Seminggu berlalu setelah Yumna tidak datang ke kampus, Pak Sastro hanya memberikan daftar tugas yang diberikan Yumna padanya. Hingga pagi ini Yusuf bermalas - malasan pergi ke kampus.
Tok....tok ..tok...
"Bangun nak, memangnya ga kuliah kamu?" Tanya Rina menyadarkan tubuhnya di dinding kamar Yusuf.
Ceklek
Yusuf keluar dengan muka datarnya.
"Kamu ga kuliah hari ini nak? Apa perlu Mama buatkan sarapan bareng Rio?" Seloroh Rina.
"Ga usah Yusuf mau langsung ke kampus" sahutnya langsung berlalu tanpa mengucapkan salam pada Rina.
Rina pun hanya bisa pasrah melihat sikap Yusuf anak tirinya itu.Rio menatap kakaknya saat melewati ruang makan. "Mas boleh ga Rio numpang sampai kampus? Sepeda Rio masih di bengkel belum diambil" Rio berharap bisa berangkat bersama dan mengakrabkan diri setelah sekian lama tidak bertemu meskipun jawabannya sudah tahu pasti Yusuf akan menolaknya.
"Minta aja taxi jemput atau nebeng Papa juga bisa kan satu arah" sahutnya datar.
"Aku buru buru" lanjutnya.Yusuf pergi dengan cepat tanpa memperdulikan suara Arga."Anak itu kapan bisa dewasa. Mungkin aku sudah salah mendidiknya" seloroh Arga.
"Sudahlah Pa, tak usah menyalahkan diri sendiri toh kita juga sudah berusaha keras agar Yusuf menjadi anak baik" Rina datang membawakan semangkok besar nasi goreng.
"Rio Papa harap kamu bisa ikut bantu Papa memantau kakakmu di kampus. Misalkan ada sesuatu yang buruk dengan kakakmu tolong segera kabari Papa ya!"
"Baik Pa. Rio langsung berangkat kalau begitu takutnya terlambat"
Rio langsung bangkit dari duduknya dan pamitan dengan Arga dan Rina."Assalamualaikum" seru Rio.
"Waalaikumussalam..."
***
"Hai bro wajahmu lecek amat, kayak habis patah hati" gurau Dion menatap lekat lekat pada Yusuf.
"Palingan habis berantem sama Stella, kemarin kayaknya ada janji mau ketemu tapi aku malah liat Stella pergi sama Bayu nonton bioskop" urai Andre meledek Yusuf.
"Sok tahu kamu!" Seru Yusuf menatap tajam pada Andre.
"Aku lagi males aja hari ini, itu anak nyokap tiri aku dah balik lagi kesini. Dan sekarang dia juga kuliah disini" jelas Yusuf membuat kedua sohibnya itu membelalakkan kaget."Yang bener aja, bakal punya saingan dong kamu. Jadi, apa yang bisa kita bantu buat kamu?" Tanya Dion.
"Ga ada lah, ngapain urusin dia. Kalau dia macam-macam ikut campur urusanku baru bertindak" ucap Yusuf sarkas.
"Ok. Selama kita bisa bantu pasti kita bantu bro. Kamu tenang aja" Andre menepuk pundak Yusuf perlahan.
"Ayo ke kelas keburu Pak Sastro datang bikin laporan yang ga jelas sama Bu Yumna nanti" lanjutnya.***
"Mas,.." seru Yumna.
"Apa?" Singkat Radit tanpa menoleh pada Yumna tatapannya masih terfokus pada laptop di depannya.
"Nikah yuk!" Yumna berucap tanpa memandang Radit, Yumna menundukkan wajahnya merasa malu telah berani berucap kata seperti itu.
Radit yang mendengarnya menghentikan kegiatannya dan menatap Yumna intens."Aku kan sudah bilang padamu Na, jika aku belum siap untuk menikah dalam waktu dekat ini" jelasnya pada Yumna."Paling tidak sampai dua tahun ke depan. Kemarin kamu menyetujuinya tapi kenapa sekarang kamu bahas lagi. Bisakah kamu fahami posisiku saat ini? Tolonglah Na, please..""Maafkan Yumna" dengan segera Yumna memotong ucapan Radit.
"Mungkin memang Yumna yang belum bisa ngertiin Mas Radit" lanjutnya masih dengan wajah menunduk."Sabar ya" pinta Radit.
Yumna mendongakkan wajahnya dan tersenyum."Baiklah""Kita makan di luar yuk!" Ajak Radit mengalihkan pembicaraan.
Yumna hanya menganggukkan kepalanya.Radit mengambil kunci mobilnya dan segera menggandeng Yumna keluar dari apartemennya.
Baru beberapa langkah keluar dari lobi seorang wanita berteriak memanggil nama Radit."Kak Radit!"
Radit pun menoleh ke arah sumber suara, didapatinya Cesillia berlari kecil menghampirinya.
"Ada apa? Kok tiba-tiba kesini?" Tanya Radit.
"Ga apa-apa kangen saja kak" Cesillia tersipu malu, Yumna yang melihatnya membuatnya bertanya tanya ada hubungan apa diantara keduanya terlihat sangat akrab padahal Radit disini baru juga sebulan.
"Hhm... Kita jadi makan diluar ga Mas?" Tanya Yumna membuat Cesillia mundur beberapa langkah.
"Ouh maaf saya ga liat ada..."
"Tak masalah, kenalkan dia Yumna anak dari bos aku di Indonesia" ucap Radit membuat Yumna melongo sesaat "Anak bos..." Bathin Yumna.
Yumna tersenyum mencoba memahami keadaan meski terasa sakit. "Kenapa Mas Radit tidak mengakui ku sebagai kekasihnya?" Bathin Yumna.
"Na, dia Cesillia teman ku dari Indonesia juga dia sudah lama tinggal di sini" tukas Radit menatap Cesillia gadis berambut keriting lagi pirang.
"Kau mau ikut kami makan?" Ajak Yumna menatap Cesillia yang masih terpaku menatap intens Radit. Bukannya tak tahu tapi Yumna menyadari sesuatu sebagai sesama wanita jika Cesillia menyukai Radit.
Cesillia menatap Radit seolah meminta persetujuan darinya. Radit hanya tersenyum sekilas.
"Oke aku ikut kalian,apa tidak menggangu?" Komentarnya sejenak berfikir."Tidak, kita hanya makan biasa kok. Benarkan Mas?" Yumna mencoba mencairkan suasana, ada sesuatu yang tiba-tiba mengganjal di hati namun dia coba menutupinya.
"Baiklah ayo kita berangkat sekarang" ajak Radit menatap kedua wanita itu bergantian.
***
"Yusuf sudah balik belum Ma?" Arga baru saja pulang dari kantor tidak biasanya dia pulang lebih awal dari biasanya.
"Belum Pa, kenapa memangnya? Biasanya juga dah balik tapi ga tahu belakangan ini dia terlambat terus. Apa Yumna kasih banyak tugas di kampus ya Pa?" Sahut Rina terheran dengan sikap Yusuf belakangan ini.
"Yumna ga ada di kampusnya Ma, dia lagi ke London nemui kekasihnya sekaligus bertemu dengan neneknya di sana" ucap Arga setelah menyeruput secangkir kopi buatan Rina.
"Oh, pantesan dia juga malas-malasan ke kampus apa karena dosen cantiknya ga ada ya Pa?" Ujar Rina.
"Ya gak mungkin lah Ma, Yusuf aja cueknya ampun gitu mana mau dia sama cewek yang berjilbab kayak Yumna. Ga modis katanya" sahut Arga.
"Assalamualaikum Ma, Pa" Rio datang langsung salim takzim dengan Arga dan Rina.
"Dah pulang kamu nak, gimana kegiatan di kampus hari ini? Apa kamu menemui kesulitan?" Arga melipat koran menaruhnya di meja.
"Sejauh ini ga ada Pa, semua bisa Rio atasi dengan baik" Rio menarik kursi duduk dihadapan Rina.
"Apa kamu mendengar cerita tentang kenakalan kakakmu di kampus?" Tanya Arga.
"Selama ini Rio ga denger yang neko-neko sih Pa, hanya saja..."
"Apa nak?" Rina memotong ucapan Rio yang nampak ragu untuk dilanjutkan.
"Ga ada sih Ma, Papa sama Mama pasti sudah tahu soal gadis bernama Stella. Yang suka ngejar-ngejar kak Yusuf" ujar Rio.
Arga dan Rina saling pandang. "Maksudmu kakakmu ada afair sama Stella begitu ya nak?" Tebak Rina."Ga tahu juga sih Ma, tapi di kampus tuh ramai kalau kak Yusuf berpacaran sama Stella dan mereka jadi best couple nya kampus gitu"
"Ngomong apa kamu, lagi ngadu cerita Papa dan Mama. Cari muka" ucap Yusuf sinis.
"Yusuf...!" Bentak Arga.
"Papa ga ngajari kamu buat bicara kasar apalagi dengan adik sendiri. Rio tidak sedang ngadu Papa yang tanya Rio baik-baik kamu faham!""Sama aja, beda tipis. Itu tandanya Papa lebih percaya dia daripada anak sendiri" ketus Yusuf segera berlalu menuju kamarnya.
"Maafkan kakakmu ya nak, dia memang belum sepenuhnya menerima kenyataan" ucap Arga.
"Rio bisa faham kok Pa" sahut Rio tersenyum pada Arga.
Yusuf membanting pintu dengan kasar, tak mengira kalau Arga Papa nya bakal belain Rio anaknya Rina.
"Aaarrrghhh.....!!!" Yusuf melempar gelas diatas nakas ke tembok dengan kasar.
"Semua sama saja. Tak ada yang bisa memahami ku" urainya dengan mata memerah menahan marah.Yumna menemani sang nenek di taman tak henti-hentinya dia tersenyum pada neneknya membuat neneknya curiga dengan perilaku sang cucu."Ada apa nak kok kelihatannya kamu bahagia sekali hari ini?" Jenny menatap cucunya penasaran."Ga ada Nek, Yumna lagi happy aja hari ini?""Are you sure...?" Jenny memastikan keadaan Yumna."Yups, I'm sure really Oma" Yumna tersenyum manis mengingatkannya pada Shameka menantunya. Gadis campuran Mesir dan Spanyol yang sangat baik pada semua orang wajar jika anaknya Julian jatuh cinta padanya dan akhirnya menjadi muallaf sebelum menikahinya."Kamu mirip sekali dengan Mama mu Na, sungguh jika dia masih hidup pasti bahagia sekali memiliki anak yang cantik dan juga cerdas sepertinya" ujar Jenny."Sudahlah Oma jangan bahas itu lagi, Mama sudah tenang di sana biarkan tenang dan kita hanya perlu mendoakannya saja buka?" Yumna merapikan kayu yang
"Pa,...""Kenapa pasti ada sesuatu makanya merajuk begini." Sahut Julian menatap putrinya lekat."Ya Allah Papa, tahu saja yang Yumna mau""Ada apa? Bicara sama Papa"" Oma kan sudah disini. Bagaimana kalau Yumna balik lagi ke kantor Papa biar punya banyak waktu nemenin Oma di rumah" pinta Yumna.Julian tersenyum mendengar ucapan Yumna."Tidak, Papa tetap mau kamu urus kampus saja Na. Nanti kamu akan dibantu sama Ibra. Dia bisa bantu kamu nantinya""Tapi Pa, kasihan anaknya jika Ibra ke kampus dia sama siapa?""Kan ada susternya sementara ikut dengannya dulu, toh di kampus ga lama hanya 2 sampai 3 jam saja""Bagaimana usul Papa, kamu urusi anak-anak yang susah diatur itu. Jika buat masalah bertindaklah dengan tegas jangan ragu. Papa percayakan urusan kampus padamu"
"Assalamualaikum...."Yusuf mendongakkan kepalanya melihat siapa yang menyapanya barusan."Waalaikumussalam... Apa ada yang bisa saya bantu Bu?" Tukas Yusuf karena tak biasanya dia mau menyapa dosennya itu."Ehem.. kenapa tadi di kelas diam saja apa kamu sedang tidak enak badan?""Apa pedulinya bukankah kamu senang karena tak ada yang mengacaukan kelasmu?""Justru aku khawatir karena kelasku sepi tak seperti biasanya.""Katakan jika kau memerlukan sesuatu In sya Allah aku akan bantu kamu semampuku.""Aku takkan pernah minta tolong padamu. Camkan itu!""Baiklah kita lihat saja nanti laki-laki sombong."Yumna berlalu dengan raut wajah kesal tak terkira semua di luar kuasa dia. Yusuf memang begitu angkuh pantas saja Om Arga dan Tante Rina kewalahan menghadapi sikapnya."Bagaimana bisa ambil hatinya jika dia sendiri dingin seperti itu terhadapku. Apa terhadap ceweknya juga begit
"Kamu ada waktu ga nak, nanti sore ke rumah Oma yuk dia kangen sama kamu." Arga mencoba mendekatkan diri pada Yusuf, dia ingin hubungannya dengan anak sulungnya kembali normal seperti dulu."Maaf Pa, Yusuf sibuk persiapan skripsi jadi ga ada waktu." Tukas Yusuf."Sebentar saja, apa kamu ga kasihan Oma sedang sakit dan beliau ingin sekali bertemu sama kamu.""Nanti Yusuf pikirin lagi Pa, dan lagi misalkan Yusuf mau kesana pun Yusuf bisa berangkat sendiri tanpa Papa." Yusuf masuk kembali ke kamarnya niat hati ingin ke dapur mengambil air minum namun rasa hausnya menguap ketika bertemu dengan Papa nya."Hallo Ndre, kamu jadi pergi ga sore ini?""Kenapa jadi ikut denganku? Nanti jam lima sore kita berangkat.""Ok. Tunggu ditempat biasa yaa.""Ok sip!"Klik.Yusuf menengok jam bekker
"Yusuf tunggu sebentar," Yumna setengah berlari mengejar Yusuf yang sudah melangkah sedikit lebih jauh masuk ke dalam kampus.Yusuf menengok ke belakang dan menghentikan langkahnya."Apa Bu Yumna? Apa yang bisa aku bantu," sahut Yusuf datar."Maaf apa tugas makalah dari pak Ibra sudah dikumpulkan?""Oh itu sudah diberikan pada Baron tempo hari karena pak Ibra sendiri sedang sibuk, saya sendiri dikejar waktu jadi saya tidak bisa memberikannya secara langsung. Apakah ada yang salah?""Tidak, baiklah nanti aku cek kembali. Btw Om Arga semalam ke rumah. Kamu kenapa ga ikut?""Maaf saya harus segera pergi, Assalamualaikum," Yusuf langsung berlalu berlama-lama dengan Yumna membuat jantungnya tidak berfungsi dengan baik."Waalaikumussalam,"'Dia kenapa ya kok aneh sekali, sudahlah masa bodo dengan dia,'
"Milikmu terasa manis, aku suka itu," bisik Yusuf sembari pergi meninggalkan Yumna yang terdiam mematung mencerna apa yang baru saja dilakukannya dengan Yusuf.Yumna bergegas masuk ke dalam ruangannya hatinya tak menentu jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya. 'Apa ini yang dinamakan cinta? Tapi apa mungkin Yusuf mencintaiku? Lupakan dia Yumna anggaplah ini bonusnya sebagai dosen mendapatkan murid tertampan itu mencium kamu,'Yumna merapikan kertas yang berserakan di atas meja.Tok...tok...tok..."Masuk!"Ceklek,Yusuf masuk dengan membawa tugas makalahnya dosen Ibra menyuruhnya mengantarkannya pada Yumna langsung karena tugas tersebut diberikan sebelum dia mengajar jadi biarkan Yumna yang mengeceknya. Alih-alih Yusuf memanfaatkan kesempatan tersebut dengan mengunci pintunya membuat Yumna terkejut begitu Yusuf menghampirinya. 
"Suf kamu ada waktu ga nanti malam kita jalan yuk!" seru Dion melihat Yusuf yang masih diam tanpa jawaban."Halah Yusuf lagi pengen semedi jadi anak baik di rumah nunggu warisannya cair" sahut Andre tertawa renyah.Yusuf hanya melirik sekilas."Hush, ngasal saja kamu... Sok tahu!" Sahut Dion kesal."Ya memang bener kok bukan begitu Suf?" Ucapan Andre.Yusuf masih saja diam tanpa menyahut percakapan teman temannya."Ku lagi males kapan kapan saja ya" sahut Yusuf bergegas keluar kelasnya."Anak itu kenapa lagi?" Tanya Andre penasaran."Mana ku tahu, bukannya lebih deketan kamu ketimbang denganku?" Timpal Dion."Bener juga ya, nah tu Laras kita nanya aja ke dia?""Hai Dre, liat Yusuf ga dari kemarin tak hubungi kok susah yaa? Apa dia ngampus hari ini?" Tanya Laras."Nah loh baru kita ma
"Sore Om... Tante... Maaf Papa belum balik mungkin sebentar lagi" ucap Yumna."Silahkan duduk, Yumna buatkan minum dulu ya sebentar" lanjutnya.Rina dan Arga hanya tersenyum mengangguk."Maaf ya Om jika rumahnya berantakan, soalnya ibu pengasuh lagi libur seminggu ini anaknya sakit jadi ga ada yang bantuin beresin rumah disini""Ya Om tahu kok Papa mu sudah cerita, kamu pasti capek bolak-balik kampus rumah yang lumayan jauh" ujar Arga."Maafin Om ya, seharusnya Om bisa lakuin ini sendiri tapi nyatanya ga bisa dan butuh bantuanmu" lanjut Arga."Tak apa Om, Yumna ikhlas kok. Lagian dulu juga pernah kuliah di jurusan yang sama jadi ga masalah. Diminum dulu Tante. La itu Papa pulang""Pa ada Om Arga nih" sahut Yumna."Ya Papa sudah tahu tadi sudah kasih kabar mau kesini" ujar Julian."Ternyata putrimu lebih cantik aslinya daripada fotonya ya Jul" uca
"Milikmu terasa manis, aku suka itu," bisik Yusuf sembari pergi meninggalkan Yumna yang terdiam mematung mencerna apa yang baru saja dilakukannya dengan Yusuf.Yumna bergegas masuk ke dalam ruangannya hatinya tak menentu jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya. 'Apa ini yang dinamakan cinta? Tapi apa mungkin Yusuf mencintaiku? Lupakan dia Yumna anggaplah ini bonusnya sebagai dosen mendapatkan murid tertampan itu mencium kamu,'Yumna merapikan kertas yang berserakan di atas meja.Tok...tok...tok..."Masuk!"Ceklek,Yusuf masuk dengan membawa tugas makalahnya dosen Ibra menyuruhnya mengantarkannya pada Yumna langsung karena tugas tersebut diberikan sebelum dia mengajar jadi biarkan Yumna yang mengeceknya. Alih-alih Yusuf memanfaatkan kesempatan tersebut dengan mengunci pintunya membuat Yumna terkejut begitu Yusuf menghampirinya. 
"Yusuf tunggu sebentar," Yumna setengah berlari mengejar Yusuf yang sudah melangkah sedikit lebih jauh masuk ke dalam kampus.Yusuf menengok ke belakang dan menghentikan langkahnya."Apa Bu Yumna? Apa yang bisa aku bantu," sahut Yusuf datar."Maaf apa tugas makalah dari pak Ibra sudah dikumpulkan?""Oh itu sudah diberikan pada Baron tempo hari karena pak Ibra sendiri sedang sibuk, saya sendiri dikejar waktu jadi saya tidak bisa memberikannya secara langsung. Apakah ada yang salah?""Tidak, baiklah nanti aku cek kembali. Btw Om Arga semalam ke rumah. Kamu kenapa ga ikut?""Maaf saya harus segera pergi, Assalamualaikum," Yusuf langsung berlalu berlama-lama dengan Yumna membuat jantungnya tidak berfungsi dengan baik."Waalaikumussalam,"'Dia kenapa ya kok aneh sekali, sudahlah masa bodo dengan dia,'
"Kamu ada waktu ga nak, nanti sore ke rumah Oma yuk dia kangen sama kamu." Arga mencoba mendekatkan diri pada Yusuf, dia ingin hubungannya dengan anak sulungnya kembali normal seperti dulu."Maaf Pa, Yusuf sibuk persiapan skripsi jadi ga ada waktu." Tukas Yusuf."Sebentar saja, apa kamu ga kasihan Oma sedang sakit dan beliau ingin sekali bertemu sama kamu.""Nanti Yusuf pikirin lagi Pa, dan lagi misalkan Yusuf mau kesana pun Yusuf bisa berangkat sendiri tanpa Papa." Yusuf masuk kembali ke kamarnya niat hati ingin ke dapur mengambil air minum namun rasa hausnya menguap ketika bertemu dengan Papa nya."Hallo Ndre, kamu jadi pergi ga sore ini?""Kenapa jadi ikut denganku? Nanti jam lima sore kita berangkat.""Ok. Tunggu ditempat biasa yaa.""Ok sip!"Klik.Yusuf menengok jam bekker
"Assalamualaikum...."Yusuf mendongakkan kepalanya melihat siapa yang menyapanya barusan."Waalaikumussalam... Apa ada yang bisa saya bantu Bu?" Tukas Yusuf karena tak biasanya dia mau menyapa dosennya itu."Ehem.. kenapa tadi di kelas diam saja apa kamu sedang tidak enak badan?""Apa pedulinya bukankah kamu senang karena tak ada yang mengacaukan kelasmu?""Justru aku khawatir karena kelasku sepi tak seperti biasanya.""Katakan jika kau memerlukan sesuatu In sya Allah aku akan bantu kamu semampuku.""Aku takkan pernah minta tolong padamu. Camkan itu!""Baiklah kita lihat saja nanti laki-laki sombong."Yumna berlalu dengan raut wajah kesal tak terkira semua di luar kuasa dia. Yusuf memang begitu angkuh pantas saja Om Arga dan Tante Rina kewalahan menghadapi sikapnya."Bagaimana bisa ambil hatinya jika dia sendiri dingin seperti itu terhadapku. Apa terhadap ceweknya juga begit
"Pa,...""Kenapa pasti ada sesuatu makanya merajuk begini." Sahut Julian menatap putrinya lekat."Ya Allah Papa, tahu saja yang Yumna mau""Ada apa? Bicara sama Papa"" Oma kan sudah disini. Bagaimana kalau Yumna balik lagi ke kantor Papa biar punya banyak waktu nemenin Oma di rumah" pinta Yumna.Julian tersenyum mendengar ucapan Yumna."Tidak, Papa tetap mau kamu urus kampus saja Na. Nanti kamu akan dibantu sama Ibra. Dia bisa bantu kamu nantinya""Tapi Pa, kasihan anaknya jika Ibra ke kampus dia sama siapa?""Kan ada susternya sementara ikut dengannya dulu, toh di kampus ga lama hanya 2 sampai 3 jam saja""Bagaimana usul Papa, kamu urusi anak-anak yang susah diatur itu. Jika buat masalah bertindaklah dengan tegas jangan ragu. Papa percayakan urusan kampus padamu"
Yumna menemani sang nenek di taman tak henti-hentinya dia tersenyum pada neneknya membuat neneknya curiga dengan perilaku sang cucu."Ada apa nak kok kelihatannya kamu bahagia sekali hari ini?" Jenny menatap cucunya penasaran."Ga ada Nek, Yumna lagi happy aja hari ini?""Are you sure...?" Jenny memastikan keadaan Yumna."Yups, I'm sure really Oma" Yumna tersenyum manis mengingatkannya pada Shameka menantunya. Gadis campuran Mesir dan Spanyol yang sangat baik pada semua orang wajar jika anaknya Julian jatuh cinta padanya dan akhirnya menjadi muallaf sebelum menikahinya."Kamu mirip sekali dengan Mama mu Na, sungguh jika dia masih hidup pasti bahagia sekali memiliki anak yang cantik dan juga cerdas sepertinya" ujar Jenny."Sudahlah Oma jangan bahas itu lagi, Mama sudah tenang di sana biarkan tenang dan kita hanya perlu mendoakannya saja buka?" Yumna merapikan kayu yang
Seminggu berlalu setelah Yumna tidak datang ke kampus, Pak Sastro hanya memberikan daftar tugas yang diberikan Yumna padanya. Hingga pagi ini Yusuf bermalas - malasan pergi ke kampus.Tok....tok ..tok..."Bangun nak, memangnya ga kuliah kamu?" Tanya Rina menyadarkan tubuhnya di dinding kamar Yusuf.CeklekYusuf keluar dengan muka datarnya."Kamu ga kuliah hari ini nak? Apa perlu Mama buatkan sarapan bareng Rio?" Seloroh Rina."Ga usah Yusuf mau langsung ke kampus" sahutnya langsung berlalu tanpa mengucapkan salam pada Rina.Rina pun hanya bisa pasrah melihat sikap Yusuf anak tirinya itu.Rio menatap kakaknya saat melewati ruang makan. "Mas boleh ga Rio numpang sampai kampus? Sepeda Rio masih di bengkel belum diambil" Rio berharap bisa berangkat bersama dan mengakrabkan diri setelah sekian lama tidak bertemu meskipun jawabannya sudah
"Gimana Pa, ketemu sama Yusuf ga?" Rina penasaran melihat wajah Arga ditekuk."Ketemu malah Papa ketemu dengan Yumna langsung. Andai punya mantu kayak dia Ma, mungkin Papa bisa tenang ga mikirin Yusuf lagi" ujar Arga."Sabar Pa, siapa tahu mereka berjodoh. Jodoh yang tertunda" sahut Rina."Semoga saja Ma" ujar Arga penuh harap.***Mas Radit"Assalamualaikum, lagi apa dek?" TingSebuah notif pesan wa tertera di layar ponsel. Yumna segera meraih ponselnya yang berada di atas nakas.Me"Waalaikumussalam, lagi urus berkas anak kampus mas. Kapan balik?""Mas sendiri lagi ngapain?"TingMas Radit"Lagi m
"Sore Om... Tante... Maaf Papa belum balik mungkin sebentar lagi" ucap Yumna."Silahkan duduk, Yumna buatkan minum dulu ya sebentar" lanjutnya.Rina dan Arga hanya tersenyum mengangguk."Maaf ya Om jika rumahnya berantakan, soalnya ibu pengasuh lagi libur seminggu ini anaknya sakit jadi ga ada yang bantuin beresin rumah disini""Ya Om tahu kok Papa mu sudah cerita, kamu pasti capek bolak-balik kampus rumah yang lumayan jauh" ujar Arga."Maafin Om ya, seharusnya Om bisa lakuin ini sendiri tapi nyatanya ga bisa dan butuh bantuanmu" lanjut Arga."Tak apa Om, Yumna ikhlas kok. Lagian dulu juga pernah kuliah di jurusan yang sama jadi ga masalah. Diminum dulu Tante. La itu Papa pulang""Pa ada Om Arga nih" sahut Yumna."Ya Papa sudah tahu tadi sudah kasih kabar mau kesini" ujar Julian."Ternyata putrimu lebih cantik aslinya daripada fotonya ya Jul" uca