“Kau dimana?” tanya Adam melalui sambungan teleponnya kepada Jhon.“Aku di rumah dong, kan udah balik,” ucap Jhon.“Tikus itu ketemu?” tanya Adam.“Dia pulang bareng Pak Ardian,” jawab Jhon.“Kau membiarkan tikusku pulang dengan Ardian? Kau pakai otak tidak?” ucap Adam dengan suara yang sangat lantang.Jhon hanya diam, dia tak menyangka jika Adam akan semarah itu kepadanya.“Argh! Kenapa dia bisa bersama Ardian?” ucap Adam sambil memukul setir kemudinya.Lelaki ini masih berada di jalanan kota New Villa, selesai dari JW Marriot tadi dia ditelepon oleh salah satu koleganya yang lain dan mereka pun bertemu sambil makan malam.“Baiklah,apa boleh buat, aku akan menyusulnya!” ucap Adam sambil menikungkan kemudinya ke arah kosan Fanny.“Terima kasih,” ucap Fanny kepada Ardian.“Sama-sama, aku yang seharusnya mengucapkan terima kasih karena Anda bersedia menemani kami makan malam,”ucap Ardian kepada Fanny.“Anda sangat baik, sampai jumpa lagi,” ucap Fanny sambil melangkah pergi.Ardian terus
Keesokan hari di perusahaan, Adam sudah datang jauh lebih pagi dari biasanya. Lelaki ini membuat kesan berbeda dengan tampilannya hari ini yang jauh lebih casual dan simple. Dengan balutan kemeja berwarna biru langit dengan celana navy yang tampil lebih kasual dengan sepatu sneaker putih yang dikenakannya.Adam terlihat jauh lebih kasual dari biasanya, membuat banyak mata staf di sana terbelalak bingung melihat hal jauh berbeda dari biasanya. Seorang Adam yang selalu nechis dengan tampilannya itu kini membuat banyak mata kaum hawa semakin berfantasi dengan tampilan barunya ini.Fanny yang baru saja datang, sejenak melihat ke arah Adam.“Apa yang kamu lihat?” tanya Adam dengan tatapan menyelidik kepada Fanny.“Ti .. tidak ada!” jawab Fanny sambil melengos pergi ke meja kerjanya.Fanny tersenyum di dalam hatinya melihat penampilan baru Adam tersebut yang sangat ringan tidak seperti biasanya.“Ayo, kita berangkat ke New Zetta!” kata Adam kepada Fanny.“Pak Jhon belum datang, Pak!” ucap Fa
“Sini aku gendong,” ucap Adam kepada Fanny.“Pak, jangan macam-macam!”ucap Fanny semakin kesal.“Ayolah, aku hanya ingin menunjukkan sisi romantisku,” ucap Adam sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.Fanny terkekeh sendiri.“Tidak perlu di jam kerja juga kan Pak!” ucap Fanny.“Baiklah, jika begitu berarti di luar jam kerja boleh kan?” ucap Adam sambil melirik ke arahnya.“Hahh?” tukas Fanny sambil mendengus.Adam terkekeh. Sementara di belakang sana, Sharena terus memandanginya dengan sangat tajam.“Lihat saja apa yang akan aku lakukan padamu!” ucap Sharena sambil menelepon seseorang setelahnya.Adam dan Fanny sangat sibuk sore ini dengan semua pemeriksaannya. Dia memilih untuk melakukan investigasi langsung dengan menemui sejumlah penduduk lokal untuk memastikan apa yang didapatkan oleh Fanny itu adalah benar.Ardian sendiri terpaksa mengikuti keduanya dalam investigasi mandiri ini.“Aku tidak menemukan kakek yang kemarin, entah kenapa tapi sepertinya kakek itu tahu betul mengena
Meski begitu, Sharena dengan tenangnya duduk manis di sana.Adam langsung merapikan pakaiannya, benaknya berkecamuk setelah mengingat jika terakhir kali dia berada di pestanya Hino, dan disana dia bertemu dengan beberapa teman lainnya termasuk Sharena yang membawakan minuman untuknya.“Jangan sampai kau berbuat ulah lagi, Sharena!” ucap Adam kepada wanita itu sambil melangkah pergi.Sharena hanya diam saja, wanita itu sudah cukup puas dengan tayangan live streamingnya yang menuai komentar bejibun itu.Yaa, otak licik Sharena dengan mudah merekam kebersamaannya dengan Adam itu dengan menayangkan live streaming di akun media sosialnya.Sharena sudah kehabisan cara untuk mendapatkan hatinya Adam hingga kini dia meminta opini publik untuk membantunya.Sementara itu di salah satu kediaman keluarga kelas atas lainnya di kota ini.“Dia benar-benar menguras habis kesabaranku! Papa, aku harus mendapatkan Adam!” ucap Illona kepada sang ayah.“Illona, sadarlah dengan yang kau katakan?” ucap Jimm
Fanny pun sudah tak lagi bisa membendung air matanya yang mendadak mengumpul di bola matanya.“Tidak penting, itu bukan urusanku! Secara hukum aku tidak terlibat dengan masalah Anda tersebut, Pak CEO!”ucap Fanny dengan suara bergetar dan air mata yang siap terjun bebas dari sudut matanya.Adam memegangi kedua lengan Fanny, mendekatkan wajahnya hingga jarak mereka kini hanya sejengkal saja. Saking dekatnya hingga mereka bisa merasakan hembusan hangat dari nafas masing-masing.“Dengar! Itu sudah berlalu, dan aku melakukannya jauh sebelum kita bertemu,” ucap Adam berusaha menjelaskan kepada Fanny.“Sudah kubilang, itu bukan urusanku, Pak CEO!” jawab Fanny dengan suara parau mengatakannya.“Berhentilah sok kuat dan mengatakan semuanya secara hukum! Kau di sini bukan sebagai lawyer perusahaanku! Kau adalah calon istriku!” ucap Adam sambil mengunci pandangannya pada bola mata Fanny yang kini sudah basah oleh air mata.Jeda detik membungkam keduanya dalam diam, Adam merasa sangat terpukul mel
Wanita itu menjadi semakin kesal karena kini banyak mata yang menyorot aneh kepadanya.Tentu saja, mereka juga menjadi semakin bertanya-tanya dengan sikap Sharena yang tidak mencerminkan good attitude itu. Terlebih, berkaitan dengan sang CEO yang menurut mereka masih memiliki hak untuk menentukan pilihannya.“Tidak kusangka Bu Sharena se temperamen itu,” ucap seseorang.“Ya, pantas saja Pak CEO membatalkannya, kurasa tidak mungkin tanpa alasan,” ucap yang lainnya menimpali.“Lepaskan tanganku Pak,” ucap Fanny sambil menarik tangannya dari genggaman Adam.“Fanny,” ucap Adam.“Aku akan ke kamar mandi sebentar,” ucap Fanny sambil melengos pergi.Adam hanya berdiri diam, dia sangat mengetahui rasa sakit hati yang kini dirasakan oleh Fanny. Meski wanita itu tidak mengatakannya.Adam kemudian menelepon Jhon.“Jhon, bawakan pakaian wanita untuk tikusku ini, satu set lengkap tanpa kecuali!” “Apa? Semuanya? Aku tidak punya?” ucap Jhon menjawab dari seberang telepon.“Jhon! Kau memegang kartu
“Paparazzi? Dia membeli semua foto ini dari paparazzi?” ucap Fanny sambil meneguk salivanya dengan sangat kasar.Ya, tanpa siapapun ketahui. Adam selama ini terpaksa membeli semua fotonya yang berhasil lolos ke tangan para paparazzi dan hanya membiarkan beberapa diantaranya untuk dokumentasi publik.Hal ini jelas menguras banyak tabungannya. Karena Adam tak menggunakan uang perusahaan maupun uang keluarganya untuk ini.Fanny terduduk lemas, dia tidak menyadari jika dua minggu terakhir ini dia telah membuat banyak masalah di dalam hidup Adam. Semula dia berpikir jika Adam lah yang membuat kesulitan di dalam hidupnya, tapi saat mengetahui fakta ini … Fanny baru menyadari seberapa besar Adam menghargai dan memantaskan dirinya.Sejenak, Fanny memikirkan kelayakannya untuk bisa pantas menjadi seseorang disisi Adam.“Kamu memiliki predikat hebat, kompetensi unggul dan juga tidak buruk, kamu hanya tidak memiliki identitas, hanya itu saja!” ucap Fanny meyakinkan dirinya sendiri jika dia memang
Adam menunggu dengan harap-harap cemas, lelaki itu masih membiarkan dokter Viona memeriksa Fanny.“Dia hanya syok, tidak ada masalah serius, tunggu beberapa saat nanti akan segera siuman,” ucap dokter Viona menjelaskan.“Syukurlah, terima kasih dokter,” ucap Adam kepada dokter yang juga adalah teman kuliahnya itu sambil mengantarkan Viona hingga menuju pintu lift.“Dam, dia gadis yang sangat unik, aku yakin itu, jangan lupa mengundangku ya!” ucap Viona sambil menutup pintu liftnya.Adam tersenyum sembari mengangguk mengiyakannya.Dirinya merasa sangat lega karena Fanny tidak kenapa-kenapa. “Aku di mana?” tanya Fanny dengan sangat kaget.“Kamu di sini bersamaku,” ucap Adam sambil membelai lembut wajahnya.Fanny segera beringsut bangun dari tidurnya, wanita itu melihat ke sekeliling dan kini dia sudah berada di rooftop fenomenal yang hanya dilihatnya sesekali di laman berita televisi saja selama ini.Deretan bunga indah berwarna-warni yang membingkai setiap sudut tempat ini membuat mat