Beranda / CEO / My Hot Boss / BAB 4 Hari Pertama Bekerja

Share

BAB 4 Hari Pertama Bekerja

Penulis: Mrs Dream Writer
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Maafkan aku,” ucap Fanny mencoba mengakhiri sikap buruknya.

Adam tersenyum penuh kemenangan. Namun dia tidak puas dengan pengakuan Fanny tersebut, dia tertarik untuk semakin membuat wanita itu kesal dan sangat ingin menggodanya.

“Kau akan langsung bekerja hari ini juga! Tanda tangani ini dan bagian personalia akan menyelesaikannya nanti!” ucap Adam sambil menyodorkan sebuah surat kontrak kepada Fanny.

“Dua puluh ribu dollar?” ucap Fanny terbelalak.

“Tanda tangani sekarang sebelum aku berubah pikiran!” bentak Adam kemudian.

Tanpa menunda, dan bahkan tanpa membacanya lagi Fanny langsung menandatanganinya. Sebuah kecerobohan yanga kan disesalinya nanti.

“Jhon, tunjukan tikus ini meja kerjanya!” ucap Adam yang tidak ingin kehilangan dominasinya menunjuk Jhon untuk mengantarkan Fany ke meja kerjanya.

“Baik Tuan,” jawab sang ajudan dengan sigapnya.

“Nona Fanny, di sini meja kerja Anda,” ucap Jhon sambil membuka pintu di belakang meja kerja Adam.

“Di sini? ruangan ini satu ruangan dengannya?” ucap Fanny dengan suara setengah berbisik kepada Jhon.

Dan Jhon pun menjelaskan jika sebelumnya semua kuasa hukum Hussein Group juga menempati ruangan tersebut.

“Baik Pak Jhon, terima kasih,” ucap Fanny berusaha menjaga keprofesionalannya.

Fanny segera menyusun mejanya. Sepertinya memang meja ini sudah sangat lama ditinggalkan pemiliknya. Terlihat debu sangat tebal di meja dan tumpukan dokumen tersebut.

“UHUK”

Fanny pun terbatuk-batuk karenanya. Adam tak tinggal diam, dia segera meminta staf pelayanan ruangan untuk membersihkan ruangan kerja Fanny.

Tak berselang lama, dua staf pelayanan ruangan pun datang.

“Stupid! Kau keluar dulu supaya mereka bisa bekerja!” ucap Adam yang kesal melihat Fanny justru ikut sibuk membantu dua staf pelayanan ruangan itu di dalam.

Tak ingin berdebat, Fanny pun melangkah keluar.

“Otakmu kepiting goreng juga ya! Untuk apa aku menggaji mereka jika kau yang ku gaji lebih besar harus menyelesaikan pekerjaan mereka!” rutuknya menggerutu kesal.

Fanny hanya diam saja, dia tak akan lagi menimpali lelaki itu di jam kerjanya. Tentu saja ini demi keprofesionalannya.

Menyadari Fanny tak lagi merasa terganggu oleh sikapnya, Adam memutar otak untuk bisa membuat Fanny kesal.

“Jhon, panggil Mayang ke kantorku siang ini,” ucap Adam kepada ajudannya itu yang sontak terbelalak.

Pukul sepuluh pagi, ruangannya telah bersih dan nyaman. Fanny pun bisa leluasa mengatur ruangan tersebut. Ruangannya itu hanya tersekat oleh kaca tipis saja, sehingga semua yang dilakukannya akan langsung terpantau oleh Adam begitupun sebaliknya.

“Sangat bagus, semua dokumen sudah tertata dengan baik,”ucap Fanny yang melihat deretan dokumen telah tersusun rapi sesuai aturan pembukuan dokumen yang sebenarnya.

Tak berselang lama, ketenangan Fanny terhenti. Suara desah dan erangan menjijikan terdengar dari ujung lain ruangan tersebut..

“What!” ucap Fanny sangat kencang ketika melihat dua manusia tengah berhadapan di meja kerja.

Fanny pun segera berusaha menyibukkan dirinya, namun tak berhasil. Suara-suara itu membuatnya sangat terganggu. Keringat dingin bercucuran di wajahnya, sementara jantungnya ikut bergemuruh kencang.

“Aku bisa gila jika tetap di sini!” ucap Fanny.

Wanita ini pun segera mengendap-endap meninggalkan ruangan kerjanya dengan sangat hati-hati karena tidak ingin Adam mengetahuinya. Hingga akhirnya Fanny berhasil mencapai pintu keluar.

“Fuih! Akhirnya,” ucap Fanny merasa lega.

GLEG

Wanita itu kembali meneguk salivanya, melihat Jhon yang berdiri di hadapannya tengah menatapnya penuh selidik.

“Kau baik-baik saja, Nona Fanny?” ucap Jhon.

“Oh Iyaa ... sangat baik, maaf saya hanya kepanasan, sebaiknya saya ke kantin sekarang ... bukankah ini jam makan siang?” ucap Fanny sambil segera pamit pergi.

Jhon nyaris terpingkal-pingkal karena nya.

“Dia kepanasan? AC sangat dingin di dalam sana,” ucap Jhon yang mengerti dengan kepanasan lain yang dimaksud oleh Fanny.

Sementara Fanny telah duduk tenang di kantin dengan pesanannya. Adam yang baru menyadari jika Fanny telah tidak ada di tempatnya itu pun segera mengusir pergi Mayang.

“Tuan, kita bahkan belum melakukannya seperti biasa?” ucap Mayang sambil terus menggamit Adam dengan kaki kanannya.

“Turun dari tubuhku sekarang juga! Aku tak berminat lagi, out!” ucap Adam mengusirnya.

Mayang pun beranjak. Meski dia tak bisa menampik rasa kesalnya karena gagal naik ranjang Adam, namun wanita itu bisa tersenyum bahagia karena seribu dollar telah masuk ke dalam rekeningnya.

“Sialan! Kenapa aku tidak mengetahui dia keluar?” ucap Adam sambil merapikan lagi pakaiannya yang berceceran.

Sementara Mayang, wanita itu sudah berpakaian rapi lagi dan langsung melenggang pergi meninggalkan ruangan Adam.

Di koridor lantai dasar, Fanny yang baru saja meninggalkan kantin pun berpapasan dengan Mayang.

“Seleranya sangat liar!” umpat Fanny di dalam hatinya ketika melihat Mayang melenggang penuh lenggok di hadapannya.

Wanita itu pun tampaknya mengenali Fanny.

“Kau yang mengendap-ngendap keluar?” ucap Mayang dengan tatapan merendahkan kepada Fanny.

Tak ingin terlibat lebih jauh, Fanny memilih meneruskan langkahnya.

“Dari mana saja kamu?” tanya Adam ketika Fanny baru saja akan melangkah masuk ke dalam ruangannya.

“Aku ... dari kantin Pak,” jawab Fanny tergagap.

Mata Adam mendelik tajam kepadanya.

“Apa kau tidak membaca aturannya? Di sana tertera dengan sangat jelas jika kau harus mendapatkan izin ku untuk keluar masuk ruangan ini pada jam kerja!” ucap Adam sangat lantang.

“Tapi ... tadi ...” ucap Fanny berusaha hendak menjelaskan namun terpangkas oleh Adam.

“Kenapa?” ucap lelaki itu dengan tatapan semakin menyipit.

“Anda sibuk bermesraan di meja kerja dengan jalang Anda dan itu membuatku tidak bisa fokus!” ucap Fanny dengan suara menggebu-gebu setelahnya.

Adam jelas terkejut mendengar penuturan itu.

“Jadi kau terganggu? Apakah itu juga membuatmu berkeringat?” ucap Adam sambil tersenyum penuh arti.

“Tentu saja! Aku wanita normal!” jawab Fanny.

“Benarkah!’ ucap Adam sambil langsung menyentuh wajah Fanny dengan tangannya.

DEGG

Jantung keduanya berdegup sangat kencang.

Bukan hanya Fanny yang terkejut, tetapi juga Adam.

“Aku harus menyelesaikan beberapa dokumennya,” ucap Fanny sambil melangkah pergi ke ruangannya.

GLEG

Adam meneguk salivanya dengan sangat kasar. Lelaki ini baru saja bercumbu dengan Mayang, namun desiran aneh yang jauh lebih hebat justru mengalir di darahnya saat menyentuh Fanny baru saja.

“Wanita itu aneh, dan kenapa aku menjadi semakin aneh,” rutuknya memonolog dirinya sendiri.

KRIING

Ponselnya berdering.

Ibunya menelepon, sebuah janji makan siang dengan keluarga Carltzon nyaris saja dilupakannya.

“Jhon! Ambil kunci mobil dan antarkan aku ke Diamond Resort,” ucapnya.

Sesampainya di sana.

“Sharena!” ucap Adam yang sangat terkejut melihat stafnya itu tengah duduk manis bersama kedua orang tuanya dan juga keluarga Carltzon tentunya.

Senyuman lebar dan sangat penuh arti pun menyapu wajah Sharena.

“Sayang, syukurlah kalian sudah saling mengenal, ini tentu akan lebih baik untuk kalian kedepannya, ayo duduklah!”ucap Lucy sang Ibu kepada Adam.

“Ibu, ada apa?Ayah?” tanya Adam yang semakin bingung.

Sementara dua wajah pasangan Carltzon yang juga sudah familiar dengannya hanya tersenyum-senyum saja.

Bab terkait

  • My Hot Boss   BAB 5 Perjodohan Adam

    “Beginilah karena kamu terlalu sibuk menangani perusahaan dan bersenang-senang, maafkan kami Tuan Carltzon, dia memang masih seperti itu,” ucap Abraham kepada pasangan di depannya.“Kami mengerti, Sharena juga masih sangat manja,” ucap Carltzon menimpali.Adam jelas tidak mengetahui jika kedua orang tuanya itu baru saja menyepakati tanggal pertunangan dan tanggal pernikahannya dengan Sharena.Dia tak bisa berkutik, terlebih semua itu dilandaskan oleh kepentingan bisnis dimana Hussein Group dengan Carltzon Group dipastikan akan membangun afiliasi dagang dalam satu brand fashion baru yang kini tengah dirintisnya itu.“Ibu, kenapa kau tidak membicarakannya lebih dulu kepadaku?” ucap Adam kepada sang mama.Lucy hanya tersenyum menatapnya.“Usiamu sudah 35 tahun dan belum ada satu wanita pun yang kau kenalkan kepada kami, apa menurutmu kami tidak mencemaskanmu?” ucap Lucy saat mereka kembali menuju mobil.“Dengar Nak, Ayah sudah membuat keputusan dan tanggal itu tidak bisa lagi kau tolak!

  • My Hot Boss   Bab 6 Berapa Hargamu Per Menitnya?

    Malam ini, semangkuk mie instan mengenyangkan perut kecilnya Fanny yang juga sudah sangat letih itu.Dia langsung terlelap tak lama sesudahnya.Sementara itu di rumah mewah keluarga Hussein, Adam masih tak bisa memejamkan matanya sedikitpun.“Kenapa dia terus mengisi otakku?” ucap Adam sambil berguling bolak balik di ranjangnya.Adam kemudian bangun dari tidurnya, dia segera duduk dan melangkah turun setelahnya. Dia kini berjalan menuju balkon kamarnya, lalu membuka pintu dan melangkah ke luar kamar.Pandangan Adam tertuju ke arah pusat kota di bawah sana. Ya,kediaman Hussein berada di sebuah bukit pribadi yang memang hanya bisa diakses oleh keluarga tersebut. Pusat Kota San Marine sendiri memang memiliki sejumlah kenampakan alam yang eksotis di mana wilayahnya terdiri dari dataran berbukit-bukit yang sangat indah.Jari tangannya kemudian menekan dial khusus yang akan langsung menghubungkannya dengan John.Cukup lama, John pun akhirnya mengangkat teleponnya itu. “Ke rumahku sekarang

  • My Hot Boss   Bab 7 Limited Not For Sale

    “Kau tidak bisa mendengarku? Heyy! Tikus!” teriak Adam semakin lantang.Suaranya yang menggelegar membuat banyak orang di dekatnya langsung menoleh ke arah Adam.Namun saat mereka menyadari jika si pemilik suara tersebut adalah CEO mereka, maka mereka pun langsung kembali meneruskan langkahnya meski segudang tanya menumpuk di benaknya.Berbeda dengan Fanny, wanita itu justru menjadi tak berkutik karena kini semua mata menyorot ke arahnya.“Maaf, aku lupa jika tikus hanya pandai mengendus bukan mendengar,” ucap Adam sambil berlalu melewati Fanny begitu saja.Di belakangnya, John nampak menempelkan kedua telapak tangannya di dada sambil menggeleng-gelengkan kepalanya menatap Fanny.Fanny sudah hampir meledak pagi ini, dia hanya bisa menahan diri karena tidak ingin kehilangan pekerjaannya ini bahkan sebelum dia bisa mencicipi gaji fantastisnya itu.Wanita itu kemudian meneruskan langkahnya menuju ruangannya. Adam kemudian semakin memperlambat langkahnya, untuk menunggu Fanny. Namun wanit

  • My Hot Boss   Bab 8 Menguji Fanny

    “Baiklah, hanya demi Mama,” ucap Adam sambil bangun dari duduknya.“Tentu sayang,” ucap Lucy sangat senang.“Sharena, kalian bisa berangkat, karena Tante ada janji dengan teman-teman Tante, tidak apa-apa kan kalian berangkat tanpa Tante?” tanya Lucy kepada Sharena.“Tentu saja tidak apa-apa Tan,” jawab Sharena sambil mengembangkan senyuman bangganya.Wanita ini tengah memikirkan betapa bangganya saat nanti dia akan dikukuhkan menjadi calon menantu dari keluarga Hussein.Sementara Lucy sibuk dengan ponselnya, Adam justru menghampiri Fanny yang tengah mempelajari pengajuan kerja sama dari sebuah perusahaan asing kepada Hussein Group.“Ikut denganku sekarang juga! Kau harus menemaniku,” ucap Adam sambil menarik lengan kanan Fannya.“Itu bukan pekerjaanku Pak,” ucap Fanny terdengar cukup nyaring sambil menarik lengannya yang kini tengah di genggam Adam.“Aku atasanmu, kau dipekerjakan di sini karena aku, jadi apapun perintahku kau harus menurutinya! Temani aku sekarang juga tikus dara!”

  • My Hot Boss   Bab 9 Insiden di Diamond Apartment

    “Tapi Pak, seharusnya kita ke kantor?” ucap Fanny sambil berusaha mengimbangi langkah Adam yang kini semakin menariknya masuk ke dalam apartemen tersebut.“Kamu ikut saya saja apa susahnya sih?” ucap Adam yang mulai kerepotan karena tangan kiri Fanny terus memberontaknya.Sesampainya di dekat lift, ulah Fanny benar-benar membuat Adam menghentikan langkahnya.“Saya bukan jalang yang bisa diperlakukan dengan seenaknya!” ucap Fanny dengan sangat lantang.Suara lantang wanita itu membuat Adam melepaskan tangannya yang tengah menggenggam lengan Fanny.“Jangan membuat kegaduhan! Aku tidak akan pernah memaafkan orang yang menghancurkan reputasiku!” ucap Adam sambil melangkah pergi.“Jika saja saya tidak butuh pekerjaan ini, saya juga tidak sudi bekerja dengan atasan seperti Anda,” ucap Fanny sambil membalikkan tubuhnya dan segera pergi tanpa menoleh lagi ke belakang.Adam mendengar dengan jelas semua kalimat yang meluncur dari mulutnya Fanny barusan, dia kemudian memutar tubuhnya dan tanpa d

  • My Hot Boss   Bab 10 Pengakuan

    “Kau sungguh memalukan!” dengus Abraham dengan kemarahan paripurna di wajahnya.Lelaki itu duduk di kursi utama ruangan keluarga ini. Ya, sosok Abraham Hussein adalah lelaki yang sangat dingin dan juga tegas. Sebagai sulung dari lima bersaudara. Abraham yang merupakan anak lelaki satu-satunya di dalam keluarga Hussein ini pun menjadi Kepala Keluarga menggantikan mendiang sang ayah yang wafat di usia Abraham yang baru saja dua puluh lima tahun saat itu.“Adam, katakan kepada kami siapa wanita ini?” ucap Lucy kepada putra semata wayangnya.Adam bungkam seribu bahasa. Lelaki ini mengalihkan pandangannya kepada Fanny yang juga tengah menusuknya dengan sangat tajam dengan bola mata hazelnya.“Aku mencintai Fanny, tidak masalah bukan?” ucap Adam dengan tenangnya.“Pak Adam!” sanggah Fanny tak menerima dengan pengakuan Adam tersebut yang justru akan semakin menyudutkannya.Fanny merasakan semua tatapan wajah-wajah di ruangan itu kini mengarah kepadanya. Dan ini membuatnya sangat geram. Tidak

  • My Hot Boss   Bab 11 Siasat Keluarga Carltzon

    Pagi harinya, Fanny kembali siap dengan seragam rapi untuk kembali bekerja. Setelah membeli soto ayam hangat dengan porsi yang sangat mengenyangkannya, wanita ini akhirnya melangkah mengikuti gang kecil menuju kantornya.Lalu lintas di kota ini sangat padat di pagi hari seperti saat ini. Bukan hanya lalu lintas jalan raya yang padat merayap, melainkan lalu lalang pejalan kaki pun sama padatnya.Tidak ada obrolan dan saling sapa sesama pejalan kaki, seolah menjadi ciri khas yang melekat pada budaya jalanan di kota-kota besar belahan dunia manapun. Demikian juga dengan kota ini yang penduduknya beragam dengan berbagai struktur sosial yang juga beragam.Sekitar lima belas menit berjalan kaki, Fanny akhirnya tiba di halaman Hussein Group.Sesampainya di pintu masuk utama, wanita ini barulah menyematkan pin khusus miliknya.Ya, sebuah lencana khusus untuk para petinggi perusahaan besar ini memang dimilikinya berkat posisinya saat ini.“Harus aku katakan, jika kau terlalu percaya diri denga

  • My Hot Boss   Bab 12 Bukan Softlens

    Fanny masih sangat sibuk dengan pekerjaannya. Kacamata yang digunakannya itu pun bahkan sampai turun dari tempatnya karena dia terus menunduk dan membaca setiap tulisan dalam berkas di depannya tanpa terkecuali satu katapun.Tidak jarang Fanny sampai mengulang-ngulangnya beberapa kali untuk bisa memahami apa yang dimaksudkan tulisan tersebut.“Ekhem!”Terdengar beberapa kali suara Adam berdehem, hal ini akhirnya membuat Fanny melirik ke arah lelaki tersebut.Namun saat bola matanya bergeser ke arah Adam, lelaki itu justru tengah asyik saja membaca sesuatu pada laptopnya. Karena itu Fanny pun kembali fokus dengan pekerjaannya.Anehnya, baru beberapa saat Fanny kembali fokus bekerja, Adam justru kembali kesal. Lelaki ini memutar otaknya lagi untuk mencari cara mengganggu Fanny.“Aduuh!” ucap Adam sambil menggeser kursinya berpura-pura terjepit.Namun Fanny hanya meliriknya sekilas saja dan kembali hanyut lagi dalam pekerjaannya.Adam pun kemudian berpura-pura menelpon seorang wanita.Su

Bab terbaru

  • My Hot Boss   Nyaris Terhenti Lagi

    Di tengah perjuangan mempertahankan proyek New Vallend, bencana datang tanpa terduga. Malam itu, hujan turun dengan deras disertai angin kencang. Fanny sudah mendengar peringatan akan adanya badai, tapi tidak ada yang menyangka bahwa angin beliung akan menghantam langsung wilayah proyek mereka. Saat pagi tiba, kabar buruk mulai berdatangan satu per satu.Proyek New Vallend mengalami kerusakan parah. Struktur bangunan yang hampir selesai porak poranda, beberapa material rusak dan terhambur, bahkan sebagian tanah longsor akibat hujan deras yang merendam area sekitar. Fanny yang sedang di kantor langsung mendapat panggilan darurat dari manajer proyek.Dengan perasaan campur aduk antara cemas dan marah, Fanny memutuskan untuk segera menuju lokasi proyek. Adam, yang melihat kegelisahan di wajah Fanny, ikut menemaninya. Dalam perjalanan, Fanny hanya bisa terdiam, mencerna skala kerusakan yang mungkin harus dihadapi. Namun, di kepalanya sudah terbayang skenario terburuk dan ancaman biaya yan

  • My Hot Boss   Tidak Akan Mundur

    Fanny duduk termenung di ruang kerjanya setelah percakapan menegangkan dengan Sharena. Setiap kata dari wanita itu bergaung dalam pikirannya, menambah tekanan di hatinya. Ia menghela napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri sebelum melanjutkan tugasnya. Fanny memutuskan untuk memperkuat strategi perlindungannya, tidak hanya terhadap proyek New Vallend, tetapi juga untuk menjaga keluarganya dari ancaman yang semakin dekat.Pagi berikutnya, Fanny menyusun rencana pertemuan dengan tim manajemennya untuk membahas langkah-langkah lebih lanjut terkait audit Firman dan ancaman dari Sharena. Ia ingin memastikan bahwa semua orang di timnya memahami situasi dan bersiap untuk mengambil tindakan jika diperlukan. Fanny tidak bisa membiarkan ketakutan menghantuinya; sebaliknya, ia harus menjadi penggerak perubahan untuk keluarganya.Di tengah persiapan rapat, Fanny mengingat kembali setiap detail yang ia temukan mengenai Firman. Ia mengumpulkan semua informasi yang ada dan menyusun sebuah prese

  • My Hot Boss   Bukan Ancaman

    Di hari-hari berikutnya, Fanny semakin waspada, terutama ketika melihat upaya Sharena yang kian terang-terangan mendekati Adam dengan berbagai dalih bisnis. Ia tahu, satu-satunya cara untuk melindungi pernikahannya adalah dengan mengambil langkah proaktif. Fanny mulai mencari tahu lebih dalam mengenai latar belakang Sharena dan hubungan wanita itu dengan sejumlah tokoh berpengaruh di kota mereka. Tidak mudah, tetapi demi menjaga keluarganya, Fanny tak segan-segan menyelidiki lebih jauh.Sementara itu, Adam, yang semakin menyadari betapa terganggunya Fanny oleh situasi ini, berusaha lebih sering menghabiskan waktu bersama keluarga. Dia bahkan mengurangi beberapa proyek bisnis yang membutuhkan keterlibatannya di luar kota. Namun, kesibukan di New Vallend tak bisa dihindari, dan ada banyak keputusan penting yang membutuhkan perhatian Fanny dan Adam.Suatu sore, saat Fanny tengah mempersiapkan proposal baru untuk proyek New Vallend, sebuah pesan masuk di ponselnya. Dari nomor tak dikenal,

  • My Hot Boss   Menyelesaikan Masalah di New Valleand

    Fanny mencoba menenangkan dirinya setelah membaca pesan dari Sharena. Dia tahu bahwa Sharena selalu mencari-cari alasan untuk mendekati Adam, dan itu membuatnya tidak nyaman. Meski demikian, Fanny berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya. Dia menyadari bahwa rasa cemburunya hanya akan merusak kepercayaan yang telah dibangun dalam pernikahannya."Sayang, kau baik-baik saja?" tanya Adam yang baru saja selesai menidurkan si kembar.Fanny tersenyum lembut. "Aku baik-baik saja. Hanya sedikit lelah setelah perjalanan panjang."Adam duduk di sebelah Fanny dan merangkul bahunya. "Aku mengerti, kau pasti sangat lelah. Bagaimana kalau kita istirahat saja malam ini? Kita bisa membicarakan semua hal besok pagi."Fanny mengangguk setuju, tapi pikirannya masih terusik oleh pesan Sharena. "Adam, kau pernah mendengar sesuatu tentang Shwan?"Adam terlihat sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. "Shwan? Anak angkat Sharena? Tentu saja, aku tahu dia. Tapi, kenapa kau menanyakannya?""Aku hanya ingin t

  • My Hot Boss   BONUS PART

    Kehangatan pernikahan Fanny dan Adam kini semakin HOT. Hari ini. Pertemuan dengan salah satu lawyer dari perusahaan Schwaley yang dijadwalkan pada Selasa ini membuat Fanny cukup gugup. Sehingga dia sampai lupa bahwa ini adalah akhir pekan.“Fanny sayang, kau terlalu banyak memikirkan pekerjaan. Hingga saat kau mengatakan bekerja dari rumah pun kau tetap saja memikirkannya,” ucap Adam sambil menggendong Fanny ala bridal menuju ke sebuah sofa bulat di dekat pintu menuju balkon kamarnya.Matahari pagi bersinar sangat terang di sana.“Mana bayi kita?” tanya Fanny terperanjat.Dia sangat kaget melihat box bayi kedua bayinya kembarnya itu sudah kosong.“Nurse sedang memandikannya, mereka tidak boleh pemalas seperti ibunya!” ucap Adam menyindir.“Aku kesiangan dan kau yang tidak membangunkanku, kenapa kau bilang aku pemalas?” ucap Fanny sambil tersenyum.Fanny langsung duduk meringkuk dengan masih sangat mengantuk. Dia tidak menolak ketika Adam menyodorkan susu hangat kepadanya.“Minum yan

  • My Hot Boss   Ending

    Fanny melajukan mobilnya menuju ke sebuah alamat restoran yang diberikan oleh Sharena. Dia berangkat dengan menggunakan piyama tidurnya saja dibalut dengan cardigan olive selutut dan rambut yang dicepol ringkas.Sederhana namun tetap anggun nan berkelas, seperti itulah Fanny selalu memukau di setiap penampilannya.Flat shoes yang dikenakannya berwarna olive juga, senada dengan tas yang ditentengnya semakin membuat wanita itu nampak rapi dan juga elegan.Fanny melangkah masuk ke restoran yang lumayan mewah ini. Meski berada di ujung kota, namun pelayanan disini cukup baik dan Fanny merasa nyaman dengan situasi penyambutannya.Tanpa Fanny ketahui, diam-diam Adam mengikutinya di jarak yang cukup jauh sehingga wanita itu tidak menyadarinya.Fanny mengamati sekelilingnya dan melihat ruangan di bagian lantai dua tempat mejanya berada sangat sepi.“Aku disini,” ucap Sharena sambil melambaikan tangannya kepada Fanny.Tanpa menjawab, Fanny segera melangkah mendeka

  • My Hot Boss   Masalah Baru Sharena

    “Apalagi masalah yang harus kita hadapi?”ucap Fanny mengeluhkan hidupnya lagi.Wanita ini merasa sangat bingung dengan apa yang kini harus dihadapinya setelah Ardian pergi.Alih-alih merasa senang karena baby Lilac dan baby Abigail mendapatkan wasiat besar sebagai pewaris dari Schwaley Corp. Fanny kini justru merasakan kecemasan lebih hebat karenanya.Fanny tidak ingin kedua buah hatinya akan merasakan bullying dari seluruh pihak yang menyudutkannya tidak profesional.Kesaksian Dipo terkait dengan surat wasiat itu pun memang menguatkannya secara hukum. Namun tentu saja itu tidak serta merta menyelesaikan konflik yang terjadi di internal Schwaley Corp.Pengesahan baby Abigail dan baby Lilac sebagai pewaris utama berikutnya dari Schwaley Corp nyatanya memang berjalan dengan lancar. Namun hal ini menuai dendam dari para petinggi Schwaley Corp yang sudah mengabdikan dirinya puluhan tahun di perusahaan tersebut.Beberapa dari mereka kemudian berupaya untuk mengges

  • My Hot Boss   Pewaris Schwaley Corp

    Dengan jetlag sekitar delapan jam, mereka harus sedikit menyesuaikan waktu terlebih dahulu.Senyuman akhirnya mengembang di wajah Fanny saat keluar dari pesawat dan menghirup udara segar kota London dengan sangat tenang. Kedua buah hatinya pun bisa mendarat dengan selamat di sana, ini adalah sebuah berkah tersendiri untuk Fanny.Di bagian luar bandara, Dipo dan juga beberapa staf dari Schwaley Corporation sudah menunggunya.“Adam, bisakah kau mengatakan padaku apa yang terjadi sebenarnya?” tanya Fanny kepada Adam dengan memaksa.Adam menghentikan langkahnya, dia merasa tidak tega untuk mengatakannya sendiri kepada Fanny. Meski riwayat panjang kehidupannya bersama Ardian mengalami pasang surut; tapi Adam merasa bahwa Ardian pun memiliki sangat banyak sekali jasa dalam pernikahannya dengan Fanny.“Sayang, sebaiknya kita berangkat! Kasihan mereka terlalu lama menunggu,” ucap Adam kepada istrinya. Fanny pun menurut. Rombongan ini pun tak menunggu waktu lama lagi

  • My Hot Boss   Berangkat Ke London

    Setelah dua minggu, renovasi rumah akhirnya selesai. Di berbagai bagian masih terdapat banyak puing-puing bangunan di sana yang berceceran. Pagi ini sejumlah petugas kebersihan sedang menyelesaikan finishing dari renovasinya itu.Adam benar-benar tidak ingin kecolongan setelah insiden pemecahan kaca yang dilakukan oleh orang tak dikenal ke rumahnya tengah malam itu dan juga insiden racun yang nyaris saja mencelakai keluarganya.Kini, Adam benar-benar menjadi semakin ekstra dalam pengawalan dan juga penjagaan rumahnya. Pagi yang cerah di New Filla, mentari menyembul dengan sangat hangat dari balik jendela rumah memberikan energi yang lebih cerah.Adam tengah menikmati sarapan bersama Fanny. Keduanya kini sudah memulai hidup normalnya tanpa ada lagi kerepotan para penjaga dan juga pekerja di rumahnya. Insiden mengenai percobaan untuk meracuni yang dilakukan oleh orang tak dikenal yang menyamar di antara para pekerja pun akhirnya ditangani oleh pihak kepolisian. M

DMCA.com Protection Status