Suasana di Singapura siang ini tampak cerah. Matahari tampak menampakkan diri dengan memancarkan sinar terang. Menerangi seluruh penjuru kota di Negeri Singa yang begitu indah.
Rendy beserta beberapa Dewan Direksi yang terbang dari Indonesia mendarat dengan aman dan selamat sejak tiga puluh menit yang lalu. Mereka di sambut ramah oleh Manager yang menghandle kantor cabang di sana.
Setelah mendapat penyambutan dari beberapa karyawan pilihan Sang Manager. Kini Rendy beserta perwakilan Dewan Direksi masuk ke salah satu ruangan besar. Tempat di mana rapat akan dilaksanakan.
Suasana di ruang rapat begitu tenang ketika Rendy duduk di tempatnya. Tak lama kemudian Sang Manager memberi satu anggukan kepada salah satu Kepala Departemen Analis untuk memulai rapat siang ini.
Rendy tampak fokus memperhatikan penjelasan Sang Manager setelah Kepala Departemen Analis selesai mempresentasikan tugasnya. Namun tiba-tiba fokusnya beralih pada ponselnya yang bergetar d
Melissa mengerjapkan kedua matanya berulang kali ketika kesadaran mulai menghampirinya. Suara-suara hewan malam yang silih berganti membuatnya ketakutan. Apalagi saat ini kedua tangan dan kakinya di ikat dengan tali tambang yang cukup besar. Membuatnya sulit untuk bergerak. Ia pun terisak. Tak lama kemudian ada dua suara yang sangat di kenal olehnya bergerak mendekat. Melissa yang sudah sadar pun berpura-pura memejamkan mata. Ia ingin mendengarkan siapa gerangan yang melakukan ini padanya. “Kelihatannya tidurmu pulas sekali tikus kecil?” Ucap wanita yang tak lain adalah Vera. Gadis yang tergila-gila kepada Rendy, calon suami Melissa. Dan gadis ini pula yang sempat melakukan pembullyan kepada Melissa saat itu. “Puaskan tidurmu malam ini. Karena setelah malam ini berakhir, kau akan menjadi milik laki-laki lain. Dan aku akan memiliki Rendy untuk diriku sendiri.” Vera beranjak dari tempat Melissa terikat. Ia menghampiri laki-laki yang tak lain adalah salah satu D
Warning 21++Wira dan Vera kelelahan akibat percintaan panasnya yang baru selesai 1 jam yang lalu. Mereka tampak saling memeluk di atas meja yang menjadi saksi percintaan keduanya. Nafas mereka terengah-engah hebat.Wira menjatuhkan kecupan di pelipis Vera sebelum ia beranjak memakai pakaiannya. Pria itu membiarkan tubuh telanjang Vera di sana. Entah apa yang merasuki dirinya, ia menghampiri Melissa yang kini menatapnya ketakutan.“Kau melihatnya, Sayang?” Bisik Wira di dekat telinga Melissa. “Tenang saja! Setelah ini kau yang akan menjadi satu-satunya pemilik diriku.”“DALAM MIMPIMU!!! AKU TAK AKAN PERNAH SUDI MENJADI MILIKMU. AKU SUDAH BERTUNANGAN DAN AKAN SEGERA MENIKAH!!!” Seru Melissa dengan lantang.“HAHAHAHAHA....”Tawa Wira menggelegar memenuhi gedung tua. Membuat Vera bangkit dari posisinya sambil tersenyum miring. Wira menarik dagu Melissa. Melihat bibir p
Waktu telah menunjukkan pukul sebelas malam. Rendy masih setia menunggu Melissa yang masih terlelap karena pengaruh obat penenang. Orang tua Rendy dan Melissa sendiri telah pulang ke rumah, setelah Rendy memohon untuk diizinkan menjaga Melissa.Rendy tak melepaskan genggaman tangannya sejak tadi. Sesekali ia berbicara kepada Melissa, meskipun tidak mendapat respon darinya.Di saat Rendy mulai memejamkan mata, jemari Melissa yang berada dalam genggaman Rendy bergerak. Melissa membuka matanya pelan. Mengerjap berkali-kali untuk menyesuaikan cahaya di sekitarnya. Ia menolehkan sedikit kepalanya. Melihat ke arah Rendy yang duduk di kursi dengan kepala di atas genggaman tangannya. Ia menarik kedua sudut bibirnya. Membentuk satu senyuman tipis.Tiba-tiba kilas kejadian yang dialaminya kemarin melintas di benaknya. Membuat dirinya kalut dan takut. Ia mengeratkan jemarinya yang berada di dalam genggaman Rendy.Pergerakan spontan Melissa membuat Rendy terbangun. L
Kedua orang tua Rendy dan Melissa saling berpandangan ketika masuk ke ruang rawat Melissa sore ini. Mereka saling melemparkan senyum dan anggukan singkat. Seolah menentukan sesuatu hanya dengan isyarat tanpa suara. Mereka pun memilih duduk di sofa yang berada di sana. Tanpa membangunkan Rendy ataupun Melissa.*Melissa merasakan kecupan berulang-ulang ke puncak kepalanya. Gadis yang baru saja mengumpulkan kesadarannya itu semakin mengeratkan tangannya di atas perut Rendy. Seakan ingin selamanya berada dalam pelukan hangat Rendy yang membuatnya merasa aman dan nyaman.Begitu juga dengan Rendy. Laki-laki dengan kepekaan di atas rata-rata itu mengetahui apa yang diinginkan calon istrinya. Ia pun semakin mengeratkan pelukan hangatnya. Menyalurkan kenyamanan untuk Melissa agar ia menjadi tenang. Tanpa mereka tahu, empat pasang mata sejak tadi memperhatikan interaksi keduanya dalam diam.Sebenarnya Ningrum sudah gatal untuk membangunkan Rendy sejak kedata
Sinar matahari pagi yang begitu terang menerobos masuk di antara kain tebal yang melingkupi dinding kaca di dalam ruang perawatan Melissa. Sepasang anak manusia berbeda jenis kelamin tampak berpelukan erat di atas brankar. Seakan melupakan di mana tempat mereka berada.Satu lenguhan halus dari bibir Rendy membuat Melissa menggeliat pelan dalam pelukan hangat Rendy. Rupanya gadis yang kini merasa namanya itu enggak untuk membuka mata. Padahal sejak dua menit yang lalu ia sudah terbangun.Melissa semakin membenamkan wajahnya di dada Rendy. Tak hanya itu, ia pun semakin mengeratkan tangannya yang berada di pinggang laki-laki itu.Rendy membuka matanya pelan ketika mendapati pelukan erat dari gadis yang berada di sampingnya. Ia menarik kedua sudut bibirnya ketika menyadari bahwa gadis di dalam pelukannya ini sudah terbangun.“Selamat pagi, Sayang?” Rendy melabuhkan kecupan di puncak kepala Melissa.“Hm,,” Gumam Melissa pelan. Ga
Melissa merasakan lebih baik setelah dua hari beristirahat di rumah semenjak kepulangannya dari Rumah Sakit. Pagi ini ia berniat untuk kembali masuk kuliah setelah bolos selama 5 hari lamanya.Seperti hari-hari sebelumnya, sebagai calon suami siaga Rendy sudah tiba di rumah Melissa sejak 20 menit yang lalu. Rencana pernikahan pun akan dipercepat menjadi Minggu depan. Tepatnya pada hari Sabtu. Sesuai permintaan Rendy.“Sudah siap kan?”Melissa yang sudah duduk di samping kemudi mengangguk. Rendy mengemudikan mobilnya dengan kecepatan teratur menuju kampus.Kedatangan Melissa pagi ini disambut antusias oleh sahabatnya. Gadis yang kini memakai celana panjang dan kemeja soft pink itu tampak menyunggingkan senyum lebar ketika Melissa datang bersama Rendy.Mita langsung menggandeng Melissa masuk ke kelas di mana mata kuliahnya hari ini berlangsung.“Gue seneng banget Lo udah masuk kuliah hari ini.” Teriak Mita girang.
Melissa terperanjat ketika melirik ke arah jam digital yang berada di nakas. Ia mengerjapkan kedua matanya berkali-kali untuk melihat dengan benar ke arah jam itu. Namun saat ia ingin bangun, rasa nyeri mendera di kepala bagian belakangnya. Membuat ia mengurungkan niatnya untuk bangun.Tak selang lama kemudian Sang Bunda masuk membawa nampan yang berisi semangkuk bubur dan segelas susu. Wanita paruh baya itu segera meletakkan nampan di nakas ketika mendapati kedua mata Melissa yang terbuka.“Kamu sudah bangun?” Tanya Sukma lembut yang dijawab anggukan pelan oleh Melissa. “Masih pusing?” Tambahnya lagi.“Sedikit Bun. Masih sedikit nyeri di bagian belakang.”“Sarapan dulu, ya. Terus minum obatnya lagi.” Titah Sukma yang diangguki Melissa.Pelan-pelan gadis itu bangun dan bersandar di kepala tempat tidurnya. Terkadang ia sedikit meringis karena nyeri yang tiba-tiba dirasakannya.“Ehm,
“CUKUP KAK!!!”Satu suara dari Melissa membuat Riko menghentikan pergerakan tangannya yang hampir mendarat di wajah laki-laki yang kini dipenuhi luka. Bukan hanya Riko saja yang terkesiap, tapi Sukma, Ningrum, dan juga Rendy. Mereka berpaling ke arah Melissa yang masih mengenakan piyama panjang.“Jangan pukul lagi, Kak!” Tambahnya.“Elissa ...”“JANGAN PANGGIL ADIK GUE DENGAN PANGGILAN ITU BRENGSEK!!!”Melissa segera menahan tangan Riko yang hampir lepas kendali lagi. Sedangkan Rendy hanya memperhatikan dengan dada yang berdebar kencang. Tiba-tiba hatinya berdenyut nyeri.“Sudah cukup, Kak! Jangan mengotori tangan Kakak hanya untuk menghajar dia.”“Tapi...”“Lissa mohon, jangan!” Pinta Melissa dengan nada memelas.Riko menghempaskan tangannya yang berada di kerah baju aku yang merupakan mantan kekasih adiknya. Pergerakan tiba-tiba itu mem
“Mas, Lissa udah kebelet nih,” rengek Melissa yang sejak tadi tak dihiraukan oleh Rendy. Beberapa hari ini Rendy mendadak manja kepada Melissa.“Jangan lama-lama, ya?” Melissa mengangguk dengan cepat karena sudah tak tahan. Rendy mengurai pelukannya dan membiarkan Melissa turun dari tempat tidur mereka.“Hati-hati, Sayang,” pesan Rendy yang hanya dibalas gumaman oleh Sang istri.Beberapa hari ini, Rendy merasakan hal-hal aneh yang belum pernah ia rasakan pada kehamilan pertama Melissa. Jika dulu Melissa yang selalu ingin ditemani dan dipeluk, kali ini sebaliknya. Rendy akan uring-uringan jika Melissa sibuk dengan aktivitas hariannya. Termasuk mengurus putra pertama mereka.Rendy bak bayi besar yang suka merajuk tanpa alasan dan jelas. Bahkan makan pun ia minta disuapi, kalau tidak ia akan mogok makan seharian.Perubahan sikap Rendy tentu saja membuat Melissa pusing sekaligus geli. Bagaimana tidak! Rendy yang biasanya tampak cool dan berwibawa tiba-tiba berubah l
Seorang wanita dengan wajah merengut, membawa tiga buah alat tes kehamilan dengan dua garis merah yang terlihat jelas, menuju ruang kerja sang suami di sebelah kamarnya di lantai dasar.Laki-laki yang tadinya sibuk dengan dokumen yang berada di tangannya, tersenyum dan memundurkan kursi kerjanya, untuk menyambut wanita dengan bibir merengut yang baru saja masuk ke sana.Wanita yang tak lain adalah Melissa meletakkan tiga tes kehamilan itu di meja kerja sang suami.Rendy meraih tangan Melissa, dan membuat wanita itu jatuh di pangkuannya.“Mas?!” seru Melissa dengan mata membulat.Rendy terkekeh seraya melirik tes kehamilan yang berada di mejanya. Tangannya terulur meraih ketiga benda itu, dan dalam beberapa detik kemudian kedua matanya membulat dan berkaca-kaca.“S-sayang .... ini?” Rendy menatap Melissa yang masih merengut.Melissa mengangguk. “Lissa hamil, Mas.”Rendy langsung menarik teku
Rendy menyusuri lorong salah satu Rumah Sakit dengan terburu-buru dan mengumpat sesekali. Meeting yang ia perkirakan hanya sebentar, ternyata memakan waktu tiga kali lipat dari seharusnya. Membuatnya harus berlari agar segera tiba di ruang Dokter Kandungan, tempat Sang istri melakukan USG.Tak jauh dari tempatnya berdiri, ia melihat seorang wanita dengan perut yang membesar, memakai kemeja panjang berwarna biru dan celana bahan hitam khas ibu hamil, baru saja keluar dari ruangan dokter membawa buku pemeriksaan kehamilan.Rendy dengan dada berdebar kencang berjalan menghampiri wanita yang sudah menjadi istrinya sejak sembilan bulan yang lalu.“Hai Sayang?” Rendy meraih buku pemeriksaan dan tas kecil yang dibawa Melissa. “Maaf ya, Mas telat lagi,” ucap Rendy dengan sedikit gugup.“Hm, Lissa mau pulang. Capek!” ucapnya dengan nada ketus dan raut muka tak bersahabat.Rendy hanya mendesah pasrah. Bagaimanapun juga ini
Dua bulan kemudian ....Seorang laki-laki berpakaian formal, kemeja biru dengan jas dan celana bahan senada, sabuk hitam dan dasi biru polkadot, disempurnakan oleh sepatu pantofel dan jam tangan mewah di pergelangan tangan kanannya, telah siap untuk pergi ke kantor. Menjalankan rutinitas yang telah berjalan dalam satu minggu ini.Namun sebelum benar-benar berangkat, ia harus memastikan istrinya untuk bangun dan sarapan. Laki-laki itu tak ingin Sang istri kembali merajuk seperti dua hari yang lalu, dan mengakibatkan dirinya tidak bisa pergi ke mana-mana.“Ayo Sayang, bangun dulu. Mas udah siap mau ke kantor loh,” ucap Rendy dengan nada selembut mungkin sambil merapikan anak rambut Melissa yang berantakan.Melissa mengerjapkan kedua bola matanya untuk melihat ke arah Rendy yang benar-benar sudah rapi. Tiba-tiba perut Melissa bergejolak mencium aroma parfum Rendy yang menguar tajam
“Selamat pagi, Baby.”Laki-laki yang kini telah siap dengan kemeja putih panjang dan celana bahan berwarna hitam, dengan rambut yang tertata rapi dan sepatu pantofel hitam yang membalut kedua kakinya, menghampiri wanita yang masih terlelap dengan tubuh polos, di atas tempat tidur yang berada di kamarnya.Wanita yang lelah akibat percintaan panas dengannya semalam, menggeliat pelan ketika ia merasakan sentuhan lembut di punggungnya.“Mas Rendy sudah mau berangkat?” tanya Melissa dengan parau.“Iya. Hari ini Mas ada bimbingan untuk menyelesaikan skripsi. Mungkin sampai jam tiga sore Mas baru bisa pulang.”Melissa mengerjapkan kedua matanya, ia tersenyum melihat penampilan Rendy yang tampak begitu tampan. “Lissa mau tidur aja hari ini. Mas Rendy hati-hati.”Rendy tersenyum. Laki-laki itu melabuhkan kecupan di bibir Melissa sebelum benar-benar beranjak dari sana. Tak lupa ia menarik selimut untuk m
Warning 21++Melissa menggerakkan kedua bola matanya. Mengerjap berulang kali untuk menyesuaikan cahaya lampu yang menerangi seluruh sudut kamar hotel yang ditempatinya.Setelah percintaan panasnya siang tadi, Melissa langsung terlelap. Mengingat betapa kuatnya Rendy menerobos pertahanannya.Mendapati dirinya masih dalam keadaan polos, Melissa melirik ke kanan kirinya. Berharap ada pakaian yang bisa dipakai. Namun hingga ia duduk terbangun pun tak ada selembar pakaian yang berada di sekitarnya. Begitu juga dengan Sang suami.Melissa memutuskan untuk melilitkan selimut di tubuhnya dari pada berjalan dengan tubuh polos. Ia berniat ke kamar mandi untuk mengeluarkan isi kandung kemihnya.Tapi saat ia menginjakkan kaki di lantai, ada rasa mengganjal di kewanitaannya. Ingatannya kembali pada kegiatannya dan Rendy siang tadi. Sesuatu yang membuat mereka bermandikan keringat dan bisa terlelap setelahnya. Kedua pipi Melissa meme
Warning mature content 21++Bab ini mengandung adegan dewasa yang begitu mendetail. Kalau tidak suka bisa dilewati. Tapi aku rasa tidak akan lengkap kalau tidak membaca part ini.Sinar matahari pagi yang terang menerobos kain tebal penutup dinding kaca di salah satu kamar hotel, di mana sepasang pengantin baru masih terlelap dengan posisi saling memeluk.Rendy yang baru saja mengumpulkan kesadarannya tersenyum melihat Sang istri masih terlelap di dalam pelukannya. Perlahan ia melabuhkan kecupan dalam di puncak kepala Sang istri dan menghirup aroma Cherry yang menjadi candu baginya.Melissa menggeliat pelan saat merasakan kecupan berulang-ulang di puncak kepala dan usapan lembut di punggungnya. Ia masih enggan membuka mata karena terlalu nyaman berada dalam dekapan hangat Sang suami. Melissa semakin membenamkan wajahnya di dada Rendy dan sesekali memberikan kecupan nakal di sana.Rendy menggeram
PERNIKAHAN PEWARIS PRATAMA CORPORATION AKAN DI GELAR NANTI MALAM DI SALAH SATU BALLROOM HOTEL PANDAWATAMU UNDANGAN YANG DIPERKIRAKAN MENCAPAI 6000 ORANG TERMASUK RELASI BISNIS DARI LUAR NEGERIPOTRET BAHAGIA SANG PENGANTIN BARU SETELAH ACARA AKAD YANG DILAKUKAN PUKUL 10.00PERNIKAHAN DENGAN NILAI FANTASTIS YANG MENDUDUKI NOMER DUA DI TAHUN INIBeberapa dari sederet judul berita yang sukses menghebohkan pengguna media sosial hanya dalam hitungan jam saja. Tentu saja banyak yang tidak menyangka jika Melissa benar-benar akan menjadi pendamping satu-satunya pewaris PRATAMA CORPORATION. Banyak komentar hujatan dan pujian mewarnai kotak berita di sana.Kini sebuah ballroom terbesar dan paling megah di Hotel Pandaw
Sejak pagi Rendy tampak menggerutu karena merasa seperti tahanan di kamar pribadinya. Pasalnya Ningrum benar-benar membuktikan perkataannya semalam tentang Fello dan Derrick yang akan mengawasinya selama empat hari ke depan.Dan parahnya kedua laki-laki yang kini mengawasi pergerakannya itu tidak mau diajak kerja sama. Mereka patuh pada perintah Joni yang dipastikan karena permintaan Ningrum.“Gue bisa gila kalau kalian di sini terus,” geram Rendy kesal.Namun sia-sia saja sebenarnya. Karena Fello dan Derrick seolah tuli walau Rendy terus mengumpat dengan kata-kata kasar.Rendy memilih keluar dari kamarnya untuk mencari keberadaan Sang Mama. Ia harus bernegosiasi agar dua laki-laki yang kini mengikuti dirinya dipindahkan saja.“Ma ... Mama ...” seru Rendy dari tangga menuju ke dapur. Tapi ketika mendapati raut tak bersahabat dari Sang Mama membuat laki-laki itu mengurungkan niatnya. “Rendy laper.” Hanya dua kata