Warning 21++
Wira dan Vera kelelahan akibat percintaan panasnya yang baru selesai 1 jam yang lalu. Mereka tampak saling memeluk di atas meja yang menjadi saksi percintaan keduanya. Nafas mereka terengah-engah hebat.
Wira menjatuhkan kecupan di pelipis Vera sebelum ia beranjak memakai pakaiannya. Pria itu membiarkan tubuh telanjang Vera di sana. Entah apa yang merasuki dirinya, ia menghampiri Melissa yang kini menatapnya ketakutan.
“Kau melihatnya, Sayang?” Bisik Wira di dekat telinga Melissa. “Tenang saja! Setelah ini kau yang akan menjadi satu-satunya pemilik diriku.”
“DALAM MIMPIMU!!! AKU TAK AKAN PERNAH SUDI MENJADI MILIKMU. AKU SUDAH BERTUNANGAN DAN AKAN SEGERA MENIKAH!!!” Seru Melissa dengan lantang.
“HAHAHAHAHA....”
Tawa Wira menggelegar memenuhi gedung tua. Membuat Vera bangkit dari posisinya sambil tersenyum miring. Wira menarik dagu Melissa. Melihat bibir p
Waktu telah menunjukkan pukul sebelas malam. Rendy masih setia menunggu Melissa yang masih terlelap karena pengaruh obat penenang. Orang tua Rendy dan Melissa sendiri telah pulang ke rumah, setelah Rendy memohon untuk diizinkan menjaga Melissa.Rendy tak melepaskan genggaman tangannya sejak tadi. Sesekali ia berbicara kepada Melissa, meskipun tidak mendapat respon darinya.Di saat Rendy mulai memejamkan mata, jemari Melissa yang berada dalam genggaman Rendy bergerak. Melissa membuka matanya pelan. Mengerjap berkali-kali untuk menyesuaikan cahaya di sekitarnya. Ia menolehkan sedikit kepalanya. Melihat ke arah Rendy yang duduk di kursi dengan kepala di atas genggaman tangannya. Ia menarik kedua sudut bibirnya. Membentuk satu senyuman tipis.Tiba-tiba kilas kejadian yang dialaminya kemarin melintas di benaknya. Membuat dirinya kalut dan takut. Ia mengeratkan jemarinya yang berada di dalam genggaman Rendy.Pergerakan spontan Melissa membuat Rendy terbangun. L
Kedua orang tua Rendy dan Melissa saling berpandangan ketika masuk ke ruang rawat Melissa sore ini. Mereka saling melemparkan senyum dan anggukan singkat. Seolah menentukan sesuatu hanya dengan isyarat tanpa suara. Mereka pun memilih duduk di sofa yang berada di sana. Tanpa membangunkan Rendy ataupun Melissa.*Melissa merasakan kecupan berulang-ulang ke puncak kepalanya. Gadis yang baru saja mengumpulkan kesadarannya itu semakin mengeratkan tangannya di atas perut Rendy. Seakan ingin selamanya berada dalam pelukan hangat Rendy yang membuatnya merasa aman dan nyaman.Begitu juga dengan Rendy. Laki-laki dengan kepekaan di atas rata-rata itu mengetahui apa yang diinginkan calon istrinya. Ia pun semakin mengeratkan pelukan hangatnya. Menyalurkan kenyamanan untuk Melissa agar ia menjadi tenang. Tanpa mereka tahu, empat pasang mata sejak tadi memperhatikan interaksi keduanya dalam diam.Sebenarnya Ningrum sudah gatal untuk membangunkan Rendy sejak kedata
Sinar matahari pagi yang begitu terang menerobos masuk di antara kain tebal yang melingkupi dinding kaca di dalam ruang perawatan Melissa. Sepasang anak manusia berbeda jenis kelamin tampak berpelukan erat di atas brankar. Seakan melupakan di mana tempat mereka berada.Satu lenguhan halus dari bibir Rendy membuat Melissa menggeliat pelan dalam pelukan hangat Rendy. Rupanya gadis yang kini merasa namanya itu enggak untuk membuka mata. Padahal sejak dua menit yang lalu ia sudah terbangun.Melissa semakin membenamkan wajahnya di dada Rendy. Tak hanya itu, ia pun semakin mengeratkan tangannya yang berada di pinggang laki-laki itu.Rendy membuka matanya pelan ketika mendapati pelukan erat dari gadis yang berada di sampingnya. Ia menarik kedua sudut bibirnya ketika menyadari bahwa gadis di dalam pelukannya ini sudah terbangun.“Selamat pagi, Sayang?” Rendy melabuhkan kecupan di puncak kepala Melissa.“Hm,,” Gumam Melissa pelan. Ga
Melissa merasakan lebih baik setelah dua hari beristirahat di rumah semenjak kepulangannya dari Rumah Sakit. Pagi ini ia berniat untuk kembali masuk kuliah setelah bolos selama 5 hari lamanya.Seperti hari-hari sebelumnya, sebagai calon suami siaga Rendy sudah tiba di rumah Melissa sejak 20 menit yang lalu. Rencana pernikahan pun akan dipercepat menjadi Minggu depan. Tepatnya pada hari Sabtu. Sesuai permintaan Rendy.“Sudah siap kan?”Melissa yang sudah duduk di samping kemudi mengangguk. Rendy mengemudikan mobilnya dengan kecepatan teratur menuju kampus.Kedatangan Melissa pagi ini disambut antusias oleh sahabatnya. Gadis yang kini memakai celana panjang dan kemeja soft pink itu tampak menyunggingkan senyum lebar ketika Melissa datang bersama Rendy.Mita langsung menggandeng Melissa masuk ke kelas di mana mata kuliahnya hari ini berlangsung.“Gue seneng banget Lo udah masuk kuliah hari ini.” Teriak Mita girang.
Melissa terperanjat ketika melirik ke arah jam digital yang berada di nakas. Ia mengerjapkan kedua matanya berkali-kali untuk melihat dengan benar ke arah jam itu. Namun saat ia ingin bangun, rasa nyeri mendera di kepala bagian belakangnya. Membuat ia mengurungkan niatnya untuk bangun.Tak selang lama kemudian Sang Bunda masuk membawa nampan yang berisi semangkuk bubur dan segelas susu. Wanita paruh baya itu segera meletakkan nampan di nakas ketika mendapati kedua mata Melissa yang terbuka.“Kamu sudah bangun?” Tanya Sukma lembut yang dijawab anggukan pelan oleh Melissa. “Masih pusing?” Tambahnya lagi.“Sedikit Bun. Masih sedikit nyeri di bagian belakang.”“Sarapan dulu, ya. Terus minum obatnya lagi.” Titah Sukma yang diangguki Melissa.Pelan-pelan gadis itu bangun dan bersandar di kepala tempat tidurnya. Terkadang ia sedikit meringis karena nyeri yang tiba-tiba dirasakannya.“Ehm,
“CUKUP KAK!!!”Satu suara dari Melissa membuat Riko menghentikan pergerakan tangannya yang hampir mendarat di wajah laki-laki yang kini dipenuhi luka. Bukan hanya Riko saja yang terkesiap, tapi Sukma, Ningrum, dan juga Rendy. Mereka berpaling ke arah Melissa yang masih mengenakan piyama panjang.“Jangan pukul lagi, Kak!” Tambahnya.“Elissa ...”“JANGAN PANGGIL ADIK GUE DENGAN PANGGILAN ITU BRENGSEK!!!”Melissa segera menahan tangan Riko yang hampir lepas kendali lagi. Sedangkan Rendy hanya memperhatikan dengan dada yang berdebar kencang. Tiba-tiba hatinya berdenyut nyeri.“Sudah cukup, Kak! Jangan mengotori tangan Kakak hanya untuk menghajar dia.”“Tapi...”“Lissa mohon, jangan!” Pinta Melissa dengan nada memelas.Riko menghempaskan tangannya yang berada di kerah baju aku yang merupakan mantan kekasih adiknya. Pergerakan tiba-tiba itu mem
“Kok nggak dihabisin, Sayang.” Tanya Sukma.“Lissa kenyang, Bun.” Jawab Melissa sebelum meminum susu yang memang disediakan untuknya.“Bilang aja takut gendut.” Cibir Riko yang duduk di sampingnya.Kedua mata Melissa melotot mendengar cibiran dari Sang Kakak yang sialnya sangat disayanginya.“Bilang aja Kakak ngiri sama Lissa yang mau nikah …. Wlee,” Balas Melissa sambil mengulurkan lidahnya dengan niat mengejek.“Sembarangan !! Kakak nggak ngiri ya,” Sahut Riko cepat.“Alah, jujur aja Kak.” Melissa mendekatkan diri ke arah Riko. “Atau Kakak cari pacar aja dulu. Mau Lissa kenalin ke teman- teman kampus Lissa?” Gadis itu menaikturunkan alisnya menggoda Sang Kakak.“Nggak perlu! Kakak bisa cari sendiri.” Sahut Riko dengan nada ketus yang memancing tawa Melissa meledak. Membuat kedua orang tuanya terlontar kaget.“Maa
Rendy mengerjapkan kedua matanya saat mendengar suara isakan di sampingnya. Ia melihat Melissa sedang menggenggam tangan kanannya sambil menunduk. Ia tersenyum.“Selamat pagi, Sayang.” Sapa Rendy santai .Melissa mendongak. Kedua pipinya basah dan wajahnya tampak sembab. “S-Selamat p-pagi .. M-Mas R-Rendy.” Balas Melissa sudah payah.Rendy pun berniat bangun untuk memeluk calon istrinya yang kini tampak rapuh. Namun tangan Melissa menghentikan pergerakannya.“M-Mas R-Rendy mau ngapain!”“Mau peluk kamu.” Jawab Rendy tegas.“T- tapi kan ...”“Mas akan cepat sembuh kalau kamu peluk. Kalau kamu nangis gitu malah nggak sembuh-sembuh entar.” Sahut Rendy cepat. Ia segera merentangkan kedua tangannya ke arah Melissa. “Ayo sini! Peluk Mas biar cepet sembuh.” Bujuk Rendy.Melissa menatap Rendy sesaat. Lalu ia berhambur memeluk Rendy dengan erat. Menumpah