“Sudah siap Mas antar pulang?”
Gadis dengan penampilan lebih segar dan cantik itu mengangguk. Setelah adegan mesum Rendy dua puluh menit yang lalu, Melissa segera membersihkan diri agar otaknya tidak tertular virus mesum Rendy yang menggila akhir-akhir ini. Laki-laki itu semakin sering menciumnya atau melakukan hal-hal mesum lainnya.
Sebenarnya perlakuan Rendy itu tak membuat Melissa keberatan. Entah mengapa, sensor di tubuh Melissa seakan mati saat Rendy di dekatnya. Rasa kenyamanan yang laki-laki itu berikan mampu membuat dirinya terlena.
Kini mereka tampak saling bergandengan tangan menuruni tangga menuju ruang menonton. Ningrum yang mendengar derap langkah mereka segera bangkit dari posisinya. Wanita paruh baya itu tersenyum, menyambut calon menantu satu-satunya di Keluarga Pratama.
Rendy melepaskan genggaman erat tangannya saat mendapati Ningrum merentangkan kedua tangannya kepada Melissa. Spontan, gadis itu berhambur ke arah Ningru
Mas Rendy Pagi calon istriku yang paling cantik?Sudah siap-siap belum?Mas berangkat sekarang nih!Sebuah pesan dari Rendy yang baru saja masuk ke ponselnya membuat gadis yang baru selesai mandi tersenyum malu-malu. Kedua pipinya merona.Melissa mengambil kemeja panjang berwarna kuning dan celana panjang pas body. Perpaduan yang mampu menambah kadar kecantikan seorang gadis yang sedang dimabuk cinta.Seperti biasa Melissa hanya memulas sedikit bedak tabur pada wajahnya. Tak lupa ia memoleskan lip tint warna pink yang beraroma Cherry favorit Rendy.Selesai dengan penampilannya, Melissa mengambil beberapa buku untuk mata kuliahnya hari ini. Hari ini akan menjadi hari tersibuk baginya. Ada beberapa mata kuliah yang harus diikuti.Senyum manis tersungging di bibir Melissa tanpa malu-malu. Apalagi saat telinganya menangkap suara merd
Waktu sudah menunjukkan lebih dari pukul sepuluh malam. Namun gadis dengan kedua pipi merona belum juga bisa memejamkan mata. Ia masih memeluk erat ponsel sambil tersenyum malu. Ingatannya kembali pada insiden sore tadi. Kedua orang tuanya pulang saat ia masih terlelap dalam pelukan tunangannya. Memang Sang Ayah dan Bunda tidak memarahinya atau menggodanya. Namun ia merasa benar-benar malu. Bagaimana aku selalu terlelap di pelukan Mas Rendy? Bukan hanya Mama Ningrum saja yang tahu, sekarang Ayah dan Bunda pun sudah tahu. Tapi, aku memang tidak menyangkal jika pelukannya bisa membuatku nyaman dan merasa tenang. Tring ... Kak Riko Apa kabarnya Adik Kakak yang paling cantik? Mendengar satu notifikasi pesan di ponselnya, Melissa s
“Kamu mau berjanji sama aku?” Kedua bola mata Melissa mengerjap. Belum paham dengan arah pembicaraan laki-laki tampan yang kini menggenggam salah satu tangannya. “J-janji?” beo Melissa. “Iya, janji kalau kamu akan menceritakan semua yang akan Mas tanyakan sama kamu.” “Tanya apa, Mas?” Jujur saja, Melissa masih bingung dengan pertanyaan itu. “Semua tentang kamu. Boleh?” Belum sampai Melissa menjawab, ada satu panggilan yang membuat tubuh gadis itu membeku. Panggilan familiar yang telah lama tak ia dengar. “Elissa!” Seru laki-laki berwajah tampan yang berdiri tak jauh dari tempat mereka duduk. “Kak Fery?” Gumaman lirih Melissa masih tertangkap jelas oleh Rendy. Laki-laki yang sejak tadi bersamanya. “Kamu kenal dia?” Tanya Rendy menuntut dengan nada datar. Membuat gadis itu terkesiap. Pasalnya baru kali ini ia mendengar Rendy mengeluarkan nada datar padanya. Biasanya laki-laki itu akan berkata penuh kelembuta
>> “Hallo?”“Boleh aku minta tolong sama kamu?”>> “Boleh. Ada apa?”“Awasi Melissa.”>> “OK! Serahkan semua padaku.”Rendy segera menaruh ponselnya. Ia meninggalkan parkiran ke kampus. Tujuannya adalah ke Perusahaan Pratama Corp . Ada sesuatu hal yang harus ia diskusikan dengan Sang Papa.Waktu menunjukkan pukul 12.30, Rendy telah kembali di parkiran kampus. Ia sedang menunggu Sang pujaan hati.Dari kejauhan ia melihat Melissa berjalan bersisihan dengan sahabatnya. Raut muka tunangannya masih sama seperti tadi pagi. Tampak muram dan tak bersemangat. Ia memulas senyum terbaiknya untuk turun dari mobil. Menyambut Melissa.“Eh, Kak Rendy udah dateng. Ehm, kalau gitu gue duluan ya, Mel. Soalnya ada janji sama Mama. Jangan murung terus! Tambah jelek tau!” Cibir Mita. “
“A-apa? Dua minggu lagi?!” Mita terkejut mendengar pengakuan sahabatnya. “Bu-bukannya kemarin Lo bilang tiga minggu ya?”“Di majukan sama Ayah dan Bunda. Ehm, sama kedua orang tua Mas Rendy juga.” Ringis Melissa. Tadi pagi gadis itu hanya bisa meneguk ludah saat Rendy mengatakan akan melamar secara resmi dua hari lagi.“Jadi ini yang bikin Lo galau sejak kemarin?” Mita menaikkan sebelah alisnya. Tapi Melissa menggeleng. “Lalu? Ahh ... apa tentang dia?”Melissa tersenyum kecut. Dan itu cukup sebagai jawaban bagi Mita.“Lo nggak usah mikir macem-macem deh! Kan ada Kak Rendy yang bakal mgejagain Lo. Ya kan? Dan gue juga selalu ada buat Lo.”“Thanks Mit. Lo emang satu-satunya sahabat rasa saudara yang gue miliki.” Ucapan itu membuat Mita tersipu. Membuat Melissa bergidik ngeri. “Nggak usah gitu juga kali.” Melissa menoyor Mita yang kini mengedipkan mata geni
Rendy mengumpat habis-habisan di dalam mobilnya. Ia terjebak macet di salah satu ruas jalan menuju kampusnya. Kecelakaan beruntun yang menghadang jalan membuat jalanan macet total. Sial!!! Ia kembali mengumpat dengan emosi yang bercokol di otaknya. Pasalnya ponselnya pun tertinggal di kantor Sang Papa. Ia meremas kemudi dengan kuat hingga buku jarinya memutih. Pikirannya bermuara pada satu gadis yang kini pasti sedang cemas menunggunya. Menelisik tidak ada pergerakan mobil di depannya, ia memutuskan untuk turun. Mengetuk pintu salah satu Taxi yang ikut terjebak di sebelahnya. Ia meminjam ponsel sopir Taxi tersebut dan menggantinya dengan sejumlah uang. Rendy mengetikkan nomor ponsel Melissa dan mendial nomor tersebut. Nihil. Ponsel tersambung tapi tidak diangkat. Seketika hati Rendy merasa resah dan gelisah. Lalu ia memilih menghubungi ponselnya sendiri yang langsung di angkat oleh Joni, Papanya. Rendy menyatakan keadaannya saat ini dan meminta
Suara kicauan burung di pagi hari mengusik gadis yang kini bergelung di dalam selimutnya. Gadis dengan piyama bermotif buah-buahan itu tampak malas membuka matanya sejak dua puluh menit yang lalu.Hari ini ia tidak mempunyai jadwal kuliah, sehingga bisa bermalas-malasan di rumah. Namun siang nanti ia harus pergi ke Rumah Sakit mengambil hasil pemeriksaan kemarin.“Eungh ...”Melissa tampak melenguh dan menggeliat. Ia melirik jam digital yang berada di nakas.Sudah jam 9? Pantas saja aku merasa lapar.Melissa beranjak bangun. Ia merenggangkan otot-otot leher dan kedua tangannya. Ia pun berjalan menuju kamar mandi untuk membuang cairan di kandung kemihnya.Setelah buang air kecil, ia memutuskan untuk menggosok gigi dan cuci muka. Dan menggelung asal rambutnya.Kini Melissa keluar menuju dapur. Dari kejauhan ia melihat Sukma sedang berbicara dengan Mbak Ida, salah satu ART yang be
Setiap wanita pasti akan menginginkan seorang laki-laki yang mencintai dan menyayangi apa adanya. Begitu juga dengan Melissa.Semenjak ditinggalkan begitu saja oleh cinta pertamanya semasa SMA, dan mendapat perlakuan kasar dari Ibu laki-laki itu, Melissa yang mengalami trauma psikologis. Membuatnya tak ingin mengenal lebih jauh dengan laki-laki. Karena ia tak menginginkan kesakitan itu terulang lagi di kehidupannya.Trauma yang membekas hingga kini belum bisa sepenuhnya ia lepaskan. Namun jika Tuhan sudah berkehendak apa pun yang menjadi kesulitan dalam hidup pasti akan mudah di lewati.Seperti saat ini, kedua pipi Melissa tampak merona setelah Rendy memakaikan satu cincin di jari manisnya. Cincin sebagai tanda lamaran yang di ucapkan dua jam yang lalu.Dengan penampilan seadanya dan tempat sederhana tentunya. Kedua manusia berbeda jenis kelamin itu telah berjanji akan selalu bersama sampai akhir nanti.Kini Melissa mendapat pelajaran yang sa