Kiano menghadapi masalah produksi, serial TV yang sedang diproduksinya dianggap sudah 'over budget.' Meyling bagian Accounting, menahan pengeluaran anggaran untuk judul tersebut.
"Bu Mey bisa jelaskan, di mana over budgetnya?" tanya Kiano
"Budget produksi untuk satu episode maksimal hanya Lima Ratus Juta, sementara pengeluaran sudah mencapai hampir Tujuh Ratus Juta pak."
Mendengar jawaban Meyling Kiano menahan kekecewaannya, dia merasa apa yang dikatakan Meyling itu tidak substantif dan sangat elementer. Kiano merasa kalau Meyling kurang lentur dalam memahami anggaran produksi sinetron.
"Kita ada berapa judul yang sudah tayang?"
"Tiga judul pak." jawab Meyling
"Berapa episode setiap judul yang sudah tayang?" selidik Kiano
"Semua diatas lima puluh episode pak."
"Berapa penghasilan perusahaan dari tiga judul tersebut? Gak usah bu Mey jelaskan, karena bisa saya hitung di luar kepala." jelas Kiano
"Tapi kan berdasarkan standar produksi, tidak boleh ada yang merugikan, yang merugi harus di 'cut out,' bukan begitu aturannya pak?"
"Ibu benar, tapi ini pengecualiannya, tiga produksi jalan mensubsidi satu produksi, itu masih bisa dimaklumi bu."
Kiano mulai mengajak Meyling untuk berpikir lebih realistis, sementara Meyling hanya berpikir sebatas tugas dan tanggung jawabnya.
"Pak Sukoco kasih warning ke saya seperti itu pak." pungkas Meyling
Kiano langsung telepon Sukoco, yang merupakan komisaris MarkiArt Entertainment, juga adalah ayahnya Kiano. Dia menjelaskan pada ayahnya, kalau dia akan deposit Lima Ratus Juta, dengan catatan, kalau produksi itu sukses, maka uangnya harus kembali plus keuntungannya.
"Bu Mey dengar tadi pembicaraan saya sama pak Sukoco?" tanya Kiano
"Dengar pak, nanti saya akan telepon pak Sukoco untuk lebih jelasnya." jawab Meyling
"Saya cuma mau bilang sama bu Mey, saya orang yang sangat bertanggung jawab sama perusahaan ini."
"Siap pak, saya mengerti, saya cuma menjalankan tugas pak, saya permisi pak." ujar Meyling sekalian pamit.
Kiano merasa dia sudah mempertaruhkan reputasinya sebagai produser, dia sudah banyak membuktikan kalau dia penuh perhitungan. Dia tidak gembling dalam memproduksi sebuah serial TV. Dari tiga produksi yang sudah jalan, memberikan keuntungan yang tidak sedikit.
Dia merasa kecewa, baru satu judul ini bermasalah mau langsung di stop. Dia mempertaruhkan uang pribadinya, demi sebuah obsesinya untuk mengorbitkan Cassie, karena dia sangat yakin produksi kali ini akan sukses. Dia sampai minta Cassie membantunya dengan Sholat dan doa.
Kiano memanggil Adhinatha, Produser Pelaksana ke ruangannya,
"Pak Adhinatha, tolong diredam kalau ada isu produksi ini akan di stop." pinta Kiano
"Tadi pak Sukoco juga telepon saya pak, beliau minta produksi ini di stop." ujar Adhinatha
"Bapak tahu apa penyebabnya? Ini dis-informasi, ada yang melaporkan pada beliau yang enggak-enggak, beliau kan gak tahu seperti apa saya bekerja!!" tempo suara Kiano sedikit meninggi
"Tapi secara anggaran, sudah melebih platform pak.."
"Saya tidak suka ukurannya seperti itu pak, meskipun aturan itu saya yang bikin, tapi cara melihatnya tidak seperti itu."
Adhinatha memberikan argumentasi sesuai dengan kapasitas dan tanggung jawabnya, sementara Kiano lebih kepada wewenang, juga tanggung jawabnya.
"Bapak masih mau bantu saya? Kalau masih mau, Tolong support saya, kita hentikan atau pun terus, anggaran yang keluar tetap sama!!"
"Tapi pak.." belum selesai Adhinatha bicara, Kiano sudah berdiri dan meninggalkannya di ruang kerjanya.
Begitu Kiano keluar ruangan, di depan ruangannya Cassie sedang berdiri, "Ada apa Cassie? Kamu perlu dengan saya? Kamu dengar semua pembicaraan tadi?" cecar Kiano
"Ya pak, saya mau bicara sama bapak, saya gak dengar apa-apa pak." jawab Cassie
Kiano mengajak Cassie duduk di sofa yang ada di koridor dekat ruang kerjanya, "Kamu mau bicara soal apa?" tanya Kiano sambil menatap Cassie
Sebelum menjawab, Cassie melihat kiri-kanan, "Apa benar produksinya mau di stop pak? Saya bingung mau kembalikan uangnya pak." ucap Cassie penuh kecemasan
Kiano memegang bahu Cassie, "Kamu tahu dari mana cerita tentang itu? Kamu hanya boleh dengar sesuatu dari saya ya, jangan dengar pembicaraan apa pun di luar itu." pesan Kiano
"Berarti gak benar ya pak? Alhamdulillah ya pak, saya takut sekali pak.." tutur Cassie
"Kamu terus aja seperti biasa, minggu depan kita mulai shooting, siapkan diri kamu untuk berakting, cuma itu yang harus kamu lakukan ya.."
"Bapak mau kemana? Kok tadi buru-buru keluar?" tanya Cassie
"Saya cuma mau keluar sebentar tadinya, ketemu kamu gak jadi deh.." jawab Kiano sambil senyum pada Cassie
"Saya ganggu ya pak? Maaf ya pak, saya cuma mau tanya itu aja pak."
"Udah kita keruang casting aja, saya mau lihat kamu akting."
"Jangan pak!! Saya malu pak, akting saya masih jelek." tolak Cassie
"Sekarang kamu masih latihan atau sudah selesai? Kalau sudah selesai silahkan kamu pulang, kalau terlalu lama di sini, nanti kamu dengar cerita yang enggak-enggak lagi." suruh Kiano
"Udah selesai sih pak, cuma tadi saya lihat-lihat yang lagi di casting aja, ya udah kalo gitu saya permisi pulang ya pak?" pamit Cassie
"Ok Cassie, besok seperti biasa aja ya, jangan dengar omongan yang gak penting ya?" pinta Kiano.
Begitu Cassie pulang, Kiano kembali duduk di sofa sebentar, setelah itu dia berdiri, dan kembali masuk keruang kerjanya. Dia melihat ke dalam, sudah tidak ada Adhinatha di dalam ruangannya, dia kembali duduk di meja kerjanya. Kiano membuka laptop, dan melihat perincian anggaran yang sudah dikeluarkan.
"Hadeuh ... baru melihat seperti ini aja sudah pada panik, gimana kalau sudah tekor milliaran? Bisa pada mati berdiri kali." ujar Kiano dalam hati.
Kiano membuat rencana kerjanya, dan juga post budget yang masih harus di keluarkan. Dia membuat strategi untuk shooting langsung dua episode, agar berbagai anggaran bisa lebih hemat.
Dengan strategi ini dia berhitung akan lebih menghemat banyak anggaran. Ini harusnya pekerjaan Produser Pelaksana atau Desain Produksi. Namun dia mencoba untuk mencari akal agar shooting tetap bisa berlanjut.
Kiano pergi ke ruangan editing, dia melihat materi hasil shooting yang masih bisa dipakai, dari episode yang sudah di bungkus. Ternyata, banyak materi yang masih bisa di manfaatkan.
Shooting episode satu, hanya akan mengganti pemain utama wanita. Pemain utama pria masih tetap bisa dilanjutkan. Retake sebagian adegan, akan banyak menghemat anggaran.
Kiano konsultasi dengan editor, juga dengan sutradaranya. Dia panggil sutradaranya untuk datang ke kantor, yang tadinya harus diganti, akhirnya tetap akan diteruskan. Solusi ini dianggap lebih efektif.
Begitu Kiano masih sibuk di ruang editing, ada salah satu artis terkenal yang mencarinya. Artis itu nylonong masuk ke ruang editing, dan bermanja-manja sama Kiano, karena Kiano lagi suntuk, dia pun tidak layani artis tersebut.
"Lain kali, kalau saya tidak ada di ruangan, itu artinya saya tidak bisa di temui, kalau di ruangan editing, itu artinya saya sedang kerja, dan tidak bisa di ganggu, faham ya?" ujar Kiano masih dengan sangat santun
"Aku ada yang mau diomongin mas, soal kontrak, boleh gak aku bicara sebentar aja..?"
"Gak bisa Katrina, kamu bicara sama pak Adhinatha aja soal itu."
Bersambung
Setelah beredar isu produksi serial TV yang dikerjakan Kiano di stop, beredar lagi isu baru kalau Kiano 'Eksploitasi' Cassie untuk kepentingan pribadi. Keberanian Kiano mempertaruhkan uang pribadinya untuk meneruskan produksinya, dianggap sebagai upaya Kiano mendongkrak Cassie, untuk kepentingan pribadinya. Mendengar isu itu, Cassie merasa di manfaatkan viralnya dia di media sosial. Kiano tidak membantahnya, karena niatnya memang mau menciptakan Cassie sebagai bintang, tapi tidak bermaksud memanfaatkan, dalih Kiano tetap menganggap karena Cassie memang punya bakat dan potensi. Sebelum latihan, Cassie menghadap Kiano di ruang kerjanya, "Maaf pak, saya ganggu bapak lagi." ujar Cassie dengan gelisah "Ada apa Cassie? Kok kamu gelisah gitu? Kamu Ada masalah?" tanya Kiano "Ada yang bilang, kalau bapak bela-belain saya, karena bapak mau memanfaatkan saya, apa benar pak?" Cassie balik bertanya "Kalau di bilang memanfaatkan ka
Dua minggu sebelum pelaksaanaan shooting pertama secara marathon, dilakukan screen test antara Cassie dengan pemain lainnya. Hal seperti ini sebetulnya tidak lazim, tapi karena Kiano ingin hasil yang maksimal untuk produksi kali ini, dia mengharuskan untuk dilakukannya screen test. Screen test ini di lakukan di ruang casting, yang memang ditata layaknya setting lokasi. Beberapa scene penting yang ada di skenario dijadikan materi untuk screen test. Pada saat screen test dilakukan, seluruh adegan di 'direct' oleh sutradara, juga ada asisten sutradara. Sementara Kiano tetap menyaksikan dari ruang casting manager, dan semua adegan di rekam oleh kamera, sehingga bisa di shooting ulang kalau ada kesalahan. Tidak ada tanda-tanda kalau Cassie demam kamera, atau terganggu dengan adanya kamera dan sorot lampu, dan sutradara pun bisa melihat kemampuan akting Cassie. Dalam ruang casting itu, di depan sutradara ada TV monitor, dan perangkat sound recording. Seluruh
Promo tayangan serial TV yang baru di produksi MarkiArt Entertainment sudah tayang di stasiun TV. Ibu dan adik-adik Cassie senang melihat ada Cassie di televisi, tapi mereka kecewa tidak menemukan namanya. "Kok namanya bukan nama kamu Kesih?" tanya Ibu Cassie "Kata pak Kiano biar komersil bu, jadi harus ganti nama yang bagus." jawab Cassie "Oawalah nduk, susah banget ya mau terkenal aja harus ganti nama." ujar ibu Cassie "Tapi mbak Kesih jadi cantik bu, dan pintar akting lho.." timpal adik Cassie "Yo wislah, sak karepe dewe ibu ora ngerti." sambung ibu Cassie Cassie jelaskan sama ibunya, kalau itu baru promosi tayangan, dia be
Dalam sebuah adegan sesuai dengan skenario, Katrina menampar Cassie karena cemburu. Seharusnya adegan itu tidak dilakukan dengan sebenarnya, namun yang terjadi tidaklah sesuai dengan semestinya. Sudah diarahkan sutradara agar saat menampar tidak mengenai muka Cassie, karena sudah diakali dengan trik kamera, namun kebencian Katrina pada Cassie sudah sampai puncaknya, sehingga momen itu gunakan Katrina dengan sungguh-sungguh, dan Cassie benar-benar kesakitan. Awalnya Cassie tidak menganggap itu sebagai hal yang serius, bukanlah sebuah kesengajaan, namun karena disaksikan juga oleh Kiano, di ruang Casting Manager, dia minta screen test tidak di lanjutkan. Sutradara juga tidak berkenan dengan apa yang dilakukan Katrina. Cassie di panggil sutradara, "Cassie!!" panggil sutradara. Cassie langsung menghampiri sutradara, "ya mas.. ada apa?" tanya Cassie sambil mendekati sutradara "Apa yang kena tampar tadi?" tanya sutradara sambil melihat dengan pasti ke wajah
Kiano akhirnya berterus terang pada Cassie, kenapa dia perhatian pada Cassie. Kiano merasakan beratnya tanggung jawab Cassie sebagai tulang punggung keluarga, karena dia sudah melewati apa yang sedang di hadapi Cassie. "Sebelum screen test, kita ngobrol sebentar, gak apa-apa ya? Supaya kamu gak salah faham." ucap Kiano yang duduk di kursi kerjanya. Cassie menyimak pembicaraan Kiano, dari bangku yang ada di depan meja kerja Kiano, "gak apa-apa pak, saya siap mendengarkan." jawab Cassie "Kita ini senasib Cassie, sama-sama sedang merawat ibu. Ibu saya kena stroke sejak pisah sama ayah saya, saya juga tulang punggung keluarga." cerita Kiano "Sudah berapa tahun pak?" tanya Cassie "Ha
Kiano secara terang-terangan mengungkapkan dasar kebaikannnya pada Cassie, dan Cassie pun sebetulnya tahu kalau Kiano hanya sekadar baik dan perhatian pada Cassie, dan itu dikarenakan adanya kesamaan kondisi antara Kiano dan Cassie, tidak lebih dari itu. Namun Cassie tidak bisa menyembunyikan perasaannya yang terdalam terhadap Kiano, baginya sosok Kiano adalah lelaki idamannya, perasaan itu selalu dia ungkapkan dalam catatan hariannya, "Biarlah kalau aku dianggap seperti pungguk yang merindukan bulan, apa yang aku rasakan bagai jauh panggang dari api, tapi setidaknya aku sudah mempunyai sosok impian terhadap seorang lelaki yang menjadi pujaan. Setidaknya ada yang membangkitkan semangatku untuk mewujudkan impianku. Selalu ada getaran saat aku menatap matanya, dan aku merasakan kalau
Selesai screen test, Kiano kembali mengingatkan Cassie, tentang pesan dan janjinya, "Cassie .. apa yang pernah saya katakan pada kamu, tidak berubah, besok shooting kamu di jemput, selain itu unit produksi akan kirimkan satu orang perawat untuk jaga dan urus ibu kamu." ujar Kiano "Siap pak! saya ikut kemauan bapak, saya akan kasih tahu ibu saya seperti itu." jawab Cassie "Yang perlu kamu ingat juga, ini bukanlah bentuk perhatian saya sama kamu, tapi ini kewajiban saya untuk menjaga kualitas akting kamu, kamu faham ya?" "Saya faham pak, saya terima kasih atas semuanya pak.." ujar Cassie dengan hanya menundukkan kepala. Kiano menghampiri Cassie, dipegangnya bahu Cassie, "Sikap kam
Sampai di lokasi shooting, Cassie pemain yang pertama kali sampai di lokasi. Cassie disiapkan ruangan khusus oleh Pimpinan Produksi, awalnya Cassie tidak mau menerimanya, dia ingin berada satu ruangan dengan yang lainnya. Unit produksi mengatakan pada Cassie, fasilitas itu perintah dari Kiano, akhirnya Cassie tidak berani untuk menolaknya, dia tahu kalau Kiano bisa marah kalau membantah keinginannya. Ada perasaan yang kurang enak dalam hati Cassie, dia takut dimusuhi oleh pemain lainnya, karena selalu diistimewakan Kiano. Tidak berapa lama setelah itu, Kiano datang, dan menemui Cassie,"ini hari pertama shooting, tolong kamu berikan yang terbaik ya, fasilitas ini cuma untuk kamu Cassie." ujar Kiano "Tapi pak.. apa kata yang lain nanti? Kenapa saya tidak disamakan dengan mereka pak?" tanya Cassie "Kamu memang saya istimewakan, karena saya juga ingin menghasilkan produksi yang istimewa, tugas kamu cuma memberikan sesuatu yang istimewa untuk saya."