Happy Reading!
No Bully!
No Edit!
Deeva pov on.
"Ruangan saya di mana?" tanyaku, masih sedikit gugup seraya menggaruk belakang kepalaku yang tidak gatal sama sekali.
"Tuh.." katanya seraya menunjuk sebuah pintu yang ada di sebelah kanan ruangan ini.
Aku pun terburu buru berjalan memasuki ruangan yang ada di sebelah. Karena terdapat pintu terhubung di ruangan itu mungkin agar tidak repot harus keluar ruangan, dan dinding ruangan yg memisahkan ruangan itu dan Mr.Maximilian hanyalah sebuah kaca besar termasuk juga pintunya. Jadi untuk apa di pisah jika dinding dan pintunya adalah kaca?
Aku membuka pintu kaca itu, begitu pintu terbuka aku terkejut bukan main melihat ruangan yang berantakan. Astaga ruangan macam apa ini, berantakan sekali di mana mana ada bekas kondom.
"ASTAGA RUANGAN APA INI!!" teriakku refleks.
Aku berbalik kembali ke meja Mr.Maximilian dengan kesal. Aku tidak peduli dia akan marah. Aku lebih marah sekarang.
"Apa lagi?" tanyanya dengan nada kesal, saat ia melihat aku tidak jadi masuk keruanganku dan kembali berdiri di depan mejanya.
"Ruangan macam apa itu? Kenapa di mana mana ada kondom bekas!" ucapku membentaknya. Aku tau aku terlalu berani telah membentaknya.
Mr.Maximilian terbelalak saat aku membentaknya, namun seketika raut wajahnya kembali santai. "Oh itu ruangan biasa Aku pakai untuk bercinta. Kenapa? Kau mau mencobanya?" tanyanya dengan santai bahkan bisa di kategorikan sangat santai.
"APA? TIDAK!! BERSIHKAN SEKARANG JUGA!" teriakku marah.
"APA?? TIDAK MAU!!" tolaknya yang juga berteriak.
"BERSIHKAN SEKARANG!!" ucapku dengan nada memerintah.
"TIDAK!!" bantahnya tetap tidak mau membersihkan ruangan lautan kondom bekas itu.
"BERSIHKAN MR.MAXIMILIAN!!"
"TIDAK MAU! AKU INI BOSMU BUKAN BABUMU!"
"AKU TIDAK PERDULI DENGAN KAU BOSKU ATAU BUKAN! SEKARANG BERSIHKAN RUANGAN ITU!"
Aku mendorong tubuhnya masuk keruangan yang akan menjadi ruanganku. Aku tidak tau kenapa aku bisa seberani ini dengan bosku sendiri sekarang, aku jadi merasa takut bagaimana kalau ia akan menghukumku karena telah berani membentak dan berteriak padanya, bahkan menyuruhnya. Padahal ini hari pertama kali aku kerja, apa ia akan memecatku di hari pertama aku kerja bahkan aku belum bekerja.
Hmm tapi sepertinya itu bagus, eh. Sudah lupakan dan lihat saja apa yg akan terjadi. Loh memangnya kalian bisa melihat haha maksudku baca apa yang akan terjadi selanjutnya.
Aku melihat Mr.Maximilian yang sedang memunguti kondom bekas itu, sambil menggerutu kesal lalu membuangnya ke kotak sampah yang ada di ruangan itu.
Astaga aku benar-benar takut sekarang, aku telah berani membentak dan menyuruh seorang boss... oh Tuhan hukuman apa yang akan ia berikan nanti. Huh kenapa aku tidak berpikir ulang dan langsung membentaknya tadi?
"Sudah! Cepat masuk keruanganmu sebelum aku berubah pikiran dan aku yang akan memasukimu!" sunggutnya kesal.
Tanpa di perintah untuk yang ke dua kalinya, aku langsung masuk keruanganku dengan berjalan tetap menunduk.
Hah selamat, Mr.Maximilian tidak menghukumku atas tindakanku yg terlalu berni itu. Atau mungkin belum? Ya setidaknya bukan sekarang.
Skip...
Aku menghembuskan napas panjang berkali-kali. Baru hari ini bekerja di perusahaan Maximilian Corp, sudah membuatku pusing setengah mampus begini!
Mungkin lama lama aku bisa mampus beneran kalau begini!
Bagaimana tidak. Di hari pertama aku bekerja, aku sudah di beri tugas yg seharusnya di kerjakan oleh Mr.Maximilian sendiri, tanpa di beritahu bagaimana caranya!
Maksudku-- ayolah aku ini kan anak baru, setidaknya ada bimbingan Untukku kan?
"Sudah selesai." ucapnya berbicara lewat intercom.
Aku mendengkus kesal, dasar pemalas! Untuk apa dia jadi bos kalau mengerjakan tugasnya saja tidak mau?
Aku menumpuk kembali kertas kertas itu, menyusunnya hingga rapi. Setelah itu aku beranjak dari dudukku, membuka pintu dan berjalan kearah Mr.Maximilian yang sedang menyandarkan tubuhnya di kursi dengan santai.
"Sudah." ucapku menjatuhkan kertas kertas itu di mejanya.
"Di mana aku harus tanda tangan?"
Aku melotot sebal mendengar itu. Kenapa harus tanya, dia bisa membuka kertas itu sendiri kan?
"Kenapa diam?"
"Maaf, berkasnya sudah ada di hadapan anda, Mr.Maximilian... jadi anda bisa membuka dan melihatnya sendiri di mana anda harus tanda tangan." balasku berusaha berbicara sesopan mungkin walau pun rasanya aku ingin memakinya saat ini juga.
"Jadi apa gunanya aku mempekerjakan kau?" tanyanya mengerutkan dahinya menatapku sebal.
"Kalau begitu jangan pekerjaan saya." balasku santai.
"Hei! Kenapa kau selalu membalas ucapanku." ucapnya berbicara dengan nada yang sedikit meninggi.
"Jika Saya tidak membalas ucapan Mr.Maximilian nanti saya dikatakan tidak tahu diri... di tanya sang boss tidak mau menjawab." ucapku dengan tersenyum paksa.
"Ah bukan itu maksudku! Baiklah lebih baik kau pergi dari ruanganku, kau menyebalkan... minta dengan Rossa untuk membelikan aku makan siang."
Aku memutar badanku, berbalik arah untuk keluar ruangan Mr.Maximilian menutup pintu dengan sedikit tidak santai {keras} lalu berjalan menuju meja Rossa yang berada di depan ruangan Mr.Maximilian.
Rossa adalah sekertaris Mr.Maximilian, aku tidak tau mengapa ia membutuhkanku jika sudah ada Rossa! Ah aku hampir lupa, jelas saja dia membutuhkanku... Uhm maksudku adalah dia membutuhkan sekertaris pribadi, karena dia itu pemalas.
Contoh bos yang TIDAK patut untuk di contoh!
"Hai, Miss.Adeeva... ada apa? Sepertinya kau terlihat sedang kesal." tanya Rossa.
Yap, kami sudah berkenalan.
"Tidak perlu terlalu formal, Rossa. Kau cukup memanggilku Deeva saja."
"Oh baiklah, jadi apa yang terjadi, kenapa mukamu kusut sekali?" tanya Rossa lagi.
Aku mendengkus kesal. "Bosmu itu sangat menyebalkan." sunggutku.
"Jangan lupa fakta bahwa dia juga bosmu, Deeva." balas Rossa di iringi dengan senyuman. Kami memang baru mengenal, tapi Rossa adalah orang yang baik untuk di jadikan teman.
"Oh Tuhan... apa salahku? Sehingga kau menghukumku seperti ini? Semoga aku cepat di pecat dari kantor ini." keluhku kesal.
"Haha, biasanya yang menjadi sekertaris pribadi Mr.Maximilian selalu berdoa pada Tuhan agar Mr.Maximilian tidak memecatnya, tapi kenapa kau sebaliknya?" tanya Rossa menatapku heran.
"Oh--"
"Hmm, apa makananku sudah di pesan?"
Aku menoleh kebelakang dan melihat Mr.Maximilian yang sedang menatapku tajam.
"Belum--" belum selesai aku berbicara Mr.Maximilian sudah memotong ucapanku.
"Kenapa belum! Aku sudah menyuruhmu sejak sepuluh menit yg lalu." ucapnya semakin menatapku dengan tajam.
"Um, sebenarnya itu karena saya lupa tanya kepada anda... anda ingin makan siang apa?" tanyaku hati hati.
Um Mr.Maximilian sepertinya marah saat ini, terlihat jelas dari raut wajahnya yang sangat menyeramkan itu.
"Kau!"
"Aku?" ulangku menunjuk diriku sendiri.
"Ya. Kau."
Apa maksudnya? Memangnya aku makanan apa?
Aku mengalihkan pandanganku untuk menatap Rossa yang sepertinya kembali di sibukkan dengan pekerjaannya.
"Dasar bodoh! Ikut aku."
"Eh, mau kemana?" tanyaku saat Mr.Maximilian dengan tiba tiba menarik tanganku memasuki ruangannya dan menghempaskan ku di sofa.
Aku menatapnya kesal, aku tau dia boss di sini. Tapi dia juga tidak bisa seenaknya main tarik tarik tangan orang sembarangan kan?
Bersambung.
Bagaimana kalian suka?
Kalau suka jangan lupa subscriber, review juga di kolom komentar...
Salam sayang dari Mugiraraa
Happy Reading!No Bully!No Edit!Deeva pov on."Aku menyuruhmu membeli makanan untukku. Tapi kenapa kau malah bergosip!" ucapnya tepat di depan wajahku."Aku--"Aku menelan ludah dengan susah payah, wajah Mr.Maximilian kini sangat dekat denganku. Membuatku bisa mencium aroma wewangian yang ia gunakan."Uh maaf saya tidak tau, saya tadi sudah mengetuk pintu berkali-kali, tapi karena tidak ada jawaban saya langsung masuk saja. Sekali lagi maaf Mr.Maximilian, permisi..." ucap seseorang yang baru saja membuka pintu, lalu saat ia akan kembali menutup pintu dari luar Mr.Maximilian memanggilnya.Hal itu membuat pipiku memanas karena malu. Aku tidak tau apa yang akan orang itu pikirkan melihat posisi kami tadi yang sangat dekat. Yang pasti su
Happy Reading!!No Bully!!No Edit!!Author pov on."Deeva!!" teriak Xaiver menggelegar di ruangannya, membuat Deeva harus menutup telinganya sendiri."Mr.Maximilian Anda memanggil Saya?" tanya Deeva sedikit gugup, ia takut jika bosnya itu ngamuk padanya.Barusan ia melihat boss-nya itu habis ngamuk ngamuk sama salah satu karyawan yang kurang beruntung, entah karena apa Deeva juga tidak tau karena ia hanya melihat itu semua dari balik pintu kaca ruangannya."Tidak!!" sungut Deeva kesal.Deeva pun mulai berbalik hendak menuju ruangannya, namun langkahnya berhenti saat mendengar ucapan Xaiver."Hei! Jangan pergi!""Mmm,.""Huh!"
appy Reading!!No Bully!!No Edit!!Author pov on."Rossa di mana Deeva?" tanya Xaiver bertanya pada sekertarisnya.Rossa mendongak untuk melihat wajah sang bos yang sepertinya sedang kesal. "Maaf, saya tidak tau Mr.Maximilian... Tapi sepertinya dia akan mencari makan untuk makan siang mungkin." balas Rossa sedikit gugup."Ck!"Xaiver mendecakkan lidahnya dengan kesal, tadi niatnya ia akan beristirahat dan menyuruh Deeva sang sekertaris pribadi untuk mengerjakan tugasnya. Namun belum sempat matanya terpejam sempurna, tiba tiba seorang perempuan datang tanpa di undang dan menggodanya.Saat Xaiver berhasil menyingkirkan perempuan yang menggodanya. Xaiver pun menyuruh perempuan itu untuk pergi, karena ia sedang malas untuk bermain dengan
Happy Reading!!No Bully!!No Edit!!Deeva pov on."Aku tidak suka kau berteman dengannya." ucap Mr.Maximilian kembali bersuara."Siapa?" tanyaku, sebenarnya aku tau siapa yang dia maksud."Alfian, siapa lagi!" ucapnya dengan nada yang sedikit lebih tinggi. Seakan-akan dia membenci Alfian. Dan Aku pikir memang begitu!"Memangnya kenapa? Saya rasa Alfian orang yang cukup baik untuk di jadikan teman." balasku tanpa menoleh ke arahnya sedikit pun."Kau belum mengenalnya, Deeva. Dia itu bajingan." ucap Mr.Maximilian.Kali ini aku menatapnya tidak percaya, oh ayolah kalian pasti tau jika Mr.Maximilian itu bajingan, lalu bisa bisanya dia mengatakan Alfian seperti itu."Yan
Happy Reading!!No Bully!!No Edit!!Deeva pov on."Xaiver, bukankah harusnya siang ini Anda ada pertemuan dengan Mrs.Joseph?" tanyaku.Mr.Maximilian menggelengkan kepalanya, membuat aku mengerutkan dahiku karena bingung."Aku sudah memberitahukan Rossa untuk meng-cancel pertemuan kami." balas Mr.Maximilian."Kenapa?" tanyaku."Bisa kah kau tidak perlu berbicara se-formal itu jika bersamaku."Aku hanya memutar bola mataku malas, karena Mr.Maximilian tidak menjawab pertanyaanku dan malah mengalihkan pembicaraan."Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersamamu hari ini. Apa kau tidak suka?" tanya Mr.Maximilian, ia meraih wajahku yang tadinya Aku palingkan untuk kembali m
Happy Reading!!No Bully!!No Edit!!Deeva pov on."Terimakasih."Hanya itu yang aku ucapkan sebelum aku keluar dari mobil dan meninggalkannya di sana, tanpa harus sudah payah dan berepot-repot mengajaknya mampir terlebih dahulu ke rumahku.Katakan aku jahat! Karena aku sama sekali tidak peduli akan hal itu.Aku membalikkan badanku setelah memencet bel rumahku, rumah Ibuku lebih tepatnya. Karena aku merasa seperti ada yang mengikuti, dan ternyata benar. Ada yang mengikutiku.Mr.Maximilian berdiri tepat di hadapanku dengan tersenyum lebar tanpa dosa."Apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku."Mengatarmu sampai tujuan." ucapnya santai.
Happy Reading!!No Bully!!No Edit!!Xaiver pov on.Aku bisa melihat Deeva yang menatapku heran. Jangankan Deeva, bahkan aku juga heran mengapa aku melakukan semua ini?Untuk apa? Aku pun tidak mengerti."Tapi--""Makanlah dan setelah itu temani aku bertemu dengan Arabella." ucapku memotong perkataannya yang hendak protes lagi.Arabella adalah satu satunya harapanku, maksudku jika aku bisa bekerja sama dengannya. Maka aku tidak perlu bekerja sama dengan si bajingan Alfian.Aku pun memeriksa kertas putih itu dan mulai menandatangani nya. Sebenarnya aku tidak benar benar membacanya, karena aku hanya membuka lembaran yang seharusnya aku tandatangani saja. Karena sesungguhnya Rossa sudah lebih dulu memeri
Happy Reading!!No Bully!!No Edit!!Deeva pov on.Aku memutar mataku malas dan mengikuti langkah kaki Mr.Maximilian menuju sebuah rumah megah di depan kami. Aku tidak tau mengapa Mr.Maximilian menyetujui permintaan Mrs.Joseph untuk menemuinya di rumahnya. Oh ayolah ini urusan pekerjaan bukan urusan pribadi!Oh mungkin Mr.Maximilian punya urusan pribadi dengan Mrs.Joseph.Dan kenapa aku harus pusing pusing memikirkannya?"Oh kau sudah datang, ayo silahkan masuk." ucap seseorang perempuan cantik memecahkan lamunanku, dan kupikir ia adalah Mrs.Joseph."Maaf sudah membuatmu menunggu." ucap Mr.Maximilian dengan senyuman khas-nya."Tidak masalah, aku juga sedang tidak ada kerjaan hari ini." ucap Mrs.Joseph