Ketegangan di markas Quantum Grid semakin memuncak. Serangan dari Zero semakin menggila, dan setiap detik yang berlalu semakin menambah rasa takut dan kecemasan. Fanny tidak hanya harus menghadapi ancaman dari dunia maya, tetapi juga dari serangan fisik yang menghantui di luar markas mereka.Mason, yang memimpin pertahanan fisik, berlari ke ruang kontrol dengan wajah penuh kecemasan. "Fanny, kami butuh lebih banyak waktu! Mereka mulai menguasai distrik utama, dan orang-orang di luar mulai panik! Kami harus menghentikan serangan fisik ini—segera!"Fanny menarik napas panjang, meskipun rasa cemas hampir menghancurkannya. "Adam, kita harus membuka akses ke data utama mereka lebih cepat! Semakin lama kita menunggu, semakin banyak nyawa yang terancam."Adam menatap layar dengan tatapan yang tajam. "Sistem Zero semakin rumit. Mereka memperkuat firewall mereka saat kita semakin mendekat. Tapi aku bisa melakukannya, Fanny. Cuma perlu sedikit waktu."Fanny menoleh ke Gavin dan Mason yang tampa
Setelah kemenangan besar itu, tim Fanny kembali ke markas mereka yang tersembunyi, tempat di mana mereka mulai merencanakan langkah-langkah selanjutnya untuk memastikan bahwa dunia yang baru mereka selamatkan tetap aman. Fanny duduk di meja pertemuan bersama Adam dan anggota tim lainnya, masing-masing merenung tentang apa yang baru saja terjadi.“Zero memang sudah runtuh, tapi kita tahu ini bukan akhir,” ujar Fanny, suara tegasnya mengisi ruangan. “Ada banyak kelompok lain yang mungkin sudah menunggu kesempatan untuk mengisi kekosongan kekuasaan yang ditinggalkan Zero. Kita harus memantau semuanya dengan lebih ketat.”Adam mengangguk. “Aku setuju. Ini hanya langkah pertama. Kita telah menghentikan mereka, tapi mereka bukan satu-satunya yang memiliki agenda tersembunyi.”Mason yang duduk di sudut meja dengan ekspresi serius menambahkan, “Selama sistem Zero masih ada jejaknya, akan ada orang-orang yang mencoba memanfaatkan teknologi yang tertinggal. Mereka tahu betul bagaimana memanipul
“Kau tidak punya mata!” teriak seseorang yang baru saja menabraknya itu kepada Fanny.Sontak mata kecoklatan Fanny langsung melebar. Langkahnya pun langsung menyusul lelaki dengan jubah panjang berwarna hitam tersebut.“Hey! Pak tua! Bisakah kau berhenti dan bertanggung jawab atas kekacauan yang kau buat?” teriak Fanny super lantang dan sukses membuat lelaki tinggi tegap yang kini berdiri di depannya membalikkan tubuhnya menghadap Fanny.“Kau bicara apa?” ucapnya dengan suara bariton yang sangat khas dan sukses membuat Fanny terpaku dalam diam.PLAK“Kau tidak sebaik tampangmu ini! Lelaki aneh!” ucap Fanny sambil membalikkan tubuhnya setelah selesai menampar lelaki berjambang itu.Panas dan perih yang menyapu wajah lelaki bernama Adam itu jelas tidak sepadan dengan hancurnya harga diri Adam saat ini setelah sejumlah paparazzi terlihat sukses mengambil gambar adegan tersebut.“Tuan, mereka mengunggahnya di laman gosip,” ucap Jhon yang merupakan ajudan Adam sambil menyodorkan ponselnya
“Kau mau lari kemana?” ucap Adam yang kini berdiri di belakangnya. Seketika itu juga Fanny menghentikan langkahnya.Jantung Fanny berfegup tak menentu mendengar suara barithon Adam yang mulai diingatnya itu. “Kau sangat pemberani untuk seekor tikus, dan kau juga cukup menggoda rupanya,” ucap Adam sambil menghembuskan napasnya di ceruk leher Fanny.Hembusan hangat napas Adam pun sontak membuat tubuh Fanny meremang dalam desiran yang aneh. Wanita ini mendadak kedinginan dan sangat gugup. Bukan itu saja, rasa takutnya menjadi kian menumpuk ketika langkah kaki Adam mengurungnya semakin dekat."Jangan mendekat lagi! Atau aku akan melaporkannya pada Polisi!" bela Fanny mencoba menghentikan langkah pria itu. "Melaporkan ke Polisi? Atas kejahatan apa? Tidak ada yang dilaporkan ke Polisi dan ditangkap hanya karena mencoba membangun kedekatan seperti ini bukan?" kekeh Adam seraya mendekatkan wajahnya ke arah Fanny dan menyandarka dagunya tepat pada pundak kanan wanita itu. Sadar jika Fanny
Setelah mengetahui jika Fanny itu adalah benar-benar calon kuasa hukum perusahaannya. Adam pun memutuskan melepaskan Fanny.“Antarkan dia dengan barang-barangnya, ke tempat yang dia mau dan jangan lupa untuk menuliskan alamatnya!” ucap Adam kepada Jhon.Lelaki itu memilih langsung berangkat ke perusahaan dan membiarkan Jhon mengurusi Fanny.“Kau benar-benar akan mengantarkanku ke alamat yang aku tuju bukan? Jika tidak, tidak masalah aku bisa memesan taksi,” ucap Fanny dengan ketakutan yang besar.“Nona, tidak ada taksi di tempat ini meski kau akan menunggu berjam-jam, silahkan naik,” ucap Jhon dengan raut ramahnya.Fanny pun mengangguk dan segera melangkah masuk menuju mobil.Setelah menyerahkan secarik alamat kepada Jhon, wanita itu pun duduk manis di kursinya tanpa pembicaraan sepatah kata pun.“Menarik,” gumam Jhon yang melihat ada hal khusus yang dimiliki Fanny.Wanita itu bahkan tidak menggunakan make up, tapi pancaran kecantikannya begitu mempesona. Begitulah Jhon mulai mengert
“Maafkan aku,” ucap Fanny mencoba mengakhiri sikap buruknya.Adam tersenyum penuh kemenangan. Namun dia tidak puas dengan pengakuan Fanny tersebut, dia tertarik untuk semakin membuat wanita itu kesal dan sangat ingin menggodanya.“Kau akan langsung bekerja hari ini juga! Tanda tangani ini dan bagian personalia akan menyelesaikannya nanti!” ucap Adam sambil menyodorkan sebuah surat kontrak kepada Fanny.“Dua puluh ribu dollar?” ucap Fanny terbelalak.“Tanda tangani sekarang sebelum aku berubah pikiran!” bentak Adam kemudian.Tanpa menunda, dan bahkan tanpa membacanya lagi Fanny langsung menandatanganinya. Sebuah kecerobohan yanga kan disesalinya nanti.“Jhon, tunjukan tikus ini meja kerjanya!” ucap Adam yang tidak ingin kehilangan dominasinya menunjuk Jhon untuk mengantarkan Fany ke meja kerjanya.“Baik Tuan,” jawab sang ajudan dengan sigapnya.“Nona Fanny, di sini meja kerja Anda,” ucap Jhon sambil membuka pintu di belakang meja kerja Adam.“Di sini? ruangan ini satu ruangan dengannya
“Beginilah karena kamu terlalu sibuk menangani perusahaan dan bersenang-senang, maafkan kami Tuan Carltzon, dia memang masih seperti itu,” ucap Abraham kepada pasangan di depannya.“Kami mengerti, Sharena juga masih sangat manja,” ucap Carltzon menimpali.Adam jelas tidak mengetahui jika kedua orang tuanya itu baru saja menyepakati tanggal pertunangan dan tanggal pernikahannya dengan Sharena.Dia tak bisa berkutik, terlebih semua itu dilandaskan oleh kepentingan bisnis dimana Hussein Group dengan Carltzon Group dipastikan akan membangun afiliasi dagang dalam satu brand fashion baru yang kini tengah dirintisnya itu.“Ibu, kenapa kau tidak membicarakannya lebih dulu kepadaku?” ucap Adam kepada sang mama.Lucy hanya tersenyum menatapnya.“Usiamu sudah 35 tahun dan belum ada satu wanita pun yang kau kenalkan kepada kami, apa menurutmu kami tidak mencemaskanmu?” ucap Lucy saat mereka kembali menuju mobil.“Dengar Nak, Ayah sudah membuat keputusan dan tanggal itu tidak bisa lagi kau tolak!
Malam ini, semangkuk mie instan mengenyangkan perut kecilnya Fanny yang juga sudah sangat letih itu.Dia langsung terlelap tak lama sesudahnya.Sementara itu di rumah mewah keluarga Hussein, Adam masih tak bisa memejamkan matanya sedikitpun.“Kenapa dia terus mengisi otakku?” ucap Adam sambil berguling bolak balik di ranjangnya.Adam kemudian bangun dari tidurnya, dia segera duduk dan melangkah turun setelahnya. Dia kini berjalan menuju balkon kamarnya, lalu membuka pintu dan melangkah ke luar kamar.Pandangan Adam tertuju ke arah pusat kota di bawah sana. Ya,kediaman Hussein berada di sebuah bukit pribadi yang memang hanya bisa diakses oleh keluarga tersebut. Pusat Kota San Marine sendiri memang memiliki sejumlah kenampakan alam yang eksotis di mana wilayahnya terdiri dari dataran berbukit-bukit yang sangat indah.Jari tangannya kemudian menekan dial khusus yang akan langsung menghubungkannya dengan John.Cukup lama, John pun akhirnya mengangkat teleponnya itu. “Ke rumahku sekarang
Setelah kemenangan besar itu, tim Fanny kembali ke markas mereka yang tersembunyi, tempat di mana mereka mulai merencanakan langkah-langkah selanjutnya untuk memastikan bahwa dunia yang baru mereka selamatkan tetap aman. Fanny duduk di meja pertemuan bersama Adam dan anggota tim lainnya, masing-masing merenung tentang apa yang baru saja terjadi.“Zero memang sudah runtuh, tapi kita tahu ini bukan akhir,” ujar Fanny, suara tegasnya mengisi ruangan. “Ada banyak kelompok lain yang mungkin sudah menunggu kesempatan untuk mengisi kekosongan kekuasaan yang ditinggalkan Zero. Kita harus memantau semuanya dengan lebih ketat.”Adam mengangguk. “Aku setuju. Ini hanya langkah pertama. Kita telah menghentikan mereka, tapi mereka bukan satu-satunya yang memiliki agenda tersembunyi.”Mason yang duduk di sudut meja dengan ekspresi serius menambahkan, “Selama sistem Zero masih ada jejaknya, akan ada orang-orang yang mencoba memanfaatkan teknologi yang tertinggal. Mereka tahu betul bagaimana memanipul
Ketegangan di markas Quantum Grid semakin memuncak. Serangan dari Zero semakin menggila, dan setiap detik yang berlalu semakin menambah rasa takut dan kecemasan. Fanny tidak hanya harus menghadapi ancaman dari dunia maya, tetapi juga dari serangan fisik yang menghantui di luar markas mereka.Mason, yang memimpin pertahanan fisik, berlari ke ruang kontrol dengan wajah penuh kecemasan. "Fanny, kami butuh lebih banyak waktu! Mereka mulai menguasai distrik utama, dan orang-orang di luar mulai panik! Kami harus menghentikan serangan fisik ini—segera!"Fanny menarik napas panjang, meskipun rasa cemas hampir menghancurkannya. "Adam, kita harus membuka akses ke data utama mereka lebih cepat! Semakin lama kita menunggu, semakin banyak nyawa yang terancam."Adam menatap layar dengan tatapan yang tajam. "Sistem Zero semakin rumit. Mereka memperkuat firewall mereka saat kita semakin mendekat. Tapi aku bisa melakukannya, Fanny. Cuma perlu sedikit waktu."Fanny menoleh ke Gavin dan Mason yang tampa
Waktu terus berjalan, dan suasana semakin mencekam. Setiap detik yang berlalu terasa begitu lama. Tim Quantum Grid melangkah lebih jauh ke dalam dunia yang mereka coba taklukkan. Fanny, dengan tekad yang tak tergoyahkan, tetap memimpin timnya dengan penuh keyakinan, meski hatinya penuh kecemasan.Di layar besar, data yang mengalir semakin cepat. Adam memimpin peretasan ke pusat server Zero dengan keterampilan yang luar biasa, tetapi setiap langkah mereka semakin terdeteksi. "Mereka semakin dekat," kata Adam dengan tenang, meskipun keringat dingin mulai mengalir di dahinya.Fanny mengangguk, matanya fokus pada layar yang menunjukkan titik-titik merah di seluruh dunia, tempat di mana Zero mulai melancarkan serangan. "Kita tidak punya banyak waktu," katanya dengan suara yang terdengar lebih tajam. "Kita harus mengakhiri ini sebelum mereka menguasai semuanya.""Satu jam lagi," ujar Gavin dengan wajah tegang. "Jika kita tidak bisa menembus jaringan mereka dalam satu jam, Zero akan memutusk
Fanny memandang Adam dengan penuh keyakinan, namun di balik tatapan itu, ada rasa khawatir yang dalam. Zero bukanlah ancaman biasa. Mereka telah menginfiltrasi setiap sektor penting, memanfaatkan ketidakstabilan global dengan sangat rapi. Adam mengerti betul betapa besar ancaman itu, tetapi dia juga tahu bahwa tidak ada pilihan lain selain berjuang untuk menghentikan mereka."Adam, apa yang harus kita lakukan?" Fanny bertanya, suaranya terdengar lebih tenang meskipun dunia di sekitarnya terasa semakin genting.Adam mengangguk pelan, menatap layar yang menampilkan peta digital global dan data yang bergerak cepat di sana. "Zero telah menciptakan jaringan komunikasi yang hampir tak terlihat. Mereka mengontrol hampir setiap aliran informasi dan ekonomi. Jika kita ingin menghentikan mereka, kita harus meretas jantung sistem mereka. Saya tahu di mana mereka bersembunyi, tapi kita butuh lebih dari sekadar serangan cyber."Fanny melangkah mendekat, menatap layar yang menunjukkan sebuah lokasi
Tim Quantum Grid bekerja tanpa henti, mempersiapkan segala kemungkinan untuk menghadapi ancaman Zero dan memastikan keselamatan Adam. Fanny mengarahkan perhatiannya sepenuhnya pada pencarian suaminya. Setiap informasi yang mereka dapatkan tentang pulau terpencil itu semakin mempertegas keyakinannya: Adam adalah satu-satunya yang bisa mengakhiri ancaman Zero.Di tengah kesibukan tim, Fanny tidak bisa menahan diri untuk teringat akan kenangan mereka berdua. Adam adalah sosok yang kuat, cerdas, dan penuh perhitungan. Dia bukan hanya seorang pengusaha yang sukses, tapi juga seorang pemikir yang selalu melihat gambaran besar. Hanya dengan kekuatan pikirannya yang luar biasa, Zero dapat dihentikan.Namun, di balik keyakinannya, ada keraguan. Fanny tahu bahwa dunia telah berubah. Zero tak hanya bermain dengan teknologi, tetapi juga dengan kekuatan finansial yang mengancam kesejahteraan seluruh dunia. Setiap detik yang berlalu semakin menambah ketegangan di dalam dirinya. Waktu yang mereka mi
Fanny berdiri di depan peta digital yang terpasang di dinding markas, matanya penuh tekad dan kecemasan. Informasi yang baru saja didapatkan Gavin mengenai keberadaan Adam di pulau terpencil itu hanya memperkuat keyakinannya—suaminya adalah satu-satunya yang bisa menghentikan Zero. Dia tahu bahwa Zero tak hanya mengancam dunia maya, tetapi mereka juga merusak pasar bisnis global dengan arogansi mereka yang tak terkendali."Jika kita tidak segera menghentikan Zero, pasar bisnis global akan semakin terpuruk," Fanny berkata dengan suara tegas, walau matanya penuh kecemasan. "Mereka sudah mengendalikan sebagian besar sektor penting dan memanipulasi harga saham. Negara-negara besar terjebak dalam ketidakpastian ekonomi. Jika Zero terus menguasai ekonomi dunia, kita semua akan berada dalam cengkeraman mereka."Gavin, yang sedang memantau layar besar di sisi lain ruangan, mengangguk setuju. "Mereka mulai mengendalikan lebih dari sekadar dunia maya. Zero sudah terlibat dalam perdagangan ilega
Fanny menatap layar besar di depan mereka dengan ekspresi serius. Matanya penuh tekad, dan suara lantangnya menggema di ruangan yang sunyi. "Kita sudah bertahan dari serangan mereka, tapi ada satu hal yang masih menggantung di udara—Adam. Kita tahu bahwa dia masih hidup, dan kita tahu bahwa Zero tidak akan berhenti mencari cara untuk mengendalikannya. Semua orang, bersiaplah. Kita akan menemukan Adam, apapun caranya."Tim Quantum Grid, yang telah terbiasa menghadapi rintangan berat, saling berpandangan. Mereka tahu ini bukanlah tugas yang mudah. Adam bukan hanya figur kunci dalam pertempuran ini, tetapi dia juga seseorang yang sangat dicari oleh Zero—sebuah ancaman yang bahkan lebih berbahaya dari yang mereka bayangkan. Fanny tahu betul bahwa Zero berusaha menggunakan Adam sebagai senjata dalam rencana besar mereka.Gavin berdiri pertama kali, mengangguk. "Fanny, kita sudah mendapatkan beberapa petunjuk dari jaringan yang lebih dalam. Adam sudah menghilang selama berbulan-bulan, tetap
Perjuangan mereka semakin menguatkan tekad untuk menghadapi ancaman yang terus-menerus datang. Fanny dan tim Quantum Grid tidak hanya berfokus pada pertahanan, tetapi juga pada pemulihan dunia yang telah lama terpecah. Mereka tahu bahwa Zero mungkin telah mundur untuk sementara waktu, tetapi ancaman mereka masih ada di balik layar, siap untuk menyerang ketika mereka merasa cukup kuat.Namun, meskipun ancaman itu tetap ada, Fanny merasa bahwa ada perubahan yang signifikan. Dunia tidak lagi berada di bawah bayang-bayang Zero. Perubahan ini tidak datang dalam bentuk pertempuran fisik atau serangan dunia maya saja, tetapi juga dalam bentuk kesadaran baru yang tumbuh di kalangan masyarakat."Ini lebih dari sekadar perang teknologi atau narasi," kata Gavin, yang kembali ke markas setelah bertemu dengan beberapa pemimpin dunia. "Ini adalah tentang membangun kembali apa yang telah dihancurkan. Orang-orang mulai melihat bahwa mereka tidak bisa lagi menjadi penonton dalam permainan ini. Mereka
Perjuangan yang mereka hadapi belum berakhir, dan meskipun Zero telah mundur, dampaknya masih terasa. Banyak lapisan organisasi yang belum sepenuhnya dihancurkan, dan ada celah-celah yang harus mereka tutup. Fanny tahu, kemenangan ini hanyalah awal dari proses panjang untuk merestrukturisasi dunia yang telah rusak oleh manipulasi Zero."Zero mungkin telah mundur untuk sementara, tapi mereka pasti akan mencoba bangkit lagi," kata Fanny pada timnya, yang kini berada di ruang utama markas mereka yang aman. "Kita perlu mempersiapkan diri untuk apa yang akan datang. Mereka tidak akan mudah menyerah."Mason, yang selalu tenang dalam situasi sulit, menatap layar dengan penuh fokus. "Kita sudah memutuskan sebagian besar rantai mereka, tapi mereka masih punya kaki panjang. Kita harus bergerak cepat sebelum mereka bisa mengatur kembali barisan mereka."Irene, yang sebelumnya selalu fokus pada dunia maya, kini merapatkan kembali jaringan informasi yang telah rusak. "Saya sudah menyiapkan beberap