Beberapa hari begitu saja, Liera kembali pada aktivitas sebelumnya yang dimana dia masih menjadi gadis yang belum menyelesaikan sekolahnya, kembali kepada dirinya yang akan bertemu dengan teman sebayanya setelah menghabiskan libur musim panas.
Dengan tas ransel berwarna biru, dirinya melangkah masuk ke dalam gerbang sekolah setelah memberikan salam perpisahan dengan sang ibu, bukan suatu hal yang baru bagi Liera jika setiap hari, ibu akan mengantar-jemput dirinya dari sejak Liera mengenal sekolah sampai
sekarang.Di sekolah umum yang sekarang Liera tempu pendidikannya, tidak banyak dari mereka yang memperdulikan dirinya tapi tak banyak juga ingin berteman dengannya, Liera sangat populer dalam segala kalangan disekolah ini, banyak sekali kakak kelas dan adik kelas sering kali mendekati dirinya namun tidak ada satupun yang bisa memikat hati.
Lisa sangat pintar dalam urusan menolak pria.
Disekolah ini tak ada yang bisa membully dirinya, tapi bukan berarti tidak ada yang membenci diri, bukan?
Dengan sedikit takut Liera melangkah masuk kedalam kelasnya setelah melewati beberapa orang yang terus menatapnya tanpa arti, Liera bisa tahu jika tatapan itu bukan sekedar tatapan biasa, melainkan tatapan tidak suka dan membencinya.
"Liera!"
Kita melupakan dimana Liera memiliki sahabat yang selalu ada untuknya, dia adalah Asyla. Sahabat satu-satu yang mengerti keadaan Liera. Gadis itu tidak seperti Liera yang sifatnya seperti anak kecil, tapi sebaliknya dia gadis yang sangat baik dan mampu menjaga Liera dari orang-orang yang iri dengan paras kecantikannya.
"Hai!! Asyla"
Asyla berjalan mendekati Liera dan memberikan tatapan sinis pada murid lain yang tidak suka pada sahabatnya. Dia merangkul Liera untuk segera duduk di bangku mereka yang kebetulan mereka satu meja.
"Liera kapan kau akan berubah?"
Liera yang baru saja ingin mengeluarkan bekal dan buku pelajaran sedikit menoleh ke arah Asyla,
"berubah? Aku harus berubah seperti apa? superman? Berbie? Aku tidak mengerti Asyla?"
Asyla memutar bola matanya dengan malas, dia menjitak kepala Liera dengan kesal.
"Ahk!! Asyla sakit, kamu ini kenapa? Selama liburan aku tidak pernah melakukan hal yang salah, kenapa setelah bertemu kamu memukulku?"
"Liera kau ini bodoh atau sok polos? Oh aku lupa kau anak Mommy!"
"Liera bukan bodoh! Jika bukan Ibu yang melahirkan-ku siapa yang akan menjadi ibu Liera? Asyla aneh!"
"aku menyesal berteman denganmu!" ucap Asyla, dia lupa jika temannya ini tidak mengerti ucapan trading terbaru di kalangan siswa SMA lainnya.
"Asyla, kamu marah padaku?"
"tidak Liera, mari kita lupakan pembahasan sebelumnya. Bagaimana dengan liburanmu?"
Liera mengeluarkan sebuah kotak yang memang sengaja dia bawa untuk diberikan pada sahabat yang sangat menyukai jika diberi sebuah hadiah.
"ini untuk-mu, aku membelinya saat berlibur kemari kesebuah pulau bersama Ibu dan kakakku." ucapnya, Liera memberikan kotak itu, dan senang melihat reaksi temannya begitu terkejut dan senang.
"Really? Thank you dear, Tunggu--? Kakak? Kamu tidak pernah bercerita jika kamu punya seorang kakak?"
"maaf Asyla, Liera benar-benar lupa karena Kakak Keida jarang berada dirumah."
"Oke baiklah, kita bisa membahasnya nanti lagi."
Sesuai dengan dugaan Asyla sebelumnya jika tak lama lagi guru datang dan segera membuat semua murid berlarian untuk kembali kepada meja masing-masing walau dengan
tergesa-gesa karena terkejut.**********"Kau terlihat kurang sehat." tanya Yuri, dia meletakkan tangannya di kening, di pipi dan leher Juliam seperti memeriksa kondisi anaknya jika sedang sakit atau menunjukan gejala demam.Tentu saja Julian segera menyingkirkan tangan itu.
"aku bukan anak Kecil, aku baik-baik saja, kau bisa kembali keruanganmu" ucap Julian, sudah beberapa hari ini kondisi dirinya memang tidak stabil terkadang dia akan merasa sangat lelah dan terkadang dia baik-baik saja, dia tidak tahu karena Julian malas sekali untuk memeriksakan kondisi tubuhnya.
Padahal dirinya hanya perlu menelpon dokter tapi rasanya sangat berat untuk melakukannya.
"Jul, kau ini sakit. Lihatlah wajahmu begitu pucat dan kau terus berkeringat dingin, apa terjadi sesuatu di sana?"
"Tidak, hanya kejadian kecil saja."
yuri melipat kedua tangannya, dia memperhatikan tingkah Julian yang sedikit terlihat jika dirinya sedang menahan rasa sakitnya.
"Baiklah, jika butuh sesuatu katakanlah."
Julian mengangguk, dia mengangkat tangannya sebagai tanda jika Yuri harus segera meninggalkan ruangan itu.
Tak lama kemudian barulah suara pintu ruangannya tertutup rapat, Julian menghela nafas panjang dan memutuskan membaringkan tubuhnya di sofa besar, dia tahu jika dirinya memang sakit karena setelah kejadian itu Julian tak langsung membersihkan diri atau setidaknya meminum obat sampai akhirnya memberikan efek yang tidak baik pada tubuhnya.
Hari ini Dirinya juga cenderung lebih tidak fokus bekerja dan terkadang Julian tidak nafsu makan, pria itu bahkan bisa tidak makan apapun selama dua hari.
Baru saja akan memejamkan matanya, ponselnya berdering dengan nada yang sudah Julian hafal jika itu panggilan dari sang ayah. Dengan malas, pria itu menempelkan ponselnya di telinganya.
"Ya, Ayah?"
'aku tidak mau datang ke acara makan malam itu ayah, kenapa kau terus menyeretku untuk
bertemu mereka?'Sebenarnya dari sebelum Julian pergi ke pernikahan hari itu dari jauh dari sebelumnya sang ayah sudah memberitahu Julian jika keluarganya akan berkunjung ke acara makan malam yang diadakan oleh calon istri--?
Calon istri sejak kapan dirinya menganggap serius pernikahan itu?
"Ayah! Bisakah kamu beri aku waktu untuk diriku sendiri? Aku bahkan selalu menuruti apa keinginanmu sejak dulu bahkan saat aku duduk di bangku Kuliah, aku membiarkan cita-citaku hancur agar tetap bisa menjalankan Group JS. dan kini aku bahkan tidak bisa bebas menemui temanku, kamu terus menekanku untuk menikah."
Julian menghela nafas sejenak, dia cari teringat betapa kerasnya ayahnya memperlakukan dirinya di masa lalu, menekan dirinya untuk mengambil jurusan yang sangat tidak dia sukai lalu dipaksa mengurus perusahaan dan kehilangan kehidupan remaja sampai tidak terasa
usia sudah melewati waktu kebebasannya."Ayah. maaf aku masih memiliki rapat penting, aku akan menutup panggilan ini."
Dia melemparkan ponselnya begitu saja, rasanya kepalanya begitu pusing dan tubuhnya yang terasa panas. Dan benar saja saat Julian ingin kembali melangkah ke meja kerjanya,
tubuh jatuh begitu saja."Tuan, anda memiliki ta--" Yuri berlarian saat baru saja membuka pintu ruangan Julian, dia terkejut melihat Julian yang sudah tergeletak dilantai dengan wajah pucat.
"Julian!" ucap Yuri, dia berusaha membangunkan pria itu dengan menepuk punggungnya berulang kali.
"Jul!!? Bangunlah"
Yuri mengeluarkan ponselnya dari jas yang dia kenakan, dia menghubungi suaminya yang kebetulan seorang dokter.
Beberapa jam kemudian ….
Di Sebuah ruangan yang terletak tersembunyi di ruangan milik Julian, bukan hal yang luar biasa jika didalam ruangan kantornya terdapat ruangan yang mirip seperti apartemen, pria itu sengaja membuat ruangan disana, hanya demi menghindari pertengkaran yang sering terjadi antara dirinya dan sang Ayah.
Pria membuka kedua matanya saat merasa tubuh lebih baik, dia memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing, Han tidak tahu jika jatuh kelautan bisa berefek ke tubuhnya dan bahkan membuat dirinya menjadi demam.
Yuri kembali keruangan itu sambil membawa nampan di tangannya, dia berjalan mendekati Julian dengan wajah kesal.
"Dari awal aku sudah mengatakan untuk beristirahat! Lihatlah akibatnya, kau demam tinggi." ucapnya, dia meletakkan nampan dihadapan Julian.
"Makanlah, kau harus mengisi energimu dan untuk pekerjaan aku sudah mengubahkan dihari lain, jadi Julian adikku istirahatlah dengan baik." ucap Yuri lagi. Dia meninggalkan ruangan begitu saja.
"terimakasih, kamu bisa pulang lebih awal hari ini."
"aku tahu, pastikan untuk menghabiskannya."
Julian mengangguk lemas, dia menatap bubur di hadapannya, selama dia sakit tak pernah ada yang perhatian padanya sampai membuka makan untuknya dan merawatnya, walau Yuri melakukannya tulus, bukankah membuat Julian semakin bingung pada perasaannya, bohong jika dia tidak tertarik pada sekretarisnya.
Beberapa hari kemudian …Kehidupan ini masih berjalan seperti biasanya, di mana cuaca kadang berubah di setiap harinya dan terkadang berbeda dari harapan, wajar saja jika dihitung dari pergantian musim sudah seharusnya menjelang kedatangan 'Reason Summer.'Walau semua terdengar baik, tapi seindah apapun pergantian musim tak akan sempat Julian lihat, pria terlalu sibuk dengan banyak sekali pekerjaan, itu hanya satu pengalihan saja dia hanya sibuk menghindari bertemu langsung dengan ayahnya, mulai dari dirinya harus lebihsering mengunjungi rumah calon istrinya dan terus meluangkan waktu untuk pertemuan yang sangat Julian hindari.Menurutnya dia terlalu terburu-buru jika harus langsung bersikap jika dia setuju walau tidak punya peluang untuk menolak, Julian ingin melakukan pendekatan secara pribadi, dia sangat menentang jika harus diatur apalagi diperintahkan seperti beberapa hari yang lalu, untungJulian bisa menolaknya dengan alasan jika dia sakit.Tapi
Hari ini Liera harus lebih larut malam, dia harus mengikuti segala kegiatan menjelang dirinya mendekati ujian kelulusan padahal ujian itu akan berlangsung bulan depan tapi Lisa sudah bertekad untuk mendapatkan nilai terbaik dan masuk ke universitas bersama temannyaAsyla, dalam harapan kecil Liera, dia ingin sekali menjadi seorang pianis, bermain piano adalah hal yang selalu Liera lakukan setiap dirinya memiliki waktu luang.Sebelumnya Liera tidak memberitahu sang Ibu jika dia akan mengikuti pelajaran tambahan setelah pulang sekolah, hari ini juga entah kenapa Liera lupa segalanya, dia bahkan tidak fokus mengikuti pelajaran dan beberapa kali mencoba tertidur di jam pelajaran.“A
Liera dihantar oleh Asyla sampai didepan gerbang rumahnya."Asyla, sampah jumpa dan terimakasih." ucap Liera, dia melambaikan tangan di kaca mobil saat mobil Asyla akan segera meninggalkan area rumahnya.Liera sedikit bingung melihat mobil yang terparkir di depan rumahnya, itu mirip sekali dengan mobil yang pria tadi menariknya dan seakan pria itu mengenal dirinya."Astaga! Apakah itu benar? Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Liera menggigit jarinya dengan panik perkataan pria itu benar-benar sulit untuk dirinya mengerti, sesampainya di depan teras rumah Liera sedikit mengintip dari jendela rumahnya.Dan itu benar! Ada pria itu di sana, duduk bersebrangan dengan ibunya.
Disinilah Liera, duduk diantara kedua pria itu lagi, sebenarnya setelah kejadian itu, Liera enggan untuk melihat pria yang bernama Julian itu, atau mungkin calon suaminya, ralat! Pria yang bahkan belum Liera bayangkan akan menjadi pendamping hidupnya.Liera hanya diam ketika sang Ibu terus menggenggam tangannya, memaksa Liera untuk terus berada disampingnya padahal Liera tahu hari sudah mulai mendekati tengah malam dan mengingat begitu banyak hal yang harus Liera lakukan, tapi semua ini membuat dirinya tidak memiliki kemampuan untuk pergi.Bagaimana nanti pada akhirnya semua tahu, jika dalam hitungan bulan Liera harus menikah.Dia bahkan tak tahu apapun tentang arti sebuah pernikahan, apalagi menjadi istri yang baik yang baru saja Tuan Grew katakan pada dirinya
Membuka lembaran demi lembaran buku di hadapan Liera, gadis itu tidak bisa fokus pada pelajaran hari ini, matanya memang tertuju pada papan tulis didepan tapi pikiran dan hatinya berada ditempat lain.Perkataan sang ibu masih berputar di kepala terus berputar tanpa henti, hari ini Liera menghindari percakapan yang biasa dia lakukan dengan sang Ibu, memberikan alasan jika dia ingin cepat sampai di sekolah dan membahas beberapa materi dengan teman-temannya.Itu hanya alasan, sebenarnya Liera tak ingin mendengar apapun.Pernikahan?Dan satu fakta yang benar-benar menjadi tanda tanya besar, jika sebenarnya Liera masih memiliki seorang ayah. Tapi kenapa sang Ibu menyembunyikan? Apakah Kakak
Segalanya menjadi kacau, Merry bingung dan juga kesal, keadaan membuatnya selalu ditekan sebuah perjanjian, jika keadaan saat itu Merry tahu jika Tuan Grew akan segera memaksa dirinya memberikan putrinya, mungkin dari awal Merry menolak kerjasama itu.Hari sudah menjelang sore, baik Liera mau Keira keduanya tidak menampakkan sebuah tanda akan pulang, ini jelas menambah beban pikiran Merry saat ini, belum lagi tapi pagi.Liera menghindar untuk bertemu dengannya terus Keira yang pergi begitu saja setelah Merry menjelaskan apa yang terjadi.Dia sudah beberapa kali menghubungi Liera namun tidak sedikitpun putrinya menjawab panggilannya, padahal seharusnya Merry memaksa Keira saja mungkin keadaan tidak akan begitu kacau.
Seminggu berlalu …Terasa cepat namun banyak hal yang terlewatkan, katakan seperti itu. Liera melewati hari dengan pertimbangan tanpa sebuah arti, memikirkannya dalam setiap detik yang terlewatkan dan bertanya apakah semua ini sebuah keputusan nyata? Atau ini hanya ilusi yang tergambar dalam benaknya.Bagaimana, pernikahan ini diputuskan dan akan segera terlaksanakan dalam hitungan hari, awalnya hanya sebuah ucapan lalu berubah menjadi sebuah tanggung jawab, dimana Liera benar-benar mengatakan jika dia siap menikah diusia muda, bahkan seragam putih abu-abu masih dia kenakan.Bukan sang ibu atau sang kakak, namun tuntutan pihak lain membuat Liera terus terseret dalam perj
Hitam dan putih, dua warna yang memiliki arti tersendiri.Keduanya merupakan warna dasar, warna yang jika dicampurkan dengan warna lain tidak akan bisa kembali menjadi putih atau hitam, kedua warna itu juga suatu lambang dari sifat seseorang sesuai pandangan orang lain.Tapi kali ini menurut Liera warna hitam dan putih adalah perbedaan dirinya dengan kehidupannya saat ini, banyak sekali hal yang tidak bisa dirinya mengerti dalam waktu cepat dan hal asing yang terasa sulit diterima.Salah satu contohnya, ketika sang Ibu bertanya apakah dirinya siapa menjadi sebuah tumpuan untuk kehidupan barunya?Jangan-kan untuk menjadi tumpuan, Liera terkadang juga masih butuh tumpuan sang Ibu, lalu kini dia yang harus menjadi tump
Satu tahun kemudian.Suatu pagi di rumah sederhana yang menjadi sebuah pertemuan dan menjadi akhir kebahagian.suara tangisan seorang bayi mewakili indahnya pagi hari, dengan iringan kicauan burung, cahaya matahari juga tidak ingin kalah untuk menyambut mereka, menjadi sebuah awalan di pagi hari dengan kisah baru untuk kisah selanjutnya.keluarga kecil yang kini menjadi suatu kebahagiaan tidak ternilai, itulah kisah ini.dari perjanjian menjadi sebuah ikatan benang antara Julian dan Liera yang membawa mereka pada indahnya falling love, padahal awal hanya sebuah persetujuan paksaan tapi kini berubah menjadi ketulusan untuk rela bersama.Liera membuka matanya setelah rasanya tangisan bayinya semakin menggema di dalam ruangan, dan hal yang dirinya lihat adalah pemandangan dimana Julian tertidur di sofa sambil memeluk putra mereka yang menangis, dia tersenyum. biasanya Julian membangunkan dirinya saat tengah malam putranya menangis,
"Benarkah? Kamu janji?" Tanya Liera dengan wajah penuh harapan menatap Julian yang ada di sampingnya, berharap jika pria itu akan segera mengangguk ucapannya.Walau kehadiran seseorang yang ada di dalam perutnya sungguh memberikan rasa bahagia luar biasa, Liera juga ingin dimanjakan oleh Julian, setidaknya kini dirinya sudah hamil, tidak perlu ada kebohongan lagi untuk membuat Ayah Julian menekan dirinya lagi.Setidaknya untuk saat ini itulah kebahagian yang harus segera diberikan pada yang lain.Liera tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya saat mulai membesar perutnya, ketika dirinya akan lebih sering menghabiskan waktu untuk menceritakan banyak hal pada anaknya, Liera sempat membaca ibu hamil akan sering meminta sesuatu yang aneh, dia ingin membayangkan bagaimana sulitnya Julian untuk mencari hal yang sangat dirinya inginkan.Dengan diam-diam Liera mengelus perutnya yang masih rata, dari dalam hatinya dia menyampaikan sebuah pesan
Beberapa hari kemudian.Akhir pekan, Sebenarnya Julian dan Liera ingin menghabiskan liburan mereka di pantai, tapi kemarin keduanya mendapatkan undangan dari ayah Julian untuk menghadiri acara yang pria itu buat.Julian awalnya ingin menikah karena pasti acara itu untuk pertemuan para partner kerja ayahnya, tapi Liera mengatakan jika dirinya ingin datang dan mengharapkan Julian untuk menceritakan apa sebelumnya merekadiskusikan, jadi tidak alasan untuknya nolak.Julian membuka matanya, dia masuk setelah Liera tidak ada di sampingnya, ini aneh kenapa dia bangun lebih siang dan kenapa Liera juga tidak membangunkan dirinya?Fokus Julian teralihkan saat mendengar suara yang aneh dari berasal dari bathroom, suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, Julian langsung mengibaskan selimut di tubuhnya, berjalan mendekat dan tangan terulur membuka pintu.Dan benar, Julian langsung diberikan pandangan dimana Liera yang sedang berhada
Sesampainya di Vila mereka.Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat se
Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu."Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu."lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga K
"Liera, pulanglah, aku sungguh merasa kosong kau tidak ada di villa," ucap Julian, dia merapikan rambut Liera yang sempat berantakan, jika dilihat seperti ini Liera banyak berubah, raut wajahnya, terus bibir dan pipinya sedikit kurus, apakah banyak hal dirinya pikirkan?Tapi semua tertutup dengan kecantikan hari ini, gaun yang sedikit membuat Julian kesal karena hampir mengekspos seluruh punggung istrinya, siapa yang telah merekomendasikan pakaian ini padanya?Liera mengangkat kepalanya untuk menatap Julian, dia ingin sekali pulang tapi setelah apa yang terjadi banyak hal membuat Liera terus mempertimbangkan banyak hal, dia tidak terus dibutakan oleh kebersamaan, dia juga tidak bisa terus menipu dan pura-pura tidak tahu."Kamu tahu, aku datang kesini setelah membatalkan jadwal rapatku, karena aku tidak mau menerima surat cerai yang kau kirim, Liera kenapa kamu melakukan itu? Aku tidak akan melupakanmu." Ucap Julian, itu benar. Dia baru saja akan kemba
MISS U Hari itu, hari dimana Liera berdiri dengan buket bunga ditangannya, suasana sakral benar-benar terasa selama dirinya berdiri disamping Asyla.Ya, hari ini sudah tiba dimana akhirnya Liera harus membantu teman menentukan pilihan hidupnya, sebagai satu saksi dari sekian banyak para undangan yang datang, Liera melihat ke depan saat waktunya mempelai pengantin wanita berjalan menuju altar.Seluruh tubuh liera hanya bisa melihat ke bawah, apa yang diharapkan?Kenapa selalu berkaitan dengan Julian, kenapa rasanya sulit mengangkat kepala di situasi seperti itu? Dirinya merusak suasana pernikahan bukan?"Liera, kamu baik-baik saja?" Tanya Asyla, dia sampai harus mengambil langkah untuk berdiri di samping sahabatnya, karena sejak datang Liera tidak pernah menunjukan wajah bahagianya, padahal semua orang tersenyum lebar di ruangan ini."Asyla, maafkan aku. Seperti kamu sadar, aku tidak berbohong jika aku masih bingung saat ini, aku
By FoundBeberapa hari kemudian.Hari ini rencananya jika memang tidak ada halangan, Julian akan melakukan terapi untuk kedua kalinya, terlalu dekat dengan terapi pertama, hanya berjarak tiga hari, padahal terapi ini hanya dianjurkan selama dua minggu sekali, tapi sekali lagi siapa yang bisa menghentikan keras pria itu?Tidak ada yang bisa, jika Julian sudah memintanya maka hal itu harus terjadi, walau resiko bisa lebih buruk dari yang pertama.Hari tidak ada bisa memberikan semangat atau sekedar kata untuk membuat Julian berpikir dua kali, baik Sean dan jake keduanya memiliki kepentingan masing-masing. lagipula siapa yang tahan bersama dirinya lebih dari tiga jam hanya satu orang.Liera.Tapi gadis itu sekarang sudah menyerah dan sekarang sedang menunggu dirinya untuk siapa menerima surat cerai darinya.Menyedihkan bukan?Ketika seseorang sedang berjuang untuk sebuah keberhasilan yang rasanya mustahil
Julian sepertinya di buat kembali pada masa lalu, ingatannya membawa dirinya pada kejadian asing tapi semua terasa begitu familiar, dia melihat dirinya di dalam kemacetan di lalu lintas jalan, dirinya mencoba kembali melangkah untuk melihat dengan jelas.Tapi saat melangkah mendaki Julian melihat dirinya yang keluar dari mobil dengan perasaan kesalnya, mengejar seseorang yang juga keluar dari mobil, dalam sebuah keributan itu dan kekacauan keadaan.Membuat Julian tidak bisa melangkah mendekati, kakinya terpaku dan dirinya takut untuk melihat apa yang terjadi pada dirinya saat ini, dia benci melihat kecelakaan, karena kecelakaan Sean yang membuat Julian saat itu trauma dan bahkan sempat membuat Julian tidak bisa melihat jalanan kota dengan tenang, apalagi berada di padatnya kemacetan."Tidak!" Teriak Julian saat melihat dirinya berlari untuk mendekati pria yang dirinya kejar, Julian tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas, hingga akhirnya Julian mel