Pagi harinya, Fanny kembali siap dengan seragam rapi untuk kembali bekerja. Setelah membeli soto ayam hangat dengan porsi yang sangat mengenyangkannya, wanita ini akhirnya melangkah mengikuti gang kecil menuju kantornya.Lalu lintas di kota ini sangat padat di pagi hari seperti saat ini. Bukan hanya lalu lintas jalan raya yang padat merayap, melainkan lalu lalang pejalan kaki pun sama padatnya.Tidak ada obrolan dan saling sapa sesama pejalan kaki, seolah menjadi ciri khas yang melekat pada budaya jalanan di kota-kota besar belahan dunia manapun. Demikian juga dengan kota ini yang penduduknya beragam dengan berbagai struktur sosial yang juga beragam.Sekitar lima belas menit berjalan kaki, Fanny akhirnya tiba di halaman Hussein Group.Sesampainya di pintu masuk utama, wanita ini barulah menyematkan pin khusus miliknya.Ya, sebuah lencana khusus untuk para petinggi perusahaan besar ini memang dimilikinya berkat posisinya saat ini.“Harus aku katakan, jika kau terlalu percaya diri denga
Fanny masih sangat sibuk dengan pekerjaannya. Kacamata yang digunakannya itu pun bahkan sampai turun dari tempatnya karena dia terus menunduk dan membaca setiap tulisan dalam berkas di depannya tanpa terkecuali satu katapun.Tidak jarang Fanny sampai mengulang-ngulangnya beberapa kali untuk bisa memahami apa yang dimaksudkan tulisan tersebut.“Ekhem!”Terdengar beberapa kali suara Adam berdehem, hal ini akhirnya membuat Fanny melirik ke arah lelaki tersebut.Namun saat bola matanya bergeser ke arah Adam, lelaki itu justru tengah asyik saja membaca sesuatu pada laptopnya. Karena itu Fanny pun kembali fokus dengan pekerjaannya.Anehnya, baru beberapa saat Fanny kembali fokus bekerja, Adam justru kembali kesal. Lelaki ini memutar otaknya lagi untuk mencari cara mengganggu Fanny.“Aduuh!” ucap Adam sambil menggeser kursinya berpura-pura terjepit.Namun Fanny hanya meliriknya sekilas saja dan kembali hanyut lagi dalam pekerjaannya.Adam pun kemudian berpura-pura menelpon seorang wanita.Su
Bukk!Satu tendangan Fanny menghantam junior purba Adam dengan sangat keras,“Aarghh!” Adam menjerit sambil membelalakan matanya kepada Fanny. Dia meraung kesakitan.“Sudah kubilang Anda jangan macam-macam dengan menyentuhku di luar batas!” ucap Fanny sambil melangkah menuju kursinya dan duduk manis di sana sembari terpingkal melihat Adam yang kini melangkah terseok menuju kursi kerjanya.“Pak CEO, saya bisa memanggilkan bagian kesehatan jika Anda membutuhkannya,” ucap Fanny setengah mengejek sambil mengedipkan matanya kepada Adam.Sayangnya, Adam benar-benar tengah sangat kesakitan hingga dia tidak mampu melawannya kali ini. Tubuhnya berkeringat dingin, junior purbanya itu terasa mati lemas setelah tendangan hebat Fanny di pangkal pahanya tadi.“Dengar Fanny! Jika sampai batangku ini tak bisa berdiri lagi karena ini, kau akan menyesalinya seumur hidupmu!” ucap Adam sambil menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi berusaha menenangkan diri.Fanny pun terenyuh, wanita ini sebenarnya tida
Fanny tengah membereskan meja kerjanya, makan siang kali ini dengan begitu saja dilewatkannya. Namun itu tidak masalah untuk seorang Fanny Cesa yang memang sudah terbiasa hidup keras seperti ini. Bagi wanita ini, kenyang adalah sebuah hal luxury yang masih bisa ditahannya.Pukul dua siang, John datang dengan tergopoh-gopoh.“Boss, kau membuatku dalam masalah, aku kehilangan dua puluh juta hanya untuk mem-booking meja makan siang dan Anda melewatkannya begitu saja,” ucap Jhon berkeluh kesah.Seketika raut wajah Adam menjadi kesal menatapnya.“Kenapa kau menyalahkanku? Kau saja yang tidak memberitahukannya lagi kepadaku,” ucap Adam mengelak.John tahu jika dia memang akan selalu kalah jika berdebat dengan Adam, meski begitu John juga tidak begitu rugi karena dia membayarnya dengan menggunakan atm pribadi Adam sendiri.“Ini, dia akan segera datang,” ucap John sambil menyerahkan kartu nama dari daftar tamu yang akan menemui Adam tak lama lagi.“Baiklah, kurasa kita sudah siap,” ucap Adam
“Sudah selesai Tuan, silahkan,” ucap Fanny sambil menyerahkan dokumen kerjasama di tangannya kepada Adam.Tak butuh waktu yang lama, kedua orang ini membaca ulang dokumen mereka dengan serius. Hingga akhirnya malam penandatanganan pun akhirnya ditentukan.“Terima kasih Pak Adam, dan Bu Fanny … senang bertemu lagi dengan Anda, next kuharap kita bisa makan siang bersama,” ucap Ardian berpamitan.“Tentu Pak Ardian, kita akan lebih banyak waktu bertemu nanti,” ucap Adam menjawabnya.“Maafkan aku, Pak Adam … tapi yang kuajak makan siang adalah Bu Fanny, mana mungkin aku menjamu Anda secara khusus, aku bukan jeruk doyan jeruk,” ucap Ardian sambil melenggang pergiGleg!Ardian meneguk salivanya dengan sangat kasar. Lelaki itu merasa jika dia sangat kesal pun geram. Namun dia tidak bisa mengabaikan Ardian begitu saja.“Oh, jadi yang Anda maksud itu adalah makan siang dengan Bu Fannya, ya,” ucap Adam sambil berusaha tersenyum sambil mengantarkan Ardian hingga ke pintu depan.Fanny sendiri
Ya, dua lelaki itu adalah mucikari Mayang yang juga memiliki sejumlah akun fenomenal di jejaring dunia maya yang bisa dengan mudah membuat Adam kembali dalam masalah jika sampai menolak Mayang.“Dia memanggilku Bu Mayang, sangat sweet,” ucap Mayang dengan sangat bangga.“Aku sedang memesan baju, jadi… kau pulanglah dulu dan datanglah ke apartemenku malam nanti, aku akan kesana sepulang dari JW Marriott Hotel,” ucap Adam akhirnya membuat janji.Mayang pun tersenyum.“Tentu, My Tomm,” ucap Mayang sambil melenggang pergi dengan tenang.Adam pun menjadi lega karena kini dia bisa lepas dari Mayang dan dua mucikarinya. Namun dia kehilangan Fanny sore ini“Sial!” umpatnya.“Nah, kurasa koleksi ini sangat …” ucap Jhulie sambil mencari Fanny.Namun bola mata Jhulie tak lagi bisa menemukan wanita tersebut, sehingga dia balik bertanya kepada Adam.“Kemana wanita berambut merah tadi?” ucap Jhulie kepada Adam.“Merah? Tidak ada wanita yang berambut merah!” ucap Adam dengan gurat kesal di wajahnya.
Pukul enam sore di kamar sewa Fanny.“Permisi,” ucap seseorang di luar kamarnya.“Ya, siapa?” jawab Fanny yang langsung bergegas menuju pintu untuk mencari tahu siapa yang bertamu kepadanya petang ini.“Ceklek!”Pintu terbuka lebar, dan kedua orang yang baru saja saling memandang ini langsung terkejut bersamaan“Pak John!”“Kamu Fanny!” “Bapak sedang apa disini?” ucap Fanny sambil segera menyambar handuk yang terjuntai pada kursi di dekatnya untuk menutupi paha mulusnya yang hanya mengenakan hotpants itu.Mata John masih melebar memandangi sosok berbeda di depannya.“Kau sangat berbeda Bu Fanny?” ucap John dengan suara yang tergagap sambil terus menelisik sosok Fanny dengan mata coklatnya.“Pak! ada perlu apa? Dan bagaimana Anda bisa mengetahui saya tinggal di sini?” tanya Fanny sambil mengedarkan pandangannya ke berbagai sudut halaman komplek kamar sewaannya itu untuk mencari tahu jika saja Jhon kesini tidak sendirian.Wanita ini menjadi lega saat menyadari jika Jhon hanya sendirian
Keberadaan Fanny yang duduk di sebelah Jhon sempat menarik perhatian Lucy. Wanita itu mengulaskan senyumannya kepada Fanny yang langsung menyambutnya dengan senyuman juga.Sejenak, Lucy mengagumi kecantikan dan paras Fanny yang terlihat cerdas juga elegan. Namun Sharena kemudian membuatnya sangat sibuk sehingga Lucy pun hanya bisa menurutinya. Acara makan malam yang mewah dan dipenuhi jepretan kamera wartawan ini,membuktikan jika kedua pihak yang kini berada di meja besar itu sama-sama memiliki pengaruh yang kuat.Namun bagi Fanny, semua ini hanyalah acara makan malam karena pekerjaan semata.“Tuan Hussein, kami dengar jika putera Anda akan segera melepas masa lajangnya?” tanya seorang jurnalis senior yang bekerja untuk sebuah majalah bisnis paling terpercaya di San Marine.“Seperti yang aku harapkan, semoga saja semuanya berjalan dengan baik,” ucap Abraham. Lelaki itu terlihat sangat berhati-hati dengan apa yang disampaikannya.Sementara Adam, lelaki itu pun tak terlalu antusias mem