Happy Reading!
No Bully!
No Edit!
Deeva pov on.
"Aku menyuruhmu membeli makanan untukku. Tapi kenapa kau malah bergosip!" ucapnya tepat di depan wajahku.
"Aku--"
Aku menelan ludah dengan susah payah, wajah Mr.Maximilian kini sangat dekat denganku. Membuatku bisa mencium aroma wewangian yang ia gunakan.
"Uh maaf saya tidak tau, saya tadi sudah mengetuk pintu berkali-kali, tapi karena tidak ada jawaban saya langsung masuk saja. Sekali lagi maaf Mr.Maximilian, permisi..." ucap seseorang yang baru saja membuka pintu, lalu saat ia akan kembali menutup pintu dari luar Mr.Maximilian memanggilnya.
Hal itu membuat pipiku memanas karena malu. Aku tidak tau apa yang akan orang itu pikirkan melihat posisi kami tadi yang sangat dekat. Yang pasti sudah memikirkan hal aneh tentangku dan itu tidak baik.
Setelah orang itu kembali pergi, aku pun hendak melangkah memasuki ruanganku. Namun belum sempat aku sampai di pintu. Suara Mr.Maximilian sudah lebih dulu menghentikan langkah kakiku.
"Mau kemana kau?" tanya Mr.Maximilian.
"Ke ruangan saya, Mr.Maximilian." balasku.
"Siapa yang menyuruhmu kembali keruangamu! Kembali ke sini dan siapkan makanan itu." ucapnya dengan nada memerintah.
Dengan cepat aku membuka bungkusan plastik hitam yang isinya baperbag berisi makanan.
"Kau pikir aku akan makan di sini!" serunya.
Aku menatapnya bingung, kalau bukan di sini lalu di mana?
"Di sana ada peralatan makan dan lainnya, aku tidak mungkin kan makan menggunakan tangan tanpa sendok bukan?".ucap Mr.Maximilian menunjuk pintu kayu yang ada di samping kiri ruangannya.
Baiklah sepertinya kali ini lebih baik aku menurut saja. Aku pun membawa bungkusan makan siang Mr.Maximilian, berjalan memasuki ruangan... well aku harus mengatakan ini ruangan apa?
Ada satu meja ukuran mini dengan dua kursi di dekatnya dan juga ada peralatan untuk makan, maksudku sendok, piring, garpu dan sebangsanya itulah, di rak mini yang imut. Ada juga kulkas yg lumayan cukup besar dengan satu pintu.
Dan... itu ada ranjang ukuran sedang! Cukup untuk di tiduri dua orang.
Well, jika di sini ada ranjang, mengapa Mr.Maximilian menggunakan ruangan yang sekarang menjadi ruanganku untuk menyelesaikan hasratnya. Dasar aneh!
Deeva pov end.
Author pov on.
Xaiver menatap sekertaris pribadinya itu dengan kesal. Xaiver menyuruhnya untuk menyiapkan makan siang yang sudah ia pesan tadi, tapi sekertaris pribadinya itu malah sedang asik memperhatikan ranjang yg ada di ruangan pribadinya itu.
"Aku menyuruhmu menyiapkan makan siangku, bukan untuk memperhatikan ranjang itu. Apa kau berpikir bahwa kau yang akan menjadi makan siangku di atas ranjang itu." ucap Xaiver membuyarkan semua lamunan Deeva.
Buru buru Deeva membuka paberbag makanan itu dan menyiapkannya di meja, lengkap dengan semua peralatan yang lainnya juga. Tidak perlukan aku sebutkan peralatan makan itu apa saja kan?
Xaiver mengamati Deeva dengan seksama, baru kali ini Xaiver membiarkan orang lain masuk ke ruangan pribadinya, apa lagi Deeva adalah pekerja baru.
"Sudah Mr.Maximilian." ucap Deeva sedikit grogi karena Xaiver terus menatapnya saja sedari tadi.
"Hmm."
Xaiver hanya bergumam singkat dan memulai acara makannya, tanpa mempedulikan Deeva yang masih berdiri tegak di sampingnya, seperti bodyguard saja!
"Apa kau juga ingin makan?" tanya Xaiver seraya menyuapkan sendok berisi makanan ke mulutnya.
Deeva menggelengkan kepalanya. "Tidak Mr.Maximilian terima kasih... saya sudah kenyang." balas Deeva.
"Memang nya siapa yang menawarimu makan?" tanya Xaiver.
Xaiver menyeringai menatap Deeva yang tiba tiba pipinya merona merah. Uh sangat menggemaskan, jadi pengen nyium pipinya. batin Xaiver.
"Tadi bukanya anda." ucap Deeva.
"Aku kan hanya bertanya." balas Xaiver santai.
"Bertanya?" ulang Deeva.
"Mmm. Jika kau memang laparkan bisa beli sendiri." ucap Xaiver lalu kembali menyuapkan sendok berisi nasi ke dalam mulutnya tanpa rasa bersalah sama sekali.
Deeva menggerakkan giginya kesal. "Mr.Maximilian boleh kah saya keluar dari ruangan ini?" tanya Deeva dengan berusaha sesopan mungkin.
Xaiver menghentikan aktivitas menyuap nasi ke dalam mulutnya lalu kembali menatap Deeva dengan tersenyum menyeyingai khasnya.
"Memangnya siapa yang menyuruhmu untuk berdiri di situ? Aku?" tanya Xaiver sembari menunjuk dirinya dengan jari telunjuk.
Deeva menatap Xaiver kesal, jika saja ia tidak ingat jika Xaiver adalah boss-nya, maka kemungkinan besar Deeva sudah menggetok kepala Xaiver menggunakan sendok.
"Anda benar benar--" Deeva belum selesai dengan ucapannya saat Xaiver sudah memotong ucapan Deeva.
"Ya aku tau bahwa aku memang benar benar tampan." ucap Xaiver percaya diri.
Xaiver tersenyum melihat wajah memerah Deeva. Deeva benar benar geram di buatnya.
"Tampan! Jika di lihat dari atas Monas!" ucap Deeva menghentakkan kakinya kesal lalu hendak berjalan keluar ruangan itu.
Tapi sebelum Deeva melangkahkan jauh, Xaiver sudah lebih dulu menarik tangan Deeva sehingga membuat keseimbangan Deeva oleng dan hampir terjatuh. Xaiver pun dengan refleks membantu Deeva yang akan terjatuh karena nya.
"Kau akan terlihat sangat cantik saat kau tidak memakai kaca mata." ucap Xaiver melepas kaca mata Deeva setelah lama mereka diam dengan posisi saling menatap.
Deeva tersadar dan berusaha menjauh dari Xaiver, namun tidak berhasil karena Xaiver terlalu erat memeluk pinggangnya.
"Lep--"
Cup!
Ucapan Deeva terputus saat dengan tiba tiba Xaiver mencium bibirnya.
"Manis." ucap Xaiver kemudian melepaskan Deeva dan kembali berjalan ke tempat duduknya untuk melanjutkan makan siangnya tanpa merasa bersalah karena telah mencuri ciuman Deeva.
Deeva masih diam terpaku, ia meraba bibirnya sendiri dengan pipi merona merah bak jambu air yang siap makan. Lalu buru buru ia berjalan keluar ruangan itu dan kembali masuk keruangannya sendiri.
Deeva duduk di kursi, tangannya meraba dadanya yang tiba tiba berdetak tidak karuan hanya karena ciuman dari Xaiver.
'Ciuman pertamaku di ambil sama Mr.Maximilian, boss mesum yang nyebelin. Kenapa jantungku berdetak sangat kencang hanya karna sebuah ciuman? batin Deeva.
Xaiver sendiri tertawa kecil melihat reaksi Deeva yang menurutnya berlebihan hanya karena sebuah kecupan di bibir saja.
Ahh sangat menggemaskan dan Xaiver makin suka melihatnya.
Xaiver menghentikan acara makannya lalu menghempaskan dirinya di atas kasur empuk yang ada di ruangan pribadinya itu.
Semalam dia tak tertidur dengan nyenyak jadi sekarang dia mengantuk dan butuh tidur agar kembali segar.
Bersambung.
Bagaimana kalian suka?
Kalau suka jangan lupa Subscribe dan reviewnya juga di kolom komentar jangan lupa hahaa Author maksa ini hihii
Salam sayang dari Mugiraraa
Happy Reading!!No Bully!!No Edit!!Author pov on."Deeva!!" teriak Xaiver menggelegar di ruangannya, membuat Deeva harus menutup telinganya sendiri."Mr.Maximilian Anda memanggil Saya?" tanya Deeva sedikit gugup, ia takut jika bosnya itu ngamuk padanya.Barusan ia melihat boss-nya itu habis ngamuk ngamuk sama salah satu karyawan yang kurang beruntung, entah karena apa Deeva juga tidak tau karena ia hanya melihat itu semua dari balik pintu kaca ruangannya."Tidak!!" sungut Deeva kesal.Deeva pun mulai berbalik hendak menuju ruangannya, namun langkahnya berhenti saat mendengar ucapan Xaiver."Hei! Jangan pergi!""Mmm,.""Huh!"
appy Reading!!No Bully!!No Edit!!Author pov on."Rossa di mana Deeva?" tanya Xaiver bertanya pada sekertarisnya.Rossa mendongak untuk melihat wajah sang bos yang sepertinya sedang kesal. "Maaf, saya tidak tau Mr.Maximilian... Tapi sepertinya dia akan mencari makan untuk makan siang mungkin." balas Rossa sedikit gugup."Ck!"Xaiver mendecakkan lidahnya dengan kesal, tadi niatnya ia akan beristirahat dan menyuruh Deeva sang sekertaris pribadi untuk mengerjakan tugasnya. Namun belum sempat matanya terpejam sempurna, tiba tiba seorang perempuan datang tanpa di undang dan menggodanya.Saat Xaiver berhasil menyingkirkan perempuan yang menggodanya. Xaiver pun menyuruh perempuan itu untuk pergi, karena ia sedang malas untuk bermain dengan
Happy Reading!!No Bully!!No Edit!!Deeva pov on."Aku tidak suka kau berteman dengannya." ucap Mr.Maximilian kembali bersuara."Siapa?" tanyaku, sebenarnya aku tau siapa yang dia maksud."Alfian, siapa lagi!" ucapnya dengan nada yang sedikit lebih tinggi. Seakan-akan dia membenci Alfian. Dan Aku pikir memang begitu!"Memangnya kenapa? Saya rasa Alfian orang yang cukup baik untuk di jadikan teman." balasku tanpa menoleh ke arahnya sedikit pun."Kau belum mengenalnya, Deeva. Dia itu bajingan." ucap Mr.Maximilian.Kali ini aku menatapnya tidak percaya, oh ayolah kalian pasti tau jika Mr.Maximilian itu bajingan, lalu bisa bisanya dia mengatakan Alfian seperti itu."Yan
Happy Reading!!No Bully!!No Edit!!Deeva pov on."Xaiver, bukankah harusnya siang ini Anda ada pertemuan dengan Mrs.Joseph?" tanyaku.Mr.Maximilian menggelengkan kepalanya, membuat aku mengerutkan dahiku karena bingung."Aku sudah memberitahukan Rossa untuk meng-cancel pertemuan kami." balas Mr.Maximilian."Kenapa?" tanyaku."Bisa kah kau tidak perlu berbicara se-formal itu jika bersamaku."Aku hanya memutar bola mataku malas, karena Mr.Maximilian tidak menjawab pertanyaanku dan malah mengalihkan pembicaraan."Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersamamu hari ini. Apa kau tidak suka?" tanya Mr.Maximilian, ia meraih wajahku yang tadinya Aku palingkan untuk kembali m
Happy Reading!!No Bully!!No Edit!!Deeva pov on."Terimakasih."Hanya itu yang aku ucapkan sebelum aku keluar dari mobil dan meninggalkannya di sana, tanpa harus sudah payah dan berepot-repot mengajaknya mampir terlebih dahulu ke rumahku.Katakan aku jahat! Karena aku sama sekali tidak peduli akan hal itu.Aku membalikkan badanku setelah memencet bel rumahku, rumah Ibuku lebih tepatnya. Karena aku merasa seperti ada yang mengikuti, dan ternyata benar. Ada yang mengikutiku.Mr.Maximilian berdiri tepat di hadapanku dengan tersenyum lebar tanpa dosa."Apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku."Mengatarmu sampai tujuan." ucapnya santai.
Happy Reading!!No Bully!!No Edit!!Xaiver pov on.Aku bisa melihat Deeva yang menatapku heran. Jangankan Deeva, bahkan aku juga heran mengapa aku melakukan semua ini?Untuk apa? Aku pun tidak mengerti."Tapi--""Makanlah dan setelah itu temani aku bertemu dengan Arabella." ucapku memotong perkataannya yang hendak protes lagi.Arabella adalah satu satunya harapanku, maksudku jika aku bisa bekerja sama dengannya. Maka aku tidak perlu bekerja sama dengan si bajingan Alfian.Aku pun memeriksa kertas putih itu dan mulai menandatangani nya. Sebenarnya aku tidak benar benar membacanya, karena aku hanya membuka lembaran yang seharusnya aku tandatangani saja. Karena sesungguhnya Rossa sudah lebih dulu memeri
Happy Reading!!No Bully!!No Edit!!Deeva pov on.Aku memutar mataku malas dan mengikuti langkah kaki Mr.Maximilian menuju sebuah rumah megah di depan kami. Aku tidak tau mengapa Mr.Maximilian menyetujui permintaan Mrs.Joseph untuk menemuinya di rumahnya. Oh ayolah ini urusan pekerjaan bukan urusan pribadi!Oh mungkin Mr.Maximilian punya urusan pribadi dengan Mrs.Joseph.Dan kenapa aku harus pusing pusing memikirkannya?"Oh kau sudah datang, ayo silahkan masuk." ucap seseorang perempuan cantik memecahkan lamunanku, dan kupikir ia adalah Mrs.Joseph."Maaf sudah membuatmu menunggu." ucap Mr.Maximilian dengan senyuman khas-nya."Tidak masalah, aku juga sedang tidak ada kerjaan hari ini." ucap Mrs.Joseph
Happy Reading!!No Edit!!No Bully!!Author Pov on.Setelah acara di Mall tadi, Xaiver mengajak Deeva ke Apartemennya. Niatnya nanti malam dia ingin mengajak Deeva makan malam di rumah Ibunya. Xaiver tidak mempedulikan keadaan Deeva yang masih sangat sangat kesal padanya.Bagaimana Deeva tidak kesal?Xaiver sengaja menyuruh Deeva gonta ganti dress, saat keluar ia selalu memberi komentar yang hampir sama dan ambigu. Setelah itu ia bahkan tidak membeli satupun dress yang Deeva coba, karena ia sudah membeli dress lain yang tak pernah Deeva coba.Hayo siapa yang tidak kesal coba?"Manyun saja sih, kayak bebek tau." ucap Xaiver melihat Deeva yang duduk di sofa ruang tamu dengan tangan bersedekap."Ayolah a
[ Bab 47, End ]Happy Reading!!No Bully!!***[ Xaiver Narendra Maximilian ]"Sayang kenapa kau tidur di sini?""Uh aku ketiduran lagi ya.""Sudah kubilang, jangan menungguku.""Tapi--""Sstt maaf kalau beberapa bulan ini aku terlalu di sibuk. Tapi ini yang terakhir kok."Aku mengecup bibir Adeeva sekilas dan membawanya ke kamar. Adeeva tertidur di sofa ruang tamu karena menungguku pulang kerja, padahal aku sudah mengatakan akan pulang larut malam. Tapi Adeeva masih tetap menungguku pulang, hingga ia ketiduran di sofa.Beberapa bulan terakhir ini aku memang agak sibuk, selalu berangkat pagi pulang malam. Aku bahkan jarang bertegur sapa dengan Vano dan Sherlin saking sibuknya."Kau sibuk sekali ya?" tanya Adeeva saat aku membaringkan tubuhnya di kasur.&nb
[ Bab 46, Sherlin Adelia Maximilian ] Happy Reading !! No Bully!! Sorry for Typo!! *** [ Adeeva Adelia ] Aku tersenyum melihat Baby Vano yang berlari kearahku dan langsung memeluk kakiku dengan erat... "Maaa..." rengeknya minta ku gendong. Aku berjongkok dan mengangakat tubuh mungilnya itu ke dalam gendonganku. "Sayang, katanya tadi minta susu." ujar Xaiver yang berjalan ke arah kami dengan memegang botol susu. Baby Vano malah menyembunyikan wajahnya di pundakku sambil menggelengkan kepalanya, tanda ia tidak mau susu yang di bawa Xaiver. "Maaf sudah merepotkanmu ..." Xaiver menggeleng dan tersenyum lembut padaku, "aku tidak merasa di repotkan." katanya setelah mencium bibirku sekilas. "Sepertinya Vano mengantuk sayang..." Xaiver pun mengusap
[ Bab 45, Adeeva Jangan Marah ]Happy Reading!!No Bully!!Sorry for Typo!!***[ Normal ]"Selamat pagi sayang," sapa Xaiver mengecup kening Adeeva yang baru bangun tidur."Pagi..." gumamnya setengah sadar.Adeeva menyipitkan matanya menatap Xaiver yang sudah rapi dengan kemeja kotak-kotak hitam putih dan celana bahan hitam dan dasi yang sudah terpasang rapi di leher nya seraya tersenyum lebar menatap Xaiver."Kau pasti lelah ya," Xaiver mengusap wajah Adeeva."Aku sudah buat sarapan tadi buat kita, cepat mandi gih. Terus kita sarapan bareng." lanjutnya."Memangnya sekarang jam berapa?" tanya Adeeva."Jam setengah sembilan." balas Xaiver.Adeeva membulatkan matanya mendengar jawaban Xaiver. Yang benar saja, ia bangun se-siang itu. Pantas Xai
[ Bab 44, Maaf ]Happy Reading !!No Edit !!Sorry for Typo !!***[ Normal ]Tidak terasa, waktu berjalan dengan cepat. Kini Revano Narendra Maximilian bukan lagi seorang bayi, melainkam balita lucu yang menggemaskan. Balita berumur tujuh bulan itu membuat siapa saja betah berlama lama dengannya. Dengan tingkah lakunya yang lucu, membuat banyak orang menyukai balita itu. Bahkan Xaiver saja tidak betah di kantor dan selalu ingin pulang cepat jika ingat dengan putranya.Xaiver merasa amat sangat bahagia bisa memiliki Adeeva sekaligus Vano. Mereka berdua adalah penyemangat Xaiver untuk segera pulang ke rumah. Saat makan siang bahkan Xaiver sering menyempatkan waktu untuk pulang dan makan siang di rumah, bersama Adeeva dan putranya.Malam ini Xaiver dan Adeeva terpaksa meninggalkan Vano di rumah karena harus menghadiri acara resepsi per
[ Bab 43, Pulang Dari Rumah Sakit ] Happy Reading!! No Bully!! *** [ Normal ] Setelah seminggu berada di rumah sakit, kini akhirnya Adeeva di izinkan juga untuk pulang ke rumah. Hanya seminggu, tapi Adeeva merasa sudah sangat lama karena ia merasa bosan di rumah sakit. Walaupun ada baby Revano yang menemaninya, tapi Adeeva tetap tidak betah. "Sudah siap sayang?" tanya Xaiver setelah membereskan barang barang Adeeva dan juga Baby Revano. Adeeva yang tengah duduk di sofa sembari menggendong Baby Revano pun menatap Xaiver sembari mengangguk semangat. Xaiver tersenyum, "kau yakin tidak apa-apa jalan kaki tanpa kursi roda?" tanya Xaiver. Adeeva bangkit dari sofa dengan senyuman lebarnya. "Aku tidak apa-apa, kan Dokter sudah bilang bahwa aku tidak apa-apa asalkan hati-hati." "Baiklah, ayo kit
[ Bab 42, Aries menyesal ]Happy Reading!!No Edit!!Sorry for Typo!!***[ Normal ]Sudah dua hari Adeeva melahirkan putra pertamanya. Dan rasanya dia sudah tidak betah tinggal lebih lama lagi di rumah sakit, dia ingin pulang. Tapi dokter bilang untuk beberapa hari lagi baru boleh pulang dan Xaiver menyetujui itu."Sayang, jangan cemberut begitu dong." kata Xaiver saat ini ia tengah menggendong putranya."Aku mau pulang.""Tunggu dua hari lagi saja ya sayang.""Aku--""Sayang ini demi kebaikan kau dan bayi kita." kata Xaiver memotong perkataan Adeeva.Adeeva berdecak malas, namun langsung tersenyum saat Xaiver meletakan bayi mereka di pangkuannya."Kau tidak ingin dia kenapa-napa kan?" tanya Xaiver seraya mengusap rambut Adeeva. 
[ Bab 41, Bebeb Aries ]Happy Reading!!No Bully!!Sorry for Typo!!***[ Adeeva Adelia ]Seburuk itukah aku sampai Xaiver ketakutan saat melihatku?Malam itu aku tidak tau jika aku akan melahirkan, itu kan yang pertama untukku dan aku pun tidak pernah bertanya dengan Ibuku ataupun Ibu mertuaku. Ya aku masih berhubungan dengan mereka walaupun aku bersembunyi dari Xaiver.Ku pikir itu hanya sakit pinggang biasa, jadi aku pun membiarkannya. Namun semakin lama rasa sakit itu semakin menjadi. Aku mulai merasakan sakit itu dari siang saat Aries mengantarku kembali ke rumah.Ya sudah ku bilangkan kalau aku hanya berpikir jika itu adalah sakit pinggang biasa karena sakitnya hanya sebentar-sebentar. Maksudnya, sakit nanti semenit hilang. Lima belas menit kemudian sakit lagi. Begitu saja terus sampai rasa sakit itu semakin menjadi, d
[ Bab 40, Revano Narendra Maximilian ]Happy Reading!!No Edit!!Sorry for Typo!!***[ Normal ]Aries terbelalak kaget saat baru saja membuka pintu dari dalam, tiba tiba saja ada seseorang yang nyungsep di bawah kakinya. Aries memang sedang ada di rumah Xaiver, dia mengantarkan Adeeva pulang. Namun sampai malam, Xaiver tidak kunjung pulang. Aries ingin menemani Adeeva sampai Xaiver pulang, tapi Adeeva tidak mau di temani sampai Xaiver pulang.Dan saat ia membuka pintu, ia di kagetkan dengan seseorang yang ngungsep. Siapa lagi kalau bukan tuan rumah, Xaiver."Dia mabuk?" tanya Aries yang membantu Kevin memapah Xaiver.Kevin mendengkus kesal. "Kau pikir saja sendiri!""Terima kasih Kevin sudah mau mengantar Xaiver pulang." kata Adeeva tersenyum tulus.Kevin mengangguk. "Kalau saja dia bukan calon a
[ Bab, 39. Aries Masih Mencintai Adeeva ]Happy Reading!!No Bully!!Sorry for Typo!!***[ Normal ]"Kau tidak ada niatan untuk kembali pada Xaiver, Adeeva?""Kau mengusirku?""Tidak! Bukan begitu. Aku suka kau ada di sini bersamaku... Tapi Xaiver itu saudaraku, aku tidak tega melihatnya yang semakin hari semakin kurus. Dia sudah seperti orang gila, asal kau tau, tidak terurus dan sangat menyedihkan..."Adeeva menunduk menatap lantai.Aries menghela nafas panjang, selama ini ia sudah berusaha membujuk Adeeva untuk kembali pada Xaiver. Tapi sampai sekarang pun Adeeva belum mau kembali pada Xaiver."Apa kau tidak merindukan Xaiver? Sudah enam bulan kalian berpisah?" tanya Aries.Saat ini Aries dan Adeeva tengah berada di Apartemen Aries, tempat yang selama ini Ade