Beranda / Urban / My Hot Boss / BAB 4 Hari Pertama Bekerja

Share

BAB 4 Hari Pertama Bekerja

last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-07 08:23:41

“Maafkan aku,” ucap Fanny mencoba mengakhiri sikap buruknya.

Adam tersenyum penuh kemenangan. Namun dia tidak puas dengan pengakuan Fanny tersebut, dia tertarik untuk semakin membuat wanita itu kesal dan sangat ingin menggodanya.

“Kau akan langsung bekerja hari ini juga! Tanda tangani ini dan bagian personalia akan menyelesaikannya nanti!” ucap Adam sambil menyodorkan sebuah surat kontrak kepada Fanny.

“Dua puluh ribu dollar?” ucap Fanny terbelalak.

“Tanda tangani sekarang sebelum aku berubah pikiran!” bentak Adam kemudian.

Tanpa menunda, dan bahkan tanpa membacanya lagi Fanny langsung menandatanganinya. Sebuah kecerobohan yanga kan disesalinya nanti.

“Jhon, tunjukan tikus ini meja kerjanya!” ucap Adam yang tidak ingin kehilangan dominasinya menunjuk Jhon untuk mengantarkan Fany ke meja kerjanya.

“Baik Tuan,” jawab sang ajudan dengan sigapnya.

“Nona Fanny, di sini meja kerja Anda,” ucap Jhon sambil membuka pintu di belakang meja kerja Adam.

“Di sini? ruangan ini satu ruangan dengannya?” ucap Fanny dengan suara setengah berbisik kepada Jhon.

Dan Jhon pun menjelaskan jika sebelumnya semua kuasa hukum Hussein Group juga menempati ruangan tersebut.

“Baik Pak Jhon, terima kasih,” ucap Fanny berusaha menjaga keprofesionalannya.

Fanny segera menyusun mejanya. Sepertinya memang meja ini sudah sangat lama ditinggalkan pemiliknya. Terlihat debu sangat tebal di meja dan tumpukan dokumen tersebut.

“UHUK”

Fanny pun terbatuk-batuk karenanya. Adam tak tinggal diam, dia segera meminta staf pelayanan ruangan untuk membersihkan ruangan kerja Fanny.

Tak berselang lama, dua staf pelayanan ruangan pun datang.

“Stupid! Kau keluar dulu supaya mereka bisa bekerja!” ucap Adam yang kesal melihat Fanny justru ikut sibuk membantu dua staf pelayanan ruangan itu di dalam.

Tak ingin berdebat, Fanny pun melangkah keluar.

“Otakmu kepiting goreng juga ya! Untuk apa aku menggaji mereka jika kau yang ku gaji lebih besar harus menyelesaikan pekerjaan mereka!” rutuknya menggerutu kesal.

Fanny hanya diam saja, dia tak akan lagi menimpali lelaki itu di jam kerjanya. Tentu saja ini demi keprofesionalannya.

Menyadari Fanny tak lagi merasa terganggu oleh sikapnya, Adam memutar otak untuk bisa membuat Fanny kesal.

“Jhon, panggil Mayang ke kantorku siang ini,” ucap Adam kepada ajudannya itu yang sontak terbelalak.

Pukul sepuluh pagi, ruangannya telah bersih dan nyaman. Fanny pun bisa leluasa mengatur ruangan tersebut. Ruangannya itu hanya tersekat oleh kaca tipis saja, sehingga semua yang dilakukannya akan langsung terpantau oleh Adam begitupun sebaliknya.

“Sangat bagus, semua dokumen sudah tertata dengan baik,”ucap Fanny yang melihat deretan dokumen telah tersusun rapi sesuai aturan pembukuan dokumen yang sebenarnya.

Tak berselang lama, ketenangan Fanny terhenti. Suara desah dan erangan menjijikan terdengar dari ujung lain ruangan tersebut..

“What!” ucap Fanny sangat kencang ketika melihat dua manusia tengah berhadapan di meja kerja.

Fanny pun segera berusaha menyibukkan dirinya, namun tak berhasil. Suara-suara itu membuatnya sangat terganggu. Keringat dingin bercucuran di wajahnya, sementara jantungnya ikut bergemuruh kencang.

“Aku bisa gila jika tetap di sini!” ucap Fanny.

Wanita ini pun segera mengendap-endap meninggalkan ruangan kerjanya dengan sangat hati-hati karena tidak ingin Adam mengetahuinya. Hingga akhirnya Fanny berhasil mencapai pintu keluar.

“Fuih! Akhirnya,” ucap Fanny merasa lega.

GLEG

Wanita itu kembali meneguk salivanya, melihat Jhon yang berdiri di hadapannya tengah menatapnya penuh selidik.

“Kau baik-baik saja, Nona Fanny?” ucap Jhon.

“Oh Iyaa ... sangat baik, maaf saya hanya kepanasan, sebaiknya saya ke kantin sekarang ... bukankah ini jam makan siang?” ucap Fanny sambil segera pamit pergi.

Jhon nyaris terpingkal-pingkal karena nya.

“Dia kepanasan? AC sangat dingin di dalam sana,” ucap Jhon yang mengerti dengan kepanasan lain yang dimaksud oleh Fanny.

Sementara Fanny telah duduk tenang di kantin dengan pesanannya. Adam yang baru menyadari jika Fanny telah tidak ada di tempatnya itu pun segera mengusir pergi Mayang.

“Tuan, kita bahkan belum melakukannya seperti biasa?” ucap Mayang sambil terus menggamit Adam dengan kaki kanannya.

“Turun dari tubuhku sekarang juga! Aku tak berminat lagi, out!” ucap Adam mengusirnya.

Mayang pun beranjak. Meski dia tak bisa menampik rasa kesalnya karena gagal naik ranjang Adam, namun wanita itu bisa tersenyum bahagia karena seribu dollar telah masuk ke dalam rekeningnya.

“Sialan! Kenapa aku tidak mengetahui dia keluar?” ucap Adam sambil merapikan lagi pakaiannya yang berceceran.

Sementara Mayang, wanita itu sudah berpakaian rapi lagi dan langsung melenggang pergi meninggalkan ruangan Adam.

Di koridor lantai dasar, Fanny yang baru saja meninggalkan kantin pun berpapasan dengan Mayang.

“Seleranya sangat liar!” umpat Fanny di dalam hatinya ketika melihat Mayang melenggang penuh lenggok di hadapannya.

Wanita itu pun tampaknya mengenali Fanny.

“Kau yang mengendap-ngendap keluar?” ucap Mayang dengan tatapan merendahkan kepada Fanny.

Tak ingin terlibat lebih jauh, Fanny memilih meneruskan langkahnya.

“Dari mana saja kamu?” tanya Adam ketika Fanny baru saja akan melangkah masuk ke dalam ruangannya.

“Aku ... dari kantin Pak,” jawab Fanny tergagap.

Mata Adam mendelik tajam kepadanya.

“Apa kau tidak membaca aturannya? Di sana tertera dengan sangat jelas jika kau harus mendapatkan izin ku untuk keluar masuk ruangan ini pada jam kerja!” ucap Adam sangat lantang.

“Tapi ... tadi ...” ucap Fanny berusaha hendak menjelaskan namun terpangkas oleh Adam.

“Kenapa?” ucap lelaki itu dengan tatapan semakin menyipit.

“Anda sibuk bermesraan di meja kerja dengan jalang Anda dan itu membuatku tidak bisa fokus!” ucap Fanny dengan suara menggebu-gebu setelahnya.

Adam jelas terkejut mendengar penuturan itu.

“Jadi kau terganggu? Apakah itu juga membuatmu berkeringat?” ucap Adam sambil tersenyum penuh arti.

“Tentu saja! Aku wanita normal!” jawab Fanny.

“Benarkah!’ ucap Adam sambil langsung menyentuh wajah Fanny dengan tangannya.

DEGG

Jantung keduanya berdegup sangat kencang.

Bukan hanya Fanny yang terkejut, tetapi juga Adam.

“Aku harus menyelesaikan beberapa dokumennya,” ucap Fanny sambil melangkah pergi ke ruangannya.

GLEG

Adam meneguk salivanya dengan sangat kasar. Lelaki ini baru saja bercumbu dengan Mayang, namun desiran aneh yang jauh lebih hebat justru mengalir di darahnya saat menyentuh Fanny baru saja.

“Wanita itu aneh, dan kenapa aku menjadi semakin aneh,” rutuknya memonolog dirinya sendiri.

KRIING

Ponselnya berdering.

Ibunya menelepon, sebuah janji makan siang dengan keluarga Carltzon nyaris saja dilupakannya.

“Jhon! Ambil kunci mobil dan antarkan aku ke Diamond Resort,” ucapnya.

Sesampainya di sana.

“Sharena!” ucap Adam yang sangat terkejut melihat stafnya itu tengah duduk manis bersama kedua orang tuanya dan juga keluarga Carltzon tentunya.

Senyuman lebar dan sangat penuh arti pun menyapu wajah Sharena.

“Sayang, syukurlah kalian sudah saling mengenal, ini tentu akan lebih baik untuk kalian kedepannya, ayo duduklah!”ucap Lucy sang Ibu kepada Adam.

“Ibu, ada apa?Ayah?” tanya Adam yang semakin bingung.

Sementara dua wajah pasangan Carltzon yang juga sudah familiar dengannya hanya tersenyum-senyum saja.

Bab terkait

  • My Hot Boss   BAB 5 Perjodohan Adam

    “Beginilah karena kamu terlalu sibuk menangani perusahaan dan bersenang-senang, maafkan kami Tuan Carltzon, dia memang masih seperti itu,” ucap Abraham kepada pasangan di depannya.“Kami mengerti, Sharena juga masih sangat manja,” ucap Carltzon menimpali.Adam jelas tidak mengetahui jika kedua orang tuanya itu baru saja menyepakati tanggal pertunangan dan tanggal pernikahannya dengan Sharena.Dia tak bisa berkutik, terlebih semua itu dilandaskan oleh kepentingan bisnis dimana Hussein Group dengan Carltzon Group dipastikan akan membangun afiliasi dagang dalam satu brand fashion baru yang kini tengah dirintisnya itu.“Ibu, kenapa kau tidak membicarakannya lebih dulu kepadaku?” ucap Adam kepada sang mama.Lucy hanya tersenyum menatapnya.“Usiamu sudah 35 tahun dan belum ada satu wanita pun yang kau kenalkan kepada kami, apa menurutmu kami tidak mencemaskanmu?” ucap Lucy saat mereka kembali menuju mobil.“Dengar Nak, Ayah sudah membuat keputusan dan tanggal itu tidak bisa lagi kau tolak!

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-07
  • My Hot Boss   Bab 6 Berapa Hargamu Per Menitnya?

    Malam ini, semangkuk mie instan mengenyangkan perut kecilnya Fanny yang juga sudah sangat letih itu.Dia langsung terlelap tak lama sesudahnya.Sementara itu di rumah mewah keluarga Hussein, Adam masih tak bisa memejamkan matanya sedikitpun.“Kenapa dia terus mengisi otakku?” ucap Adam sambil berguling bolak balik di ranjangnya.Adam kemudian bangun dari tidurnya, dia segera duduk dan melangkah turun setelahnya. Dia kini berjalan menuju balkon kamarnya, lalu membuka pintu dan melangkah ke luar kamar.Pandangan Adam tertuju ke arah pusat kota di bawah sana. Ya,kediaman Hussein berada di sebuah bukit pribadi yang memang hanya bisa diakses oleh keluarga tersebut. Pusat Kota San Marine sendiri memang memiliki sejumlah kenampakan alam yang eksotis di mana wilayahnya terdiri dari dataran berbukit-bukit yang sangat indah.Jari tangannya kemudian menekan dial khusus yang akan langsung menghubungkannya dengan John.Cukup lama, John pun akhirnya mengangkat teleponnya itu. “Ke rumahku sekarang

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-24
  • My Hot Boss   Bab 7 Limited Not For Sale

    “Kau tidak bisa mendengarku? Heyy! Tikus!” teriak Adam semakin lantang.Suaranya yang menggelegar membuat banyak orang di dekatnya langsung menoleh ke arah Adam.Namun saat mereka menyadari jika si pemilik suara tersebut adalah CEO mereka, maka mereka pun langsung kembali meneruskan langkahnya meski segudang tanya menumpuk di benaknya.Berbeda dengan Fanny, wanita itu justru menjadi tak berkutik karena kini semua mata menyorot ke arahnya.“Maaf, aku lupa jika tikus hanya pandai mengendus bukan mendengar,” ucap Adam sambil berlalu melewati Fanny begitu saja.Di belakangnya, John nampak menempelkan kedua telapak tangannya di dada sambil menggeleng-gelengkan kepalanya menatap Fanny.Fanny sudah hampir meledak pagi ini, dia hanya bisa menahan diri karena tidak ingin kehilangan pekerjaannya ini bahkan sebelum dia bisa mencicipi gaji fantastisnya itu.Wanita itu kemudian meneruskan langkahnya menuju ruangannya. Adam kemudian semakin memperlambat langkahnya, untuk menunggu Fanny. Namun wanit

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-24
  • My Hot Boss   Bab 8 Menguji Fanny

    “Baiklah, hanya demi Mama,” ucap Adam sambil bangun dari duduknya.“Tentu sayang,” ucap Lucy sangat senang.“Sharena, kalian bisa berangkat, karena Tante ada janji dengan teman-teman Tante, tidak apa-apa kan kalian berangkat tanpa Tante?” tanya Lucy kepada Sharena.“Tentu saja tidak apa-apa Tan,” jawab Sharena sambil mengembangkan senyuman bangganya.Wanita ini tengah memikirkan betapa bangganya saat nanti dia akan dikukuhkan menjadi calon menantu dari keluarga Hussein.Sementara Lucy sibuk dengan ponselnya, Adam justru menghampiri Fanny yang tengah mempelajari pengajuan kerja sama dari sebuah perusahaan asing kepada Hussein Group.“Ikut denganku sekarang juga! Kau harus menemaniku,” ucap Adam sambil menarik lengan kanan Fannya.“Itu bukan pekerjaanku Pak,” ucap Fanny terdengar cukup nyaring sambil menarik lengannya yang kini tengah di genggam Adam.“Aku atasanmu, kau dipekerjakan di sini karena aku, jadi apapun perintahku kau harus menurutinya! Temani aku sekarang juga tikus dara!”

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-24
  • My Hot Boss   Bab 9 Insiden di Diamond Apartment

    “Tapi Pak, seharusnya kita ke kantor?” ucap Fanny sambil berusaha mengimbangi langkah Adam yang kini semakin menariknya masuk ke dalam apartemen tersebut.“Kamu ikut saya saja apa susahnya sih?” ucap Adam yang mulai kerepotan karena tangan kiri Fanny terus memberontaknya.Sesampainya di dekat lift, ulah Fanny benar-benar membuat Adam menghentikan langkahnya.“Saya bukan jalang yang bisa diperlakukan dengan seenaknya!” ucap Fanny dengan sangat lantang.Suara lantang wanita itu membuat Adam melepaskan tangannya yang tengah menggenggam lengan Fanny.“Jangan membuat kegaduhan! Aku tidak akan pernah memaafkan orang yang menghancurkan reputasiku!” ucap Adam sambil melangkah pergi.“Jika saja saya tidak butuh pekerjaan ini, saya juga tidak sudi bekerja dengan atasan seperti Anda,” ucap Fanny sambil membalikkan tubuhnya dan segera pergi tanpa menoleh lagi ke belakang.Adam mendengar dengan jelas semua kalimat yang meluncur dari mulutnya Fanny barusan, dia kemudian memutar tubuhnya dan tanpa d

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-24
  • My Hot Boss   Bab 10 Pengakuan

    “Kau sungguh memalukan!” dengus Abraham dengan kemarahan paripurna di wajahnya.Lelaki itu duduk di kursi utama ruangan keluarga ini. Ya, sosok Abraham Hussein adalah lelaki yang sangat dingin dan juga tegas. Sebagai sulung dari lima bersaudara. Abraham yang merupakan anak lelaki satu-satunya di dalam keluarga Hussein ini pun menjadi Kepala Keluarga menggantikan mendiang sang ayah yang wafat di usia Abraham yang baru saja dua puluh lima tahun saat itu.“Adam, katakan kepada kami siapa wanita ini?” ucap Lucy kepada putra semata wayangnya.Adam bungkam seribu bahasa. Lelaki ini mengalihkan pandangannya kepada Fanny yang juga tengah menusuknya dengan sangat tajam dengan bola mata hazelnya.“Aku mencintai Fanny, tidak masalah bukan?” ucap Adam dengan tenangnya.“Pak Adam!” sanggah Fanny tak menerima dengan pengakuan Adam tersebut yang justru akan semakin menyudutkannya.Fanny merasakan semua tatapan wajah-wajah di ruangan itu kini mengarah kepadanya. Dan ini membuatnya sangat geram. Tidak

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-24
  • My Hot Boss   Bab 11 Siasat Keluarga Carltzon

    Pagi harinya, Fanny kembali siap dengan seragam rapi untuk kembali bekerja. Setelah membeli soto ayam hangat dengan porsi yang sangat mengenyangkannya, wanita ini akhirnya melangkah mengikuti gang kecil menuju kantornya.Lalu lintas di kota ini sangat padat di pagi hari seperti saat ini. Bukan hanya lalu lintas jalan raya yang padat merayap, melainkan lalu lalang pejalan kaki pun sama padatnya.Tidak ada obrolan dan saling sapa sesama pejalan kaki, seolah menjadi ciri khas yang melekat pada budaya jalanan di kota-kota besar belahan dunia manapun. Demikian juga dengan kota ini yang penduduknya beragam dengan berbagai struktur sosial yang juga beragam.Sekitar lima belas menit berjalan kaki, Fanny akhirnya tiba di halaman Hussein Group.Sesampainya di pintu masuk utama, wanita ini barulah menyematkan pin khusus miliknya.Ya, sebuah lencana khusus untuk para petinggi perusahaan besar ini memang dimilikinya berkat posisinya saat ini.“Harus aku katakan, jika kau terlalu percaya diri denga

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-24
  • My Hot Boss   Bab 12 Bukan Softlens

    Fanny masih sangat sibuk dengan pekerjaannya. Kacamata yang digunakannya itu pun bahkan sampai turun dari tempatnya karena dia terus menunduk dan membaca setiap tulisan dalam berkas di depannya tanpa terkecuali satu katapun.Tidak jarang Fanny sampai mengulang-ngulangnya beberapa kali untuk bisa memahami apa yang dimaksudkan tulisan tersebut.“Ekhem!”Terdengar beberapa kali suara Adam berdehem, hal ini akhirnya membuat Fanny melirik ke arah lelaki tersebut.Namun saat bola matanya bergeser ke arah Adam, lelaki itu justru tengah asyik saja membaca sesuatu pada laptopnya. Karena itu Fanny pun kembali fokus dengan pekerjaannya.Anehnya, baru beberapa saat Fanny kembali fokus bekerja, Adam justru kembali kesal. Lelaki ini memutar otaknya lagi untuk mencari cara mengganggu Fanny.“Aduuh!” ucap Adam sambil menggeser kursinya berpura-pura terjepit.Namun Fanny hanya meliriknya sekilas saja dan kembali hanyut lagi dalam pekerjaannya.Adam pun kemudian berpura-pura menelpon seorang wanita.Su

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-24

Bab terbaru

  • My Hot Boss   Ending

    Setelah kemenangan besar itu, tim Fanny kembali ke markas mereka yang tersembunyi, tempat di mana mereka mulai merencanakan langkah-langkah selanjutnya untuk memastikan bahwa dunia yang baru mereka selamatkan tetap aman. Fanny duduk di meja pertemuan bersama Adam dan anggota tim lainnya, masing-masing merenung tentang apa yang baru saja terjadi.“Zero memang sudah runtuh, tapi kita tahu ini bukan akhir,” ujar Fanny, suara tegasnya mengisi ruangan. “Ada banyak kelompok lain yang mungkin sudah menunggu kesempatan untuk mengisi kekosongan kekuasaan yang ditinggalkan Zero. Kita harus memantau semuanya dengan lebih ketat.”Adam mengangguk. “Aku setuju. Ini hanya langkah pertama. Kita telah menghentikan mereka, tapi mereka bukan satu-satunya yang memiliki agenda tersembunyi.”Mason yang duduk di sudut meja dengan ekspresi serius menambahkan, “Selama sistem Zero masih ada jejaknya, akan ada orang-orang yang mencoba memanfaatkan teknologi yang tertinggal. Mereka tahu betul bagaimana memanipul

  • My Hot Boss   Reaksi Publik

    Ketegangan di markas Quantum Grid semakin memuncak. Serangan dari Zero semakin menggila, dan setiap detik yang berlalu semakin menambah rasa takut dan kecemasan. Fanny tidak hanya harus menghadapi ancaman dari dunia maya, tetapi juga dari serangan fisik yang menghantui di luar markas mereka.Mason, yang memimpin pertahanan fisik, berlari ke ruang kontrol dengan wajah penuh kecemasan. "Fanny, kami butuh lebih banyak waktu! Mereka mulai menguasai distrik utama, dan orang-orang di luar mulai panik! Kami harus menghentikan serangan fisik ini—segera!"Fanny menarik napas panjang, meskipun rasa cemas hampir menghancurkannya. "Adam, kita harus membuka akses ke data utama mereka lebih cepat! Semakin lama kita menunggu, semakin banyak nyawa yang terancam."Adam menatap layar dengan tatapan yang tajam. "Sistem Zero semakin rumit. Mereka memperkuat firewall mereka saat kita semakin mendekat. Tapi aku bisa melakukannya, Fanny. Cuma perlu sedikit waktu."Fanny menoleh ke Gavin dan Mason yang tampa

  • My Hot Boss   Sisa Waktu

    Waktu terus berjalan, dan suasana semakin mencekam. Setiap detik yang berlalu terasa begitu lama. Tim Quantum Grid melangkah lebih jauh ke dalam dunia yang mereka coba taklukkan. Fanny, dengan tekad yang tak tergoyahkan, tetap memimpin timnya dengan penuh keyakinan, meski hatinya penuh kecemasan.Di layar besar, data yang mengalir semakin cepat. Adam memimpin peretasan ke pusat server Zero dengan keterampilan yang luar biasa, tetapi setiap langkah mereka semakin terdeteksi. "Mereka semakin dekat," kata Adam dengan tenang, meskipun keringat dingin mulai mengalir di dahinya.Fanny mengangguk, matanya fokus pada layar yang menunjukkan titik-titik merah di seluruh dunia, tempat di mana Zero mulai melancarkan serangan. "Kita tidak punya banyak waktu," katanya dengan suara yang terdengar lebih tajam. "Kita harus mengakhiri ini sebelum mereka menguasai semuanya.""Satu jam lagi," ujar Gavin dengan wajah tegang. "Jika kita tidak bisa menembus jaringan mereka dalam satu jam, Zero akan memutusk

  • My Hot Boss   Berharap

    Fanny memandang Adam dengan penuh keyakinan, namun di balik tatapan itu, ada rasa khawatir yang dalam. Zero bukanlah ancaman biasa. Mereka telah menginfiltrasi setiap sektor penting, memanfaatkan ketidakstabilan global dengan sangat rapi. Adam mengerti betul betapa besar ancaman itu, tetapi dia juga tahu bahwa tidak ada pilihan lain selain berjuang untuk menghentikan mereka."Adam, apa yang harus kita lakukan?" Fanny bertanya, suaranya terdengar lebih tenang meskipun dunia di sekitarnya terasa semakin genting.Adam mengangguk pelan, menatap layar yang menampilkan peta digital global dan data yang bergerak cepat di sana. "Zero telah menciptakan jaringan komunikasi yang hampir tak terlihat. Mereka mengontrol hampir setiap aliran informasi dan ekonomi. Jika kita ingin menghentikan mereka, kita harus meretas jantung sistem mereka. Saya tahu di mana mereka bersembunyi, tapi kita butuh lebih dari sekadar serangan cyber."Fanny melangkah mendekat, menatap layar yang menunjukkan sebuah lokasi

  • My Hot Boss   Akhirnya

    Tim Quantum Grid bekerja tanpa henti, mempersiapkan segala kemungkinan untuk menghadapi ancaman Zero dan memastikan keselamatan Adam. Fanny mengarahkan perhatiannya sepenuhnya pada pencarian suaminya. Setiap informasi yang mereka dapatkan tentang pulau terpencil itu semakin mempertegas keyakinannya: Adam adalah satu-satunya yang bisa mengakhiri ancaman Zero.Di tengah kesibukan tim, Fanny tidak bisa menahan diri untuk teringat akan kenangan mereka berdua. Adam adalah sosok yang kuat, cerdas, dan penuh perhitungan. Dia bukan hanya seorang pengusaha yang sukses, tapi juga seorang pemikir yang selalu melihat gambaran besar. Hanya dengan kekuatan pikirannya yang luar biasa, Zero dapat dihentikan.Namun, di balik keyakinannya, ada keraguan. Fanny tahu bahwa dunia telah berubah. Zero tak hanya bermain dengan teknologi, tetapi juga dengan kekuatan finansial yang mengancam kesejahteraan seluruh dunia. Setiap detik yang berlalu semakin menambah ketegangan di dalam dirinya. Waktu yang mereka mi

  • My Hot Boss   Zero Mendominasi Bisnis

    Fanny berdiri di depan peta digital yang terpasang di dinding markas, matanya penuh tekad dan kecemasan. Informasi yang baru saja didapatkan Gavin mengenai keberadaan Adam di pulau terpencil itu hanya memperkuat keyakinannya—suaminya adalah satu-satunya yang bisa menghentikan Zero. Dia tahu bahwa Zero tak hanya mengancam dunia maya, tetapi mereka juga merusak pasar bisnis global dengan arogansi mereka yang tak terkendali."Jika kita tidak segera menghentikan Zero, pasar bisnis global akan semakin terpuruk," Fanny berkata dengan suara tegas, walau matanya penuh kecemasan. "Mereka sudah mengendalikan sebagian besar sektor penting dan memanipulasi harga saham. Negara-negara besar terjebak dalam ketidakpastian ekonomi. Jika Zero terus menguasai ekonomi dunia, kita semua akan berada dalam cengkeraman mereka."Gavin, yang sedang memantau layar besar di sisi lain ruangan, mengangguk setuju. "Mereka mulai mengendalikan lebih dari sekadar dunia maya. Zero sudah terlibat dalam perdagangan ilega

  • My Hot Boss   Adam Kuncinya

    Fanny menatap layar besar di depan mereka dengan ekspresi serius. Matanya penuh tekad, dan suara lantangnya menggema di ruangan yang sunyi. "Kita sudah bertahan dari serangan mereka, tapi ada satu hal yang masih menggantung di udara—Adam. Kita tahu bahwa dia masih hidup, dan kita tahu bahwa Zero tidak akan berhenti mencari cara untuk mengendalikannya. Semua orang, bersiaplah. Kita akan menemukan Adam, apapun caranya."Tim Quantum Grid, yang telah terbiasa menghadapi rintangan berat, saling berpandangan. Mereka tahu ini bukanlah tugas yang mudah. Adam bukan hanya figur kunci dalam pertempuran ini, tetapi dia juga seseorang yang sangat dicari oleh Zero—sebuah ancaman yang bahkan lebih berbahaya dari yang mereka bayangkan. Fanny tahu betul bahwa Zero berusaha menggunakan Adam sebagai senjata dalam rencana besar mereka.Gavin berdiri pertama kali, mengangguk. "Fanny, kita sudah mendapatkan beberapa petunjuk dari jaringan yang lebih dalam. Adam sudah menghilang selama berbulan-bulan, tetap

  • My Hot Boss   Jalan Menemukan Adam

    Perjuangan mereka semakin menguatkan tekad untuk menghadapi ancaman yang terus-menerus datang. Fanny dan tim Quantum Grid tidak hanya berfokus pada pertahanan, tetapi juga pada pemulihan dunia yang telah lama terpecah. Mereka tahu bahwa Zero mungkin telah mundur untuk sementara waktu, tetapi ancaman mereka masih ada di balik layar, siap untuk menyerang ketika mereka merasa cukup kuat.Namun, meskipun ancaman itu tetap ada, Fanny merasa bahwa ada perubahan yang signifikan. Dunia tidak lagi berada di bawah bayang-bayang Zero. Perubahan ini tidak datang dalam bentuk pertempuran fisik atau serangan dunia maya saja, tetapi juga dalam bentuk kesadaran baru yang tumbuh di kalangan masyarakat."Ini lebih dari sekadar perang teknologi atau narasi," kata Gavin, yang kembali ke markas setelah bertemu dengan beberapa pemimpin dunia. "Ini adalah tentang membangun kembali apa yang telah dihancurkan. Orang-orang mulai melihat bahwa mereka tidak bisa lagi menjadi penonton dalam permainan ini. Mereka

  • My Hot Boss   Berat

    Perjuangan yang mereka hadapi belum berakhir, dan meskipun Zero telah mundur, dampaknya masih terasa. Banyak lapisan organisasi yang belum sepenuhnya dihancurkan, dan ada celah-celah yang harus mereka tutup. Fanny tahu, kemenangan ini hanyalah awal dari proses panjang untuk merestrukturisasi dunia yang telah rusak oleh manipulasi Zero."Zero mungkin telah mundur untuk sementara, tapi mereka pasti akan mencoba bangkit lagi," kata Fanny pada timnya, yang kini berada di ruang utama markas mereka yang aman. "Kita perlu mempersiapkan diri untuk apa yang akan datang. Mereka tidak akan mudah menyerah."Mason, yang selalu tenang dalam situasi sulit, menatap layar dengan penuh fokus. "Kita sudah memutuskan sebagian besar rantai mereka, tapi mereka masih punya kaki panjang. Kita harus bergerak cepat sebelum mereka bisa mengatur kembali barisan mereka."Irene, yang sebelumnya selalu fokus pada dunia maya, kini merapatkan kembali jaringan informasi yang telah rusak. "Saya sudah menyiapkan beberap

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status