Seorang laki-laki tampak berlari dengan nafas tersengal. Ia tampak begitu panik ketika beberapa saat yang lalu ia mendapat telepon dari salah satu orang yang bertugas mengawasi Melissa dan Ningrum hari ini.
“S-sus ,,, p-pasien wanita y...”
“Rendy,” seru Ningrum.
Rendy menoleh ke arah sumber suara itu. Ia membeku, melihat ada noda darah di pakaian Mamanya.
“M-Mama?” gumam Rendy.
Ningrum mendekati Rendy. Meraih tangan putranya yang tampak gemetar.
“Ayo ikut Mama.”
Langkah Rendy begitu kaku. Hingga Ningrum menghentikan langkahnya. Wanita paruh baya itu membisikkan sesuatu yang membuat Rendy semakin tertegun.
*
Rendy masih setia duduk di samping brankar Melissa. Ia tak mengalihkan pandangannya walau hanya sekejap. Tangannya menggenggam lembut telapak tangan gadis itu.
“Eugh ...”
Lenguhan halus Melissa membuat Rendy bangkit. Ia tampak memper
TringMas Rendy Malam ini Mas nggak bisa peluk kamu Pesan lebay Rendy dengan beberapa emot sedih membuat gadis yang berbaring di kamarnya, menjadi terkikik geli.#Mas Rendy Besok kan bisa peluk Lissa-nya Wajah Melissa merona.Tring Mas Rendy Kelamaan!Maunya sekarang !Atau Mas kesitu sekarang ya?Gadis itu membelalakkan mata tak percaya membaca sederet pesan tunangannya.#Mas Rendy Please Mas! Jangan lebay dehSabar ya, tiga minggu lagi
“Gue pikir Lo nggak masuk lagi.” Bisik Mita lirih.Melissa memalingkan wajah ke arah sahabatnya yang kini berbisik padanya. “Fokus dulu deh, Mit. Nanti Lo dihukum sama Pak Wira.”Sepertinya bisik-bisik antara Melissa dan Mita tertangkap jelas di telinga dosen yang kini sedang mengajar dikelas mereka. Dosen yang kini menjelaskan gambar di layar proyektor itu pun beralih menatap ke arah Melissa yang tampak cantik dan bersinar.Deheman dari para mahasiswi dan mahasiswa menyadarkan keterpanaan sang Dosen yang tiba-tiba terdiam saat memandang ke arah Melissa. Mereka bukannya tahu kalau Dosen yang bernama Wira Utama, sering memperhatikan gadis yang kini tampak fokus menatap layar proyektor di depan.“Saudari Melissa dan Tiffani ada yang mau ditanyakan?” celetuk Wira Utama tiba-tiba.Para mahasiswa yang berada disana mengalihkan pandangan ke arah Melissa dan Mita yang duduk bersebelahan di bangku nomer tiga dari depan.
“Bagaimana Dokter?” Tanya Ningrum panik.Dokter pribadi yang baru saja memeriksa keadaan Melissa itu menjelaskan keadaan gadis yang kini masih terlelap.“Gadis ini mempunyai trauma yang cukup berat, Bu. Kalau saya melihat, Ibu bisa membawanya konsultasi ke Ahli Psikologi.” Kata Dokter bernama Lena.“A-apa sangat parah, Dok?” Tanya Ningrum panik.Dokter Lena tersenyum. “Menurut diagnosa saya, ini cukup mengkhawatirkan, Bu. Apalagi kalau tanpa pengawasan. Karena pasien seperti ini akan tiba-tiba pingsan jika dalam keadaan terguncang. Apakah ia sering mengalami hal seperti ini?”“Ah,, saya mendapati beberapa kali, Dok. Dia memang akan histeris dan langsung terlelap kemudian. Saya juga kurang tahu penyebabnya apa.” Jawab Ningrum jujur.“Mungkin dia pernah punya pengalaman yang membuatnya tertekan. Sehingga saat ia mengingat atau menemui hal yang membuatnya terpuruk, ia akan
“Sudah siap Mas antar pulang?”Gadis dengan penampilan lebih segar dan cantik itu mengangguk. Setelah adegan mesum Rendy dua puluh menit yang lalu, Melissa segera membersihkan diri agar otaknya tidak tertular virus mesum Rendy yang menggila akhir-akhir ini. Laki-laki itu semakin sering menciumnya atau melakukan hal-hal mesum lainnya.Sebenarnya perlakuan Rendy itu tak membuat Melissa keberatan. Entah mengapa, sensor di tubuh Melissa seakan mati saat Rendy di dekatnya. Rasa kenyamanan yang laki-laki itu berikan mampu membuat dirinya terlena.Kini mereka tampak saling bergandengan tangan menuruni tangga menuju ruang menonton. Ningrum yang mendengar derap langkah mereka segera bangkit dari posisinya. Wanita paruh baya itu tersenyum, menyambut calon menantu satu-satunya di Keluarga Pratama.Rendy melepaskan genggaman erat tangannya saat mendapati Ningrum merentangkan kedua tangannya kepada Melissa. Spontan, gadis itu berhambur ke arah Ningru
Mas Rendy Pagi calon istriku yang paling cantik?Sudah siap-siap belum?Mas berangkat sekarang nih!Sebuah pesan dari Rendy yang baru saja masuk ke ponselnya membuat gadis yang baru selesai mandi tersenyum malu-malu. Kedua pipinya merona.Melissa mengambil kemeja panjang berwarna kuning dan celana panjang pas body. Perpaduan yang mampu menambah kadar kecantikan seorang gadis yang sedang dimabuk cinta.Seperti biasa Melissa hanya memulas sedikit bedak tabur pada wajahnya. Tak lupa ia memoleskan lip tint warna pink yang beraroma Cherry favorit Rendy.Selesai dengan penampilannya, Melissa mengambil beberapa buku untuk mata kuliahnya hari ini. Hari ini akan menjadi hari tersibuk baginya. Ada beberapa mata kuliah yang harus diikuti.Senyum manis tersungging di bibir Melissa tanpa malu-malu. Apalagi saat telinganya menangkap suara merd
Waktu sudah menunjukkan lebih dari pukul sepuluh malam. Namun gadis dengan kedua pipi merona belum juga bisa memejamkan mata. Ia masih memeluk erat ponsel sambil tersenyum malu. Ingatannya kembali pada insiden sore tadi. Kedua orang tuanya pulang saat ia masih terlelap dalam pelukan tunangannya. Memang Sang Ayah dan Bunda tidak memarahinya atau menggodanya. Namun ia merasa benar-benar malu. Bagaimana aku selalu terlelap di pelukan Mas Rendy? Bukan hanya Mama Ningrum saja yang tahu, sekarang Ayah dan Bunda pun sudah tahu. Tapi, aku memang tidak menyangkal jika pelukannya bisa membuatku nyaman dan merasa tenang. Tring ... Kak Riko Apa kabarnya Adik Kakak yang paling cantik? Mendengar satu notifikasi pesan di ponselnya, Melissa s
“Kamu mau berjanji sama aku?” Kedua bola mata Melissa mengerjap. Belum paham dengan arah pembicaraan laki-laki tampan yang kini menggenggam salah satu tangannya. “J-janji?” beo Melissa. “Iya, janji kalau kamu akan menceritakan semua yang akan Mas tanyakan sama kamu.” “Tanya apa, Mas?” Jujur saja, Melissa masih bingung dengan pertanyaan itu. “Semua tentang kamu. Boleh?” Belum sampai Melissa menjawab, ada satu panggilan yang membuat tubuh gadis itu membeku. Panggilan familiar yang telah lama tak ia dengar. “Elissa!” Seru laki-laki berwajah tampan yang berdiri tak jauh dari tempat mereka duduk. “Kak Fery?” Gumaman lirih Melissa masih tertangkap jelas oleh Rendy. Laki-laki yang sejak tadi bersamanya. “Kamu kenal dia?” Tanya Rendy menuntut dengan nada datar. Membuat gadis itu terkesiap. Pasalnya baru kali ini ia mendengar Rendy mengeluarkan nada datar padanya. Biasanya laki-laki itu akan berkata penuh kelembuta
>> “Hallo?”“Boleh aku minta tolong sama kamu?”>> “Boleh. Ada apa?”“Awasi Melissa.”>> “OK! Serahkan semua padaku.”Rendy segera menaruh ponselnya. Ia meninggalkan parkiran ke kampus. Tujuannya adalah ke Perusahaan Pratama Corp . Ada sesuatu hal yang harus ia diskusikan dengan Sang Papa.Waktu menunjukkan pukul 12.30, Rendy telah kembali di parkiran kampus. Ia sedang menunggu Sang pujaan hati.Dari kejauhan ia melihat Melissa berjalan bersisihan dengan sahabatnya. Raut muka tunangannya masih sama seperti tadi pagi. Tampak muram dan tak bersemangat. Ia memulas senyum terbaiknya untuk turun dari mobil. Menyambut Melissa.“Eh, Kak Rendy udah dateng. Ehm, kalau gitu gue duluan ya, Mel. Soalnya ada janji sama Mama. Jangan murung terus! Tambah jelek tau!” Cibir Mita. “