Pukul enam sore di kamar sewa Fanny.“Permisi,” ucap seseorang di luar kamarnya.“Ya, siapa?” jawab Fanny yang langsung bergegas menuju pintu untuk mencari tahu siapa yang bertamu kepadanya petang ini.“Ceklek!”Pintu terbuka lebar, dan kedua orang yang baru saja saling memandang ini langsung terkejut bersamaan“Pak John!”“Kamu Fanny!” “Bapak sedang apa disini?” ucap Fanny sambil segera menyambar handuk yang terjuntai pada kursi di dekatnya untuk menutupi paha mulusnya yang hanya mengenakan hotpants itu.Mata John masih melebar memandangi sosok berbeda di depannya.“Kau sangat berbeda Bu Fanny?” ucap John dengan suara yang tergagap sambil terus menelisik sosok Fanny dengan mata coklatnya.“Pak! ada perlu apa? Dan bagaimana Anda bisa mengetahui saya tinggal di sini?” tanya Fanny sambil mengedarkan pandangannya ke berbagai sudut halaman komplek kamar sewaannya itu untuk mencari tahu jika saja Jhon kesini tidak sendirian.Wanita ini menjadi lega saat menyadari jika Jhon hanya sendirian
Keberadaan Fanny yang duduk di sebelah Jhon sempat menarik perhatian Lucy. Wanita itu mengulaskan senyumannya kepada Fanny yang langsung menyambutnya dengan senyuman juga.Sejenak, Lucy mengagumi kecantikan dan paras Fanny yang terlihat cerdas juga elegan. Namun Sharena kemudian membuatnya sangat sibuk sehingga Lucy pun hanya bisa menurutinya. Acara makan malam yang mewah dan dipenuhi jepretan kamera wartawan ini,membuktikan jika kedua pihak yang kini berada di meja besar itu sama-sama memiliki pengaruh yang kuat.Namun bagi Fanny, semua ini hanyalah acara makan malam karena pekerjaan semata.“Tuan Hussein, kami dengar jika putera Anda akan segera melepas masa lajangnya?” tanya seorang jurnalis senior yang bekerja untuk sebuah majalah bisnis paling terpercaya di San Marine.“Seperti yang aku harapkan, semoga saja semuanya berjalan dengan baik,” ucap Abraham. Lelaki itu terlihat sangat berhati-hati dengan apa yang disampaikannya.Sementara Adam, lelaki itu pun tak terlalu antusias mem
“Adam! Apa yang kalian lakukan?” teriak Lucy dari depan pintu kamarnya.Adam tersentak kaget mendengar suara teriakan Sang Mama yang begitu kencang dari depan pintu kamarnya.“Mama, ini tidak seperti yang kau lihat!” ucap Adam sambil melangkah menuju kamar mandi.“Sharena! Kau tidak akan berhasil menjebakku!” ucap Adam kemudian.Sharena sendiri kini sudah memulai drama berikutnya. Dia tengah bersiap dengan skenario panjangnya sambil terisak di depan Lucy.Adam tak menghiraukannya, dia sangat yakin jika dia tidak melakukan apapun kepada wanita bernama Sharena itu. Dengan tetap dingin Adam mandi dan segera berpakaian.Sementara itu Lucy menjadi geram ketika melihat putranya dengan tenang tengah bersiap hendak bekerja.“Mama tidak mendidikmu menjadi lelaki pengecut, Adam!” ucap Lucy dengan intonasi yang ditekannya.Adam memilih diam tak menjawab, dia langsung melangkah pergi begitu saja.“Ibu akan melaporkannya saat Papamu pulang!” ucap Lucy kemudian.Namun Adam tak bergeming, dia mener
Adam hanya diam, dia memeriksa dokumen di tangannya itu dengan sangat seksama. Matanya seakan tidak berkedip membacanya.Jhon hanya memperhatikannya, tanda tanya yang jauh lebih besar semakin membuat Adam penasaran dengan hubungan antara Schwaley dengan Fanny.“Kenapa dia mencarinya?” tanya Adam memonolog dirinya sendiri.Jhon hanya diam, dia tidak bisa menjawabnya kecuali dengan gelengan kepala saja. Lelaki itu tidak memiliki jawaban untuk membantu Adam.“Temukan hubungan Schwaley dengan Fanny!” perintah Adam kepada Jhon.Adam segera duduk di meja kerjanya, dia tidak mau melewatkan sedikit saja. Sementara Jhon segera menyiapkan sejumlah personel untuk menangani kasus ini.Empat orang ReSearchLy kemudian dibentuk sebuah tim untuk kasus ini. Hanya saja prosedur ganda kini diberlakukan di mana Adam meminta pencarian terhadap masa lalu Fanny dan juga Schwaley ini diutamakan lebih awal sebelum pencarian Fanny.Mood Adam hari ini benar-benar tidak baik.Seorang anggota yang tengah menanga
Keberadaan Adam yang terus mengetuk pintu kamar Fanny membuat banyak pasang mata yang sedari tadi menyudutkan Fanny menjadi kepanasan.Sosok Adam dengan setelan formalnya yang eksklusife itu tentu saja membuka mata mereka semua. Sementara itu suara panggilan Adam yang terus memohon kepada Fanny, baru saja membuktikan sebuah fakta sebaliknya mengenai Fanny.“Fann! Fanny! buka pintunya, aku ingin bersamamu!” ucap Adam sambil terus menggedor pintu kamar Fanny.Namun Fanny bungkam seribu bahasa. Dia tak bicara apapun lagi.Adam yang memang tak mau pergi, dia memilih duduk di teras kecil yang ada di depan pintu kamar Fanny. Lelaki itu tak mempedulikan banyaknya mata yang sedari tadi menatap ke arahnya.Dia kemudian mengirimkan sebuah pesan kepada Fanny. tulis Adam.Namun tentu saja Fanny hanya membacanya saja tanpa membalasnya.“Kenapa kamu menyulitkanku Pak,” ucap Fanny sambil melangkah menjauhi pintu.Sementara itu, di luar sana. Sharena tengah kebakaran jenggot saat sejumlah foto Ada
Fanny benar-benar sangat emosional, wanita itu terus melangkah meninggalkan kediaman Hussein. Berniat untuk kembali ke kosannya.Sementara itu Adam, dia masih berdiri di depan mobilnya. Mencoba untuk menemukan cara supaya bisa meyakinkan Fanny mengenai perasaannya.Melihat putranya demikian terpukul, Ibu mana yang akan diam saja. Lucy pun melangkah menghampiri Adam.Dengan sangat hati-hati, Lucy menyentuh pundak Adam.“Mama,” ucap Adam sambil menoleh ke arah Lucy.“Ayo masuk, di luar sini panas sekali,” ucap Lucy kepadanya.“Tidak Ma, aku akan menyusulnya … Tidak ada angkutan umum yang akan lewat kesini? Dia harus berjalan kaki sampai tiga kilometeran!” ucap Adam sambil bergegas masuk ke dalam mobilnya.“Adam! Adam!” ucap Lucy memanggil putranya namun jelas tak didengarkan oleh lelaki tersebut.Sementara itu, Abraham yang tengah menuruni anak tangga di halaman rumahnya itu langsung menghampiri Lucy.“Putra kita sedang jatuh cinta dengan cinta yang sebenarnya tenanglah Lucy,” ucap Abra
Fanny membuka pintu kamarnya. Dia kemudian melangkah kembali ke arah Adam.“Terima kasih, Pak Adam,” ucap Fanny kepadanya.“Tetaplah di kamarmu sampai besok pagi! Aku akan menjemputmu, dengan memotong ongkos harianmu sata gajian nanti!” ucapnya sambil menunjuk ke arah kamar.Fanny membisu, dia melihat raut wajah Adam yang sedang tidak main-main.“Aku juga akan memotong ongkos taksi hari ini, masuklah!” ucap Adam sambil melengos.Fanny meneguk salivanya dengan sangat kasar, diantara senyum dan juga bingung dia menatap punggung Adam yang kini semakin menjauh.Rasa lega mulai menghampirinya, dia sungguh hanya ingin bekerja di Hussein Group tanpa tujuan lainnya. Dan kali ini Fanny berfikir jika Adam sudah mulai memahaminya. Semangat baru kembali menghampirinya. Keesokan paginya, Fanny terbangun kesiangan.“Apa? Bisa-bisanya aku kesiangan di awal pekan seperti ini?” ucap Fanny sambil bergegas mandi. Dia pun tak sarapan seperti biasanya.Fanny sudah selesai dengan persiapannya, dia kemudia
“Kalian sudah siap?” ucap Adam saat dia baru saja melangkah masuk ke dalam ruangan kerjanya.Mata Fanny dan Jhon pun langsung mengarah kepada Adam. Mereka melihat raut wajah Adam yang sangat dingin. Sehingga keduanya tak berani lagi untuk membantah.“Kami siap,” ucap Fanny sambil membereskan berkas yang akan diperlukannya hari ini.“Kami datang” suara seseorang dari pintu kembali menarik perhatian.“Pak Ardian?” ucap Adam dengan kening mengerut.“Hallo, Pak Adam,” ucap Ardian sambil melenggang masuk.“Aku ingin kita menjadi lebih dekat, karena itu aku berinisiatif untuk menjemput kalian supaya kita bisa bersama-sama ke New Zetta,” ucap Ardian sambil mengedarkan pandangannya sekilas ke arah Fanny.Dada Adam langsung memanas, ingatannya terkait permintaan yang dikirimkan Ardian untuk mencari seseorang bernama Fanny Cesa membuatnya dilanda rasa tak nyaman. Meski demikian, Adam tak bisa menunjukkannya karena bagaimanapun kinerja ReSearchLy sangat rahasia dan bersifat intelijen sehingga d
Di tengah perjuangan mempertahankan proyek New Vallend, bencana datang tanpa terduga. Malam itu, hujan turun dengan deras disertai angin kencang. Fanny sudah mendengar peringatan akan adanya badai, tapi tidak ada yang menyangka bahwa angin beliung akan menghantam langsung wilayah proyek mereka. Saat pagi tiba, kabar buruk mulai berdatangan satu per satu.Proyek New Vallend mengalami kerusakan parah. Struktur bangunan yang hampir selesai porak poranda, beberapa material rusak dan terhambur, bahkan sebagian tanah longsor akibat hujan deras yang merendam area sekitar. Fanny yang sedang di kantor langsung mendapat panggilan darurat dari manajer proyek.Dengan perasaan campur aduk antara cemas dan marah, Fanny memutuskan untuk segera menuju lokasi proyek. Adam, yang melihat kegelisahan di wajah Fanny, ikut menemaninya. Dalam perjalanan, Fanny hanya bisa terdiam, mencerna skala kerusakan yang mungkin harus dihadapi. Namun, di kepalanya sudah terbayang skenario terburuk dan ancaman biaya yan
Fanny duduk termenung di ruang kerjanya setelah percakapan menegangkan dengan Sharena. Setiap kata dari wanita itu bergaung dalam pikirannya, menambah tekanan di hatinya. Ia menghela napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri sebelum melanjutkan tugasnya. Fanny memutuskan untuk memperkuat strategi perlindungannya, tidak hanya terhadap proyek New Vallend, tetapi juga untuk menjaga keluarganya dari ancaman yang semakin dekat.Pagi berikutnya, Fanny menyusun rencana pertemuan dengan tim manajemennya untuk membahas langkah-langkah lebih lanjut terkait audit Firman dan ancaman dari Sharena. Ia ingin memastikan bahwa semua orang di timnya memahami situasi dan bersiap untuk mengambil tindakan jika diperlukan. Fanny tidak bisa membiarkan ketakutan menghantuinya; sebaliknya, ia harus menjadi penggerak perubahan untuk keluarganya.Di tengah persiapan rapat, Fanny mengingat kembali setiap detail yang ia temukan mengenai Firman. Ia mengumpulkan semua informasi yang ada dan menyusun sebuah prese
Di hari-hari berikutnya, Fanny semakin waspada, terutama ketika melihat upaya Sharena yang kian terang-terangan mendekati Adam dengan berbagai dalih bisnis. Ia tahu, satu-satunya cara untuk melindungi pernikahannya adalah dengan mengambil langkah proaktif. Fanny mulai mencari tahu lebih dalam mengenai latar belakang Sharena dan hubungan wanita itu dengan sejumlah tokoh berpengaruh di kota mereka. Tidak mudah, tetapi demi menjaga keluarganya, Fanny tak segan-segan menyelidiki lebih jauh.Sementara itu, Adam, yang semakin menyadari betapa terganggunya Fanny oleh situasi ini, berusaha lebih sering menghabiskan waktu bersama keluarga. Dia bahkan mengurangi beberapa proyek bisnis yang membutuhkan keterlibatannya di luar kota. Namun, kesibukan di New Vallend tak bisa dihindari, dan ada banyak keputusan penting yang membutuhkan perhatian Fanny dan Adam.Suatu sore, saat Fanny tengah mempersiapkan proposal baru untuk proyek New Vallend, sebuah pesan masuk di ponselnya. Dari nomor tak dikenal,
Fanny mencoba menenangkan dirinya setelah membaca pesan dari Sharena. Dia tahu bahwa Sharena selalu mencari-cari alasan untuk mendekati Adam, dan itu membuatnya tidak nyaman. Meski demikian, Fanny berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya. Dia menyadari bahwa rasa cemburunya hanya akan merusak kepercayaan yang telah dibangun dalam pernikahannya."Sayang, kau baik-baik saja?" tanya Adam yang baru saja selesai menidurkan si kembar.Fanny tersenyum lembut. "Aku baik-baik saja. Hanya sedikit lelah setelah perjalanan panjang."Adam duduk di sebelah Fanny dan merangkul bahunya. "Aku mengerti, kau pasti sangat lelah. Bagaimana kalau kita istirahat saja malam ini? Kita bisa membicarakan semua hal besok pagi."Fanny mengangguk setuju, tapi pikirannya masih terusik oleh pesan Sharena. "Adam, kau pernah mendengar sesuatu tentang Shwan?"Adam terlihat sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. "Shwan? Anak angkat Sharena? Tentu saja, aku tahu dia. Tapi, kenapa kau menanyakannya?""Aku hanya ingin t
Kehangatan pernikahan Fanny dan Adam kini semakin HOT. Hari ini. Pertemuan dengan salah satu lawyer dari perusahaan Schwaley yang dijadwalkan pada Selasa ini membuat Fanny cukup gugup. Sehingga dia sampai lupa bahwa ini adalah akhir pekan.“Fanny sayang, kau terlalu banyak memikirkan pekerjaan. Hingga saat kau mengatakan bekerja dari rumah pun kau tetap saja memikirkannya,” ucap Adam sambil menggendong Fanny ala bridal menuju ke sebuah sofa bulat di dekat pintu menuju balkon kamarnya.Matahari pagi bersinar sangat terang di sana.“Mana bayi kita?” tanya Fanny terperanjat.Dia sangat kaget melihat box bayi kedua bayinya kembarnya itu sudah kosong.“Nurse sedang memandikannya, mereka tidak boleh pemalas seperti ibunya!” ucap Adam menyindir.“Aku kesiangan dan kau yang tidak membangunkanku, kenapa kau bilang aku pemalas?” ucap Fanny sambil tersenyum.Fanny langsung duduk meringkuk dengan masih sangat mengantuk. Dia tidak menolak ketika Adam menyodorkan susu hangat kepadanya.“Minum yan
Fanny melajukan mobilnya menuju ke sebuah alamat restoran yang diberikan oleh Sharena. Dia berangkat dengan menggunakan piyama tidurnya saja dibalut dengan cardigan olive selutut dan rambut yang dicepol ringkas.Sederhana namun tetap anggun nan berkelas, seperti itulah Fanny selalu memukau di setiap penampilannya.Flat shoes yang dikenakannya berwarna olive juga, senada dengan tas yang ditentengnya semakin membuat wanita itu nampak rapi dan juga elegan.Fanny melangkah masuk ke restoran yang lumayan mewah ini. Meski berada di ujung kota, namun pelayanan disini cukup baik dan Fanny merasa nyaman dengan situasi penyambutannya.Tanpa Fanny ketahui, diam-diam Adam mengikutinya di jarak yang cukup jauh sehingga wanita itu tidak menyadarinya.Fanny mengamati sekelilingnya dan melihat ruangan di bagian lantai dua tempat mejanya berada sangat sepi.“Aku disini,” ucap Sharena sambil melambaikan tangannya kepada Fanny.Tanpa menjawab, Fanny segera melangkah mendeka
“Apalagi masalah yang harus kita hadapi?”ucap Fanny mengeluhkan hidupnya lagi.Wanita ini merasa sangat bingung dengan apa yang kini harus dihadapinya setelah Ardian pergi.Alih-alih merasa senang karena baby Lilac dan baby Abigail mendapatkan wasiat besar sebagai pewaris dari Schwaley Corp. Fanny kini justru merasakan kecemasan lebih hebat karenanya.Fanny tidak ingin kedua buah hatinya akan merasakan bullying dari seluruh pihak yang menyudutkannya tidak profesional.Kesaksian Dipo terkait dengan surat wasiat itu pun memang menguatkannya secara hukum. Namun tentu saja itu tidak serta merta menyelesaikan konflik yang terjadi di internal Schwaley Corp.Pengesahan baby Abigail dan baby Lilac sebagai pewaris utama berikutnya dari Schwaley Corp nyatanya memang berjalan dengan lancar. Namun hal ini menuai dendam dari para petinggi Schwaley Corp yang sudah mengabdikan dirinya puluhan tahun di perusahaan tersebut.Beberapa dari mereka kemudian berupaya untuk mengges
Dengan jetlag sekitar delapan jam, mereka harus sedikit menyesuaikan waktu terlebih dahulu.Senyuman akhirnya mengembang di wajah Fanny saat keluar dari pesawat dan menghirup udara segar kota London dengan sangat tenang. Kedua buah hatinya pun bisa mendarat dengan selamat di sana, ini adalah sebuah berkah tersendiri untuk Fanny.Di bagian luar bandara, Dipo dan juga beberapa staf dari Schwaley Corporation sudah menunggunya.“Adam, bisakah kau mengatakan padaku apa yang terjadi sebenarnya?” tanya Fanny kepada Adam dengan memaksa.Adam menghentikan langkahnya, dia merasa tidak tega untuk mengatakannya sendiri kepada Fanny. Meski riwayat panjang kehidupannya bersama Ardian mengalami pasang surut; tapi Adam merasa bahwa Ardian pun memiliki sangat banyak sekali jasa dalam pernikahannya dengan Fanny.“Sayang, sebaiknya kita berangkat! Kasihan mereka terlalu lama menunggu,” ucap Adam kepada istrinya. Fanny pun menurut. Rombongan ini pun tak menunggu waktu lama lagi
Setelah dua minggu, renovasi rumah akhirnya selesai. Di berbagai bagian masih terdapat banyak puing-puing bangunan di sana yang berceceran. Pagi ini sejumlah petugas kebersihan sedang menyelesaikan finishing dari renovasinya itu.Adam benar-benar tidak ingin kecolongan setelah insiden pemecahan kaca yang dilakukan oleh orang tak dikenal ke rumahnya tengah malam itu dan juga insiden racun yang nyaris saja mencelakai keluarganya.Kini, Adam benar-benar menjadi semakin ekstra dalam pengawalan dan juga penjagaan rumahnya. Pagi yang cerah di New Filla, mentari menyembul dengan sangat hangat dari balik jendela rumah memberikan energi yang lebih cerah.Adam tengah menikmati sarapan bersama Fanny. Keduanya kini sudah memulai hidup normalnya tanpa ada lagi kerepotan para penjaga dan juga pekerja di rumahnya. Insiden mengenai percobaan untuk meracuni yang dilakukan oleh orang tak dikenal yang menyamar di antara para pekerja pun akhirnya ditangani oleh pihak kepolisian. M