Beberapa hari kemudian …
Kehidupan ini masih berjalan seperti biasanya, di mana cuaca kadang berubah di setiap harinya dan terkadang berbeda dari harapan, wajar saja jika dihitung dari pergantian musim sudah seharusnya menjelang kedatangan 'Reason Summer.'
Walau semua terdengar baik, tapi seindah apapun pergantian musim tak akan sempat Julian lihat, pria terlalu sibuk dengan banyak sekali pekerjaan, itu hanya satu pengalihan saja dia hanya sibuk menghindari bertemu langsung dengan ayahnya, mulai dari dirinya harus lebih
sering mengunjungi rumah calon istrinya dan terus meluangkan waktu untuk pertemuan yang sangat Julian hindari.Menurutnya dia terlalu terburu-buru jika harus langsung bersikap jika dia setuju walau tidak punya peluang untuk menolak, Julian ingin melakukan pendekatan secara pribadi, dia sangat menentang jika harus diatur apalagi diperintahkan seperti beberapa hari yang lalu, untung
Julian bisa menolaknya dengan alasan jika dia sakit.Tapi mungkin dalam minggu ini, Julian tidak punya alasan lagi untuk menolak pertemuannya dengan calon istri, mungkinkah Julian punya trauma dengan pernikahan?
Dia sempat berpikir tentang dirinya yang akan berdiri di depan altar, tapi baginya tidak ada kesan apapun yang ingin Julian rasanya, memikirkannya saja membuat Julian sangat malas, jika tujuan pernikahan mereka untuk menghasilkan seorang anak untuk apa harus ada
pernikahan?Bukankah Julian hanya perlu memilih wanita yang sehat dan mengandung anaknya selama sembilan bulan lalu setelah itu tidak ada hubungan yang perlu di pertanggung jawabkan, terkadang Julian begitu muak terhadap pemikiran sang ayah tapi bagaimanapun Julian tidak membantah perintah, karena seburuk apapun sikap sang ayah bagi Julian dia tetaplah seorang ayah yang sudah selayaknya dia sayangi dan cintai.
Sedangkan kehidupan Liera semakin membingungkan, beberapa hari yang lalu dirinya mendengar langsung jika dia akan menikah, bagaimana bisa Liera menikah? Dia bahkan belum lulus sekolah dan jika dilihat seharusnya Liera lebih fokus untuk ujian nanti, umurnya bahkan belum melewati 18 tahun tidak mungkin dia menikah.
Jika memang itu terjadi, seharusnya Keira yang lebih tepat jika dia harus menikah, bagi Liera dirinya terlalu jauh untuk masalah menikah belum lagi sikapnya yang tidak pantas dijadikan seorang istri untuk calon suami.
Beberapa hari saat pulang sekolah Liera mendengar pertengkaran hebat antara ibunya dengan seorang yang wanita itu hubungi, lagi-lagi pernikahan yang menjadi inti
permasalahanya, Liera tidak mengerti apa yang membuat mereka terus memaksa ibunya menyerahkan salah satu putrinya.Apakah mungkin dirinya akan di jual?
'Jangan katakan padaku jika aku akan di nikahnya dengan pria tua karena di masa lalu ibu memiliki masalah dengan mereka.'
"Liera? Kau baik-baik saja?" ucap Asyla, dia menepuk bahu sahabatnya. Dia tidak percaya jika kebiasaan baru Liera adalah melamun.
"Ya?" jawabnya, entah kenapa Liera jadi ikut campur dengan permasalahan ibunya, banyak sekali hal yang ingin diketahui dan tentu saja seribu pertanyaan yang ingin diajukan, tapi jika Liera melakukan sekarang dirinya takut malah semakin mempersulit keadaan.
"Ada masalah? Kau tampak sedang memikirkan sesuatu? Jangan ragu untuk bercerita jika kamu ingin, mungkin aku bisa memberikan solusi untuk permasalahanmu?" ucap Asyla dengan sedikit menurunkan suaranya, pasalnya mereka berbicara di waktu dimana jam belajar masih berlangsung.
"Aku juga tidak tahu, aku belum bisa memastikan itu."
"bicaramu seperti orang dewasa, semenjak kamu kembali dari liburamu. kamu sedikit berubah, kamu banyak sekali melamun dan menghindari saat kita membicarakan hal lain, jangan bilang kau punya--"
Liera menutup mulut Asyla, dia hanya tidak ingin guru didepan mereka terus menatap ke-arah keduanya karena mengobrol di waktu belajar.
"Diamlah Asyla! Tidak lihatlah kau, jika kita sedang diawasi?"
Setelah itu Liera dan Asyla memutuskan untuk menyudahi acara perbincangan mereka berdua, dan terus mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik, karena bagaimanapun satu penjelasan bisa memberikan manfaat untuk mereka yang segera menghadapi ujian
penentuan.::
********
::"Tuan ada seseorang mencari anda." ucap Yuri, dia mendekati Julian yang tengah sibuk mengurus dokumen dan membalas beberapa email dari perusahaan lain, bisa terlihat jelas jika Julian dalam mode 'prince ice' dimana dia akan lebih dingin pada orang lain saat begitu fokus pada pekerjaan.
"Apa sebelumnya kau sudah membuat janji dengannya?"
Julian tidak menoleh ke arah Yuri, matanya terus sibuk menatap layar monitor di hadapannya, sudah dikatakan jika setiap pergantian musim dia akan sibuk meluncurkan produk terbaru agar para pelanggannya tetap setia menggunakan produknya.
"Belum Tuan, dia hanya mengatakan jika ingin bertemu dengan anda." ucap Yuri sekali lagi.
"Buk--," ucapnya terpotong melihat sosok yang melangkah masuk begitu saja, Julian memang
pernah bertemunya satu kali, beberapa tahun yang lalu saat dirinya masih duduk dipangku kuliah."Nyonya?" Julian merapikan jasnya, kemudian dia berjalan mendekati wanita yang sedang memainkan jarinya, dia tampak sedikit gugup.
"Yuru kamu bisa kembali."
Julian mempersilahkan wanita itu untuk duduk di sofa miliknya.
"sebelumnya maaf Tuan Grew, telah mengganggu waktu anda, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan langsung pada anda." ucap Merry. dia sudah pilihan lagi jika tidak menemui pria itu secara langsung, desakkan dari ayahnya akan terus membuat Merry tidak bisa menunda waktu.
"tidak masalah Nyonya, dan masalah apa yang ingin anda bicarakan?"
"Hm--aku rasa ayahmu sudah membicarakannya denganmu, akhir-akhir ini Ayahmu sering
sekali menghubungiku dan terkadang dia melakukan pertemuan denganku, dia ingin segera menjodohkan putriku denganmu, tapi masalah--," Merry menggigit bibir bawah dengan gelisah, haruskan aku mengatakanya? Atau tetap memaksa Lisa jadi pilihan terakhir."Putriku masih terlalu dini, bahkan usianya belum melewati 18 tahun, aku tidak bisa memaksa untuk menikah denganmu, bisakah kau membicarakan dengan ayahmu untuk menunda sampai setidaknya putriku lulus sekolahnya."
"aku tidak mengerti masalah apa yang membuatmu dan ayahku begitu kuat dalam ikatan perjodohan ini, tapi--apakah tidak terlalu memaksa jika anda ingin saya menikahi putrimu yang bahkan masih memakai seragam SMA, berbicara dengannya? Aku rasa aku tidak akan
bisa membantu apapun." ucapnya, Julian tidak ingin memberikan harapan apapun, dia sendiri saja tidak bisa menentang apa yang diperintahkan sang ayah apalagi meminta untuk menunda atau bahkan terdengar mustahil jika Julian meminta membatalkan pernikahan itu."Aku mohon! Tidakkah kamu pikirkan bagaimana nasib putriku, ketika harus tinggal bersamamu lalu melakukan sesuatu yang tidak pernah terlintas dalam pikirannya? dia terlalu polos untuk mengenal dunia pernikahan."
Merry ingin sekali mengembalikan apa yang pernah Tuan Grew berikan pada dulu, dia lebih baik tidak mendengarkan kata sang ibu daripada harus kehilangan putri, Liera. Dia gadis lugu, tidak mengerti apapun kecuali tidak pernah Merry ajarkan.
Ruangan begitu hening, Julian tidak memberikan respon apapun, dia juga tidak mengerti bagaimana dia bisa menjawab setiap kata Nyonya itu, belum lagi dia dibuat terkejut dengan fakta jika yang akan menikah dengannya seorang gadis yang lebih pantas memanggilnya Om dari Suami.
dan dia bahkan Gadis yang masih berseragam SMA.
Hari ini Liera harus lebih larut malam, dia harus mengikuti segala kegiatan menjelang dirinya mendekati ujian kelulusan padahal ujian itu akan berlangsung bulan depan tapi Lisa sudah bertekad untuk mendapatkan nilai terbaik dan masuk ke universitas bersama temannyaAsyla, dalam harapan kecil Liera, dia ingin sekali menjadi seorang pianis, bermain piano adalah hal yang selalu Liera lakukan setiap dirinya memiliki waktu luang.Sebelumnya Liera tidak memberitahu sang Ibu jika dia akan mengikuti pelajaran tambahan setelah pulang sekolah, hari ini juga entah kenapa Liera lupa segalanya, dia bahkan tidak fokus mengikuti pelajaran dan beberapa kali mencoba tertidur di jam pelajaran.“A
Liera dihantar oleh Asyla sampai didepan gerbang rumahnya."Asyla, sampah jumpa dan terimakasih." ucap Liera, dia melambaikan tangan di kaca mobil saat mobil Asyla akan segera meninggalkan area rumahnya.Liera sedikit bingung melihat mobil yang terparkir di depan rumahnya, itu mirip sekali dengan mobil yang pria tadi menariknya dan seakan pria itu mengenal dirinya."Astaga! Apakah itu benar? Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Liera menggigit jarinya dengan panik perkataan pria itu benar-benar sulit untuk dirinya mengerti, sesampainya di depan teras rumah Liera sedikit mengintip dari jendela rumahnya.Dan itu benar! Ada pria itu di sana, duduk bersebrangan dengan ibunya.
Disinilah Liera, duduk diantara kedua pria itu lagi, sebenarnya setelah kejadian itu, Liera enggan untuk melihat pria yang bernama Julian itu, atau mungkin calon suaminya, ralat! Pria yang bahkan belum Liera bayangkan akan menjadi pendamping hidupnya.Liera hanya diam ketika sang Ibu terus menggenggam tangannya, memaksa Liera untuk terus berada disampingnya padahal Liera tahu hari sudah mulai mendekati tengah malam dan mengingat begitu banyak hal yang harus Liera lakukan, tapi semua ini membuat dirinya tidak memiliki kemampuan untuk pergi.Bagaimana nanti pada akhirnya semua tahu, jika dalam hitungan bulan Liera harus menikah.Dia bahkan tak tahu apapun tentang arti sebuah pernikahan, apalagi menjadi istri yang baik yang baru saja Tuan Grew katakan pada dirinya
Membuka lembaran demi lembaran buku di hadapan Liera, gadis itu tidak bisa fokus pada pelajaran hari ini, matanya memang tertuju pada papan tulis didepan tapi pikiran dan hatinya berada ditempat lain.Perkataan sang ibu masih berputar di kepala terus berputar tanpa henti, hari ini Liera menghindari percakapan yang biasa dia lakukan dengan sang Ibu, memberikan alasan jika dia ingin cepat sampai di sekolah dan membahas beberapa materi dengan teman-temannya.Itu hanya alasan, sebenarnya Liera tak ingin mendengar apapun.Pernikahan?Dan satu fakta yang benar-benar menjadi tanda tanya besar, jika sebenarnya Liera masih memiliki seorang ayah. Tapi kenapa sang Ibu menyembunyikan? Apakah Kakak
Segalanya menjadi kacau, Merry bingung dan juga kesal, keadaan membuatnya selalu ditekan sebuah perjanjian, jika keadaan saat itu Merry tahu jika Tuan Grew akan segera memaksa dirinya memberikan putrinya, mungkin dari awal Merry menolak kerjasama itu.Hari sudah menjelang sore, baik Liera mau Keira keduanya tidak menampakkan sebuah tanda akan pulang, ini jelas menambah beban pikiran Merry saat ini, belum lagi tapi pagi.Liera menghindar untuk bertemu dengannya terus Keira yang pergi begitu saja setelah Merry menjelaskan apa yang terjadi.Dia sudah beberapa kali menghubungi Liera namun tidak sedikitpun putrinya menjawab panggilannya, padahal seharusnya Merry memaksa Keira saja mungkin keadaan tidak akan begitu kacau.
Seminggu berlalu …Terasa cepat namun banyak hal yang terlewatkan, katakan seperti itu. Liera melewati hari dengan pertimbangan tanpa sebuah arti, memikirkannya dalam setiap detik yang terlewatkan dan bertanya apakah semua ini sebuah keputusan nyata? Atau ini hanya ilusi yang tergambar dalam benaknya.Bagaimana, pernikahan ini diputuskan dan akan segera terlaksanakan dalam hitungan hari, awalnya hanya sebuah ucapan lalu berubah menjadi sebuah tanggung jawab, dimana Liera benar-benar mengatakan jika dia siap menikah diusia muda, bahkan seragam putih abu-abu masih dia kenakan.Bukan sang ibu atau sang kakak, namun tuntutan pihak lain membuat Liera terus terseret dalam perj
Hitam dan putih, dua warna yang memiliki arti tersendiri.Keduanya merupakan warna dasar, warna yang jika dicampurkan dengan warna lain tidak akan bisa kembali menjadi putih atau hitam, kedua warna itu juga suatu lambang dari sifat seseorang sesuai pandangan orang lain.Tapi kali ini menurut Liera warna hitam dan putih adalah perbedaan dirinya dengan kehidupannya saat ini, banyak sekali hal yang tidak bisa dirinya mengerti dalam waktu cepat dan hal asing yang terasa sulit diterima.Salah satu contohnya, ketika sang Ibu bertanya apakah dirinya siapa menjadi sebuah tumpuan untuk kehidupan barunya?Jangan-kan untuk menjadi tumpuan, Liera terkadang juga masih butuh tumpuan sang Ibu, lalu kini dia yang harus menjadi tump
Hari itu tiba, dari dimana aku melihat diriku dengan segala hal yang berhubungan dengan pernikahan, menatap diri pada cermin rias dengan seribu pertanyaan.Untuk apa semua ini?Bertanya apakah ini begitu penting untuk kehidupan dimana Liera hanya gadis biasa, yang hanya memikirkan belajar dengan baik, masuk ke dalam perguruan tinggi sesuai harapan, dan berbagi cerita dengan orang terdekat.Tapi? Seakan takdir berkata ‘kau berbeda dengan yang lain’ seakan Liera memang harus menghadapi takdir yang tidak bisa diharapkan dan tidak sedikitpun terlintas dalam pikirannya.Menikah?Dirinya rias dengan penuh kehati-hati, padahal acara ini
Satu tahun kemudian.Suatu pagi di rumah sederhana yang menjadi sebuah pertemuan dan menjadi akhir kebahagian.suara tangisan seorang bayi mewakili indahnya pagi hari, dengan iringan kicauan burung, cahaya matahari juga tidak ingin kalah untuk menyambut mereka, menjadi sebuah awalan di pagi hari dengan kisah baru untuk kisah selanjutnya.keluarga kecil yang kini menjadi suatu kebahagiaan tidak ternilai, itulah kisah ini.dari perjanjian menjadi sebuah ikatan benang antara Julian dan Liera yang membawa mereka pada indahnya falling love, padahal awal hanya sebuah persetujuan paksaan tapi kini berubah menjadi ketulusan untuk rela bersama.Liera membuka matanya setelah rasanya tangisan bayinya semakin menggema di dalam ruangan, dan hal yang dirinya lihat adalah pemandangan dimana Julian tertidur di sofa sambil memeluk putra mereka yang menangis, dia tersenyum. biasanya Julian membangunkan dirinya saat tengah malam putranya menangis,
"Benarkah? Kamu janji?" Tanya Liera dengan wajah penuh harapan menatap Julian yang ada di sampingnya, berharap jika pria itu akan segera mengangguk ucapannya.Walau kehadiran seseorang yang ada di dalam perutnya sungguh memberikan rasa bahagia luar biasa, Liera juga ingin dimanjakan oleh Julian, setidaknya kini dirinya sudah hamil, tidak perlu ada kebohongan lagi untuk membuat Ayah Julian menekan dirinya lagi.Setidaknya untuk saat ini itulah kebahagian yang harus segera diberikan pada yang lain.Liera tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya saat mulai membesar perutnya, ketika dirinya akan lebih sering menghabiskan waktu untuk menceritakan banyak hal pada anaknya, Liera sempat membaca ibu hamil akan sering meminta sesuatu yang aneh, dia ingin membayangkan bagaimana sulitnya Julian untuk mencari hal yang sangat dirinya inginkan.Dengan diam-diam Liera mengelus perutnya yang masih rata, dari dalam hatinya dia menyampaikan sebuah pesan
Beberapa hari kemudian.Akhir pekan, Sebenarnya Julian dan Liera ingin menghabiskan liburan mereka di pantai, tapi kemarin keduanya mendapatkan undangan dari ayah Julian untuk menghadiri acara yang pria itu buat.Julian awalnya ingin menikah karena pasti acara itu untuk pertemuan para partner kerja ayahnya, tapi Liera mengatakan jika dirinya ingin datang dan mengharapkan Julian untuk menceritakan apa sebelumnya merekadiskusikan, jadi tidak alasan untuknya nolak.Julian membuka matanya, dia masuk setelah Liera tidak ada di sampingnya, ini aneh kenapa dia bangun lebih siang dan kenapa Liera juga tidak membangunkan dirinya?Fokus Julian teralihkan saat mendengar suara yang aneh dari berasal dari bathroom, suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, Julian langsung mengibaskan selimut di tubuhnya, berjalan mendekat dan tangan terulur membuka pintu.Dan benar, Julian langsung diberikan pandangan dimana Liera yang sedang berhada
Sesampainya di Vila mereka.Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat se
Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu."Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu."lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga K
"Liera, pulanglah, aku sungguh merasa kosong kau tidak ada di villa," ucap Julian, dia merapikan rambut Liera yang sempat berantakan, jika dilihat seperti ini Liera banyak berubah, raut wajahnya, terus bibir dan pipinya sedikit kurus, apakah banyak hal dirinya pikirkan?Tapi semua tertutup dengan kecantikan hari ini, gaun yang sedikit membuat Julian kesal karena hampir mengekspos seluruh punggung istrinya, siapa yang telah merekomendasikan pakaian ini padanya?Liera mengangkat kepalanya untuk menatap Julian, dia ingin sekali pulang tapi setelah apa yang terjadi banyak hal membuat Liera terus mempertimbangkan banyak hal, dia tidak terus dibutakan oleh kebersamaan, dia juga tidak bisa terus menipu dan pura-pura tidak tahu."Kamu tahu, aku datang kesini setelah membatalkan jadwal rapatku, karena aku tidak mau menerima surat cerai yang kau kirim, Liera kenapa kamu melakukan itu? Aku tidak akan melupakanmu." Ucap Julian, itu benar. Dia baru saja akan kemba
MISS U Hari itu, hari dimana Liera berdiri dengan buket bunga ditangannya, suasana sakral benar-benar terasa selama dirinya berdiri disamping Asyla.Ya, hari ini sudah tiba dimana akhirnya Liera harus membantu teman menentukan pilihan hidupnya, sebagai satu saksi dari sekian banyak para undangan yang datang, Liera melihat ke depan saat waktunya mempelai pengantin wanita berjalan menuju altar.Seluruh tubuh liera hanya bisa melihat ke bawah, apa yang diharapkan?Kenapa selalu berkaitan dengan Julian, kenapa rasanya sulit mengangkat kepala di situasi seperti itu? Dirinya merusak suasana pernikahan bukan?"Liera, kamu baik-baik saja?" Tanya Asyla, dia sampai harus mengambil langkah untuk berdiri di samping sahabatnya, karena sejak datang Liera tidak pernah menunjukan wajah bahagianya, padahal semua orang tersenyum lebar di ruangan ini."Asyla, maafkan aku. Seperti kamu sadar, aku tidak berbohong jika aku masih bingung saat ini, aku
By FoundBeberapa hari kemudian.Hari ini rencananya jika memang tidak ada halangan, Julian akan melakukan terapi untuk kedua kalinya, terlalu dekat dengan terapi pertama, hanya berjarak tiga hari, padahal terapi ini hanya dianjurkan selama dua minggu sekali, tapi sekali lagi siapa yang bisa menghentikan keras pria itu?Tidak ada yang bisa, jika Julian sudah memintanya maka hal itu harus terjadi, walau resiko bisa lebih buruk dari yang pertama.Hari tidak ada bisa memberikan semangat atau sekedar kata untuk membuat Julian berpikir dua kali, baik Sean dan jake keduanya memiliki kepentingan masing-masing. lagipula siapa yang tahan bersama dirinya lebih dari tiga jam hanya satu orang.Liera.Tapi gadis itu sekarang sudah menyerah dan sekarang sedang menunggu dirinya untuk siapa menerima surat cerai darinya.Menyedihkan bukan?Ketika seseorang sedang berjuang untuk sebuah keberhasilan yang rasanya mustahil
Julian sepertinya di buat kembali pada masa lalu, ingatannya membawa dirinya pada kejadian asing tapi semua terasa begitu familiar, dia melihat dirinya di dalam kemacetan di lalu lintas jalan, dirinya mencoba kembali melangkah untuk melihat dengan jelas.Tapi saat melangkah mendaki Julian melihat dirinya yang keluar dari mobil dengan perasaan kesalnya, mengejar seseorang yang juga keluar dari mobil, dalam sebuah keributan itu dan kekacauan keadaan.Membuat Julian tidak bisa melangkah mendekati, kakinya terpaku dan dirinya takut untuk melihat apa yang terjadi pada dirinya saat ini, dia benci melihat kecelakaan, karena kecelakaan Sean yang membuat Julian saat itu trauma dan bahkan sempat membuat Julian tidak bisa melihat jalanan kota dengan tenang, apalagi berada di padatnya kemacetan."Tidak!" Teriak Julian saat melihat dirinya berlari untuk mendekati pria yang dirinya kejar, Julian tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas, hingga akhirnya Julian mel