Disinilah Liera, duduk diantara kedua pria itu lagi, sebenarnya setelah kejadian itu, Liera enggan untuk melihat pria yang bernama Julian itu, atau mungkin calon suaminya, ralat! Pria yang bahkan belum Liera bayangkan akan menjadi pendamping hidupnya.
Liera hanya diam ketika sang Ibu terus menggenggam tangannya, memaksa Liera untuk terus berada disampingnya padahal Liera tahu hari sudah mulai mendekati tengah malam dan mengingat begitu banyak hal yang harus Liera lakukan, tapi semua ini membuat dirinya tidak memiliki kemampuan untuk pergi.
Bagaimana nanti pada akhirnya semua tahu, jika dalam hitungan bulan Liera harus menikah.
Dia bahkan tak tahu apapun tentang arti sebuah pernikahan, apalagi menjadi istri yang baik yang baru saja Tuan Grew katakan pada dirinya, belum Liera begitu polos dalam segala hal, mungkin juga dirinya bodoh dan buta dengan dunia luar.
“aku bisa menghancurkan segala hal yang kau miliki nyonya Merry dan aku akan menjamin jika putri tidak akan bisa masuk ke universitas yang dia inginkan.” ucap Ayah Julian dengan tegas, dia benar-benar tidak bermain-main dalam urusan ini, pria paruh baya itu seakan tidak goyah dengan apapun yang Julian katakan.
“tapi kenapa harus aku?” ucap Liera dengan cepat, walau mungkin kedengaran begitu tidak sopan karena mencela ucapan Tuan Grew.
“Liera!”
“Kenapa? Kenapa tidak kak—,” mulut Liera ditutup begitu rapat oleh sang Ibu saat dia akan menyebutkan nama sang kakak yang sedari tadi tidak pernah dibahas oleh ibunya, ibunya seakan menganggap jika Liera-lah putri satu-satunya yang dia miliki, seakan Keira tak ada di antara dirinya dan Merry.
“Maaf, putriku seperti begitu kelelahan, aku akan mengantarnya ke kamarnya” ucap Merry.
ucapan Liera benar-benar diluar pikiran Liera sampai membuatnya sedikit kasar pada putri.
“Liera, istirahatlah dan jangan lupa untuk memeriksa tugasmu.”
Merry menelan air liurnya seperti dirinya begitu haus, dia kembali ke ruang tamu setelah membujuk Liera kembali ke kamarnya, setidaknya Julian dan Liera sudah bertemu, untuk masalah selanjutnya Merry masih bisa mengatasinya sendiri, mungkin dia perlu menjelaskan segalanya kepada kedua putrinya.
“aku ingin mereka berdua mengenal sebelum menikah” ucap Tuan Grew.
Julian dan Merry langsung menatap kearah pria paruh baya, duduk disana benar-benar seperti sedang melakukan senam jantung, Julian sampai tidak punya kalimat untuk menolak pernikahan ini, tak ada jalan dan hasilnya tetap sama.
Dimana pria harus menikahi gadis SMA!
“aku akan mengatur pertemuan keduanya” ucap Merry, dia berbicara seakan tak tahu akan menyakiti siapa, dia terus mengikuti lalu melupakan apa yang akan terjadi, bagaimana Liera bisa menghadapi segalanya pada adanya bimbingan dari dirinya.
Walau di dunia ini begitu berharap melihat putri menikah dan bahagia. Tapi bukan ini yang Merry inginkan, mungkinkah Liera akan bahagia?
“seperti sudah jelas, bagaimana jika kita kembali? Tidak baik berada dirumah orang lain begitu lama” ucap Julian, dia ingin segera kembali kerumah dan menganggap ini adalah satu beban yang akan lepas ketika dia menutup matanya dan keesokan harinya dirinya bisa sedikit bernafas.
Ayah Julian mengangguk mengerti, dia mengambil tongkat dan berjalan ke arah luar rumah dimana para supir dan pelayan pribadinya menunggu dirinya.
“Julian, masuklah.” ucap Tuan Grew, dia mengatakan itu untuk memperingati putra untuk satu mobil dengannya, padahal jika diingat Julian kesini dengan mobil miliknya.
“Shit!” Julian membanting pintu mobil begitu keras, hari ini rasanya kepalanya begitu ingin meledak menghadapi setiap orang yang ada di hadapannya. Dia berjalan mendekati mobil sang ayah dan menyerahkan kunci di salah satu pelayan.
Dan Merry, dia hanya diam di depan pintunya, menunggu kedua orang itu benar-benar meninggalkan halaman rumahnya,walau pikirannya terus memikirkan bagaimana menjelaskan pada Liera apalagi pada Keira.
Dia membuat nafas, ada sedikit kelegaan saat membuka pintu kamar Liera, rupanya putrinya sudah tertidur dibalik selimut kesayangannya.
Bagaimana? Liera gadis lugu yang begitu penurut dan juga polos, Merry tidak bisa membayangkan segalanya menjadi seperti ini, apalagi Liera yang baru saja duduk di kelas 3 SMA. Bagaimana jika temannya tahu, bagaimana nanti dirinya menahan segala kesalahpahaman yang temannya pertanyakan.
Merry berjalan untuk mengelus kepala sang putri.
“mungkin Ibu bukan seorang ibu yang baik dan juga seseorang yang tidak bisa melindungimu, Ibu begitu menyayangimu sampai tanpa sadar Ib7 ada banyak luka disana.”
Merry menatap wajah lelah Liera sambil menahan air matanya, rasanya Merry tidak ingin hari itu terjadi.
“Ibu harus bagaimana? Semua Ibu pasti ingin melihat putrinya menikah tapi akan begitu menyakitkan melihat putrinya terluka.”
Merry teringat bagaimana pengertian Liera, disaat teman lainnya begitu membanggakan sosok ayah mereka di depan teman kelas lainnya, putri bahkan tidak bisa melihat wajah itu, pertemuan mereka begitu singkat.
Merry Juga teringat saat Liera sakit dan kalimat pertama yang dia ucapkan dalam setiap tidurnya adalah ‘aku yakin ayahku adalah pria baik, walau aku tidak pernah bertemu dengannya’ Liera mengatakan itu setiap dirinya demam dan merindukan ayahnya.
Itu memang benar, perpisahan Merry dan Cristian.
Membuat Merry menghilangkan segalanya yang berhubungan dengan mantan suaminya sampai tak ada satupun bagi Liera lebih mengenal sosok sang ayah, keegoisan Merry melupakan nasib Liera yang masih membutuhkan sosok ayah dalam hidupnya.
“Maaf.” Merry menghapus sepucuk air mata yang mengalir di pipinya, suara terus menahan untuk tidak mengeluarkan isakan yang bisa mengganggu tidur putrinya.
“Ibu, yakin Liera akan mengerti semua ini kenapa Liera tidak pernah bertemu dengan Ayah, Ibu Juga yakin pernikahan ini akan memberikan banyak sekali penjelasan yang mungkin tidak bisa Ibu jawab, tapi ingatlah satu hal. Rumah ini selalu menunggu kepulanganmu.”
********
Setelah 15 menit sang Ibu meninggalkan kamar, Lisa mengibaskan selimut yang menutupi tubuhnya. Dia benarnya tidak tertidur, Liera hanya terkejut saat sang Ibu masuk kedalam kamarnya dan memutuskan untuk berpura-pura jika dirinya sudah tertidur, tapi Liera tidak tahu jika tujuan sang Ibu datang kemari untuk menjelaskan segalanya.
Liera tentu kecewa, dia merasa telah dibohongi selama ini, dia pikir sang ayah memang sudah meninggal sejak dirinya baru menginjak 5 tahun, dan begitu percayanya Liera saat sang Ibu berkata jika kakaknya belajar di luar negeri dan tinggal bersama teman Ibunya, Liera juga begitu menuruti setiap hal yang Merry katakan tanpa satu kalimat pun untuk membantahnya.
Tapi sekarang? Liera merasa asing dengan sosok wanita yang menangis tadi, mungkinkah itu ibunya? Begitu berbeda dari sebelumnya dari sebelum Liera tahu faktanya dan begitu menyakitkan untuk Liera pendam sendiri.
Kenapa harus pada dirinya? Liera tidak mengerti apapun disini, dia merasa dirinya-lah pihak yang dimanfaatkan dan dibuat tidak tahu apapun, Liera merasa jika kepolosan ini karena tuntutan sang Ibu.
“siapa yang salah? Siapa pihak yang harus disalahkan?”
Haruskah Liera diam sampai dirinya mengerti segalanya?
Atau menjadi dirinya yang berbeda untuk mengetahui semua fakta?
Membuka lembaran demi lembaran buku di hadapan Liera, gadis itu tidak bisa fokus pada pelajaran hari ini, matanya memang tertuju pada papan tulis didepan tapi pikiran dan hatinya berada ditempat lain.Perkataan sang ibu masih berputar di kepala terus berputar tanpa henti, hari ini Liera menghindari percakapan yang biasa dia lakukan dengan sang Ibu, memberikan alasan jika dia ingin cepat sampai di sekolah dan membahas beberapa materi dengan teman-temannya.Itu hanya alasan, sebenarnya Liera tak ingin mendengar apapun.Pernikahan?Dan satu fakta yang benar-benar menjadi tanda tanya besar, jika sebenarnya Liera masih memiliki seorang ayah. Tapi kenapa sang Ibu menyembunyikan? Apakah Kakak
Segalanya menjadi kacau, Merry bingung dan juga kesal, keadaan membuatnya selalu ditekan sebuah perjanjian, jika keadaan saat itu Merry tahu jika Tuan Grew akan segera memaksa dirinya memberikan putrinya, mungkin dari awal Merry menolak kerjasama itu.Hari sudah menjelang sore, baik Liera mau Keira keduanya tidak menampakkan sebuah tanda akan pulang, ini jelas menambah beban pikiran Merry saat ini, belum lagi tapi pagi.Liera menghindar untuk bertemu dengannya terus Keira yang pergi begitu saja setelah Merry menjelaskan apa yang terjadi.Dia sudah beberapa kali menghubungi Liera namun tidak sedikitpun putrinya menjawab panggilannya, padahal seharusnya Merry memaksa Keira saja mungkin keadaan tidak akan begitu kacau.
Seminggu berlalu …Terasa cepat namun banyak hal yang terlewatkan, katakan seperti itu. Liera melewati hari dengan pertimbangan tanpa sebuah arti, memikirkannya dalam setiap detik yang terlewatkan dan bertanya apakah semua ini sebuah keputusan nyata? Atau ini hanya ilusi yang tergambar dalam benaknya.Bagaimana, pernikahan ini diputuskan dan akan segera terlaksanakan dalam hitungan hari, awalnya hanya sebuah ucapan lalu berubah menjadi sebuah tanggung jawab, dimana Liera benar-benar mengatakan jika dia siap menikah diusia muda, bahkan seragam putih abu-abu masih dia kenakan.Bukan sang ibu atau sang kakak, namun tuntutan pihak lain membuat Liera terus terseret dalam perj
Hitam dan putih, dua warna yang memiliki arti tersendiri.Keduanya merupakan warna dasar, warna yang jika dicampurkan dengan warna lain tidak akan bisa kembali menjadi putih atau hitam, kedua warna itu juga suatu lambang dari sifat seseorang sesuai pandangan orang lain.Tapi kali ini menurut Liera warna hitam dan putih adalah perbedaan dirinya dengan kehidupannya saat ini, banyak sekali hal yang tidak bisa dirinya mengerti dalam waktu cepat dan hal asing yang terasa sulit diterima.Salah satu contohnya, ketika sang Ibu bertanya apakah dirinya siapa menjadi sebuah tumpuan untuk kehidupan barunya?Jangan-kan untuk menjadi tumpuan, Liera terkadang juga masih butuh tumpuan sang Ibu, lalu kini dia yang harus menjadi tump
Hari itu tiba, dari dimana aku melihat diriku dengan segala hal yang berhubungan dengan pernikahan, menatap diri pada cermin rias dengan seribu pertanyaan.Untuk apa semua ini?Bertanya apakah ini begitu penting untuk kehidupan dimana Liera hanya gadis biasa, yang hanya memikirkan belajar dengan baik, masuk ke dalam perguruan tinggi sesuai harapan, dan berbagi cerita dengan orang terdekat.Tapi? Seakan takdir berkata ‘kau berbeda dengan yang lain’ seakan Liera memang harus menghadapi takdir yang tidak bisa diharapkan dan tidak sedikitpun terlintas dalam pikirannya.Menikah?Dirinya rias dengan penuh kehati-hati, padahal acara ini
Pesta berakhir, Villa dengan lantai dua yang begitu luas untuk ditinggali oleh dua orang, terasa begitu sunyi dan benar-benar hilang suasana, berbeda dengan tadi pagi.Rasanya Liera dikirim ke dalam kastil tidak berpenghuni, dia bahkan tidak bisa menelusuri rumah ini karena begitu menyeramkan jika dilihat pada malam hari, sebagian lantai bawah sudah gelap dan hanya beberapa kamar di lantai dua dibiarkan menyala.Liera masih menunggu Julian keluar dari bathroom, jika diberi kesempatan Liera ingin meminta kamar lain untuk berpisah dengannya, tapi permintaan sang Ibu membuat Liera resah.Bahkan kata ‘malam pertama’ berputar terus dalam pik
Hanya berlalunya satu hari kemarin, keesokkan harinya adalah sebuah lembaran baru dimana Liera bukan lagi gadis manja, statusnya hari ini adalah seorang istri, ketika dia membuka mata dan melihat sebuah punggung pria adalah hal yang akan seterusnya dia lihat, mungkin untuk beberapa waktu. Tidak ada lagi teriakan sang Ibu yang menyuruhnya untuk bangun dari tidur nyenyaknya dan belum sekarang dia menjadi gadis mandiri.Mengibaskan selimut dan mengambil peralatan mandinya, Liera melangkah penuh hati-hati tanpa ingin membangunkan sang suami yang tertidur, pria itu bahkan tidak memakai pakaian atasannya saat tidur, suatu hal asing bagio Liera untuk terbiasa.Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi, ini pertama kalinya Liera bangun lebi
Disebuah universitas besar di pusat kota, hanya orang-orang yang memiliki kecerdasan dan prestasi yang mampu masuk ke Universitas itu. Siapa yang tidak tahu 'Universitas London' tempat dimana semua siswa SMA ingin mengejar impiannya dan membanggakan orangtuanya, bukan hanya itu Universitas ini memiliki beasiswa yang bisa membiaya siswa sampai S3 jika masuk dalam seleksinya siswa terbaik. Dan tentu saja ada asrama untuk siswa yang tinggal jauh diluar kota ini dengan fasilitas lengkap.Dan ini merupakan salah satu Universitas yang ingin Liera pilih.“Kau datang terlambat?” tanya salah satu teman bangkunya, dia menatap kearah pria yang memakai kemeja kotak.“Seperti biasa aku mengikut
Satu tahun kemudian.Suatu pagi di rumah sederhana yang menjadi sebuah pertemuan dan menjadi akhir kebahagian.suara tangisan seorang bayi mewakili indahnya pagi hari, dengan iringan kicauan burung, cahaya matahari juga tidak ingin kalah untuk menyambut mereka, menjadi sebuah awalan di pagi hari dengan kisah baru untuk kisah selanjutnya.keluarga kecil yang kini menjadi suatu kebahagiaan tidak ternilai, itulah kisah ini.dari perjanjian menjadi sebuah ikatan benang antara Julian dan Liera yang membawa mereka pada indahnya falling love, padahal awal hanya sebuah persetujuan paksaan tapi kini berubah menjadi ketulusan untuk rela bersama.Liera membuka matanya setelah rasanya tangisan bayinya semakin menggema di dalam ruangan, dan hal yang dirinya lihat adalah pemandangan dimana Julian tertidur di sofa sambil memeluk putra mereka yang menangis, dia tersenyum. biasanya Julian membangunkan dirinya saat tengah malam putranya menangis,
"Benarkah? Kamu janji?" Tanya Liera dengan wajah penuh harapan menatap Julian yang ada di sampingnya, berharap jika pria itu akan segera mengangguk ucapannya.Walau kehadiran seseorang yang ada di dalam perutnya sungguh memberikan rasa bahagia luar biasa, Liera juga ingin dimanjakan oleh Julian, setidaknya kini dirinya sudah hamil, tidak perlu ada kebohongan lagi untuk membuat Ayah Julian menekan dirinya lagi.Setidaknya untuk saat ini itulah kebahagian yang harus segera diberikan pada yang lain.Liera tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya saat mulai membesar perutnya, ketika dirinya akan lebih sering menghabiskan waktu untuk menceritakan banyak hal pada anaknya, Liera sempat membaca ibu hamil akan sering meminta sesuatu yang aneh, dia ingin membayangkan bagaimana sulitnya Julian untuk mencari hal yang sangat dirinya inginkan.Dengan diam-diam Liera mengelus perutnya yang masih rata, dari dalam hatinya dia menyampaikan sebuah pesan
Beberapa hari kemudian.Akhir pekan, Sebenarnya Julian dan Liera ingin menghabiskan liburan mereka di pantai, tapi kemarin keduanya mendapatkan undangan dari ayah Julian untuk menghadiri acara yang pria itu buat.Julian awalnya ingin menikah karena pasti acara itu untuk pertemuan para partner kerja ayahnya, tapi Liera mengatakan jika dirinya ingin datang dan mengharapkan Julian untuk menceritakan apa sebelumnya merekadiskusikan, jadi tidak alasan untuknya nolak.Julian membuka matanya, dia masuk setelah Liera tidak ada di sampingnya, ini aneh kenapa dia bangun lebih siang dan kenapa Liera juga tidak membangunkan dirinya?Fokus Julian teralihkan saat mendengar suara yang aneh dari berasal dari bathroom, suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, Julian langsung mengibaskan selimut di tubuhnya, berjalan mendekat dan tangan terulur membuka pintu.Dan benar, Julian langsung diberikan pandangan dimana Liera yang sedang berhada
Sesampainya di Vila mereka.Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat se
Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu."Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu."lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga K
"Liera, pulanglah, aku sungguh merasa kosong kau tidak ada di villa," ucap Julian, dia merapikan rambut Liera yang sempat berantakan, jika dilihat seperti ini Liera banyak berubah, raut wajahnya, terus bibir dan pipinya sedikit kurus, apakah banyak hal dirinya pikirkan?Tapi semua tertutup dengan kecantikan hari ini, gaun yang sedikit membuat Julian kesal karena hampir mengekspos seluruh punggung istrinya, siapa yang telah merekomendasikan pakaian ini padanya?Liera mengangkat kepalanya untuk menatap Julian, dia ingin sekali pulang tapi setelah apa yang terjadi banyak hal membuat Liera terus mempertimbangkan banyak hal, dia tidak terus dibutakan oleh kebersamaan, dia juga tidak bisa terus menipu dan pura-pura tidak tahu."Kamu tahu, aku datang kesini setelah membatalkan jadwal rapatku, karena aku tidak mau menerima surat cerai yang kau kirim, Liera kenapa kamu melakukan itu? Aku tidak akan melupakanmu." Ucap Julian, itu benar. Dia baru saja akan kemba
MISS U Hari itu, hari dimana Liera berdiri dengan buket bunga ditangannya, suasana sakral benar-benar terasa selama dirinya berdiri disamping Asyla.Ya, hari ini sudah tiba dimana akhirnya Liera harus membantu teman menentukan pilihan hidupnya, sebagai satu saksi dari sekian banyak para undangan yang datang, Liera melihat ke depan saat waktunya mempelai pengantin wanita berjalan menuju altar.Seluruh tubuh liera hanya bisa melihat ke bawah, apa yang diharapkan?Kenapa selalu berkaitan dengan Julian, kenapa rasanya sulit mengangkat kepala di situasi seperti itu? Dirinya merusak suasana pernikahan bukan?"Liera, kamu baik-baik saja?" Tanya Asyla, dia sampai harus mengambil langkah untuk berdiri di samping sahabatnya, karena sejak datang Liera tidak pernah menunjukan wajah bahagianya, padahal semua orang tersenyum lebar di ruangan ini."Asyla, maafkan aku. Seperti kamu sadar, aku tidak berbohong jika aku masih bingung saat ini, aku
By FoundBeberapa hari kemudian.Hari ini rencananya jika memang tidak ada halangan, Julian akan melakukan terapi untuk kedua kalinya, terlalu dekat dengan terapi pertama, hanya berjarak tiga hari, padahal terapi ini hanya dianjurkan selama dua minggu sekali, tapi sekali lagi siapa yang bisa menghentikan keras pria itu?Tidak ada yang bisa, jika Julian sudah memintanya maka hal itu harus terjadi, walau resiko bisa lebih buruk dari yang pertama.Hari tidak ada bisa memberikan semangat atau sekedar kata untuk membuat Julian berpikir dua kali, baik Sean dan jake keduanya memiliki kepentingan masing-masing. lagipula siapa yang tahan bersama dirinya lebih dari tiga jam hanya satu orang.Liera.Tapi gadis itu sekarang sudah menyerah dan sekarang sedang menunggu dirinya untuk siapa menerima surat cerai darinya.Menyedihkan bukan?Ketika seseorang sedang berjuang untuk sebuah keberhasilan yang rasanya mustahil
Julian sepertinya di buat kembali pada masa lalu, ingatannya membawa dirinya pada kejadian asing tapi semua terasa begitu familiar, dia melihat dirinya di dalam kemacetan di lalu lintas jalan, dirinya mencoba kembali melangkah untuk melihat dengan jelas.Tapi saat melangkah mendaki Julian melihat dirinya yang keluar dari mobil dengan perasaan kesalnya, mengejar seseorang yang juga keluar dari mobil, dalam sebuah keributan itu dan kekacauan keadaan.Membuat Julian tidak bisa melangkah mendekati, kakinya terpaku dan dirinya takut untuk melihat apa yang terjadi pada dirinya saat ini, dia benci melihat kecelakaan, karena kecelakaan Sean yang membuat Julian saat itu trauma dan bahkan sempat membuat Julian tidak bisa melihat jalanan kota dengan tenang, apalagi berada di padatnya kemacetan."Tidak!" Teriak Julian saat melihat dirinya berlari untuk mendekati pria yang dirinya kejar, Julian tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas, hingga akhirnya Julian mel