Warning 21++
“Siang ini Mas harus berangkat ke Singapura.”
Melissa langsung menoleh ke arah sumber suara. Kini Rendy baru saja memarkirkan mobilnya di tempat biasanya.
“A-apa tadi Mas bilang?”
Rendy mengulas senyum manisnya. Senyum yang mampu membuat hati Melissa menghangat.
“Mas harus ke Singapura siang nanti.” Rendy menarik tangan kanan Melissa. Menjatuhkan kecupan di sana.
“S-Singapura? S-siang nanti?” Rendy mengangguk. Membuat Melissa seketika murung.
Apa Mas Rendy menghindari Lissa?
Apa karena sikap Lissa kemarin ?
Apa ...
“Kamu mikirin apa coba?” Rendy menarik dagu Melissa agar menghadap ke arahnya. Menatap kedua bola mata bening Melissa yang kini bergerak gelisah.
“Mas Rendy mau menghindari L-Lissa, ya?” Tanyanya gelisah. Tanpa ia sadari satu t
Suasana di Singapura siang ini tampak cerah. Matahari tampak menampakkan diri dengan memancarkan sinar terang. Menerangi seluruh penjuru kota di Negeri Singa yang begitu indah.Rendy beserta beberapa Dewan Direksi yang terbang dari Indonesia mendarat dengan aman dan selamat sejak tiga puluh menit yang lalu. Mereka di sambut ramah oleh Manager yang menghandle kantor cabang di sana.Setelah mendapat penyambutan dari beberapa karyawan pilihan Sang Manager. Kini Rendy beserta perwakilan Dewan Direksi masuk ke salah satu ruangan besar. Tempat di mana rapat akan dilaksanakan. Suasana di ruang rapat begitu tenang ketika Rendy duduk di tempatnya. Tak lama kemudian Sang Manager memberi satu anggukan kepada salah satu Kepala Departemen Analis untuk memulai rapat siang ini.Rendy tampak fokus memperhatikan penjelasan Sang Manager setelah Kepala Departemen Analis selesai mempresentasikan tugasnya. Namun tiba-tiba fokusnya beralih pada ponselnya yang bergetar d
Melissa mengerjapkan kedua matanya berulang kali ketika kesadaran mulai menghampirinya. Suara-suara hewan malam yang silih berganti membuatnya ketakutan. Apalagi saat ini kedua tangan dan kakinya di ikat dengan tali tambang yang cukup besar. Membuatnya sulit untuk bergerak. Ia pun terisak. Tak lama kemudian ada dua suara yang sangat di kenal olehnya bergerak mendekat. Melissa yang sudah sadar pun berpura-pura memejamkan mata. Ia ingin mendengarkan siapa gerangan yang melakukan ini padanya. “Kelihatannya tidurmu pulas sekali tikus kecil?” Ucap wanita yang tak lain adalah Vera. Gadis yang tergila-gila kepada Rendy, calon suami Melissa. Dan gadis ini pula yang sempat melakukan pembullyan kepada Melissa saat itu. “Puaskan tidurmu malam ini. Karena setelah malam ini berakhir, kau akan menjadi milik laki-laki lain. Dan aku akan memiliki Rendy untuk diriku sendiri.” Vera beranjak dari tempat Melissa terikat. Ia menghampiri laki-laki yang tak lain adalah salah satu D
Warning 21++Wira dan Vera kelelahan akibat percintaan panasnya yang baru selesai 1 jam yang lalu. Mereka tampak saling memeluk di atas meja yang menjadi saksi percintaan keduanya. Nafas mereka terengah-engah hebat.Wira menjatuhkan kecupan di pelipis Vera sebelum ia beranjak memakai pakaiannya. Pria itu membiarkan tubuh telanjang Vera di sana. Entah apa yang merasuki dirinya, ia menghampiri Melissa yang kini menatapnya ketakutan.“Kau melihatnya, Sayang?” Bisik Wira di dekat telinga Melissa. “Tenang saja! Setelah ini kau yang akan menjadi satu-satunya pemilik diriku.”“DALAM MIMPIMU!!! AKU TAK AKAN PERNAH SUDI MENJADI MILIKMU. AKU SUDAH BERTUNANGAN DAN AKAN SEGERA MENIKAH!!!” Seru Melissa dengan lantang.“HAHAHAHAHA....”Tawa Wira menggelegar memenuhi gedung tua. Membuat Vera bangkit dari posisinya sambil tersenyum miring. Wira menarik dagu Melissa. Melihat bibir p
Waktu telah menunjukkan pukul sebelas malam. Rendy masih setia menunggu Melissa yang masih terlelap karena pengaruh obat penenang. Orang tua Rendy dan Melissa sendiri telah pulang ke rumah, setelah Rendy memohon untuk diizinkan menjaga Melissa.Rendy tak melepaskan genggaman tangannya sejak tadi. Sesekali ia berbicara kepada Melissa, meskipun tidak mendapat respon darinya.Di saat Rendy mulai memejamkan mata, jemari Melissa yang berada dalam genggaman Rendy bergerak. Melissa membuka matanya pelan. Mengerjap berkali-kali untuk menyesuaikan cahaya di sekitarnya. Ia menolehkan sedikit kepalanya. Melihat ke arah Rendy yang duduk di kursi dengan kepala di atas genggaman tangannya. Ia menarik kedua sudut bibirnya. Membentuk satu senyuman tipis.Tiba-tiba kilas kejadian yang dialaminya kemarin melintas di benaknya. Membuat dirinya kalut dan takut. Ia mengeratkan jemarinya yang berada di dalam genggaman Rendy.Pergerakan spontan Melissa membuat Rendy terbangun. L
Kedua orang tua Rendy dan Melissa saling berpandangan ketika masuk ke ruang rawat Melissa sore ini. Mereka saling melemparkan senyum dan anggukan singkat. Seolah menentukan sesuatu hanya dengan isyarat tanpa suara. Mereka pun memilih duduk di sofa yang berada di sana. Tanpa membangunkan Rendy ataupun Melissa.*Melissa merasakan kecupan berulang-ulang ke puncak kepalanya. Gadis yang baru saja mengumpulkan kesadarannya itu semakin mengeratkan tangannya di atas perut Rendy. Seakan ingin selamanya berada dalam pelukan hangat Rendy yang membuatnya merasa aman dan nyaman.Begitu juga dengan Rendy. Laki-laki dengan kepekaan di atas rata-rata itu mengetahui apa yang diinginkan calon istrinya. Ia pun semakin mengeratkan pelukan hangatnya. Menyalurkan kenyamanan untuk Melissa agar ia menjadi tenang. Tanpa mereka tahu, empat pasang mata sejak tadi memperhatikan interaksi keduanya dalam diam.Sebenarnya Ningrum sudah gatal untuk membangunkan Rendy sejak kedata
Sinar matahari pagi yang begitu terang menerobos masuk di antara kain tebal yang melingkupi dinding kaca di dalam ruang perawatan Melissa. Sepasang anak manusia berbeda jenis kelamin tampak berpelukan erat di atas brankar. Seakan melupakan di mana tempat mereka berada.Satu lenguhan halus dari bibir Rendy membuat Melissa menggeliat pelan dalam pelukan hangat Rendy. Rupanya gadis yang kini merasa namanya itu enggak untuk membuka mata. Padahal sejak dua menit yang lalu ia sudah terbangun.Melissa semakin membenamkan wajahnya di dada Rendy. Tak hanya itu, ia pun semakin mengeratkan tangannya yang berada di pinggang laki-laki itu.Rendy membuka matanya pelan ketika mendapati pelukan erat dari gadis yang berada di sampingnya. Ia menarik kedua sudut bibirnya ketika menyadari bahwa gadis di dalam pelukannya ini sudah terbangun.“Selamat pagi, Sayang?” Rendy melabuhkan kecupan di puncak kepala Melissa.“Hm,,” Gumam Melissa pelan. Ga
Melissa merasakan lebih baik setelah dua hari beristirahat di rumah semenjak kepulangannya dari Rumah Sakit. Pagi ini ia berniat untuk kembali masuk kuliah setelah bolos selama 5 hari lamanya.Seperti hari-hari sebelumnya, sebagai calon suami siaga Rendy sudah tiba di rumah Melissa sejak 20 menit yang lalu. Rencana pernikahan pun akan dipercepat menjadi Minggu depan. Tepatnya pada hari Sabtu. Sesuai permintaan Rendy.“Sudah siap kan?”Melissa yang sudah duduk di samping kemudi mengangguk. Rendy mengemudikan mobilnya dengan kecepatan teratur menuju kampus.Kedatangan Melissa pagi ini disambut antusias oleh sahabatnya. Gadis yang kini memakai celana panjang dan kemeja soft pink itu tampak menyunggingkan senyum lebar ketika Melissa datang bersama Rendy.Mita langsung menggandeng Melissa masuk ke kelas di mana mata kuliahnya hari ini berlangsung.“Gue seneng banget Lo udah masuk kuliah hari ini.” Teriak Mita girang.
Melissa terperanjat ketika melirik ke arah jam digital yang berada di nakas. Ia mengerjapkan kedua matanya berkali-kali untuk melihat dengan benar ke arah jam itu. Namun saat ia ingin bangun, rasa nyeri mendera di kepala bagian belakangnya. Membuat ia mengurungkan niatnya untuk bangun.Tak selang lama kemudian Sang Bunda masuk membawa nampan yang berisi semangkuk bubur dan segelas susu. Wanita paruh baya itu segera meletakkan nampan di nakas ketika mendapati kedua mata Melissa yang terbuka.“Kamu sudah bangun?” Tanya Sukma lembut yang dijawab anggukan pelan oleh Melissa. “Masih pusing?” Tambahnya lagi.“Sedikit Bun. Masih sedikit nyeri di bagian belakang.”“Sarapan dulu, ya. Terus minum obatnya lagi.” Titah Sukma yang diangguki Melissa.Pelan-pelan gadis itu bangun dan bersandar di kepala tempat tidurnya. Terkadang ia sedikit meringis karena nyeri yang tiba-tiba dirasakannya.“Ehm,