Menikmati suasana sore hari bersama dengan udara pantai sejuk dan angin yang menerpa tubuh, membuat segala kepenatan dalam hidup menjadi berkurang dan menghilang bersama indahnya suasana disana.
Liera duduk diantara pasir putih dan suara ombak yang terus menggoda dirinya walau hanya sekedar mencelupkan kakinya disana, sang ibu maupun sang kakak tidak ada yang memiliki waktu untuk menemaninya untuk melihat indahnya matahari terbenam, padahal mereka hanya berada disana tidak lebih dari tiga hari tapi seakan-akan pekerjaan selalu membuat mereka lupa tujuan awal mereka bertiga kesini.
Gadis Lugu itu hanya terdiam disana, disekitar dirinya banyak sekali pasangan yang juga menunggu moment itu, tak ada rasa iri dalam hatinya. Lisa selalu berpikir jika dirinya masih terlalu jauh untuk melangkah dalam hubungan 'pacaran' dirinya bahkan masih begitu canggung berinteraksi dengan teman sekolahnya, hal itu membuat Liera ingat dengan kejadian beberapa hari lalu dimana dirinya tak sengaja menyentuh seorang pria dan berakhir dengan perasaan aneh yang tidak pernah dibayangkan.
'kenapa aku malah memikirkan pria itu?'
Liera menutupi matanya berulang-ulang saat bayangan pria itu muncul dihadapannya yang seakan mengajaknya berbicara.
"Siapa kamu? Kenapa kamu tiba-tiba muncul?" ucap Liera, dia berbicara seakan-akan dia bisa mengobrol dengan pria yang kini sedang tersenyum padanya dalam khayalannya.
Tentu saja orang-orang yang berada didekatnya menatap Liera dengan bingung, pasalnya wanita itu seperti mengajak seseorang berbicara tapi dirinya hanya sendiri disana.
Merasa dirinya diperhatikan oleh beberapa orang membuat Liera merasa terganggu, dia mengambil sepatunya yang sengaja dilepas lalu pergi meninggalkan tempat itu dan memilih mencari sesuatu yang bisa membuat dirinya merasa nyaman. Dengan kaki telanjang Liera terus berjalan di pesisir pantai tanpa tujuan, dia ingin mengunjungi tempat lain bersama ibunya tapi dia selalu sibuk dengan pekerjaannya.
Tatapan Liera tak sengaja tertuju pada seseorang yang sedang berdiri diatas tumpukan bebatuan yang cukup tinggi jika dirinya melangkah maju maka Liera yakin jika dia akan jatuh.
Tunggu??
Jangan membuat Liera berpikir, jika seseorang itu akan melompat?
"Apa yang harus aku lakukan?" ucap Liera, dia menggigit jarinya karena bingung, karena semakin dilihat dari tingkah seseorang itu memanglah mencurigakan, apalagi dari jarak Liera yang tidak jauh dirinya bisa mendengar seseorang itu berteriak dan sesekali memarahi hal yang tidak Lisa mengerti.
Tak punya pilihan lain, Liera memilih untuk meletakkan sepatu di pantai lalu secara perlahan dia menaiki bebatuan yang mirip dengan karang.
"Paman!!"
Liera berjalan mendekati pria itu setelah memanggilnya, dan tentu saja yang dia panggil 'Paman' langsung membalik tubuhnya, untuk beberapa saat kemudian hanya saling menatap sampai diluar pikiran Liera.
"Paman, apa yang kamu ingin la--"
Pria itu tidak sengaja melangkah mundur hingga keseimbangan tubuhnya menghilang dan pria itu memilih untuk menarik Liera sampai akhir keduanya jauh di kelautan itu bersama.
Kedua sama-sama panik sampai terburu-buru naik ke permukaan dasar laut, Liera begitu panik karena tidak pandai berenang, berkali-kali tangan itu mencoba menggapai sesuatu yang bisa ditarik
"Tidak!! Seseorang Tolong aku!!"
"Tidak!!"
Terlalu banyak air yang masuk kedalam pernafasannya membuat Liera akhirnya menyerah, dia tenggelam dalam lautan dingin dan gelap tanpa bisa tahu jika hal yang dia lakukan malah membuat dirinya harus seperti ini.
'Ibu, Liera takut'
'Liera tidak bisa bernafas dan melihat, apakah Liera akan mati?'
Pria yang jauh bersama Liera juga sama seperti dirinya tidak bisa berenang, pria itu juga sibuk untuk menyelamatkan dirinya sampai dia melupakan Liera yang hampir tenggelam lebih jauh lagi.
Pilihan yang begitu sulit, namun akhirnya pria itu memilih untuk menarik Liera walau hanya mengandalkan keyakinan jika dia mampu menolong gadis yang tidak sengaja dia tarik akibat kecerobohannya.
Dalam penglihatan terakhir Liera, dia melihat seseorang yang berusaha berenang ke arahnya.
*******Setelah berjuang mengeluarkan gadis itu dari lautan yang sangat dingin dan dalam itu. Julian dibuat kebingungan saat dirinya tidak tahu cara membuat gadis itu tersadar, dengan tubuh yang basah dan hari yang sudah melewati sore hari."Apa yang harus aku lakukan?"
Julian terus menatap kearah gadis yang masih berbaring di pasir pantai dan tidak memberikan tanda akan segera bangun.
"berpikirlah bodoh!!"
Setelah beberapa berpikir, julian ingat sangat dia pernah mengikuti salah satu ujian untuk penolongam pertama, dia pernah diajarkan jika melihat seseorang tenggelam tolongan pertama nya adalah memberikan nafas buatan.
"Aku harus menciumnya?"
"Tidak!! Pikirkan nasib gadis ini jika kamu tidak menolongnya Julan!!"
Julian menyentuh hidung dan bibir gadis itu, kemudian secara perlahan menundukkan kepalanya dan segera memberikan nafas buatan.
ketika Liera membuka kedua matanya hal pertama dilihat adalah wajah seseorang yang hendak mendekat kearah bibirnya, "Akh!! Tidak!! Kau pria mesum!!"
Tangan secara refleks memukul wajah itu dan segera menjauh sejauh mungkin dari pria itu, melipat kedua tangannya di depan dadanya sebagai tanda sebuah perlindungan.
"K-Kau, pria mesum! M-menjauh-lah" ucap Liera lagi, dia sedikit gugup dan juga merasa jika udara semakin dingin membuat giginya menimbulkan suara.
"Tidak!! Kamu salah paham, aku tidak bermaksud mencium--" Julian terdiam, kenapa dirinya malah mengatakan itu pada gadis itu, seharusnya dia mengatakan tujuan dia melakukan itu.Liera terlalu takut dengan apa yang akan terjadi selanjutnya mengingat pantai sudah sepi dan hanya ada dirinya dan pria itu membuat Liera segera pergi menjauh dari pria itu.
"Hei!? Tunggu, kamu tidak boleh pulang dengan keadaan seperti itu." Julian yang merasa bersalah karena telah membuat gadis itu hampir kehilangan nyawanya terpaksa mengejar gadis itu untuk meluruskan segala kesalahpahaman yang terjadi.
'Oh, Tidak dia mengejarku.' ucap Liera dalam hatinya, dia sesekali menatap ke arah belakang itu melihat jika pria itu masih terus mengejarnya.
"Tunggu Nona!"
Julian berhasil menahan gadis itu berhenti berlari, tubuhnya begitu lelah mengejar gadis itu padahal tubuhnya begitu kecil tapi dia sangat hebat saat berlari, tapi baru beberapa detik mengambil nafas gadis yang pergelangan tangannya Julian menggenggam melakukan pemberontakkan dan terus berusaha melepaskan dirinya.
"keras kepala!!"
Tubuh Liera dibuat bergetar ketika tubuhnya dipaksa diam saat tubuh kekar itu memeluknya dari belakang dan menahan kedua pergelangan tangannya.
Suasana menjadi canggung baik Liera rasakan maupun Han sendirinya, tindakannya terlalu berlebihan dengan memeluk tubuh gadis itu dengan sembarangan, namun ini cara yang hanya Julian pikirkan sekarang, dan pelukan ini Han bisa merasakan jika gadis itu begitu terkejut sampai tidak bisa berkutik sama sekali.
"Aku minta maaf, aku yang telah membuatmu basah seperti ini karena kecerobohanku dan aku tidak bermaksud untuk melecehkan mu, aku bersumpah hanya ingin menolongmu tadi." ucap Julian, suara begitu tenang dalam setiap penjelasannya, walau sebenarnya dia mencoba mengusir rasa canggung setelah sekian lama tidak bersentuhan dengan wanita lain.
Setelah beberapa detik menunggu jawaban dari sang gadis yang ternyata lebih memilih diam, Han memutuskan untuk melepaskan pelukannya.
"aku Akan mengantarmu, di penginapan mana kamu tinggal?" tanya Julian, dia memperhatikan gadis itu yang hanya diam saja dengan kedua tangan yang mengusap lengannya, tanpa berpikir panjang Han memberikan jasnya.
"pakailah, setidaknya bisa mengurangi dingin."
"Te-rima-kasih."
Dari arah kejauhan ada beberapa orang berlarian kearah Liera dan Julian, semakin dekat semakin jelas jika itu adalah Merry dan beberapa penjaga hotel yang sedari tadi mencari keberadaan Liera.
"Liera." teriak Yoona, dia terus berlari mendekati putrinya dengan cemas, dalam hatinya dia begitu menyesal telah membiarkan Liera pergi sendirian seperti itu.
"Liera, apa yang terjadi?" Merry menarik putrinya untuk sedikit menjauh dari Julian, dia melepaskan jas dipakai Liera dan segera memberikan selendang miliknya, dia juga menatap kearah pria yang bersama Liera.
"Ibu, aku--kedinginan" ucapnya, jika dilihat dari wajahnya begitu pucat dan akan terdengar giginya yang gemetaran karena suhu yang semakin dingin belum itu lagi Liera masih terkejut dengan apa yang terjadi beberapa jam lalu.
"Ayo, kita kembali." Merry segera menarik Liera untuk kembali kehotel dan tidak ingin bertanya apapun pada Liera maupun pria berkemeja putih itu.
Paras pengawal itu berjalan mendekati Julian untuk memberikan salam padanya.
"Tuan Julian, anda baik-baik saja?"
"Aku ingin kembali hari ini." ucapnya, yang Julian maksud kembali adalah pulang hari ini juga, karena dia hanya berjanji akan pergi selama dua hari satu malam.
dia kembali mengambil jasnya yang dibuang oleh ibu dari gadis yang belum diketahui namanya, dia tidak mengerti kenapa Julian ingin sekali mengenal gadis itu yang seperti pernah ditemui sebelumnya, sampai saat hendak kembali ke penginapannya Julian masih sempat untuk menatap gadis itu.
'siapa kamu?'
Sesampainya di hotel …Liera menutup diri saat Sang Ibu terus mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi di antara dirinya dan pria yang Merry baru lihat, saat menemukan mereka berdua satu sama lain seperti telah terjadi sesuatu hingga Liera bahkan mau memakai jas pria itu.Tidak!!Pikiran negatif terus memenuhi pikiran Merry saat ini, dia hanya bisa menatap Liera yang terdiam di sofa dengan tatapan kosongnya, pertama kalinya Merry melihat Liera yang terdiam dan bahkan terus mengabaikan dirinya jika diajak berbicara."Liera?" panggil Merry, dia sedikit menjaga jarak pada putri dengan maksud memberikan ruang pada untuknya dan mencoba berbicara baik layaknya sebagai sahabat putrinya."Ibu, Liera tidak ingin mengatakan apapun, aku butuh istirahat sekarang."Liera pergi dari ruang tamu itu, dia berjalan kearah kamarnya dengan handuk yang masih berada diatas kepalanya, kejadian itu membuat banyak sekali pertanyaan dan juga keanehan yang terus menghantu
Beberapa hari begitu saja, Liera kembali pada aktivitas sebelumnya yang dimana dia masih menjadi gadis yang belum menyelesaikan sekolahnya, kembali kepada dirinya yang akan bertemu dengan teman sebayanya setelah menghabiskan libur musim panas.Dengan tas ransel berwarna biru, dirinya melangkah masuk ke dalam gerbang sekolah setelah memberikan salam perpisahan dengan sang ibu, bukan suatu hal yang baru bagi Liera jika setiap hari, ibu akan mengantar-jemput dirinya dari sejak Liera mengenal sekolah sampaisekarang.Di sekolah umum yang sekarang Liera tempu pendidikannya, tidak banyak dari mereka yang memperdulikan dirinya tapi tak banyak juga ingin berteman dengannya, Liera sangat populer dalam segala kalangan disekolah ini, banyak sekali kakak kelas dan adik kelas sering kali mendekati dirinya namun tidak ada satupun yang bisa memikat hati.Lisa sangat pintar dalam urusan menolak pria.Disekolah ini tak ada yang bisa membully dirinya, tapi bukan berarti tid
Beberapa hari kemudian …Kehidupan ini masih berjalan seperti biasanya, di mana cuaca kadang berubah di setiap harinya dan terkadang berbeda dari harapan, wajar saja jika dihitung dari pergantian musim sudah seharusnya menjelang kedatangan 'Reason Summer.'Walau semua terdengar baik, tapi seindah apapun pergantian musim tak akan sempat Julian lihat, pria terlalu sibuk dengan banyak sekali pekerjaan, itu hanya satu pengalihan saja dia hanya sibuk menghindari bertemu langsung dengan ayahnya, mulai dari dirinya harus lebihsering mengunjungi rumah calon istrinya dan terus meluangkan waktu untuk pertemuan yang sangat Julian hindari.Menurutnya dia terlalu terburu-buru jika harus langsung bersikap jika dia setuju walau tidak punya peluang untuk menolak, Julian ingin melakukan pendekatan secara pribadi, dia sangat menentang jika harus diatur apalagi diperintahkan seperti beberapa hari yang lalu, untungJulian bisa menolaknya dengan alasan jika dia sakit.Tapi
Hari ini Liera harus lebih larut malam, dia harus mengikuti segala kegiatan menjelang dirinya mendekati ujian kelulusan padahal ujian itu akan berlangsung bulan depan tapi Lisa sudah bertekad untuk mendapatkan nilai terbaik dan masuk ke universitas bersama temannyaAsyla, dalam harapan kecil Liera, dia ingin sekali menjadi seorang pianis, bermain piano adalah hal yang selalu Liera lakukan setiap dirinya memiliki waktu luang.Sebelumnya Liera tidak memberitahu sang Ibu jika dia akan mengikuti pelajaran tambahan setelah pulang sekolah, hari ini juga entah kenapa Liera lupa segalanya, dia bahkan tidak fokus mengikuti pelajaran dan beberapa kali mencoba tertidur di jam pelajaran.“A
Liera dihantar oleh Asyla sampai didepan gerbang rumahnya."Asyla, sampah jumpa dan terimakasih." ucap Liera, dia melambaikan tangan di kaca mobil saat mobil Asyla akan segera meninggalkan area rumahnya.Liera sedikit bingung melihat mobil yang terparkir di depan rumahnya, itu mirip sekali dengan mobil yang pria tadi menariknya dan seakan pria itu mengenal dirinya."Astaga! Apakah itu benar? Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Liera menggigit jarinya dengan panik perkataan pria itu benar-benar sulit untuk dirinya mengerti, sesampainya di depan teras rumah Liera sedikit mengintip dari jendela rumahnya.Dan itu benar! Ada pria itu di sana, duduk bersebrangan dengan ibunya.
Disinilah Liera, duduk diantara kedua pria itu lagi, sebenarnya setelah kejadian itu, Liera enggan untuk melihat pria yang bernama Julian itu, atau mungkin calon suaminya, ralat! Pria yang bahkan belum Liera bayangkan akan menjadi pendamping hidupnya.Liera hanya diam ketika sang Ibu terus menggenggam tangannya, memaksa Liera untuk terus berada disampingnya padahal Liera tahu hari sudah mulai mendekati tengah malam dan mengingat begitu banyak hal yang harus Liera lakukan, tapi semua ini membuat dirinya tidak memiliki kemampuan untuk pergi.Bagaimana nanti pada akhirnya semua tahu, jika dalam hitungan bulan Liera harus menikah.Dia bahkan tak tahu apapun tentang arti sebuah pernikahan, apalagi menjadi istri yang baik yang baru saja Tuan Grew katakan pada dirinya
Membuka lembaran demi lembaran buku di hadapan Liera, gadis itu tidak bisa fokus pada pelajaran hari ini, matanya memang tertuju pada papan tulis didepan tapi pikiran dan hatinya berada ditempat lain.Perkataan sang ibu masih berputar di kepala terus berputar tanpa henti, hari ini Liera menghindari percakapan yang biasa dia lakukan dengan sang Ibu, memberikan alasan jika dia ingin cepat sampai di sekolah dan membahas beberapa materi dengan teman-temannya.Itu hanya alasan, sebenarnya Liera tak ingin mendengar apapun.Pernikahan?Dan satu fakta yang benar-benar menjadi tanda tanya besar, jika sebenarnya Liera masih memiliki seorang ayah. Tapi kenapa sang Ibu menyembunyikan? Apakah Kakak
Segalanya menjadi kacau, Merry bingung dan juga kesal, keadaan membuatnya selalu ditekan sebuah perjanjian, jika keadaan saat itu Merry tahu jika Tuan Grew akan segera memaksa dirinya memberikan putrinya, mungkin dari awal Merry menolak kerjasama itu.Hari sudah menjelang sore, baik Liera mau Keira keduanya tidak menampakkan sebuah tanda akan pulang, ini jelas menambah beban pikiran Merry saat ini, belum lagi tapi pagi.Liera menghindar untuk bertemu dengannya terus Keira yang pergi begitu saja setelah Merry menjelaskan apa yang terjadi.Dia sudah beberapa kali menghubungi Liera namun tidak sedikitpun putrinya menjawab panggilannya, padahal seharusnya Merry memaksa Keira saja mungkin keadaan tidak akan begitu kacau.
Satu tahun kemudian.Suatu pagi di rumah sederhana yang menjadi sebuah pertemuan dan menjadi akhir kebahagian.suara tangisan seorang bayi mewakili indahnya pagi hari, dengan iringan kicauan burung, cahaya matahari juga tidak ingin kalah untuk menyambut mereka, menjadi sebuah awalan di pagi hari dengan kisah baru untuk kisah selanjutnya.keluarga kecil yang kini menjadi suatu kebahagiaan tidak ternilai, itulah kisah ini.dari perjanjian menjadi sebuah ikatan benang antara Julian dan Liera yang membawa mereka pada indahnya falling love, padahal awal hanya sebuah persetujuan paksaan tapi kini berubah menjadi ketulusan untuk rela bersama.Liera membuka matanya setelah rasanya tangisan bayinya semakin menggema di dalam ruangan, dan hal yang dirinya lihat adalah pemandangan dimana Julian tertidur di sofa sambil memeluk putra mereka yang menangis, dia tersenyum. biasanya Julian membangunkan dirinya saat tengah malam putranya menangis,
"Benarkah? Kamu janji?" Tanya Liera dengan wajah penuh harapan menatap Julian yang ada di sampingnya, berharap jika pria itu akan segera mengangguk ucapannya.Walau kehadiran seseorang yang ada di dalam perutnya sungguh memberikan rasa bahagia luar biasa, Liera juga ingin dimanjakan oleh Julian, setidaknya kini dirinya sudah hamil, tidak perlu ada kebohongan lagi untuk membuat Ayah Julian menekan dirinya lagi.Setidaknya untuk saat ini itulah kebahagian yang harus segera diberikan pada yang lain.Liera tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya saat mulai membesar perutnya, ketika dirinya akan lebih sering menghabiskan waktu untuk menceritakan banyak hal pada anaknya, Liera sempat membaca ibu hamil akan sering meminta sesuatu yang aneh, dia ingin membayangkan bagaimana sulitnya Julian untuk mencari hal yang sangat dirinya inginkan.Dengan diam-diam Liera mengelus perutnya yang masih rata, dari dalam hatinya dia menyampaikan sebuah pesan
Beberapa hari kemudian.Akhir pekan, Sebenarnya Julian dan Liera ingin menghabiskan liburan mereka di pantai, tapi kemarin keduanya mendapatkan undangan dari ayah Julian untuk menghadiri acara yang pria itu buat.Julian awalnya ingin menikah karena pasti acara itu untuk pertemuan para partner kerja ayahnya, tapi Liera mengatakan jika dirinya ingin datang dan mengharapkan Julian untuk menceritakan apa sebelumnya merekadiskusikan, jadi tidak alasan untuknya nolak.Julian membuka matanya, dia masuk setelah Liera tidak ada di sampingnya, ini aneh kenapa dia bangun lebih siang dan kenapa Liera juga tidak membangunkan dirinya?Fokus Julian teralihkan saat mendengar suara yang aneh dari berasal dari bathroom, suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, Julian langsung mengibaskan selimut di tubuhnya, berjalan mendekat dan tangan terulur membuka pintu.Dan benar, Julian langsung diberikan pandangan dimana Liera yang sedang berhada
Sesampainya di Vila mereka.Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat se
Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu."Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu."lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga K
"Liera, pulanglah, aku sungguh merasa kosong kau tidak ada di villa," ucap Julian, dia merapikan rambut Liera yang sempat berantakan, jika dilihat seperti ini Liera banyak berubah, raut wajahnya, terus bibir dan pipinya sedikit kurus, apakah banyak hal dirinya pikirkan?Tapi semua tertutup dengan kecantikan hari ini, gaun yang sedikit membuat Julian kesal karena hampir mengekspos seluruh punggung istrinya, siapa yang telah merekomendasikan pakaian ini padanya?Liera mengangkat kepalanya untuk menatap Julian, dia ingin sekali pulang tapi setelah apa yang terjadi banyak hal membuat Liera terus mempertimbangkan banyak hal, dia tidak terus dibutakan oleh kebersamaan, dia juga tidak bisa terus menipu dan pura-pura tidak tahu."Kamu tahu, aku datang kesini setelah membatalkan jadwal rapatku, karena aku tidak mau menerima surat cerai yang kau kirim, Liera kenapa kamu melakukan itu? Aku tidak akan melupakanmu." Ucap Julian, itu benar. Dia baru saja akan kemba
MISS U Hari itu, hari dimana Liera berdiri dengan buket bunga ditangannya, suasana sakral benar-benar terasa selama dirinya berdiri disamping Asyla.Ya, hari ini sudah tiba dimana akhirnya Liera harus membantu teman menentukan pilihan hidupnya, sebagai satu saksi dari sekian banyak para undangan yang datang, Liera melihat ke depan saat waktunya mempelai pengantin wanita berjalan menuju altar.Seluruh tubuh liera hanya bisa melihat ke bawah, apa yang diharapkan?Kenapa selalu berkaitan dengan Julian, kenapa rasanya sulit mengangkat kepala di situasi seperti itu? Dirinya merusak suasana pernikahan bukan?"Liera, kamu baik-baik saja?" Tanya Asyla, dia sampai harus mengambil langkah untuk berdiri di samping sahabatnya, karena sejak datang Liera tidak pernah menunjukan wajah bahagianya, padahal semua orang tersenyum lebar di ruangan ini."Asyla, maafkan aku. Seperti kamu sadar, aku tidak berbohong jika aku masih bingung saat ini, aku
By FoundBeberapa hari kemudian.Hari ini rencananya jika memang tidak ada halangan, Julian akan melakukan terapi untuk kedua kalinya, terlalu dekat dengan terapi pertama, hanya berjarak tiga hari, padahal terapi ini hanya dianjurkan selama dua minggu sekali, tapi sekali lagi siapa yang bisa menghentikan keras pria itu?Tidak ada yang bisa, jika Julian sudah memintanya maka hal itu harus terjadi, walau resiko bisa lebih buruk dari yang pertama.Hari tidak ada bisa memberikan semangat atau sekedar kata untuk membuat Julian berpikir dua kali, baik Sean dan jake keduanya memiliki kepentingan masing-masing. lagipula siapa yang tahan bersama dirinya lebih dari tiga jam hanya satu orang.Liera.Tapi gadis itu sekarang sudah menyerah dan sekarang sedang menunggu dirinya untuk siapa menerima surat cerai darinya.Menyedihkan bukan?Ketika seseorang sedang berjuang untuk sebuah keberhasilan yang rasanya mustahil
Julian sepertinya di buat kembali pada masa lalu, ingatannya membawa dirinya pada kejadian asing tapi semua terasa begitu familiar, dia melihat dirinya di dalam kemacetan di lalu lintas jalan, dirinya mencoba kembali melangkah untuk melihat dengan jelas.Tapi saat melangkah mendaki Julian melihat dirinya yang keluar dari mobil dengan perasaan kesalnya, mengejar seseorang yang juga keluar dari mobil, dalam sebuah keributan itu dan kekacauan keadaan.Membuat Julian tidak bisa melangkah mendekati, kakinya terpaku dan dirinya takut untuk melihat apa yang terjadi pada dirinya saat ini, dia benci melihat kecelakaan, karena kecelakaan Sean yang membuat Julian saat itu trauma dan bahkan sempat membuat Julian tidak bisa melihat jalanan kota dengan tenang, apalagi berada di padatnya kemacetan."Tidak!" Teriak Julian saat melihat dirinya berlari untuk mendekati pria yang dirinya kejar, Julian tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas, hingga akhirnya Julian mel