“Kamu mau berjanji sama aku?”
Kedua bola mata Melissa mengerjap. Belum paham dengan arah pembicaraan laki-laki tampan yang kini menggenggam salah satu tangannya.
“J-janji?” beo Melissa.
“Iya, janji kalau kamu akan menceritakan semua yang akan Mas tanyakan sama kamu.”
“Tanya apa, Mas?” Jujur saja, Melissa masih bingung dengan pertanyaan itu.
“Semua tentang kamu. Boleh?”
Belum sampai Melissa menjawab, ada satu panggilan yang membuat tubuh gadis itu membeku. Panggilan familiar yang telah lama tak ia dengar.
“Elissa!” Seru laki-laki berwajah tampan yang berdiri tak jauh dari tempat mereka duduk.
“Kak Fery?” Gumaman lirih Melissa masih tertangkap jelas oleh Rendy. Laki-laki yang sejak tadi bersamanya.
“Kamu kenal dia?” Tanya Rendy menuntut dengan nada datar. Membuat gadis itu terkesiap. Pasalnya baru kali ini ia mendengar Rendy mengeluarkan nada datar padanya. Biasanya laki-laki itu akan berkata penuh kelembuta
>> “Hallo?”“Boleh aku minta tolong sama kamu?”>> “Boleh. Ada apa?”“Awasi Melissa.”>> “OK! Serahkan semua padaku.”Rendy segera menaruh ponselnya. Ia meninggalkan parkiran ke kampus. Tujuannya adalah ke Perusahaan Pratama Corp . Ada sesuatu hal yang harus ia diskusikan dengan Sang Papa.Waktu menunjukkan pukul 12.30, Rendy telah kembali di parkiran kampus. Ia sedang menunggu Sang pujaan hati.Dari kejauhan ia melihat Melissa berjalan bersisihan dengan sahabatnya. Raut muka tunangannya masih sama seperti tadi pagi. Tampak muram dan tak bersemangat. Ia memulas senyum terbaiknya untuk turun dari mobil. Menyambut Melissa.“Eh, Kak Rendy udah dateng. Ehm, kalau gitu gue duluan ya, Mel. Soalnya ada janji sama Mama. Jangan murung terus! Tambah jelek tau!” Cibir Mita. “
“A-apa? Dua minggu lagi?!” Mita terkejut mendengar pengakuan sahabatnya. “Bu-bukannya kemarin Lo bilang tiga minggu ya?”“Di majukan sama Ayah dan Bunda. Ehm, sama kedua orang tua Mas Rendy juga.” Ringis Melissa. Tadi pagi gadis itu hanya bisa meneguk ludah saat Rendy mengatakan akan melamar secara resmi dua hari lagi.“Jadi ini yang bikin Lo galau sejak kemarin?” Mita menaikkan sebelah alisnya. Tapi Melissa menggeleng. “Lalu? Ahh ... apa tentang dia?”Melissa tersenyum kecut. Dan itu cukup sebagai jawaban bagi Mita.“Lo nggak usah mikir macem-macem deh! Kan ada Kak Rendy yang bakal mgejagain Lo. Ya kan? Dan gue juga selalu ada buat Lo.”“Thanks Mit. Lo emang satu-satunya sahabat rasa saudara yang gue miliki.” Ucapan itu membuat Mita tersipu. Membuat Melissa bergidik ngeri. “Nggak usah gitu juga kali.” Melissa menoyor Mita yang kini mengedipkan mata geni
Rendy mengumpat habis-habisan di dalam mobilnya. Ia terjebak macet di salah satu ruas jalan menuju kampusnya. Kecelakaan beruntun yang menghadang jalan membuat jalanan macet total. Sial!!! Ia kembali mengumpat dengan emosi yang bercokol di otaknya. Pasalnya ponselnya pun tertinggal di kantor Sang Papa. Ia meremas kemudi dengan kuat hingga buku jarinya memutih. Pikirannya bermuara pada satu gadis yang kini pasti sedang cemas menunggunya. Menelisik tidak ada pergerakan mobil di depannya, ia memutuskan untuk turun. Mengetuk pintu salah satu Taxi yang ikut terjebak di sebelahnya. Ia meminjam ponsel sopir Taxi tersebut dan menggantinya dengan sejumlah uang. Rendy mengetikkan nomor ponsel Melissa dan mendial nomor tersebut. Nihil. Ponsel tersambung tapi tidak diangkat. Seketika hati Rendy merasa resah dan gelisah. Lalu ia memilih menghubungi ponselnya sendiri yang langsung di angkat oleh Joni, Papanya. Rendy menyatakan keadaannya saat ini dan meminta
Suara kicauan burung di pagi hari mengusik gadis yang kini bergelung di dalam selimutnya. Gadis dengan piyama bermotif buah-buahan itu tampak malas membuka matanya sejak dua puluh menit yang lalu.Hari ini ia tidak mempunyai jadwal kuliah, sehingga bisa bermalas-malasan di rumah. Namun siang nanti ia harus pergi ke Rumah Sakit mengambil hasil pemeriksaan kemarin.“Eungh ...”Melissa tampak melenguh dan menggeliat. Ia melirik jam digital yang berada di nakas.Sudah jam 9? Pantas saja aku merasa lapar.Melissa beranjak bangun. Ia merenggangkan otot-otot leher dan kedua tangannya. Ia pun berjalan menuju kamar mandi untuk membuang cairan di kandung kemihnya.Setelah buang air kecil, ia memutuskan untuk menggosok gigi dan cuci muka. Dan menggelung asal rambutnya.Kini Melissa keluar menuju dapur. Dari kejauhan ia melihat Sukma sedang berbicara dengan Mbak Ida, salah satu ART yang be
Setiap wanita pasti akan menginginkan seorang laki-laki yang mencintai dan menyayangi apa adanya. Begitu juga dengan Melissa.Semenjak ditinggalkan begitu saja oleh cinta pertamanya semasa SMA, dan mendapat perlakuan kasar dari Ibu laki-laki itu, Melissa yang mengalami trauma psikologis. Membuatnya tak ingin mengenal lebih jauh dengan laki-laki. Karena ia tak menginginkan kesakitan itu terulang lagi di kehidupannya.Trauma yang membekas hingga kini belum bisa sepenuhnya ia lepaskan. Namun jika Tuhan sudah berkehendak apa pun yang menjadi kesulitan dalam hidup pasti akan mudah di lewati.Seperti saat ini, kedua pipi Melissa tampak merona setelah Rendy memakaikan satu cincin di jari manisnya. Cincin sebagai tanda lamaran yang di ucapkan dua jam yang lalu.Dengan penampilan seadanya dan tempat sederhana tentunya. Kedua manusia berbeda jenis kelamin itu telah berjanji akan selalu bersama sampai akhir nanti.Kini Melissa mendapat pelajaran yang sa
Jangan takut untuk jujur kepada pasanganmu. Karena kalau dia benar-benar mencintaimu, seburuk apa pun itu ia akan menerimanya sepenuh hati. Karena kebohongan tak selamanya bisa kamu sembunyikan.*****AR_Merry*****Melissa merasakan kegelisahan karena belum bisa jujur dengan peristiwa yang menimpanya dua hari yang lalu. Walaupun hingga saat ini Rendy tak menanyakan kepadanya secara langsung.Hatinya merasa berdebar-debar ketika ingin mengutarakannya. Yang ia takutkan semuanya akan berubah setelah laki-laki yang kini menatapnya penuh cinta itu tahu.Bolehkah aku egois untuk kali ini saja? Atau bolehkah ia menyembunyikan untuk rentang waktu yang lama?Satu sisi hatinya berkata tidak. Dan satu sisi yang lain mengatakan iya.“Kamu melamun?” Tanya Rendy lembut. Kini mereka sedang dud
Flashback pengakuan Melissa Rendy menggenggam lembut kedua tangan Melissa. Seolah menyalurkan keberanian dan keyakinan akan perasaannya. Ia mengulas senyum termanis yang selalu ditunjukkan kala bersama Melissa. Melissa menghela nafas dalam-dalam. Menenangkan gejolak yang tiba-tiba saja menguasai pikirannya. Keyakinan yang sudah ia susun sejak semalam, terkikis oleh ketakutan. Ia takut jika ditinggalkan setelah ini. Namun, ia tidak punya pilihan. Bicara sekarang atau tidak sama sekali!Bukankah sebelum menikah kita harus saling jujur kepada pasangan? Itulah yang dipikirkan Melissa jauh-jauh hari. Sebelum hari ini terjadi. Ia tidak menginginkan pernikahan yang seharusnya menjadi kebahagiaan malah sebaliknya. Menjadi luka dan saling menyakiti. Ia sudah menguatkan hatinya bila sesuatu yang tidak inginkan terjadi.Sebenarnya Rendy bukan tipe laki-laki yang penyabar. Namun,
Kejujuran dalam menjalin kasih sangat diperlukan. Apalagi dalam berumah tangga. Setiap kejujuran akan membawamu mendapatkan kebahagiaan yang abadi.*****AR_Merry *****Setelah selesai mengganti pakaiannya Melissa tampak mengoleskan sedikit krim wajah sebelum ia tidur. Ini adalah ritual malam yang tak pernah ia lewatkan. Kecuali jika memang benar-benar kelelahan.Ia kembali tersenyum geli mengingat wajah merajuk Rendy yang enggan berpisah dengannya. Tak bisa di elak, ia pun merasakan hal yang sama. Entah mengapa ia ingin selalu menempel pada Rendy. Hanya saja ia malu untuk mengutarakan. Bisa-bisa laki-laki Bucin itu makin besar kepala dong?Melissa terkekeh pelan. Namun suara notifikasi pesan masuk membuat gadis itu segera meraih ponselnya.>>Mas Rendy Jika aku adalah tempat yang kau pilih untuk bersandar,