Asisten Kesayangan CEO Angkuh

Asisten Kesayangan CEO Angkuh

last updateLast Updated : 2023-10-31
By:  Lavender My NameCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
104Chapters
7.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Seorang gadis bernama Rara terpaksa menerima tugas khusus atasannya, untuk membantu mengatasi kebangkrutan yang sudah mengincar perusahaan yang dipimpin oleh putranya,sejak beberapa bulan terakhir. Berbagai penolakan dilakukan secara terselubung oleh Raka, sang CEO. Ia sangat membenci asisten barunya itu. Berbagai hal licik dilakukan Raka untuk membuat Rara menyerah , mengundurkan diri menjadi asistennya. Namun kenyataannya, ia harus mengakui keahlian sang asisten. Raka mulai terbiasa dengan kehadiran Rara, hingga suatu hari Widjanarko menugasi Rara untuk membantunya menyelesaikan masalah perusahaannya di luar negeri. Raka yang mulai tergantung pada Rara, tidak ingin Rara pergi dari sisinya. Bagaimana kisah Raka dan Rara selanjutnya?

View More

Chapter 1

1. Rencana Perjodohan

“Bagaimana? Apakah si bodoh itu bersedia menerima perjodohan yang sudah aku rencanakan?” Widjanarko menatap sosok pria tinggi tegap dengan rambut cepak klimis, yang berdiri tepat di depan meja kerjanya.

Pria muda itu diam seribu bahasa seraya menundukkan kepalanya. Ia tidak berani menjawab pertanyaan tuan besarnya.

“Doni! Aku sedang berbicara denganmu,” bentak Widjanarko, tidak sabar mendengar laporan orang kepercayaannya.

“Maafkan saya, Tuan. Saya tidak berhasil menjalankan tugas saya.” Doni kembali menundukkan kepalanya, seiring dengan helaan nafas berat pria bertubuh besar berusia sekitar lima puluh tahunan.

“Dasar anak tidak berbakti! Tidak tahukah jika dirinya sedang berada dalam posisi yang sangat berbahaya?!” Widjanarko dengan cepat kembali berusaha menenangkan dirinya ketika dirasa kepalanya mulai terasa berat.

Doni semakin merasa bersalah. Tugasnya kali ini benar-benar berat. Membujuk tuan mudanya agar bersedia menikahi putri lawan bisnis orang tuanya, demi menyelamatkan perusahaan yang dikelolanya dari ambang kehancuran.

Widjanarko mengetuk mejanya berkali-kali dengan ujung telunjuk kanannya. Bagaimana dirinya bisa menyadarkan putra semata wayangnya itu? Perusahaan yang ia berikan pada Raka, belum dikatakan berhasil. Pendapatan perusahaan itu masih naik turun dari tahun ke tahun. Pria muda itu justru sibuk bermain-main. Dan kini, perusahaan sedang dalam keadaan genting. Bukannya dirinya tidak mau membantu, tapi ia ingin putranya itu berjuang sendiri, tidak lagi mengandalkan kedua orang tuanya.

Perjodohan mungkin menjadi alternatif terbaik. Dengan demikian, putranya itu bisa mendapatkan suntikan dana dari rival bisnisnya, sekaligus mendapatkan pendamping hidup yang bisa merawatnya.

Bagaimana jika Raka tetap saja menolak rencana perjodohan itu?

Widjanarko kembali menarik nafas panjang. Pikirannya melalang buana. Tiba-tiba dirinya teringat seseorang. Seseorang yang mungkin saja bisa menjadi penolongnya. Seseorang yang akan menjadi senjata untuk menekan putranya yang keras kepala itu, agar bisa sadar secepatnya. Seseorang yang mungkin saja bisa membuat Raka bertekuk lutut padanya.

Senyum lebar mengembang seketika di wajah lelah Widjanarko. Jika Raka menolak rencana perjodohan ini, tidak mengapa. Ia sudah menemukan pengganti yang tepat. Ia yakin dengan ide barunya ini.  Ia harus segera menelpon istrinya. Ratih pasti akan setuju dengan rencananya ini. Pria itu berdiri dari duduknya.

“Don! Siapkan mobil. Jemput Ibu, suruh datang kemari sekarang juga!” Titah Widjanarko segera dilaksanakan Doni.

Hahahaha. Dasar anak bodoh! Kau kira akan selamat kali ini? Tidak akan. Papa punya kejutan untukmu, dan kau tidak akan berani untuk menolaknya. Senyum Widjanarko mengembang lebih lebar.

Widjanarko menatap ke luar jendela ruang kerjanya yang berada di lantai sebelas. Wajahnya kali ini tidak lagi suntuk dan resah, melainkan bersinar penuh semangat.

-0-

“Aku sudah mengatakan padamu berkali-kali. Aku tidak akan pernah menyetujui rencana papa!” Untuk kesekian kali Doni terkena semprotan dari tuan mudanya.

Setelah dirinya menjemput nyonya besar, ia kembali ke kantor tuan mudanya.  Misinya masih sangat jelas , membujuk tuan muda untuk menerima perjodohan yang sudah direncanakan orang tuanya demi menyelamatkan perusahaannya.

“Apa artinya menikah tapi tidak saling mencintai? Kau sendiri tahu itu’kan? Mengapa kau justru menjerumuskan atasanmu ke jurang penderitaan?” hardik Raka. Mata tajamnya menguliti Doni habis-habisan. Ia benar-benar tidak habis pikir, mengapa asistennya justru tidak memihak dirinya.

“Tapi, Tuan… Semua ini juga untuk menyelamatkan perusahaan.” Doni masih terus merayu atasannya itu.

“Mati atau hidup perusahaan ini, bukan urusanmu. Aku yang akan bertanggungjawab, bukan kau!” raung Raka. Ia benar-benar sudah tidak bisa lagi mentolerir sikap asistennya itu.

“Pergi kau dari hadapanku! Jangan pernah lagi datang ke kantor ini!”

Doni tercekat. Tubuhnya menegang. Ia sama sekali tidak mengira jika atasannya akan mengusir dirinya. Lama Doni berdiri di tempatnya. Ia masih berusaha mencerna perintah atasannya barusan.

“Apakah kau lupa dimana letak pintunya?”

Doni mengangkat wajahnya, menatap atasannya.

Raka sama sekali tidak memandang ke arah Doni. Ia menatap layar laptopnya dengan tatapan kosong. Emosi sedang menguasai dirinya. Ia benci semua orang yang berseberangan dengannya saat ini. Ia benci semua orang yang mendukung rencana perjodohannya.

“Maafkan, atas kelancangan saya Tuan Muda. Percayalah, suatu saat nanti Tuan akan mengerti mengapa saya melakukan semua ini.” Doni berusaha tegar. “Terima kasih sudah mempekerjakan saya selama ini.  Saya pamit.”

Dengan langkah gontai, Doni melangkah meninggalkan ruangan yang selama tujuh tahun ini menjadi tujuan hidupnya. Ia tidak tahu hendak kemana. Yang pasti ia harus mencari seseorang yang bisa menyembuhkan luka hatinya saat ini.

Sepeninggal Doni, Raka langsung membuang semua yang ada di atas meja kerjanya. Laptop yang baru saja ia beli beberapa bulan yang lalu, tidak luput dari amukannya. Gara-gara orang tuanya, ia harus kehilangan orang kepercayaannya . Gara-gara mereka, ia harus memecat orang yang paling setia padanya selama ini.

Pria itu jatuh terduduk di samping meja kerjanya. Kedua tangannya menarik-narik rambutnya. Apa yang harus ia lakukan? Ia tidak mau menerima perjodohan gila itu. Ia sama sekali tidak tertarik dengan gadis yang akan dijodohkan dengannya itu. Secantik apa pun gadis itu, ia tidak akan pernah tertarik padanya. Hatinya sudah lama mati. Hanya ada satu yang bisa memenangkan hatinya, tapi ia sudah tidak mengetahui keberadaannya. Gadis itu sudah membawa pergi hatinya.

Suara ketukan di pintu diabaikan oleh Raka. Ia sama sekali tidak berniat menerima tamu hari ini. Perasaannya begitu buruk. Biarkan saja. Jika  perusahaan ini hancur, ya hancur saja. Ia sudah tidak peduli lagi. Salah siapa juga mengapa menjadi parah begini? Ia hanya meminjam dana tidak sampai lima trilyun untuk menyelamatkan perusahaan tapi harus memenuhi persyaratan gila itu.

“Aku tidak menerima tamu. Pergilah!” Raka bangkit dari duduknya di lantai, kembali duduk di kursi kerjanya menatap ke arah hiruk pikuk jalanan di depan perkantorannya. 

“Apakah kamu juga tidak menerima kedatangan Mama, Sayang?”

Terdengar suara lembut dari sela-sela ketukan yang masih terdengar. Punggung Raka seketika tegak. Ia tidak ingin terlihat begitu payah di hadapan mamanya. Dengan cepat, Raka merapikan ruangannya meski ala kadarnya. Ia menyimpan laptopnya yang sudah tercerai berai, meletakkannya di lemari di bawah meja kerjanya.

Dengan cepat, pria itu melangkah membukakan pintu ruangannya, dan langsung mendapati wajah teduh wanita yang sudah melahirkannya di dunia ini.

“Ada apa Mama kemari?”

Ratih menghujani wajah putra tunggalnya itu dengan berpuluh-puluh ciuman, dan baru berakhir setelah Raka merengek. Ia terkekeh.

“Mumpung kamu belum ada yang punya. Jadi Mama masih bebas menciumi wajahmu  seperti waktu kamu  bayi dulu.”

“Apaan sih, Ma,” sungut pria muda itu kembali ke kursi kerjanya.

Ratih memandangi ruangan itu, mencoba mencari foto seorang gadis, dan… Nihil. Ia sama sekali tidak menemukan foto wanita di ruangan itu.

“Raka…” panggil wanita itu dengan lembut. “Mama baru saja bertemu dengan papa kamu.”

Raka diam. Ia sama sekali tidak merespon laporan mamanya. Ia sudah tahu maksud kedatangan wanita itu. Pastilah sama dengan Doni, membujuk agar dirinya bersedia menerima perjodohan itu.

“Jawaban Raka tetap sama, Ma. Raka tidak akan setuju. Biar saja perusahaan ini hancur. Pokoknya Raka tidak akan menerima rencana itu. Titik.”

Ratih menghela nafasnya. “Kamu bahkan belum bertemu dengannya, tapi sudah main tolak. Memangnya kamu sudah melihat fotonya?”

“Raka tidak perlu melihat fotonya. Secantik apa pun dia, Raka tetap akan menolaknya.” Raka tetap bersikukuh dengan pendiriannya.

“Mengapa? Katakan pada mama, mengapa kamu menolak perjodohan ini? Ingat! Umurmu sudah tidak muda lagi. Sampai kapan kamu akan sendiri dan terus bermain-main? Siapa sebenarnya yang sedang kamu tunggu?” Lama kelamaan Ratih penasaran juga dengan alasan Raka menolak persyaratan mereka.

Raka diam tidak menjawab. Kalian tidak perlu tahu, batinnya.

Ratih memutar otaknya. Ia pikir dengan rayuan lembutnya, sang putra akan luluh, tapi ternyata ia salah besar. Raka tetap dengan pendiriannya.

“Baiklah-baiklah. Berarti kamu siap dengan semua resikonya?” Ratih menatap sang putra. Kali ini tidak dengan tatapan lembut, namun tatapan yang sangat tegas. Saatnya, rencana B dijalankan.

Raka dibuat ciut mendapati tatapan mamanya yang seperti itu.

“Mama tidak akan lagi memaksamu untuk menerima persyaratan itu, tapi kamu harus menerima persyaratan mama ini. TIDAK BOLEH MEMBANTAH!” Ratih memberi ultimatum.

Raka menatap tidak mengerti. Kali ini persyaratan apa lagi?

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
104 Chapters
1. Rencana Perjodohan
“Bagaimana? Apakah si bodoh itu bersedia menerima perjodohan yang sudah aku rencanakan?” Widjanarko menatap sosok pria tinggi tegap dengan rambut cepak klimis, yang berdiri tepat di depan meja kerjanya.Pria muda itu diam seribu bahasa seraya menundukkan kepalanya. Ia tidak berani menjawab pertanyaan tuan besarnya.“Doni! Aku sedang berbicara denganmu,” bentak Widjanarko, tidak sabar mendengar laporan orang kepercayaannya.“Maafkan saya, Tuan. Saya tidak berhasil menjalankan tugas saya.” Doni kembali menundukkan kepalanya, seiring dengan helaan nafas berat pria bertubuh besar berusia sekitar lima puluh tahunan.“Dasar anak tidak berbakti! Tidak tahukah jika dirinya sedang berada dalam posisi yang sangat berbahaya?!” Widjanarko dengan cepat kembali berusaha menenangkan dirinya ketika dirasa kepalanya mulai terasa berat.Doni semakin merasa bersalah. Tugasnya kali ini benar-benar berat. Membujuk tuan mudanya agar bersedia menikahi putri lawan bisnis orang tuanya, demi menyelamatkan peru
last updateLast Updated : 2022-11-04
Read more
2. Jadikan Dia Pria Seutuhnya
Raka menatap tidak mengerti wanita dewasa di depannya.“Untuk apa, Ma? Doni sudah cukup untuk menjadi asisten Raka. Tidak perlu orang lain lagi.” Ia benar-benar tidak paham maksud sang mama. Menerima seorang asisten lagi?“Kamu akan menolak lagi?” Ratih kini tidak lagi bersikap ramah. Ia sendiri mulai gemas dengan putranya sendiri.“Bukan begitu, Ma. Tapi, apa alasannya? Raka tidak perlu asisten lagi. Doni sudah lebih dari cukup untuk membantu Raka bekerja.”Ratih menatap tajam putranya itu. Ingatannya kembali pada percakapan dengan suaminya beberapa jam yang lalu. Mungkin ini adalah salah satu cara agar Raka tidak lagi bergantung pada mereka, juga salah satu usaha mereka, agar Raka bersedia menikah, bersedia menerima seorang wanita untuk menemani hidupnya.“Ingat kata mama barusan. JANGAN MEMBANTAH! Atau mama tidak akan lagi datang menjengukmu sekali pun menemuimu ketika kamu datang ke rumah mama?!” ancam Ratih.Raka tidak berkutik. Ini adalah ancaman yang sangat mengerikan baginya.
last updateLast Updated : 2022-11-05
Read more
3. Sang Asisten
Kedua mata Raka masih terpejam, namun telinganya menangkap suara yang tidak biasa di luar kamarnya. Siapa yang berada di apartemennya sepagi ini? Seingatnya, ia tidak mempekerjakan asisten rumah tangga untuk mengurusi apartemennya. Lalu, siapakah yang sedang berada di apartemennya pagi ini? Mamakah? Raka terus bertanya-tanya sendiri. Mimpi yang sama, kembali mengganggunya semalam, membuatnya sulit untuk memejamkan mata. Bayangan gadis yang dicintainya dalam diam menari dalam benaknya. Keinginan untuk mengungkapkan perasaannya waktu itu, kembali menguap, ketika mendengar kabar jika gadis itu tidak lagi ada di Indonesia. Lelah mencari jejak si gadis, Raka lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersama teman-teman SMA-nya, dibanding menjalankan perusahaan pemberian papanya dengan serius. Setidaknya, ia masih bisa mengenang masa-masa sekolah, saat dimana ia mengenal cinta pertama kali, dan mungkin untuk terakhir kalinya.Raka kembali mempertajam indera dengarnya. Kali ini, ia mendenga
last updateLast Updated : 2022-11-06
Read more
4. Ancaman Nadhira
Rara berjalan menyusuri jalan setapak, beberapa blok sebelum rumah bercat pink, tempanya tinggal. Sikap bos barunya membuat dirinya merasa sedikit pesimis. Ia tidak yakin bisa melakukan tugasnya kali ini dengan sempurna. Mungkin beberapa diktat besar lebih mudah ia taklukkan, dibandingkan pria bodoh yang seharian ini terus saja memaki dan menghina dirinya.Rara menatap langit luas yang membentang di depannya. Andai ia memilih untuk tetap di luar negeri, apakah Pak Widjanarko akan bersikeras memberikan tugas ini kepadanya?Saku jas hitamnya kembali bergerak-gerak pelan. Sebuah panggilan kembali harus diterima Rara, yang berniat memanjakan dirinya dengan semangkuk mie ayam di pojok blok rumahnya. "Ya, ."Rara menyimak sembari memejamkan kedua matanya. "Baik, Bu. Tiga puluh menit lagi saya sudah ada di sana."Rara mempercepat langkahnya. Mungkin ini resiko yang harus ia terima. Biaya pendidikan yang diterimanya selama ini cukup besar. Ini adalah satu-satunya cara agar bisa membalas bud
last updateLast Updated : 2023-02-17
Read more
5. Gaung Perang Raka
Raka mengacak rambutnya berulang. Wajah putihnya memerah ketika panas sinar matahari senja itu menerpa wajahnya. Amarah membuat wajahnya semakin memerah. Ia melangkah masuk ke sebuah bar mini, seratus meter dari kantornya. Tempat biasa ia menghabiskan waktu bersama teman-teman nongkrongnya. "Ah-haaa. Lama tidak melihatmu, Bestie." Setya sang pemilik bar, menyapa dari balik meja kasir. Sedikit berkelakar.Raka hanya melirik sesaat, mengabaikan candaan Setya yang terdengar garing di telinganya. Ia lantas memberi kode kepada Setya."Sudah dapat ijin lagi?" Pria itu mengambil sloki kecil lalu meletakkannya tepat di hadapan Raka."Apakah aku sudah mengatakan pesananku?" Raka menatap tajam Setya.Setya menghentikan gerakannya, lalu memperhatikan penampilan Raka yang kacau hari ini."Sesuatu yang buruk sedang terjadi, bukan? Jadi, satu sloki kecil ini, cukup untukmu melupakan semua masalah barang sejenak." Kini, pria itu mengambil botol yang berisi cairan warna kuning kecoklatan."Aku ti
last updateLast Updated : 2023-02-21
Read more
6. Karyawan Baru?
Tubuh Rara seketika menegang. Punggungnya secara spontan tegak. Entah apa yang ada dipikirannya saat itu. Kalimat Raka yang terdengar jelas di telinganya sekalipun hanya didengarnya lewat interkom, terus menggema di dalam telinganya. Sedangkan Susan, Sang Sekretaris, merasa mendapat dukungan setelah mendengar perintah Raka. Ia dengan gaya sok cantiknya, menyibakkan rambut bergelombang sebahunya ke belakang, menatap Rara dengan sangat sinis, dan segera bangkit dari duduknya. Ia sedang mengatur kata-kata pedas untuk dilontarkan pada Rara. Ia lupa jika beberapa hari yang lalu, Rara datang ke kantor Raka bersama Ratih, istri bos besarnya, Widjanarko. Ia lupa jika hanya orang penting dan berpengaruh saja, yang bisa berjalan begitu dekat dengan Ratih."Berani mengucapkan satu kata, aku akan langsung menelpon Pak Widjanarko untuk memecatmu!" Rara tidak melepaskan tatapannya dari Susan, sembari mengacungkan ponselnya ke depan wajahnya, membuat nyali Susan yang hendak mengatakan sesuatu, lang
last updateLast Updated : 2023-03-16
Read more
7. Kembalinya Doni
Sang Manajer Umum, yang bernama Dewa manggut-manggut mendengarkan penjelasan Doni. Ia kini tidak lagi berani menatap gadis yang ada di depannya. Penjelasan asisten atasannya, membuat dirinya segera memutuskan untuk mengambil langkah aman, tidak terlalu banyak bertanya terhadap kondisi perusahaan sekarang. "Kebetulan bertemu denganmu di sini. Ada sesuatu yang harus aku jelaskan padamu sebelum kamu bertanya tentang sesuatu hal. Tapi....- Tunggu dulu... Apakah - kamu sudah .... ?" Doni tidak menyelesaikan kalimatnya. Memperhatikan Rara yang sejak tadi memilih diam, membuat Doni meragukan keputusannya.Rara hanya menyengir kuda, sedangkan Doni langsung menepuk jidatnya."Pantas saja jika Pak Widjanarko begitu membanggakan dirimu." Doni menatap Rara begitu intens. "Tidak benar sama sekali. Pak Widjanarko terlalu berlebihan, tapi... Apakah Bapak tahu jawaban dari pertanyaan saya?" Rara membalas tatapan Doni, sambil mengeluarkan ponselnya.Gerakan Rara yang tertangkap sudut mata Dewa, me
last updateLast Updated : 2023-03-19
Read more
8. Menyerahlah!
Senyum dingin Raka menyambut kedatangan Doni di ruangan bernuansa serba hitam itu. Hawa membunuh menyapu bulu kuduk Doni, membuat pria itu agak ragu untuk meneruskan langkahnya mendekati meja sang atasan."Bukankah aku menyuruhmu untuk menemuiku lebih dulu?" Mata Raka tertuju tepat ke wajah Doni. Doni salah tingkah. Ia lupa jika semua kamera cctv di kantor ini terintegrasi dengan laptop Raka. Hawa dingin ini pastilah karena bosnya melihat pertemuannya dengan Rara. "Iya, Pak."Raka mengetuk jari telunjuknya di atas laptopnya. Ia harus segera membeli laptop baru. Laptop Susan yang sementara ini ia gunakan, membuat geraknya terbatas. Hampir semua file di laptop Susan berisi video kosmetik dan fashion yang sama sekali tidak ia mengerti, dan terkadang membuat dirinya panas dingin sendiri karena ada beberapa film dewasa di sana."Suruh anak baru itu untuk membelikan laptop baru untukku. Beli yang kapasitasnya besar dan bisa dipakai untuk main game sepanjang hari."Doni tercengang. 'Lagi?
last updateLast Updated : 2023-03-20
Read more
9. Aku Sudah Mendapatkannya
Raka tertawa sangat keras. Ia menikmati kemarahan Rara yang terlihat jelas dalam rekaman di laptopnya. Senyum penuh kemenangan tersungging di wajahnya. "Aku akan melakukan segala cara untuk mengusirmu dari perusahaanku, meski papa dan mama, juga kakak sangat mendukungmu. Aku adalah bos di perusahaan ini. Aku yang berkuasa di sini. Karena kedatanganmu tidak pernah diterima, maka kau harus pergi dari sini, bagaimanapun caranya. Sekalipun aku harus menghadapi resiko yang sangat besar di akhir cerita nanti," gumam Raka dengan penuh dendam. Raka kembali menekan angka dua belas, memanggil Susan untuk menghadapnya. Ia perlu melakukan sesuatu, dan kali ini ia membutuhkan pertolongan sekretaris menornya. "Masuk. Aku memerlukan bantuanmu." Susan sedikit ragu dengan telpon barusan. Bos-nya tiba-tiba menyuruhnya masuk? Apakah penantiannya selama ini membuahkan hasil? Susan menenangkan jantungnya yang melompat-lompat tidak karuan, setelah menerima telpon dari Raka. Ia sudah lama menaruh hati p
last updateLast Updated : 2023-03-21
Read more
10. SP 3
Rara menatap nanar pria di sampingnya. Dengan sisa energi yang dimiliki, Rara berusaha tersenyum. Beribu sumpah serapah mengantri di ujung lidahnya, namun dengan sekuat tenaga, ia menekan keinginannya itu. Ia tidak boleh terpancing, dan harus tetap tenang."Mengapa tidak menghubungi saya?" Rara meletakkan brosur yang beberapa menit lalu diterimanya."Aku sudah mencoba menghubungimu, tapi tidak bisa."Rara mengeluarkan ponselnya. Benarkah tadi sang atasan menghubunginya? Dan senyumnya kembali mengembang. Bagaimana mungkin pria itu bisa menghubunginya, sedangkan dirinya sendiri tidak pernah memberikan nomor ponselnya."Tidak ada telpon yang masuk kecuali dari ..." Rara tidak meneruskan kalimatnya."Kecuali siapa?"Layar ponsel Rara berganti dengan foto seseorang beserta nomornya dan dua kalimat, panggilan masuk."Ibu Ratih. Bapak ingin berbicara dengan Ibu Ratih?" Rara menyodorkan ponselnya ke hadapan Raka. Bola mata Raka langsung membesar. Rara terkekeh penuh kemenangan."Saya duluan
last updateLast Updated : 2023-03-23
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status