Fanny membuka pintu kamarnya. Dia kemudian melangkah kembali ke arah Adam.“Terima kasih, Pak Adam,” ucap Fanny kepadanya.“Tetaplah di kamarmu sampai besok pagi! Aku akan menjemputmu, dengan memotong ongkos harianmu sata gajian nanti!” ucapnya sambil menunjuk ke arah kamar.Fanny membisu, dia melihat raut wajah Adam yang sedang tidak main-main.“Aku juga akan memotong ongkos taksi hari ini, masuklah!” ucap Adam sambil melengos.Fanny meneguk salivanya dengan sangat kasar, diantara senyum dan juga bingung dia menatap punggung Adam yang kini semakin menjauh.Rasa lega mulai menghampirinya, dia sungguh hanya ingin bekerja di Hussein Group tanpa tujuan lainnya. Dan kali ini Fanny berfikir jika Adam sudah mulai memahaminya. Semangat baru kembali menghampirinya. Keesokan paginya, Fanny terbangun kesiangan.“Apa? Bisa-bisanya aku kesiangan di awal pekan seperti ini?” ucap Fanny sambil bergegas mandi. Dia pun tak sarapan seperti biasanya.Fanny sudah selesai dengan persiapannya, dia kemudia
“Kalian sudah siap?” ucap Adam saat dia baru saja melangkah masuk ke dalam ruangan kerjanya.Mata Fanny dan Jhon pun langsung mengarah kepada Adam. Mereka melihat raut wajah Adam yang sangat dingin. Sehingga keduanya tak berani lagi untuk membantah.“Kami siap,” ucap Fanny sambil membereskan berkas yang akan diperlukannya hari ini.“Kami datang” suara seseorang dari pintu kembali menarik perhatian.“Pak Ardian?” ucap Adam dengan kening mengerut.“Hallo, Pak Adam,” ucap Ardian sambil melenggang masuk.“Aku ingin kita menjadi lebih dekat, karena itu aku berinisiatif untuk menjemput kalian supaya kita bisa bersama-sama ke New Zetta,” ucap Ardian sambil mengedarkan pandangannya sekilas ke arah Fanny.Dada Adam langsung memanas, ingatannya terkait permintaan yang dikirimkan Ardian untuk mencari seseorang bernama Fanny Cesa membuatnya dilanda rasa tak nyaman. Meski demikian, Adam tak bisa menunjukkannya karena bagaimanapun kinerja ReSearchLy sangat rahasia dan bersifat intelijen sehingga d
Acara di New Zetta berlangsung dengan sangat lancar. Kedua belah pihak sangat antusias dengan keberhasilan New Zetta sebagai icon baru kota yang modern dan juga terintegrasi ini akan sukses.Pukul lima sore,kunjungan mereka dijadwalkan berakhir. Dan Adam pun segera mencari Fanny yangsedari tadi tidak pernah muncul di hadapannya.“Kau melihatTikus itu?” tanya Adam kepada Jhon yang baru saja merapikan barang-barangnya.“Tikus?Mungkinkah ada tikus berkeliaran di sore seperti ini?” ucap Jhon dengan rautwajah yang sangat bingung.Mendengar haltersebut, Adam pun mendaratkan bogemnya perlahan ke arah pundak kanan Jhon.“Kau ini sulitsekali diajak bicara!” ucap Adam sambil melengos pergi.Langkah lelakiitu menuju ke bagian kantor utama, Adam memperkirakan jika Fanny tengah bersamadengan Ardian. Namun saat melihat Fanny tidak ada di sana, kecemasan pun menghampirinya. Adam merasa bingung kemana harus mencari Fanny saat ini.“Bukankah Anda sudah mau pulang?” tanya Ardian dengan mata ya
“Itu lumpur setan! Jika kalian tetap membangunnya, maka semburannya tidak akan lagi tertahankan! Alam akan sangat murka dan keseimbangan akan musnah!” ucap seseorang dengan suara parau membuat Fanny sangat terkejut.“Siapa itu?” ucap Fanny dengan suara yang gemetaran sambil menoleh ke arah suara.Samar-samar terlihat sosok kakek tua tengah berdiri di sana dengan cangkul dan juga ubi jalar di tangannya.Fanny yang awalnya sangat terkejut pun akhirnya menghampiri si kakek sambil menyapanya dengan ramah.“Namaku Fanny, apakah Kakek tinggal di sekitar sini?” ucap Fanny kepada kakek tua itu.“Aneh sekali, kau sangat berbeda dengan wanita-wanita tadi yang bahkan tidak sudi sekedar melihatku,” ucap Kakek itu sambil mendaratkan tubuhnya di tanah yang sedikit lebih tinggi dan duduk di sana.Fanny kemudian mendekatinya dan ikut duduk di sengkedan tanah tersebut.“Mereka akan membangun istana di atas tanah dari neraka, jika mereka terus melakukannya, sudah dipastikan bukan hanya New Zetta dan ju
“Kau dimana?” tanya Adam melalui sambungan teleponnya kepada Jhon.“Aku di rumah dong, kan udah balik,” ucap Jhon.“Tikus itu ketemu?” tanya Adam.“Dia pulang bareng Pak Ardian,” jawab Jhon.“Kau membiarkan tikusku pulang dengan Ardian? Kau pakai otak tidak?” ucap Adam dengan suara yang sangat lantang.Jhon hanya diam, dia tak menyangka jika Adam akan semarah itu kepadanya.“Argh! Kenapa dia bisa bersama Ardian?” ucap Adam sambil memukul setir kemudinya.Lelaki ini masih berada di jalanan kota New Villa, selesai dari JW Marriot tadi dia ditelepon oleh salah satu koleganya yang lain dan mereka pun bertemu sambil makan malam.“Baiklah,apa boleh buat, aku akan menyusulnya!” ucap Adam sambil menikungkan kemudinya ke arah kosan Fanny.“Terima kasih,” ucap Fanny kepada Ardian.“Sama-sama, aku yang seharusnya mengucapkan terima kasih karena Anda bersedia menemani kami makan malam,”ucap Ardian kepada Fanny.“Anda sangat baik, sampai jumpa lagi,” ucap Fanny sambil melangkah pergi.Ardian terus
Keesokan hari di perusahaan, Adam sudah datang jauh lebih pagi dari biasanya. Lelaki ini membuat kesan berbeda dengan tampilannya hari ini yang jauh lebih casual dan simple. Dengan balutan kemeja berwarna biru langit dengan celana navy yang tampil lebih kasual dengan sepatu sneaker putih yang dikenakannya.Adam terlihat jauh lebih kasual dari biasanya, membuat banyak mata staf di sana terbelalak bingung melihat hal jauh berbeda dari biasanya. Seorang Adam yang selalu nechis dengan tampilannya itu kini membuat banyak mata kaum hawa semakin berfantasi dengan tampilan barunya ini.Fanny yang baru saja datang, sejenak melihat ke arah Adam.“Apa yang kamu lihat?” tanya Adam dengan tatapan menyelidik kepada Fanny.“Ti .. tidak ada!” jawab Fanny sambil melengos pergi ke meja kerjanya.Fanny tersenyum di dalam hatinya melihat penampilan baru Adam tersebut yang sangat ringan tidak seperti biasanya.“Ayo, kita berangkat ke New Zetta!” kata Adam kepada Fanny.“Pak Jhon belum datang, Pak!” ucap Fa
“Sini aku gendong,” ucap Adam kepada Fanny.“Pak, jangan macam-macam!”ucap Fanny semakin kesal.“Ayolah, aku hanya ingin menunjukkan sisi romantisku,” ucap Adam sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.Fanny terkekeh sendiri.“Tidak perlu di jam kerja juga kan Pak!” ucap Fanny.“Baiklah, jika begitu berarti di luar jam kerja boleh kan?” ucap Adam sambil melirik ke arahnya.“Hahh?” tukas Fanny sambil mendengus.Adam terkekeh. Sementara di belakang sana, Sharena terus memandanginya dengan sangat tajam.“Lihat saja apa yang akan aku lakukan padamu!” ucap Sharena sambil menelepon seseorang setelahnya.Adam dan Fanny sangat sibuk sore ini dengan semua pemeriksaannya. Dia memilih untuk melakukan investigasi langsung dengan menemui sejumlah penduduk lokal untuk memastikan apa yang didapatkan oleh Fanny itu adalah benar.Ardian sendiri terpaksa mengikuti keduanya dalam investigasi mandiri ini.“Aku tidak menemukan kakek yang kemarin, entah kenapa tapi sepertinya kakek itu tahu betul mengena
Meski begitu, Sharena dengan tenangnya duduk manis di sana.Adam langsung merapikan pakaiannya, benaknya berkecamuk setelah mengingat jika terakhir kali dia berada di pestanya Hino, dan disana dia bertemu dengan beberapa teman lainnya termasuk Sharena yang membawakan minuman untuknya.“Jangan sampai kau berbuat ulah lagi, Sharena!” ucap Adam kepada wanita itu sambil melangkah pergi.Sharena hanya diam saja, wanita itu sudah cukup puas dengan tayangan live streamingnya yang menuai komentar bejibun itu.Yaa, otak licik Sharena dengan mudah merekam kebersamaannya dengan Adam itu dengan menayangkan live streaming di akun media sosialnya.Sharena sudah kehabisan cara untuk mendapatkan hatinya Adam hingga kini dia meminta opini publik untuk membantunya.Sementara itu di salah satu kediaman keluarga kelas atas lainnya di kota ini.“Dia benar-benar menguras habis kesabaranku! Papa, aku harus mendapatkan Adam!” ucap Illona kepada sang ayah.“Illona, sadarlah dengan yang kau katakan?” ucap Jimm
Fanny dan timnya berjalan melalui lorong-lorong gelap menuju tempat yang telah ditentukan untuk pertemuan dengan Zero. Lokasi itu terletak di sebuah gedung tua yang ditinggalkan, tempat yang dirancang untuk menanamkan rasa tidak nyaman sejak awal. Mason membawa tablet dengan sistem pertahanan canggih yang siap memonitor setiap detik pertemuan. Gavin menggenggam tas berisi alat pelacak kecil, berjaga-jaga jika situasi berubah menjadi ancaman fisik.“Apakah kita yakin ini langkah yang benar?” bisik Gavin, matanya penuh kekhawatiran. “Mereka yang memilih lokasi, mereka yang menetapkan aturan. Kita memasuki permainan mereka.”Fanny tetap berjalan tegap, meskipun rasa was-was membebani pikirannya. "Ini satu-satunya cara. Kita harus tahu apa yang mereka inginkan sebenarnya."Setelah melalui beberapa pintu berat yang diawasi kamera tersembunyi, mereka akhirnya tiba di sebuah ruangan besar yang hanya diterangi lampu gantung di tengah. Di sana, tiga kursi sudah disiapkan untuk mereka, menghada
Malam semakin larut saat Fanny dan timnya berkumpul di ruang konferensi di Quantum Grid. Lampu ruangan yang terang bersinar ke wajah mereka yang lelah, namun tekad mereka semakin bulat. Gavin duduk di sebelah Fanny, menatap layar komputer yang menunjukkan riwayat data yang telah dimanipulasi. Mason, yang selalu menjadi pengamat cermat, berdiri di belakang mereka, menganalisis layar dengan mata penuh perhatian."Ada peningkatan yang signifikan dalam laporan tentang Quantum Shield yang sudah tersebar ke publik," kata Gavin, matanya terfokus pada grafik yang menunjukkan lonjakan besar dalam interaksi media sosial. "Mereka tidak hanya merusak sistem kita, Fanny. Mereka merusak kepercayaan publik pada Quantum Grid itu sendiri."Fanny menghela napas dalam-dalam, merasa berat di dadanya. "Zero tahu cara menyerang dengan cara yang lebih halus. Mereka menyusup ke dalam informasi, membentuk keraguan dengan sangat cepat. Ini bukan serangan yang bisa kita tangani dengan hanya memperbaiki kode ata
Beberapa bulan setelah penangkapan Langdon, Quantum Grid berhasil pulih dari serangan dan kembali menjadi fondasi kuat bagi kemajuan teknologi kota. Fanny, yang kini dikenal sebagai simbol keberhasilan, tidak dapat duduk tenang. Dalam dirinya, ada kegelisahan yang tak terungkapkan. Meskipun Langdon telah ditangkap, Fanny tahu bahwa ada kekuatan yang lebih besar di balik segala intrik ini. Dia merasa seperti baru saja membuka lapisan pertama dari teka-teki yang jauh lebih rumit.Namun, meskipun sistem berfungsi dengan baik, sebuah perubahan kecil dalam algoritma Quantum Shield mulai menarik perhatian para ahli. Data menunjukkan adanya pola yang tidak biasa, tidak tercatat dalam laporan atau log keamanan yang ada. Di dalamnya, ada tanda-tanda manipulasi sistem yang sangat terorganisir dan terselubung."Ini tidak seperti serangan sebelumnya," kata Gavin saat mereka meneliti data yang tercatat di layar besar. "Ada seseorang yang bergerak lebih diam-diam, seperti bayangan di balik layar."
Fanny menghabiskan beberapa minggu ke depan untuk memulihkan citra Quantum Grid. Selain menjelaskan pemadaman secara transparan kepada masyarakat, dia juga menginisiasi program yang melibatkan pengguna dalam pengawasan keamanan sistem. Program itu diberi nama Quantum Shield, sebuah platform terbuka di mana para ahli teknologi dan pengguna biasa dapat bekerja sama mendeteksi potensi ancaman.Namun, Gavin membawa kabar yang mengejutkan suatu pagi. “Fanny, kau harus melihat ini,” katanya sambil menyerahkan tablet kepadanya.Di layar, ada sebuah pesan dari seseorang yang tidak terduga: Mason, mantan ahli teknologi Langdon. Dalam pesan itu, Mason menawarkan informasi tentang operasi Langdon yang lebih besar, dengan syarat dia mendapat perlindungan dari pihak berwenang.Fanny mengernyit. “Kenapa dia tiba-tiba ingin membantu kita?”Gavin menggeleng. “Mungkin dia sudah muak bekerja di bawah Langdon. Atau mungkin dia punya agenda lain.”Setelah berdiskusi panjang, Fanny memutuskan untuk bertem
Fanny menghela napas panjang di tengah gemuruh tepuk tangan audiens. Kemenangan ini hanyalah permulaan dari perjuangan yang lebih besar. Setelah acara, dia segera bertemu Gavin di ruang kontrol. Meskipun berhasil mematahkan upaya Langdon, mereka tahu bahwa ancaman lain bisa muncul kapan saja.“Fanny, kita mungkin menang di sini, tapi sabotase seperti ini akan terus terjadi,” kata Gavin sambil menunjuk layar yang menampilkan data terbaru dari jaringan Quantum Grid. “Langdon bukan satu-satunya musuh kita. Dia hanya bagian dari sistem besar yang tidak ingin kita berhasil.”Fanny mengangguk. Dia sudah mempersiapkan dirinya untuk perang yang lebih panjang. “Aku tahu. Tapi setiap kemenangan kecil adalah langkah maju. Kita tidak bisa menyerah sekarang.”Di sisi lain kota, Langdon duduk di ruangannya yang mewah namun gelap. Ia dikelilingi oleh beberapa rekan bisnisnya yang terlihat gusar. Kekalahan di pertemuan internasional tadi siang membuatnya semakin terpojok. Namun, dia bukan orang yang
Fanny memutuskan untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga melancarkan serangan balik terhadap kelompok elit yang dipimpin oleh Victor Langdon. Langdon, yang memiliki pengaruh besar di dunia bisnis dan politik, tak akan membiarkan New Vallend melenggang begitu saja. Namun, Fanny tahu bahwa dia tidak bisa melawan mereka dengan cara yang konvensional. Untuk mengalahkan mereka, dia harus memanfaatkan teknologi yang selama ini dia bangun di bawah tanah, jauh dari sorotan.Sebagai langkah pertama, Fanny meluncurkan proyek Quantum Grid, sebuah sistem energi terbarukan berbasis kecerdasan buatan yang dapat mengendalikan distribusi energi secara global dengan efisiensi luar biasa. Dengan Quantum Grid, Fanny berharap dapat memberikan solusi kepada dunia yang sedang terguncang oleh krisis energi, dan sekaligus menggulingkan dominasi Langdon yang bergantung pada sumber energi fosil.Namun, proyek ini bukan tanpa risiko. Untuk mengimplementasikannya, Fanny harus melibatkan para pemimpin negara dan
Setelah kemenangan atas Alexander dan Victoria, Fanny mulai memusatkan perhatiannya pada pengembangan lebih lanjut dari New Vallend. Namun, meski kemenangan di pasar internasional memberikan mereka momentum yang sangat dibutuhkan, kedamaian yang mereka rasakan tidak berlangsung lama.Meskipun Fanny berhasil menata ulang timnya, ada ketegangan yang mulai muncul di dalam organisasi. Gavin, yang telah menjadi tangan kanannya selama ini, mulai merasakan adanya pergeseran dalam arah yang diambil New Vallend. Seiring Fanny semakin fokus pada perluasan global dan pengembangan infrastruktur besar-besaran, Gavin merasa bahwa mereka mulai kehilangan hubungan dengan visi asli perusahaan: menciptakan kota pintar yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.“Fanny, kita mulai kehilangan esensi kita. Kita dulu berfokus pada keberlanjutan dan masyarakat. Sekarang, semua hanya tentang keuntungan dan ekspansi tanpa batas,” ujar Gavin suatu malam, saat keduanya duduk di kantor yang hampir kosong, dengan la
Victoria tertawa kecil. “Kamu terlalu idealis, Fanny. Dunia nyata tidak bekerja seperti itu.”Percakapan ini menandai awal dari keretakan besar antara mereka.Di tengah ketegangan dengan Victoria, Gavin datang dengan kabar yang mengejutkan. Melalui investigasi yang terus berjalan, dia menemukan bahwa Alexander Voss tidak hanya berusaha menggagalkan New Vallend, tetapi juga diam-diam berinvestasi dalam proyek pesaing di Timur Tengah.“Alexander menggunakan jaringan globalnya untuk mendiskreditkan kita di pasar internasional,” kata Gavin.Fanny memutuskan untuk mengambil langkah preventif. Dia menghubungi Rafael untuk merancang sebuah konferensi internasional yang akan mempertemukan para pemimpin dunia untuk mendiskusikan masa depan kota pintar.“Kita akan menunjukkan pada dunia bahwa New Vallend bukan hanya sebuah proyek, tapi sebuah gerakan,” kata Fanny dengan semangat.Saat konferensi mendekat, Alexander melancarkan serangan langsung. Dia memanfaatkan media untuk menyebarkan rumor ba
Setelah berhasil menghadapi ancaman dari Alexander Voss dan Victoria Lang, Fanny memutuskan untuk melangkah lebih jauh. Dia ingin menjadikan New Vallend sebagai proyek percontohan untuk kota pintar global. Namun, ekspansi ini memerlukan sumber daya dan dukungan yang jauh lebih besar.Di tengah upayanya untuk memperluas proyek ini, Fanny diundang untuk berbicara di Konferensi Teknologi Dunia di Singapura. Di acara tersebut, dia bertemu dengan para pemimpin industri teknologi dari seluruh dunia, termasuk seorang inovator muda bernama Dr. Rafael Calderon, yang memiliki visi serupa tentang kota pintar.Rafael mengajukan proposal kerja sama yang ambisius: membangun jaringan kota pintar yang terhubung di tiga benua. Namun, dia juga memberikan peringatan. “Fanny, dunia ini tidak hanya tentang ide besar. Banyak pihak akan mencoba menghentikanmu, terutama jika mereka merasa kehilangan kekuasaan.”Sementara itu, Gavin, yang kini menjadi penasihat senior Fanny, menemukan tanda-tanda pengkhianata