Beranda / Romansa / My Lover is Cheating / Bab. 6. Kejutan Di Hari Spesial

Share

Bab. 6. Kejutan Di Hari Spesial

Penulis: AlphQueen
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Kejutaaaaan!”

Serempak orang-orang yang berdiri, berjejer di hadapanku itu berseru. Pak Dodot dengan wajah juteknya memasang senyum tipis juga tampak terpaksa sambil memegang dua balon bertuliskan HBD di tangan kiri dan kanannya. Bosku, wajahmu itu tampak aneh sekarang. Entah kenapa. Tapi mungkin karena balon yang harus kamu pegang. Ah, aku bahagia karena sudah menjadi bagian dari keluarga di minimarket ini.

Sementara Tania dan juga Kho yang memakai seragam sama persis denganku itu berdiri di kedua sisi Ibu. Mereka memegang kado dan kue tart, masing-masing satu biji. Air mukanya berbinar, tampak begitu senang dari senyum yang tersungging lebar. Sahabatku, terima kasih. Aku bahagia karena bisa mengenal kalian.

Namun, yang lebih mengejutkan lagi, ada Bu Ana di antara mereka. Istri dari Pak Dodot itu hampir tak pernah datang ke sini. Karena dia juga punya kesibukan sendiri, yang tak lain adalah mengontrol cabang minimarket di lokasi yang sudah tentu jauh dari sini. Ia tersenyum riang padaku, seiring tatapan penuh binar sayang.

“Ini maksudnya apa?” Jelaslah aku heran. Kenapa Ibu bisa sama mereka coba? Ngapain? Bukannya tadi masih di rumah?

“Ya, elah. Ada kue tart, kado, terus ... balon. Masa nggak ngeuh ini apa?” Tania menggeleng-geleng, seiring dengan bibirnya yang tak henti bergerak karena tertawa-tawa pelan.

“Ulang tahun? Gue ulang tahun? Dan kalian bikin ini buat gue?” Macam ember bolong, merembes sudah air mataku. Tak menyangka sama sekali dengan kejutan yang mereka buat di tengah-tengah kejengkelanku hari ini.

Atau, kejengkelan hari ini memang sengaja mereka buat? Ah ... resek emang! Tapi tak apa. Sekarang aku senang karena ternyata, mereka susah menyiapkannya kejutan ini. Sekali lagi terima kasih.

“Iyalah!” timpal Kho, seolah tak mau kalah. Dia berlagak songong dengan menggerak-gerakkan sebelah alisnya itu. “Lu lupa emang? Hilih! Sama tanggal ulang tahun sendiri aja lupa. Padahal sering dikasih kejutan-kejutan gini kan dulu?”

“Emang sekarang udah tanggal enam belas gitu? Serius? O my God!” Aku menangkup wajah sambil menarik napas, sebelum membuangnya perlahan. Benar-benar perlahan, karena takut kalau sampai ada sesuatu yang keluar juga dari belakang. “Sumpah gue nggak ingat sama sekali.”

“Galau mulu, sih!” timpal Pak Dodot. Kali ini sambil tertawa-tawa. Senang betul dia, kalau soal olok-mengolok. Apalagi yang dioloknya itu aku.

Ish! Benar-benar kudu dipajak emang.

“Gosah kompor! Baru juga merasa bahagia! Tapi ... makasih sebelumnya karena kalian udah sempat-sempatnya bikin ginian. Di waktu-waktu yang sangat menyakitkan hatiku pula. Huhu. Terutama buat Bu Ana yang sudah nyempetin datang ke sini buat aku. Padahal Bu Ana, kan, sibuk, ya? Ish! kalian juga benar-benar tega sama gue, ya. Udah tahu kalau gue lagi galau, lagi potek, lagi ... apalah itu namanya. Eh, malah dibikin dongkol sendirian di sini.”

Layaknya kereta api yang sedang lepas landas, begitulah ocehanku terlontar. Melaku tanpa henti. Tapi, itu beneran dari hati. Bukan sekadar ucapan atau omong-kosong.

Bu Ana pun langsung mengangguk masygul sambil tertawa tipis. Dia memang sedikit kalem, bahkan terbilang cuek, tapi aslinya mah beuh ... jangan ditanya! Baik banget sumpah. Aku, Tania sama Kho itu karyawan Pak Dodot. Tapi tiap lebaran, justru Bu Ana yang selalu ngasih bonus agak banyakan.

“Tapi senang kan lu akhirnya?!” Kho mengolokku juga.

“Ya, iya. Tapi gue nggak mau tahu. Sebagai ganti karena udah bikin gue BT, kalian harus dan wajib banget buat ngasih gue duit. Seorang, seratus!”

Terserah! Tapi, sekarang waktunya aku untuk bersaksi. Eh, beraksi. Pak Dodot dan semua yang sudah berkompromi untuk mengerjaiku ini, harus mau dan berani membayar.

“Idenya Pak Bos, tuh! Minta aja sama dia.” Tania pun berkomentar sambil mengacungkan jempolnya, tepat ke depan hidung Pak Dodot. Sampai-sampai, wajah bosku itu sedikit terenyak ke belakang.

“Iya, tuh!” timpal Kho, lagi-lagi seolah tak mau kalah.

“Loh, loh ... kalian, kok, malah nyalahin Bos?” Pak Dodot memelak pinggang seraya menatap Kho dan Tania bergantian. Membuat balon yang dia pegang seketika beterbangan. “Mau saya—“

“Ampun, Pak. “ Tania dan Kho pun langsung berlari dan berdiri di samping kiri dan kanan Pak Dodot. Lalu menangkupkan tangan dengan kado di tengah-tengahnya, memohon maaf. “Kami cuman bercanda, Pak. Iya, kan, Bu?” tanya keduanya pada Bu Ana. Mereka tentu meminta perlindungan.

Ahaha! Emang dasar asem.

“Iya aja ibu mah,” timpalnya kalem, sambil menangkup mulut. Heran mungkin melihat karyawan suaminya yang aneh-aneh.

“Sudah-sudah,” sela Ibu sebelum Pak Dodot membuka mulutnya lagi. “Ibu pegal ini megangin kue dari tadi. Mana udah ngeces liat lumeran cokelat juga Cherry-nya. Mending kita tiup sama-sama lilinnya.” Tatapan Ibu, benar-benar tajam pada kue yang dipegangnya. Dia, memang pencinta makanan manis, termasuk kue tart seperti itu.

“Bener, tuh!” Kho dan Tania beralih, berdiri di samping Ibu lagi.

“Ya, sudah buruan. Habis itu kalian kerja lagi.” Pak Dodot pun beranjak dan berdiri di samping Kho sambil memonyongkan bibirnya, hendak meniup lilin.

“Bapak mau ngapain?” tanya Tania, sinis. Matamu yang tadi terlihat takut, sekarang sok berani lagi. Padahal, kalau Pak Dodot mengaum macam singa kembali, nyali Tania pasti ciut.

“Tiup lilinlah!” Pak Dodot langsung menyeringai seram.

“Yang ulah tahun si Tika, Pak. Bukan Bapak!” Kho mendelik. “Lagian, Bapak tuh nggak baik dekat-dekat cewek! Nanti Bu Bos marah, loh.”

“Oh, iya. Lupa!” timpalnya yang kemudian kembali mundur. Lalu menyeringai pada istrinya yang seketika menggeleng. “Buruan tiup lilinya, Tik. Keburu banyak orang yang mau belanja ntar.”

“Iya-iya. Sabar!” Aku mengoceh usai memperhatikan semuanya dengan tawa tertahan. “Orang sabar jodohnya diembat orang.”

“Kamu tuh yang harusnya sabar. Saya mah sudah punya jodoh! Iya nggak, Bu?” tanyanya pada Bu Ana, Seraya menyikut jahil pada istrinya itu. Bu Ana makin tertawa, meski tak selebar Kho dan Tania.

“Ya, kali Pak Bos mau nambahin jodoh. Eh!” timpalku sambil berjalan maju, menghampiri Ibu sambil tersenyum. “Maaf Bu Ana. Aku bercanda, kok. Pis!”

Samar, kudengar Pak Bos mendesiskan sesuatu pada istrinya. Dahlah biarin. Terpenting sekarang, aku harus berdoa agar umurku panjang, rezekiku lapang, dan jodohku segera datang. Aamiin, Ya Allah. Kabulin, ya. Please.

Byuh! Lilin bertuliskan angka dua puluh lima itu pun padam.

“Selamat ulang tahun, Sayang. Panjang umur, sehat selalu, dan ... jangan lupa bahagia.” Ibu tersenyum, tapi dari matanya justru keluar sesuatu yang bening . Buru-buru Ibu menyapunya kembali sampai kering. Dia memang cengeng, sampai di hari bahagia pun kerap berlinang air mata. Tapi, tampaknya, kali ini Ibu tak mau menunjukkan kecengengannya.

“Aamiin, Ya Rabb. Makasih, Bu.” Bibirku seketika menyungging lebar seraya memeluknya. Namun, seperti Ibu, air mataku pun luluh dalam dekapnya. “Panjang umur juga buat Ibu, ya. Sehat selalu, bahagia selalu dan jangan lupa doakan aku selalu agar tak lama-lama bertemu pendamping hidup. Ehehe.”

Bab terkait

  • My Lover is Cheating   Bab. 7. Bonus Gagal

    “Selamat ulang tahun, Sayang. Panjang umur, sehat selalu, dan ... jangan lupa bahagia.” Ibu tersenyum, tapi dari matanya justru keluar sesuatu yang bening . Buru-buru Ibu menyapunya kembali sampai kering. Dia memang cengeng, sampai di hari bahagia pun kerap berlinang air mata. Tapi, tampaknya, kali ini Ibu tak mau menunjukkan kecengengannya.“Aamiin, Ya Rabb. Makasih, Bu.” Bibirku seketika menyungging lebar seraya memeluknya. Namun, seperti Ibu, air mataku pun luluh dalam dekapnya. “Panjang umur juga buat Ibu, ya. Sehat selalu, bahagia selalu dan jangan lupa doakan aku selalu agar tak lama-lama bertemu pendamping hidup. Ehehe.”“Aamiin! Itu nomor satu, Sayang.” Ibu balas tersenyum.“Selamat ulang tahun sahabat!” Kemudian Kho dan Tania yang tak mau kalah. Keduanya langsung memeluk aku dan Ibu dengan begitu erat. “Seperti apa yang dikatakan ibu. Lu ... jangan lupa bahagia. Meski mungkin, jodoh lu masih ditahan!”“Iya, bawel. Makasih, ya. Kalian memang terba

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • My Lover is Cheating   Bab. 8. Jodohku Dipatok Ayam

    Mendaratkan pantat di kursi ruang tamu sambil membuang napas berat, aku mengedarkan pandangan ke sekeliling, termasuk melihat ke ruang tengah sedikit. Rumah tampak sepi. Sepertinya, Ibu memang lagi keluar.“Kebiasaan! Kalau keluar rumah, pasti nggak kunci pintu,” rutukku, sambil melepas sepatu satu per satu. Lantas bersandar, di sandaran kursi yang tak lagi seempuk tiga tahun lalu.Iya! Kursi yang ibu beli dengan uang hasil menabungnya selama beberapa bulan lalu ini memang sudah begitu lapuk, sudah harus diganti kalau saja ada uang lebih untuk membelinya kembali. Sementara setelah Ibu berhenti kerja cuci gosok di salah satu rumah tetangga jauh, keuanganku malah tak cukup untuk memenuhi pengeluaran setiap harinya.Apalagi kalau di antara aku dan Ibu ada yang jatuh sakit, gajiku tak pernah cukup untuk biaya sampai kembali menerima gaji. Alhasil, utang pinjam pun menjadi satu-satunya pilihan. Entah ke warung, atau pada yang l

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • My Lover is Cheating   Bab. 9. Pecandu Sastra

    Usai berdebat panjang kali lebar dikali tinggi lagi, padahal masalahnya hanya gegara urusan mandi, aku dan Ibu akhirnya akur dan makan berdua di ruang tengah, sembari menonton acara televisi di channel ikan terbang sebelum magrib. Biasa, karena sudah menjadi keseharian Ibu, yang ditonton pun selalu saja sinetron bertema pelakor.Iya! Ungkapan tentang seorang ini memang sedang merajalela di dunia perfilman, atau pun di dunia maya. Sehingga, di mana-mana, yang kutemui selalu saja berkaitan dengan kata pelakor itu.Aku sebenarnya kesal, nggak mau gitu kalau Ibu menonton sinetron yang selalu bikin tensi darah tetiba terasa tinggi. Apa-apa teriak, bilang rasain. Apa-apa gereget, bikin isian bantal carut-marut. Namun, tetap saja Ibu nggak pernah mau mengganti channel sebelum acaranya selesai. Dia kerap menontonnya sampai habis.“Bu ...,” sapaku, sembari mengunyah pelan karena memperhatikannya secara diam-diam. Ibuku itu mempunyai wajah yang cantik. Dia jug

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • My Lover is Cheating   Bab. 10. Dikira Sekongkol

    Brus!“Astaga! Banjir ... banjir, Bu.” Aku mengerjap-ngerjap sambil mengusap wajah, setelah merasa tertimpa air. “Tolong! Tolong, Bu. Banjir!”“Banjir otakmu!”Ibu mencubit pinggangku keras-keras, membuat aku seketika membuka mata lebar-lebar seraya menoleh ke arahnya. Bibirku mengerucut, mengaduh sakit sambil mengusap-usap pinggang.“Sakit, Bu.”“Ya, kenapa atuh belum bangun? Tuh lihat! Percuma pasang alarm, kalau jam enam masih belum bangun?” Ibu menunjuk jam yang teronggok di meja sebelah kiri ranjang. Tapi sumpah, aku sama sekali tak mendengarkan alarmnya tadi.Aku mendengkus sambil menutup mata begitu melihat ember di tangan Ibu. “Jadi, barusan Ibu yang siram aku? Tega banget, sih, Bu ... aku kan anak gadis Ibu. Masa diginiin?” Bibirku makin mengerucut.“Kalau nggak salat, kamu wajib ibu pukul, loh? Mau?”“Ya, enggak. Tapi kan aku lag

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • My Lover is Cheating   Bab. 11. Lagi-Lagi Soal Iler

    “Sumpah, si Bos tuh bikin kaget aja tadi. Mana pake acara tuduh-menuduh lagi! Apaan coba?”Sekembalinya beristirahat, Tania merutuk sambil mengunyah makan siangnya. Lalu sesekali menenggak air mineral, karena mungkin nasinya itu susah untuk ditelan. Karena sebenarnya, pas tadi aku masak nasi untuk makan bersama, prosesnya memang terlalu buru-buru. Sampai lupa takaran, berapa banyak air yang harusnya aku masukan.“Dahlah biarin. Ngapain juga dipikirin? Dia kan emang gitu!” Aku pun sama-sama sedang mengunyah nasi. Pelan-pelan, karena nasinya memang terlalu keras. Sekeras hatiku yang masih aja mikirin Bian.“Nah, betul tuh kata si Tika. Lu kayak baru denger Pak Bos ngomel aja!” timpal Kho, yang justru baru selesai makan. Dia memang jagonya kalau soal kunyah-mengunyah. Mau lembek kek, keras kek, nggak pernah sekali pun memprotes siapa yang menanak nasi.“Iya, sih. Tapi tetep aja gue kaget,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • My Lover is Cheating   Bab. 12. Ibu Setuju

    Tahu rasanya ada iler malang-melintang di area bibir dan pipi pas bangun tidur? Terus, di depan kalian orang-orang melihat itu. Jangan harap harga diri kalian masih ada di atas bintang kalau sampai itu terjadi, karena nyali saja rasanya ciut untuk bisa bertatap muka dengan mereka lagi.Andai hanya di depan Kho dan Tania, aku tak kan merasa semalu ini. Bodo amat, karena mereka sudah tahu luar dan dalamnya perihal aku. Tapi, kalau sama Pak Dodot dan tiga pegawai prianya yang cakep-cakep ... ambyar, Gaes. Ambyar!Aku bergidik ngeri, membayangkan apa yang terjadi setengah jam lalu. Lantas kembali berusaha fokus menyetir motor, untuk sampai di rumah dengan selamat. Sepoi angin kemudian mengelebat, menampar-nampar wajah serta tubuhku sampai terasa lumayan dingin.Merasa dejavu, aku pun ingat akan peristiwa-peristiwa saat berangkat dan pulang kerja bersama Bian. Dingin yang menyergap tubuhku saat ini, hampir tak pernah aku rasakan karena dia selalu menyelimutiku dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • My Lover is Cheating   Bab. 13. Pasal Jodoh

    Diselingkuhin, diputusin, sampai ditinggal kawin pas lagi sayang-sayangnya itu emang bikin frustrasi. Malas ngapa-ngapain, dan bikin aku hampir melakukan tindakan bunuh diri. Tapi, setelah dipikir-pikir, ngapain juga rela mati demi orang yang tak peduli?Nanti, yang ada, begitu aku goak-goak gegara ngerasa sakit pas dijemput sama malaikat pencabut nyawa, si Bian malah indehoi semelehoi sama istrinya di malam yang entah ke berapa.Enak di dia, nggak enak di aku, dong? No! Daripada begitu, mending berselancar di dunia literasi yang katanya penuh dengan halusinasi. Banyakin temen, atau pacar sekalian buat happy-happy.“Coba kita lihat sekarang, apa dia ada mengirim pesan?” tanyaku pada diri sendiri, seraya menghidupkan data ponsel.Seperti biasa, begitu data kunyalakan, suara ‘tang-ting-tung-teng-tong’ dengan diiringi getaran langsung meramaikan suasana sepi di dalam kamar. Notifikasi Facebook, notifikasi W

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • My Lover is Cheating   Bab. 14. Takut Kalah Saing

    Esok pagi, setelah meminta izin untuk libur bekerja, aku bersiap-siap untuk meluncur ke lokasi di mana ada satu rumah yang kurasa memang cocok untuk ditempati. Selain tempatnya yang nggak jauh-jauh banget dari mini market, harga rumah tersebut terbilang murah. Bahkan, tak sampai mencapai harga jual rumah Ibu kemarin.Seandainya cocok, uang sisa yang dipegang Ibu bisa dibuat modal usaha dulu. Dagang apa gitu, biar Ibu langsung ada kegiatan sebagai warga baru di sana. Pada kenalan kan tuh nantinya? Terus, kalau sudah kenal ... biasanya suka main jodoh-jodohan. Nah, siapa tahu kalau jodohku itu masih nyempil di antara anak-anak mereka? Ho-ho-ho.“Neng ... dah siap belum?”Tiba-tiba, suara Ibu terdengar menggelegar dari luar kamar. Persis sepiker masjid. Aku rasa Ibu sudah tak sabar untuk segera pergi. Secara, Ibu memang hampir tak pernah jalan-jalan, karena selalu saja menolak saat kuajak pergi.Sibuklah, capeklah, panaslah. Dan banyak lagi alasa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • My Lover is Cheating   Bab. 33. Mendadak Dilamar

    “Cantik?” Aku kembali melihatnya yang masih bertolak pinggang. Kang Cihu mengangguk mantap. “Ini lebih dari sekadar cantik, Kang.”Pelan kakiku melangkah maju seraya mengedarkan pandangan ke sekeliling halaman belakang. Di batas benteng rumahnya terdapat sebuah kolam dengan air pancuran di setiap penjurunya.Namun, bukan hanya itu yang membuatku begitu terkesima. Melainkan lilin bertuliskan nama lengkapku yang mengambang rapi di sana. Lalu, Kerlip lampu yang mengelilingi benteng berhiaskan dedaunan liar pun semakin memperindah suasananya.Sementara itu, tepat di hadapanku, sebuah meja dengan dua kursi saling menghadap sepertinya sengaja dia siapkan, untuk aku duduk berdua saja dengannya. Lagi-lagi, aku menelan ludah dengan susah payah. Sebelum akhirnya berbalik dan mendapati Kang Cihu tepat di depan mata.“Kang?!” Aku mendongak, menatap wajahnya dalam jarak begitu dekat dengan napas memburu. “I-itu?”

  • My Lover is Cheating   Bab. 32. Kejutan

    Gelap. Aku tak bisa melihat apa-apa begitu membuka mata, selain cahaya remang-remang dari balik jendela kamar. Merasa haus, aku pun hendak bangun untuk pergi ke dapur. Namun, baru saja bergerak, kepala rasanya berat. Bahkan sakit.Urung melanjutkan niat untuk mengambil air ke dapur, aku kembali tidur barang sebentar. Mengumpulkan nyawa yang baru saja kembali dari alam mimpi, biasanya mampu membuat kepalaku hilang. Eh, maksudku sakitnya yang hilang.Omong-omong soal mimpi, aku tersenyum-senyum sendiri begitu mengingat setiap detailnya. Mulai dari bertengkar dengan Ibu karena masalah baju, sampai Kang Cihu yang ternyata anak Pak Dodot dan Bu Ana.“Ada-ada saja! Jelas nggak mungkinlah.” Aku mendesis sambil menggeleng tak percaya. “Ini, pasti karena aku yang begitu penasaran tentang siapa Kang Cihu sebenarnya.”Merasa sedikit lebih baik, aku beringsut untuk menyalakan lampu duduk di samping ranjang. Sekalian mau mencari ponsel yang bia

  • My Lover is Cheating   Bab. 31. Akhirnya Terungkap

    Entah apa yang dipikirkan Ibu sepanjang membuat kue. Namun, sedari membuat adonan wajahnya itu semeringah. Tampak beda dari biasa, apalagi pas nyanyi-nyanyi sambil goyang segala.Mending kalau suaranya enak didengar. Ini macam kaleng Kong Guan yang ditabuh anak-anak pake kayu. Selain rombeng, lirik lagu salah, nada pun entah ke mana. Kacau sudah suasana dapur sore tadi.Sekarang, setelah selesai salat Magrib, Ibu pun menyuruhku untuk buru-buru bersiap. Malah, dia sendiri yang mencari baju untukku. Ngambil yang merah, nggak cocok, lempar. Ngambil yang biru, nggak cocok, lempar lagi. Gitu terus sampai isi lemari keluar semua.“Gada baju agak bagusan dikit gitu? Buluk semua bajumu, Neng!” Ibu memelak pinggang di hadapanku sambil menggeleng-geleng. Sementara kamar, tak ayal kandang macan.Berantakan!“Aku begini aja udah! Kalo emang nggak ada yang cocok.”“Dih! Kek berani aja ke sana cuma pake kancut sama kutang doa

  • My Lover is Cheating   Bab. 30. Virus Cinta

    Lelaki berpenampilan necis di hadapanku ini mengangguk dengan sudut bibir terangkat, seolah-olah menantang keberanianku. Lalu mengetuk-ngetukkan telunjuknya di meja, mencipta bunyi ‘tak-tok tak-tok’, menunggu jawabanku.“Aku mau, sih kalau soal ucapin janji. Tapi, untuk berkunjung ke rumahmu sekarang juga, rasa-rasanya kok aku takut, ya?”“Takut diapa-apain?” Dia tergelak puas. Astaga! Ingin kucomot saja mulut pedasnya itu, seandainya memang bisa dimakan. “Ya, sudah,” lanjutnya dengan begitu enteng.“Terus, ngasih tau alamatnya kapan? Biar aku main ke sana sama temen-temenku aja nanti.” Aku berusaha setenang mungkin, untuk bisa mendapatkan alamatnya.“Nanti malam kuchat,” jawabnya dengan santai, tanpa tahu kalau di sini aku tak lagi dapat menahan sabar.“Emang punya nomorku?”“Gampang! Sekarang, kita pesen makan dululah sebelum pulang. Lapar tau!”

  • My Lover is Cheating   Bab. 29. Bogem Mentah

    Suara bising dari alunan musik dangdut koplo, gendang bertalu, juga seruling melengking mendadak hening begitu aku membuka mata. Berganti gemuruh dalam dada, juga degup yang seketika mengunci kata. Aku bergeming melihat apa yang ada di depan mata.Sebuah lapang yang sepertinya biasa dipakai untuk bermain bola, disulap bak sebuah istana raja. Tak tampak persawahan yang mengelilinginya, selain tirai putih berselang merah muda menjuntai setinggi lebih dari orang dewasa, dengan bunga hiasan di setiap sudutnya.Di ujung sebelah kiri lapang terdapat sebuah panggung untuk orkes dangdut sewaan. Sementara di ujung tengah-tengah lapang terdapat meja yang menghidangkan banyak sekali makanan untuk tamu undangan. Dan begitu aku melihat ke sebelah kanan, di sanalah pengantin pria dan wanita sedang menyambut tamu-tamunya.Mataku berkedip pelan, takjub sekaligus kecewa begitu melihat sebuah pesta pernikahan, di mana pengantin prianya adalah Bian. Bahkan runtuh rasanya setiap pe

  • My Lover is Cheating   Bab. 28. Hati Bicara Lain

    Tak hanya tawa, Kang Cihu bahkan tergelak begitu mendengar jawabanku barusan. Lantas dia menghela napas panjang sebelum menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi sambil menyapu rambut. Kepalanya itu menggeleng-geleng.“Mau anak berapa? Selosin? Yuk, bikin!” ajaknya kemudian.“Tuh, 'kan? Nggak mau, ah. Aku takut diapa-apain beneran sumpah!”Tawanya kembali pecah. Bahkan, dia sampai terpingkal dan memegangi perutnya. Sementara aku hanya melongo, tak tertarik untuk tertawa sama sekali karena memang takutku benar. Apalagi setelah beberapa kali nonton berita, anak gadis hilang digondol pacar.Ih! Amit-amit dua puluh turunan! Aku bergidik ngeri, masih sambil memperhatikannya uang belum berhenti tertawa.“Kamu kok bisa mikir yang aneh-aneh terus, sih sama aku?” tanyanya, disela-sela gelak tawa.Aku menyengir kikuk saat membalas seringainya yang lucu. “Emang Kang Cihu nggak mau nyulik aku gitu?”&

  • My Lover is Cheating   Bab. 27. Yang Enak-Enak

    Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali. Semua-semua-semua dapat di lakukan, dapat dilakukan kalau aku nggak plin-plan. Aku ingin terbang bebas, ke angkasa. Hei ... jodoh! Sini, dong.“Neng, nggak kenapa-kenapa, 'kan?” tanyanya, sontak membuatku berhenti menyanyikan lagu Doraemon dalam lamunan.Entah sejak kapan tepatnya, tapi memang, akhir-akhir ini aku merasa jadi wanita paling plin-plan sejagat per haluan. Apalagi kalau sudah melihat bujang cakepan dikit, ujung-ujungnya ya pasti kepincut.Kayak sekarang ini, nih.Padahal, baru setengah jam lalu aku mengagumi sosok yang diceritakan Bu Ana. Bahwa, anaknya yang sudah bekerja itu tak hanya pintar dan berbakti pada orang yang lebih tua, tetapi tampan dan juga mapan. Lalu sekarang, begitu aku melihat Kang Cihu yang seharian ini menghilang, rasanya jauh lebih deg-degan.Apalagi mengingat jarak yang hanya tersekat pakaian masing-masing. Tatap dan juga embus napa

  • My Lover is Cheating   Bab. 26. Tepat Sasaran

    Masuk ke halaman rumah Pak Dodot, perasaanku masih biasa aja. Tidak ada yang aneh, karena sama-sama di kelilingi bunga dan rerumputan. Namun, begitu langkah kakiku masuk ke rumahnya, ini adalah kali pertama aku melihat ruang dengan perabotan luar biasa mewah.Bahkan, Bibi Cahaya yang paling kaya di antara keluargaku pun tak sampai memperindah rumahnya dengan hal semacam ini.Kursi yang tertata dengan apik di sudut ruangnya tampak mengkilap, bahkan seperti tak pernah tersentuh debu. Belum lagi lemari kaca yang dipenuhi banyak sekali barang-barang serupa gelas dan teko khusus untuk ditonton, bukan dipakai buat menyuguhi tamu seperti Ibu.Gorden yang dipakai untuk menutup semua jendelanya pun bukan dari kain tipis berwarna biru atau merah polos. Melainkan kain tebal berwarna kuning keemasan setinggi dua orang dewasa, dengan motif bunga-bunga berwarna senada yang lebih tua.Belum lagi lampu hias yang menggantung tepat di atas kepalaku. Seandainya jatuh menimp

  • My Lover is Cheating   Bab. 25. Andai Aku Bersuami Dua

    Sebenarnya memang nggak masuk akal kalau Kang Cihu pergi gara-gara sudah melecehkanku semalam. Selain karena ada di zona merah, aku nggak ngerasain sentuhan apa-apa. Nggak mungkin, dong, sekadar dicium atau ditoel-toel aja aku nggak sadar? Ya ... walaupun aku bingung juga, sih, kenapa bisa pindah ke kamar. Hehe.Melupakan Pak Dodot yang tadi bermain debus—makan pisang sama kulitnya—aku dan dua somplakers langsung keluar untuk melanjutkan obrolan perihal semalam di kedai cilok. Lalu mengingatkan Tania tentang aku yang lagi dapat jatah bulanan, begitu sampai di sana.“Iya, ya. Gue lupa kalau lu lagi dapat jatah bulanan.” Tania mengangguk-angguk seraya menyimpan tas selendangnya di meja. “Tapi tetep, ah. Itu nggak menutup kemungkinan kalau dia nggak ngelakuin yang enak-enak sama lu!”Temanku itu masih saja keras kepala dengan pemikirannya. Yakin, kalau Kang Cihu sudah melakukan sesuatu yang tak senonoh terhadapku. Untungnya, si K

DMCA.com Protection Status