Keberadaan Adam yang terus mengetuk pintu kamar Fanny membuat banyak pasang mata yang sedari tadi menyudutkan Fanny menjadi kepanasan.Sosok Adam dengan setelan formalnya yang eksklusife itu tentu saja membuka mata mereka semua. Sementara itu suara panggilan Adam yang terus memohon kepada Fanny, baru saja membuktikan sebuah fakta sebaliknya mengenai Fanny.“Fann! Fanny! buka pintunya, aku ingin bersamamu!” ucap Adam sambil terus menggedor pintu kamar Fanny.Namun Fanny bungkam seribu bahasa. Dia tak bicara apapun lagi.Adam yang memang tak mau pergi, dia memilih duduk di teras kecil yang ada di depan pintu kamar Fanny. Lelaki itu tak mempedulikan banyaknya mata yang sedari tadi menatap ke arahnya.Dia kemudian mengirimkan sebuah pesan kepada Fanny. tulis Adam.Namun tentu saja Fanny hanya membacanya saja tanpa membalasnya.“Kenapa kamu menyulitkanku Pak,” ucap Fanny sambil melangkah menjauhi pintu.Sementara itu, di luar sana. Sharena tengah kebakaran jenggot saat sejumlah foto Ada
Fanny benar-benar sangat emosional, wanita itu terus melangkah meninggalkan kediaman Hussein. Berniat untuk kembali ke kosannya.Sementara itu Adam, dia masih berdiri di depan mobilnya. Mencoba untuk menemukan cara supaya bisa meyakinkan Fanny mengenai perasaannya.Melihat putranya demikian terpukul, Ibu mana yang akan diam saja. Lucy pun melangkah menghampiri Adam.Dengan sangat hati-hati, Lucy menyentuh pundak Adam.“Mama,” ucap Adam sambil menoleh ke arah Lucy.“Ayo masuk, di luar sini panas sekali,” ucap Lucy kepadanya.“Tidak Ma, aku akan menyusulnya … Tidak ada angkutan umum yang akan lewat kesini? Dia harus berjalan kaki sampai tiga kilometeran!” ucap Adam sambil bergegas masuk ke dalam mobilnya.“Adam! Adam!” ucap Lucy memanggil putranya namun jelas tak didengarkan oleh lelaki tersebut.Sementara itu, Abraham yang tengah menuruni anak tangga di halaman rumahnya itu langsung menghampiri Lucy.“Putra kita sedang jatuh cinta dengan cinta yang sebenarnya tenanglah Lucy,” ucap Abra
Fanny membuka pintu kamarnya. Dia kemudian melangkah kembali ke arah Adam.“Terima kasih, Pak Adam,” ucap Fanny kepadanya.“Tetaplah di kamarmu sampai besok pagi! Aku akan menjemputmu, dengan memotong ongkos harianmu sata gajian nanti!” ucapnya sambil menunjuk ke arah kamar.Fanny membisu, dia melihat raut wajah Adam yang sedang tidak main-main.“Aku juga akan memotong ongkos taksi hari ini, masuklah!” ucap Adam sambil melengos.Fanny meneguk salivanya dengan sangat kasar, diantara senyum dan juga bingung dia menatap punggung Adam yang kini semakin menjauh.Rasa lega mulai menghampirinya, dia sungguh hanya ingin bekerja di Hussein Group tanpa tujuan lainnya. Dan kali ini Fanny berfikir jika Adam sudah mulai memahaminya. Semangat baru kembali menghampirinya. Keesokan paginya, Fanny terbangun kesiangan.“Apa? Bisa-bisanya aku kesiangan di awal pekan seperti ini?” ucap Fanny sambil bergegas mandi. Dia pun tak sarapan seperti biasanya.Fanny sudah selesai dengan persiapannya, dia kemudia
“Kalian sudah siap?” ucap Adam saat dia baru saja melangkah masuk ke dalam ruangan kerjanya.Mata Fanny dan Jhon pun langsung mengarah kepada Adam. Mereka melihat raut wajah Adam yang sangat dingin. Sehingga keduanya tak berani lagi untuk membantah.“Kami siap,” ucap Fanny sambil membereskan berkas yang akan diperlukannya hari ini.“Kami datang” suara seseorang dari pintu kembali menarik perhatian.“Pak Ardian?” ucap Adam dengan kening mengerut.“Hallo, Pak Adam,” ucap Ardian sambil melenggang masuk.“Aku ingin kita menjadi lebih dekat, karena itu aku berinisiatif untuk menjemput kalian supaya kita bisa bersama-sama ke New Zetta,” ucap Ardian sambil mengedarkan pandangannya sekilas ke arah Fanny.Dada Adam langsung memanas, ingatannya terkait permintaan yang dikirimkan Ardian untuk mencari seseorang bernama Fanny Cesa membuatnya dilanda rasa tak nyaman. Meski demikian, Adam tak bisa menunjukkannya karena bagaimanapun kinerja ReSearchLy sangat rahasia dan bersifat intelijen sehingga d
Acara di New Zetta berlangsung dengan sangat lancar. Kedua belah pihak sangat antusias dengan keberhasilan New Zetta sebagai icon baru kota yang modern dan juga terintegrasi ini akan sukses.Pukul lima sore,kunjungan mereka dijadwalkan berakhir. Dan Adam pun segera mencari Fanny yangsedari tadi tidak pernah muncul di hadapannya.“Kau melihatTikus itu?” tanya Adam kepada Jhon yang baru saja merapikan barang-barangnya.“Tikus?Mungkinkah ada tikus berkeliaran di sore seperti ini?” ucap Jhon dengan rautwajah yang sangat bingung.Mendengar haltersebut, Adam pun mendaratkan bogemnya perlahan ke arah pundak kanan Jhon.“Kau ini sulitsekali diajak bicara!” ucap Adam sambil melengos pergi.Langkah lelakiitu menuju ke bagian kantor utama, Adam memperkirakan jika Fanny tengah bersamadengan Ardian. Namun saat melihat Fanny tidak ada di sana, kecemasan pun menghampirinya. Adam merasa bingung kemana harus mencari Fanny saat ini.“Bukankah Anda sudah mau pulang?” tanya Ardian dengan mata ya
“Itu lumpur setan! Jika kalian tetap membangunnya, maka semburannya tidak akan lagi tertahankan! Alam akan sangat murka dan keseimbangan akan musnah!” ucap seseorang dengan suara parau membuat Fanny sangat terkejut.“Siapa itu?” ucap Fanny dengan suara yang gemetaran sambil menoleh ke arah suara.Samar-samar terlihat sosok kakek tua tengah berdiri di sana dengan cangkul dan juga ubi jalar di tangannya.Fanny yang awalnya sangat terkejut pun akhirnya menghampiri si kakek sambil menyapanya dengan ramah.“Namaku Fanny, apakah Kakek tinggal di sekitar sini?” ucap Fanny kepada kakek tua itu.“Aneh sekali, kau sangat berbeda dengan wanita-wanita tadi yang bahkan tidak sudi sekedar melihatku,” ucap Kakek itu sambil mendaratkan tubuhnya di tanah yang sedikit lebih tinggi dan duduk di sana.Fanny kemudian mendekatinya dan ikut duduk di sengkedan tanah tersebut.“Mereka akan membangun istana di atas tanah dari neraka, jika mereka terus melakukannya, sudah dipastikan bukan hanya New Zetta dan ju
“Kau dimana?” tanya Adam melalui sambungan teleponnya kepada Jhon.“Aku di rumah dong, kan udah balik,” ucap Jhon.“Tikus itu ketemu?” tanya Adam.“Dia pulang bareng Pak Ardian,” jawab Jhon.“Kau membiarkan tikusku pulang dengan Ardian? Kau pakai otak tidak?” ucap Adam dengan suara yang sangat lantang.Jhon hanya diam, dia tak menyangka jika Adam akan semarah itu kepadanya.“Argh! Kenapa dia bisa bersama Ardian?” ucap Adam sambil memukul setir kemudinya.Lelaki ini masih berada di jalanan kota New Villa, selesai dari JW Marriot tadi dia ditelepon oleh salah satu koleganya yang lain dan mereka pun bertemu sambil makan malam.“Baiklah,apa boleh buat, aku akan menyusulnya!” ucap Adam sambil menikungkan kemudinya ke arah kosan Fanny.“Terima kasih,” ucap Fanny kepada Ardian.“Sama-sama, aku yang seharusnya mengucapkan terima kasih karena Anda bersedia menemani kami makan malam,”ucap Ardian kepada Fanny.“Anda sangat baik, sampai jumpa lagi,” ucap Fanny sambil melangkah pergi.Ardian terus
Keesokan hari di perusahaan, Adam sudah datang jauh lebih pagi dari biasanya. Lelaki ini membuat kesan berbeda dengan tampilannya hari ini yang jauh lebih casual dan simple. Dengan balutan kemeja berwarna biru langit dengan celana navy yang tampil lebih kasual dengan sepatu sneaker putih yang dikenakannya.Adam terlihat jauh lebih kasual dari biasanya, membuat banyak mata staf di sana terbelalak bingung melihat hal jauh berbeda dari biasanya. Seorang Adam yang selalu nechis dengan tampilannya itu kini membuat banyak mata kaum hawa semakin berfantasi dengan tampilan barunya ini.Fanny yang baru saja datang, sejenak melihat ke arah Adam.“Apa yang kamu lihat?” tanya Adam dengan tatapan menyelidik kepada Fanny.“Ti .. tidak ada!” jawab Fanny sambil melengos pergi ke meja kerjanya.Fanny tersenyum di dalam hatinya melihat penampilan baru Adam tersebut yang sangat ringan tidak seperti biasanya.“Ayo, kita berangkat ke New Zetta!” kata Adam kepada Fanny.“Pak Jhon belum datang, Pak!” ucap Fa
Setelah kemenangan besar itu, tim Fanny kembali ke markas mereka yang tersembunyi, tempat di mana mereka mulai merencanakan langkah-langkah selanjutnya untuk memastikan bahwa dunia yang baru mereka selamatkan tetap aman. Fanny duduk di meja pertemuan bersama Adam dan anggota tim lainnya, masing-masing merenung tentang apa yang baru saja terjadi.“Zero memang sudah runtuh, tapi kita tahu ini bukan akhir,” ujar Fanny, suara tegasnya mengisi ruangan. “Ada banyak kelompok lain yang mungkin sudah menunggu kesempatan untuk mengisi kekosongan kekuasaan yang ditinggalkan Zero. Kita harus memantau semuanya dengan lebih ketat.”Adam mengangguk. “Aku setuju. Ini hanya langkah pertama. Kita telah menghentikan mereka, tapi mereka bukan satu-satunya yang memiliki agenda tersembunyi.”Mason yang duduk di sudut meja dengan ekspresi serius menambahkan, “Selama sistem Zero masih ada jejaknya, akan ada orang-orang yang mencoba memanfaatkan teknologi yang tertinggal. Mereka tahu betul bagaimana memanipul
Ketegangan di markas Quantum Grid semakin memuncak. Serangan dari Zero semakin menggila, dan setiap detik yang berlalu semakin menambah rasa takut dan kecemasan. Fanny tidak hanya harus menghadapi ancaman dari dunia maya, tetapi juga dari serangan fisik yang menghantui di luar markas mereka.Mason, yang memimpin pertahanan fisik, berlari ke ruang kontrol dengan wajah penuh kecemasan. "Fanny, kami butuh lebih banyak waktu! Mereka mulai menguasai distrik utama, dan orang-orang di luar mulai panik! Kami harus menghentikan serangan fisik ini—segera!"Fanny menarik napas panjang, meskipun rasa cemas hampir menghancurkannya. "Adam, kita harus membuka akses ke data utama mereka lebih cepat! Semakin lama kita menunggu, semakin banyak nyawa yang terancam."Adam menatap layar dengan tatapan yang tajam. "Sistem Zero semakin rumit. Mereka memperkuat firewall mereka saat kita semakin mendekat. Tapi aku bisa melakukannya, Fanny. Cuma perlu sedikit waktu."Fanny menoleh ke Gavin dan Mason yang tampa
Waktu terus berjalan, dan suasana semakin mencekam. Setiap detik yang berlalu terasa begitu lama. Tim Quantum Grid melangkah lebih jauh ke dalam dunia yang mereka coba taklukkan. Fanny, dengan tekad yang tak tergoyahkan, tetap memimpin timnya dengan penuh keyakinan, meski hatinya penuh kecemasan.Di layar besar, data yang mengalir semakin cepat. Adam memimpin peretasan ke pusat server Zero dengan keterampilan yang luar biasa, tetapi setiap langkah mereka semakin terdeteksi. "Mereka semakin dekat," kata Adam dengan tenang, meskipun keringat dingin mulai mengalir di dahinya.Fanny mengangguk, matanya fokus pada layar yang menunjukkan titik-titik merah di seluruh dunia, tempat di mana Zero mulai melancarkan serangan. "Kita tidak punya banyak waktu," katanya dengan suara yang terdengar lebih tajam. "Kita harus mengakhiri ini sebelum mereka menguasai semuanya.""Satu jam lagi," ujar Gavin dengan wajah tegang. "Jika kita tidak bisa menembus jaringan mereka dalam satu jam, Zero akan memutusk
Fanny memandang Adam dengan penuh keyakinan, namun di balik tatapan itu, ada rasa khawatir yang dalam. Zero bukanlah ancaman biasa. Mereka telah menginfiltrasi setiap sektor penting, memanfaatkan ketidakstabilan global dengan sangat rapi. Adam mengerti betul betapa besar ancaman itu, tetapi dia juga tahu bahwa tidak ada pilihan lain selain berjuang untuk menghentikan mereka."Adam, apa yang harus kita lakukan?" Fanny bertanya, suaranya terdengar lebih tenang meskipun dunia di sekitarnya terasa semakin genting.Adam mengangguk pelan, menatap layar yang menampilkan peta digital global dan data yang bergerak cepat di sana. "Zero telah menciptakan jaringan komunikasi yang hampir tak terlihat. Mereka mengontrol hampir setiap aliran informasi dan ekonomi. Jika kita ingin menghentikan mereka, kita harus meretas jantung sistem mereka. Saya tahu di mana mereka bersembunyi, tapi kita butuh lebih dari sekadar serangan cyber."Fanny melangkah mendekat, menatap layar yang menunjukkan sebuah lokasi
Tim Quantum Grid bekerja tanpa henti, mempersiapkan segala kemungkinan untuk menghadapi ancaman Zero dan memastikan keselamatan Adam. Fanny mengarahkan perhatiannya sepenuhnya pada pencarian suaminya. Setiap informasi yang mereka dapatkan tentang pulau terpencil itu semakin mempertegas keyakinannya: Adam adalah satu-satunya yang bisa mengakhiri ancaman Zero.Di tengah kesibukan tim, Fanny tidak bisa menahan diri untuk teringat akan kenangan mereka berdua. Adam adalah sosok yang kuat, cerdas, dan penuh perhitungan. Dia bukan hanya seorang pengusaha yang sukses, tapi juga seorang pemikir yang selalu melihat gambaran besar. Hanya dengan kekuatan pikirannya yang luar biasa, Zero dapat dihentikan.Namun, di balik keyakinannya, ada keraguan. Fanny tahu bahwa dunia telah berubah. Zero tak hanya bermain dengan teknologi, tetapi juga dengan kekuatan finansial yang mengancam kesejahteraan seluruh dunia. Setiap detik yang berlalu semakin menambah ketegangan di dalam dirinya. Waktu yang mereka mi
Fanny berdiri di depan peta digital yang terpasang di dinding markas, matanya penuh tekad dan kecemasan. Informasi yang baru saja didapatkan Gavin mengenai keberadaan Adam di pulau terpencil itu hanya memperkuat keyakinannya—suaminya adalah satu-satunya yang bisa menghentikan Zero. Dia tahu bahwa Zero tak hanya mengancam dunia maya, tetapi mereka juga merusak pasar bisnis global dengan arogansi mereka yang tak terkendali."Jika kita tidak segera menghentikan Zero, pasar bisnis global akan semakin terpuruk," Fanny berkata dengan suara tegas, walau matanya penuh kecemasan. "Mereka sudah mengendalikan sebagian besar sektor penting dan memanipulasi harga saham. Negara-negara besar terjebak dalam ketidakpastian ekonomi. Jika Zero terus menguasai ekonomi dunia, kita semua akan berada dalam cengkeraman mereka."Gavin, yang sedang memantau layar besar di sisi lain ruangan, mengangguk setuju. "Mereka mulai mengendalikan lebih dari sekadar dunia maya. Zero sudah terlibat dalam perdagangan ilega
Fanny menatap layar besar di depan mereka dengan ekspresi serius. Matanya penuh tekad, dan suara lantangnya menggema di ruangan yang sunyi. "Kita sudah bertahan dari serangan mereka, tapi ada satu hal yang masih menggantung di udara—Adam. Kita tahu bahwa dia masih hidup, dan kita tahu bahwa Zero tidak akan berhenti mencari cara untuk mengendalikannya. Semua orang, bersiaplah. Kita akan menemukan Adam, apapun caranya."Tim Quantum Grid, yang telah terbiasa menghadapi rintangan berat, saling berpandangan. Mereka tahu ini bukanlah tugas yang mudah. Adam bukan hanya figur kunci dalam pertempuran ini, tetapi dia juga seseorang yang sangat dicari oleh Zero—sebuah ancaman yang bahkan lebih berbahaya dari yang mereka bayangkan. Fanny tahu betul bahwa Zero berusaha menggunakan Adam sebagai senjata dalam rencana besar mereka.Gavin berdiri pertama kali, mengangguk. "Fanny, kita sudah mendapatkan beberapa petunjuk dari jaringan yang lebih dalam. Adam sudah menghilang selama berbulan-bulan, tetap
Perjuangan mereka semakin menguatkan tekad untuk menghadapi ancaman yang terus-menerus datang. Fanny dan tim Quantum Grid tidak hanya berfokus pada pertahanan, tetapi juga pada pemulihan dunia yang telah lama terpecah. Mereka tahu bahwa Zero mungkin telah mundur untuk sementara waktu, tetapi ancaman mereka masih ada di balik layar, siap untuk menyerang ketika mereka merasa cukup kuat.Namun, meskipun ancaman itu tetap ada, Fanny merasa bahwa ada perubahan yang signifikan. Dunia tidak lagi berada di bawah bayang-bayang Zero. Perubahan ini tidak datang dalam bentuk pertempuran fisik atau serangan dunia maya saja, tetapi juga dalam bentuk kesadaran baru yang tumbuh di kalangan masyarakat."Ini lebih dari sekadar perang teknologi atau narasi," kata Gavin, yang kembali ke markas setelah bertemu dengan beberapa pemimpin dunia. "Ini adalah tentang membangun kembali apa yang telah dihancurkan. Orang-orang mulai melihat bahwa mereka tidak bisa lagi menjadi penonton dalam permainan ini. Mereka
Perjuangan yang mereka hadapi belum berakhir, dan meskipun Zero telah mundur, dampaknya masih terasa. Banyak lapisan organisasi yang belum sepenuhnya dihancurkan, dan ada celah-celah yang harus mereka tutup. Fanny tahu, kemenangan ini hanyalah awal dari proses panjang untuk merestrukturisasi dunia yang telah rusak oleh manipulasi Zero."Zero mungkin telah mundur untuk sementara, tapi mereka pasti akan mencoba bangkit lagi," kata Fanny pada timnya, yang kini berada di ruang utama markas mereka yang aman. "Kita perlu mempersiapkan diri untuk apa yang akan datang. Mereka tidak akan mudah menyerah."Mason, yang selalu tenang dalam situasi sulit, menatap layar dengan penuh fokus. "Kita sudah memutuskan sebagian besar rantai mereka, tapi mereka masih punya kaki panjang. Kita harus bergerak cepat sebelum mereka bisa mengatur kembali barisan mereka."Irene, yang sebelumnya selalu fokus pada dunia maya, kini merapatkan kembali jaringan informasi yang telah rusak. "Saya sudah menyiapkan beberap