanya...?" Tanya Andre.
"Ga lain kali mungkin" baru beberapa langkah dia bertemu dengan Cerry temennya Stella.
"Hai, Yusuf. Dicariin sama Stella tuh"
"Aku sibuk" singkatnya datar langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Cerry.
"Dih jutek banget itu, kayak gitu kok disukai cewek cewek di kampus ini. Apa mereka ga rugi?" Cerry geleng geleng kepala.
***
"Kok tumben dah balik memang ga ada kelas? Biasanya sampai tengah malem baru inget rumah" Arga mengamati penampilan anaknya yang tampak kusut tak seperti biasanya.
"Apa kamu sakit?""Lagi capek aja pergi pagi pulang malam" sahut Yusuf.
"Baru nyadar kamu itu. Dari kemarin ngapain aja?"
"Papa pengen kamu segera berubah nak. Mama Rina juga Mama kamu dan Rio juga adikmu jangan kamu lupakan itu" pinta Arga.
"Yusuf mau istirahat ya Pa" langsung pergi begitu aja tanpa mau mendengarkan mendengarkan perkataan Arga.
"Maafin Papa nak" lirih Arga.
"Pa, ada telpon dari Bramantyo" ucap Rina langsung membuyarkan lamunan Arga.
Arga menerima ponsel yang diberikan Rina.
"Hallo, iya Pak bagaimana?""Bisa segera datang ke kantor saya sekarang"
"Sepenting itukah?"
"Iya, cepatlah kesini"
"Baiklah aku segera datang"
Klik
"Ma, aku harus ke kantor Pak Bram sebentar tolong ya nanti jika ada sesuatu langsung di kabari. Assalamualaikum"
"Waalaikumussalam. Siap Pa hati hati"
****
Yumna telah sampai di bandara internasional Heathrow London. Salah satu bandara tersibuk di London. Rasa lelahnya setelah menempuh perjalanan enam belas jam lima belas menit terobati setelah bertemu dengan Tante Riana.
"Gimana perjalanannya sayang" tanya Riana pada Yumna."Melelahkan Tante tapi terobati setelah melihat Tante disini hehehe" ujar Yumna tertawa renyah.
"Halah kamu kalau ngomong aja gitu tapi kalau ada orangnya mlempen kayak kerupuk"
Yumna tertegun sesaat melihat sosok yang ada di depannya.
"Mas Radit?" Ujar Yumna tanpa sadar."Kok ga bilang kalau mau jemput kesini"
"Iya surprise untukmu" Radit tersenyum.
"Ayo aku antar ke rumah nenek dulu naruh barangmu dan istirahat sejenak setelahnya kita ke rumah sakit. Oke" ujar Radit.
"Baik mas" yumna menurut saja apa kata Radit karena memang tubuhnya sebenarnya sudah terasa amat lelah di perjalanan.
"Gimana kabar Riri Tante? Apa masih suka ngambeknya?" Yumna kembali bersuara dalam mobil.
"Ya dia masih saja gitu karena merasa ga punya saingan jadi manja" ujar Riana.
"Makanya buruan dikasih adek tante biar ga manja dan ada temen mainya" Radit tersenyum menimpalinya.
"Ya nantilah kalau Om mu sudah bebas tugas saja biar puas" sambar Riana.
Yumna dan Radit tertawa bersama seketika.
***
"Kamu ga kuliah nak, kok masih dirumah jam segini?" Rina menatap Yusuf yang masih setia di meja makan menatap sarapannya.
"Ga lagi males aja" sahut Yusuf asal.
"Bener, kamu g lagi sakit?" Rina penuh selidik.
"Tapi kayak nya ada tanda tanda loh. Itu menurut yang mama lihat"
"Maksudnya apa yaa?? Yusuf ga nyambung" lanjutnya.
"Kamu ga sedang jatuh cinta kan nak?"
Selidik Rina."Jatuh cinta sama siapa? Banyak yang antri tapi Yusuf belum ada yang cocok" sambungnya datar.
Tanpa sadar dia sudah bicara banyak pada Rina hal yang belum pernah dia lakukan selama ini.
"Adikmu besok akan pulang. Mama harap kalian bisa saling menerima dengan baik" Rina menatap lekat lekat pada Yusuf.
Tanpa menjawab Yusuf sudah bangkit dari duduknya menuju kamarnya. Entah hatinya masih terasa sakit jika mengingat kejadian di masa lalu.
Yusuf membuka balkon kamarnya membiarkan cahaya matahari masuk. Semilir angin pagi mengganti udara dalam kamarnya."Nak kau mau ikut Papa atau Mama?" Ucap Anita
Yusuf menatap Arga dan Anita bergantian. "Kenapa harus memilih jika masih bisa bersama?" Tanya Yusuf.
"Tidak nak,kami sudah tidak ada lagi kecocokan. Dan kami memilih untuk berpisah Papa harap kau mengerti. Jika tidak hari ini mungkin esok" sahut Arga.
"Tapi Pa...?"
"Sudahlah ikut dengan Papa pun tak masalah dengan senang hati Papa mau menerimamu,"
"Tapi Pa bagaimana jika ibu tiri itu galak?" Sahut Yusuf.
"Tidak akan dia akan menyayangimu sama dengan anak Papa yang lainnya"
"Tidak Yusuf tidak mau ikut Papa dan juga Mama kalian egois!" Yusuf berlari ke jalan dan tanpa sadar sebuah sedan melaju kencang ke arahnya dan Brakkk!!! Suara hantaman keras terdengar.
Anita meninggal di tempat dan Yusuf dilarikan ke rumah sakit. Sejak saat itulah Yusuf enggan untuk mengakui Rina sebagai Mama sambungnya dan tidak berkomunikasi dengan Papa nya Arganta.
Ting tong....Ting tong...
"Bu, Den Rio Dateng!" Ucap Bi Siti.
"Maa..."
"Rio, kamu bilang baru nyampai besok kenapa sekarang dah di rumah" Rina menarik tangan Rio dan duduk di sofa ruang tengahnya.
"Surprise Ma" Rio tersenyum.
"Kamu ini, bukanya surprise Mama malah syok. Jika ada apa apa gimana. Kan bisa Papa atau Mama yang jemput nantinya"
"Iya sudah g tak ulangi deh Ma" ujar Rio.
"Dimana Papa dan mas Yusuf Ma, apa masih diluar?"
"Papa masih di kantor, kakakmu ada di kamarnya" sahut Rina.
"Loh mas Yusuf ga kuliah atau lagi libur Ma?"
"Ga ada libur kecuali sakit"
"Yah Mama kok gitu, ga asyik dong!"
"Coba kau hubungin lagi apa sudah bisa?"
Rio mencoba menelpon Arga Namun belum juga mengangkat telponnya.
"Mungkin Papa masih Sibuk Ma, biar Rio hubungin lagi nanti. Rio ke kamar mas Yusuf dulu ya Ma" Rina mengangguk menatap Rio anak kandungnya dengan Arga.Semoga nanti berjalan dengan semestinya.
Rio berjalan menaiki tangga ke lantai dua menuju kamar Yusuf.
Tok...tok ..tok ..
Ceklek
Rio terperangah melihat wajah sang kakak berantakan. Yusuf yang belum sepenuhnya sadar tak tahu jika yang berdiri di hadapannya adalah Rio adik tirinya.
"Mas" lirih Rio
Mendengar namanya disebut seketika Yusuf membulatkan matanya. Laki laki yang ada di depannya adalah Rio.
"Ada apa?" Tanya Yusuf malas.
"Gimana kabarnya mas?"
"Baik" jawab Yusuf dengan nada datar.
"Mas, apa boleh aku melanjutkan kuliah ku di kampusmu?" Tanya Rio menunggu jawaban dari Yusuf.
"Kau yakin mau kuliah di sana?" Yusuf menatap tajam adiknya.
"Yakin Mas nanti aku bilang ke Papa buat ngurus pemindahannya" ujar Rio tanpa ragu.
"Baiklah terserah" masih dengan datarnya.
"Sudah? Kalau sudah aku tutup pintunya aku mau istirahat lagi" ucapnya.
"Iya Mas, makasih yaa" Rio tersenyum pada pada Yusuf namun tidak dengan Yusuf yang langsung memalingkan wajah dan segera menutup pintunya.
Tak apa baginya sikap kakaknya seperti itu. Seiring waktu pasti bisa menerima kehadiran Rio. Itulah harapannya.Seminggu berlalu setelah Yumna tidak datang ke kampus, Pak Sastro hanya memberikan daftar tugas yang diberikan Yumna padanya. Hingga pagi ini Yusuf bermalas - malasan pergi ke kampus.Tok....tok ..tok..."Bangun nak, memangnya ga kuliah kamu?" Tanya Rina menyadarkan tubuhnya di dinding kamar Yusuf.CeklekYusuf keluar dengan muka datarnya."Kamu ga kuliah hari ini nak? Apa perlu Mama buatkan sarapan bareng Rio?" Seloroh Rina."Ga usah Yusuf mau langsung ke kampus" sahutnya langsung berlalu tanpa mengucapkan salam pada Rina.Rina pun hanya bisa pasrah melihat sikap Yusuf anak tirinya itu.Rio menatap kakaknya saat melewati ruang makan. "Mas boleh ga Rio numpang sampai kampus? Sepeda Rio masih di bengkel belum diambil" Rio berharap bisa berangkat bersama dan mengakrabkan diri setelah sekian lama tidak bertemu meskipun jawabannya sudah
Yumna menemani sang nenek di taman tak henti-hentinya dia tersenyum pada neneknya membuat neneknya curiga dengan perilaku sang cucu."Ada apa nak kok kelihatannya kamu bahagia sekali hari ini?" Jenny menatap cucunya penasaran."Ga ada Nek, Yumna lagi happy aja hari ini?""Are you sure...?" Jenny memastikan keadaan Yumna."Yups, I'm sure really Oma" Yumna tersenyum manis mengingatkannya pada Shameka menantunya. Gadis campuran Mesir dan Spanyol yang sangat baik pada semua orang wajar jika anaknya Julian jatuh cinta padanya dan akhirnya menjadi muallaf sebelum menikahinya."Kamu mirip sekali dengan Mama mu Na, sungguh jika dia masih hidup pasti bahagia sekali memiliki anak yang cantik dan juga cerdas sepertinya" ujar Jenny."Sudahlah Oma jangan bahas itu lagi, Mama sudah tenang di sana biarkan tenang dan kita hanya perlu mendoakannya saja buka?" Yumna merapikan kayu yang
"Pa,...""Kenapa pasti ada sesuatu makanya merajuk begini." Sahut Julian menatap putrinya lekat."Ya Allah Papa, tahu saja yang Yumna mau""Ada apa? Bicara sama Papa"" Oma kan sudah disini. Bagaimana kalau Yumna balik lagi ke kantor Papa biar punya banyak waktu nemenin Oma di rumah" pinta Yumna.Julian tersenyum mendengar ucapan Yumna."Tidak, Papa tetap mau kamu urus kampus saja Na. Nanti kamu akan dibantu sama Ibra. Dia bisa bantu kamu nantinya""Tapi Pa, kasihan anaknya jika Ibra ke kampus dia sama siapa?""Kan ada susternya sementara ikut dengannya dulu, toh di kampus ga lama hanya 2 sampai 3 jam saja""Bagaimana usul Papa, kamu urusi anak-anak yang susah diatur itu. Jika buat masalah bertindaklah dengan tegas jangan ragu. Papa percayakan urusan kampus padamu"
"Assalamualaikum...."Yusuf mendongakkan kepalanya melihat siapa yang menyapanya barusan."Waalaikumussalam... Apa ada yang bisa saya bantu Bu?" Tukas Yusuf karena tak biasanya dia mau menyapa dosennya itu."Ehem.. kenapa tadi di kelas diam saja apa kamu sedang tidak enak badan?""Apa pedulinya bukankah kamu senang karena tak ada yang mengacaukan kelasmu?""Justru aku khawatir karena kelasku sepi tak seperti biasanya.""Katakan jika kau memerlukan sesuatu In sya Allah aku akan bantu kamu semampuku.""Aku takkan pernah minta tolong padamu. Camkan itu!""Baiklah kita lihat saja nanti laki-laki sombong."Yumna berlalu dengan raut wajah kesal tak terkira semua di luar kuasa dia. Yusuf memang begitu angkuh pantas saja Om Arga dan Tante Rina kewalahan menghadapi sikapnya."Bagaimana bisa ambil hatinya jika dia sendiri dingin seperti itu terhadapku. Apa terhadap ceweknya juga begit
"Kamu ada waktu ga nak, nanti sore ke rumah Oma yuk dia kangen sama kamu." Arga mencoba mendekatkan diri pada Yusuf, dia ingin hubungannya dengan anak sulungnya kembali normal seperti dulu."Maaf Pa, Yusuf sibuk persiapan skripsi jadi ga ada waktu." Tukas Yusuf."Sebentar saja, apa kamu ga kasihan Oma sedang sakit dan beliau ingin sekali bertemu sama kamu.""Nanti Yusuf pikirin lagi Pa, dan lagi misalkan Yusuf mau kesana pun Yusuf bisa berangkat sendiri tanpa Papa." Yusuf masuk kembali ke kamarnya niat hati ingin ke dapur mengambil air minum namun rasa hausnya menguap ketika bertemu dengan Papa nya."Hallo Ndre, kamu jadi pergi ga sore ini?""Kenapa jadi ikut denganku? Nanti jam lima sore kita berangkat.""Ok. Tunggu ditempat biasa yaa.""Ok sip!"Klik.Yusuf menengok jam bekker
"Yusuf tunggu sebentar," Yumna setengah berlari mengejar Yusuf yang sudah melangkah sedikit lebih jauh masuk ke dalam kampus.Yusuf menengok ke belakang dan menghentikan langkahnya."Apa Bu Yumna? Apa yang bisa aku bantu," sahut Yusuf datar."Maaf apa tugas makalah dari pak Ibra sudah dikumpulkan?""Oh itu sudah diberikan pada Baron tempo hari karena pak Ibra sendiri sedang sibuk, saya sendiri dikejar waktu jadi saya tidak bisa memberikannya secara langsung. Apakah ada yang salah?""Tidak, baiklah nanti aku cek kembali. Btw Om Arga semalam ke rumah. Kamu kenapa ga ikut?""Maaf saya harus segera pergi, Assalamualaikum," Yusuf langsung berlalu berlama-lama dengan Yumna membuat jantungnya tidak berfungsi dengan baik."Waalaikumussalam,"'Dia kenapa ya kok aneh sekali, sudahlah masa bodo dengan dia,'
"Milikmu terasa manis, aku suka itu," bisik Yusuf sembari pergi meninggalkan Yumna yang terdiam mematung mencerna apa yang baru saja dilakukannya dengan Yusuf.Yumna bergegas masuk ke dalam ruangannya hatinya tak menentu jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya. 'Apa ini yang dinamakan cinta? Tapi apa mungkin Yusuf mencintaiku? Lupakan dia Yumna anggaplah ini bonusnya sebagai dosen mendapatkan murid tertampan itu mencium kamu,'Yumna merapikan kertas yang berserakan di atas meja.Tok...tok...tok..."Masuk!"Ceklek,Yusuf masuk dengan membawa tugas makalahnya dosen Ibra menyuruhnya mengantarkannya pada Yumna langsung karena tugas tersebut diberikan sebelum dia mengajar jadi biarkan Yumna yang mengeceknya. Alih-alih Yusuf memanfaatkan kesempatan tersebut dengan mengunci pintunya membuat Yumna terkejut begitu Yusuf menghampirinya. 
"Suf kamu ada waktu ga nanti malam kita jalan yuk!" seru Dion melihat Yusuf yang masih diam tanpa jawaban."Halah Yusuf lagi pengen semedi jadi anak baik di rumah nunggu warisannya cair" sahut Andre tertawa renyah.Yusuf hanya melirik sekilas."Hush, ngasal saja kamu... Sok tahu!" Sahut Dion kesal."Ya memang bener kok bukan begitu Suf?" Ucapan Andre.Yusuf masih saja diam tanpa menyahut percakapan teman temannya."Ku lagi males kapan kapan saja ya" sahut Yusuf bergegas keluar kelasnya."Anak itu kenapa lagi?" Tanya Andre penasaran."Mana ku tahu, bukannya lebih deketan kamu ketimbang denganku?" Timpal Dion."Bener juga ya, nah tu Laras kita nanya aja ke dia?""Hai Dre, liat Yusuf ga dari kemarin tak hubungi kok susah yaa? Apa dia ngampus hari ini?" Tanya Laras."Nah loh baru kita ma
"Milikmu terasa manis, aku suka itu," bisik Yusuf sembari pergi meninggalkan Yumna yang terdiam mematung mencerna apa yang baru saja dilakukannya dengan Yusuf.Yumna bergegas masuk ke dalam ruangannya hatinya tak menentu jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya. 'Apa ini yang dinamakan cinta? Tapi apa mungkin Yusuf mencintaiku? Lupakan dia Yumna anggaplah ini bonusnya sebagai dosen mendapatkan murid tertampan itu mencium kamu,'Yumna merapikan kertas yang berserakan di atas meja.Tok...tok...tok..."Masuk!"Ceklek,Yusuf masuk dengan membawa tugas makalahnya dosen Ibra menyuruhnya mengantarkannya pada Yumna langsung karena tugas tersebut diberikan sebelum dia mengajar jadi biarkan Yumna yang mengeceknya. Alih-alih Yusuf memanfaatkan kesempatan tersebut dengan mengunci pintunya membuat Yumna terkejut begitu Yusuf menghampirinya. 
"Yusuf tunggu sebentar," Yumna setengah berlari mengejar Yusuf yang sudah melangkah sedikit lebih jauh masuk ke dalam kampus.Yusuf menengok ke belakang dan menghentikan langkahnya."Apa Bu Yumna? Apa yang bisa aku bantu," sahut Yusuf datar."Maaf apa tugas makalah dari pak Ibra sudah dikumpulkan?""Oh itu sudah diberikan pada Baron tempo hari karena pak Ibra sendiri sedang sibuk, saya sendiri dikejar waktu jadi saya tidak bisa memberikannya secara langsung. Apakah ada yang salah?""Tidak, baiklah nanti aku cek kembali. Btw Om Arga semalam ke rumah. Kamu kenapa ga ikut?""Maaf saya harus segera pergi, Assalamualaikum," Yusuf langsung berlalu berlama-lama dengan Yumna membuat jantungnya tidak berfungsi dengan baik."Waalaikumussalam,"'Dia kenapa ya kok aneh sekali, sudahlah masa bodo dengan dia,'
"Kamu ada waktu ga nak, nanti sore ke rumah Oma yuk dia kangen sama kamu." Arga mencoba mendekatkan diri pada Yusuf, dia ingin hubungannya dengan anak sulungnya kembali normal seperti dulu."Maaf Pa, Yusuf sibuk persiapan skripsi jadi ga ada waktu." Tukas Yusuf."Sebentar saja, apa kamu ga kasihan Oma sedang sakit dan beliau ingin sekali bertemu sama kamu.""Nanti Yusuf pikirin lagi Pa, dan lagi misalkan Yusuf mau kesana pun Yusuf bisa berangkat sendiri tanpa Papa." Yusuf masuk kembali ke kamarnya niat hati ingin ke dapur mengambil air minum namun rasa hausnya menguap ketika bertemu dengan Papa nya."Hallo Ndre, kamu jadi pergi ga sore ini?""Kenapa jadi ikut denganku? Nanti jam lima sore kita berangkat.""Ok. Tunggu ditempat biasa yaa.""Ok sip!"Klik.Yusuf menengok jam bekker
"Assalamualaikum...."Yusuf mendongakkan kepalanya melihat siapa yang menyapanya barusan."Waalaikumussalam... Apa ada yang bisa saya bantu Bu?" Tukas Yusuf karena tak biasanya dia mau menyapa dosennya itu."Ehem.. kenapa tadi di kelas diam saja apa kamu sedang tidak enak badan?""Apa pedulinya bukankah kamu senang karena tak ada yang mengacaukan kelasmu?""Justru aku khawatir karena kelasku sepi tak seperti biasanya.""Katakan jika kau memerlukan sesuatu In sya Allah aku akan bantu kamu semampuku.""Aku takkan pernah minta tolong padamu. Camkan itu!""Baiklah kita lihat saja nanti laki-laki sombong."Yumna berlalu dengan raut wajah kesal tak terkira semua di luar kuasa dia. Yusuf memang begitu angkuh pantas saja Om Arga dan Tante Rina kewalahan menghadapi sikapnya."Bagaimana bisa ambil hatinya jika dia sendiri dingin seperti itu terhadapku. Apa terhadap ceweknya juga begit
"Pa,...""Kenapa pasti ada sesuatu makanya merajuk begini." Sahut Julian menatap putrinya lekat."Ya Allah Papa, tahu saja yang Yumna mau""Ada apa? Bicara sama Papa"" Oma kan sudah disini. Bagaimana kalau Yumna balik lagi ke kantor Papa biar punya banyak waktu nemenin Oma di rumah" pinta Yumna.Julian tersenyum mendengar ucapan Yumna."Tidak, Papa tetap mau kamu urus kampus saja Na. Nanti kamu akan dibantu sama Ibra. Dia bisa bantu kamu nantinya""Tapi Pa, kasihan anaknya jika Ibra ke kampus dia sama siapa?""Kan ada susternya sementara ikut dengannya dulu, toh di kampus ga lama hanya 2 sampai 3 jam saja""Bagaimana usul Papa, kamu urusi anak-anak yang susah diatur itu. Jika buat masalah bertindaklah dengan tegas jangan ragu. Papa percayakan urusan kampus padamu"
Yumna menemani sang nenek di taman tak henti-hentinya dia tersenyum pada neneknya membuat neneknya curiga dengan perilaku sang cucu."Ada apa nak kok kelihatannya kamu bahagia sekali hari ini?" Jenny menatap cucunya penasaran."Ga ada Nek, Yumna lagi happy aja hari ini?""Are you sure...?" Jenny memastikan keadaan Yumna."Yups, I'm sure really Oma" Yumna tersenyum manis mengingatkannya pada Shameka menantunya. Gadis campuran Mesir dan Spanyol yang sangat baik pada semua orang wajar jika anaknya Julian jatuh cinta padanya dan akhirnya menjadi muallaf sebelum menikahinya."Kamu mirip sekali dengan Mama mu Na, sungguh jika dia masih hidup pasti bahagia sekali memiliki anak yang cantik dan juga cerdas sepertinya" ujar Jenny."Sudahlah Oma jangan bahas itu lagi, Mama sudah tenang di sana biarkan tenang dan kita hanya perlu mendoakannya saja buka?" Yumna merapikan kayu yang
Seminggu berlalu setelah Yumna tidak datang ke kampus, Pak Sastro hanya memberikan daftar tugas yang diberikan Yumna padanya. Hingga pagi ini Yusuf bermalas - malasan pergi ke kampus.Tok....tok ..tok..."Bangun nak, memangnya ga kuliah kamu?" Tanya Rina menyadarkan tubuhnya di dinding kamar Yusuf.CeklekYusuf keluar dengan muka datarnya."Kamu ga kuliah hari ini nak? Apa perlu Mama buatkan sarapan bareng Rio?" Seloroh Rina."Ga usah Yusuf mau langsung ke kampus" sahutnya langsung berlalu tanpa mengucapkan salam pada Rina.Rina pun hanya bisa pasrah melihat sikap Yusuf anak tirinya itu.Rio menatap kakaknya saat melewati ruang makan. "Mas boleh ga Rio numpang sampai kampus? Sepeda Rio masih di bengkel belum diambil" Rio berharap bisa berangkat bersama dan mengakrabkan diri setelah sekian lama tidak bertemu meskipun jawabannya sudah
"Gimana Pa, ketemu sama Yusuf ga?" Rina penasaran melihat wajah Arga ditekuk."Ketemu malah Papa ketemu dengan Yumna langsung. Andai punya mantu kayak dia Ma, mungkin Papa bisa tenang ga mikirin Yusuf lagi" ujar Arga."Sabar Pa, siapa tahu mereka berjodoh. Jodoh yang tertunda" sahut Rina."Semoga saja Ma" ujar Arga penuh harap.***Mas Radit"Assalamualaikum, lagi apa dek?" TingSebuah notif pesan wa tertera di layar ponsel. Yumna segera meraih ponselnya yang berada di atas nakas.Me"Waalaikumussalam, lagi urus berkas anak kampus mas. Kapan balik?""Mas sendiri lagi ngapain?"TingMas Radit"Lagi m
"Sore Om... Tante... Maaf Papa belum balik mungkin sebentar lagi" ucap Yumna."Silahkan duduk, Yumna buatkan minum dulu ya sebentar" lanjutnya.Rina dan Arga hanya tersenyum mengangguk."Maaf ya Om jika rumahnya berantakan, soalnya ibu pengasuh lagi libur seminggu ini anaknya sakit jadi ga ada yang bantuin beresin rumah disini""Ya Om tahu kok Papa mu sudah cerita, kamu pasti capek bolak-balik kampus rumah yang lumayan jauh" ujar Arga."Maafin Om ya, seharusnya Om bisa lakuin ini sendiri tapi nyatanya ga bisa dan butuh bantuanmu" lanjut Arga."Tak apa Om, Yumna ikhlas kok. Lagian dulu juga pernah kuliah di jurusan yang sama jadi ga masalah. Diminum dulu Tante. La itu Papa pulang""Pa ada Om Arga nih" sahut Yumna."Ya Papa sudah tahu tadi sudah kasih kabar mau kesini" ujar Julian."Ternyata putrimu lebih cantik aslinya daripada fotonya ya Jul" uca