Share

Bab 101

Author: Lathifah Nur
last update Last Updated: 2023-08-19 21:33:41

"Mulai hari ini kamu akan kembali ke rumahku."

"Apa? Anda tidak bisa membuat keputusan secara sepihak, Tuan Hart." Arisha mendelik tak suka pada sosok Dareen yang berada di belakang roda kemudi.

"Aku tidak terima penolakan!" Dareen mengoper gigi, lalu berbelok ke kiri.

Arisha terdiam, menahan dongkol.

"Kamu tidak perlu khawatir. Aku yang akan menghubungi Tuan Rasyad."

"Kenapa?"

Dareen melirik sekilas pada Arisha. "Bukankah kamu harus pamit dan berterima kasih padanya?"

"Bukan itu. Kenapa Anda melakukan semua ini? Bukankah lebih baik jika aku tak kembali?"

"Arisha, aku sedang tidak ingin berdebat sekarang."

Keduanya terdiam. Walau jengkel setengah mati pada sikap Dareen yang mau enaknya sendiri, tak dipungkiri, Arisha juga merindukan rumah itu. Rumah di mana ia bisa tertawa lepas bersama Silla.

"Mommy!" Sila berlari menyongsong kedatangan Arisha.

Keduanya berpelukan erat. Menikmati kedekatan mereka dengan bibir tersenyum dan perasaan hangat. Pun saling mengusap punggung.

"A
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Mommy untuk Daddy   Bab 102

    "Dasar cabul! Keluar!" Arisha melempar apa saja yang dapat dijangkaunya kepada Dareen dan semua itu mendarat dengan sempurna pada sasarannya. "Akh! Aduh! Aduh!" Dareen tak sempat mengelak. Ia terlalu terpana pada pemandangan indah di depannya. Sosok Arisha yang baru selesai mandi. Hanya berbalut sehelai handuk, hingga mempertontonkan betis nan mulus serta leher jenjang dengan tulang selangka yang menawan. Sebagai lelaki dewasa yang normal, tentu darah Dareen berdesir melihat pesona keindahan itu, apalagi biasanya seluruh tubuh Arisha tertutup rapat. "Akan kubuat matamu buta kalau terus berdiam diri di sana!" Arisha mulai kehilangan kontrol diri karena rasa malu yang luar biasa. "Iya, iya. Aku keluar!" Dareen bergegas meraih gagang pintu. Arisha terduduk lemas di atas ranjang. "Aish, sial! Kesucian tubuhku ternoda oleh mata mesum lelaki menyebalkan itu!" Dareen juga tersandar lemas di balik pintu sambil mengelus dada. Berulang kali ia mengembuskan napas kencang seraya berjuang m

    Last Updated : 2023-08-19
  • Mommy untuk Daddy   Bab 103

    "Kau sibuk?" "Kamu bercanda? Kamu tahu aku baru saja kembali jadi pengangguran." Terdengar tawa sumbang dari seberang telepon. Arisha merasakan keanehan itu. "Ada apa?" "Bisa kita ketemu? Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu." Hening sejenak. Arisha melirik jam dinding. Pukul sembilan pagi. Tidak terlalu mepet dengan jam makan siang. Masih sempat jika ia pergi keluar sebentar. Kalaupun ia pulang terlambat, Bi Minah tentu tak akan membiarkan keluarga Dareen kelaparan. "Baiklah. Di mana?" Dalam waktu kurang dari satu jam, Arisha tiba di sebuah kafe yang menjadi tempat janji temunya dengan Rasyad. [Kamu di mana?] [Aku baru saja masuk] Karena pengunjung sangat ramai, Arisha mengirimkan pesan kepada Rasyad dan langsung mendapat balasan. [VIP 2] Arisha naik ke lantai dua. Semua ruang VIP pada kafe tersebut ada di lantai dua. "Maaf, aku sempat terjebak macet." Arisha duduk berhadapan dengan Rasyad. "Tidak apa. Aku juga belum lama." Suhu udara dalam ruangan itu terasa m

    Last Updated : 2023-08-20
  • Mommy untuk Daddy   Bab 104

    Kolam ikan di halaman belakang rumah Dareen selalu menjadi tempat favorit bagi Arisha untuk melepaskan segala gundah. Melihat liukan gemulai dari sekumpulan koi yang menari lincah di dalam kolam itu, sungguh mampu mengurai kekusutan pikirannya. "Apa yang kamu pikirkan?" tanya Dareen dari belakang Arisha. Sudah cukup lama ia berdiri di sana, memperhatikan segala gerakan Arisha. "Ikan-ikanku bisa mati karena keracunan makanan." Arisha terkesiap. "Astagfirullah!" Ia baru menyadari bahwa permukaan air kolam sebagian besar telah ditutupi karpet cokelat yang mengambang, kumpulan dari umpan ikan yang ditaburkannya tanpa sadar. "Aduh, bagaimana ini?" Arisha panik. Ia menaruh kotak umpan di tepi kolam dan segera meraih jala pembersih kolam yang tergeletak, tidak jauh dari tempatnya berdiri. Dengan sangat hati-hati, Arisha menjaring umpan-umpan itu agar ujung jaring tak menyentuh kulit ikan kesayangan Dareen. "Kamu bukannya membersihkan kolam, tapi justru membuat ikanku stress. Kamu ingin

    Last Updated : 2023-08-20
  • Mommy untuk Daddy   Bab 105

    "Daddy!" Silla berlari mengejar Dareen yang hampir mencapai pintu depan. Dareen berbalik. "Ada apa, Sayang?" "Daddy, mommy nggak bangun-bangun. Silla udah ketuk-ketuk pintu kamar mommy, tapi mommy nggak keluar-keluar." Silla mulai merengek, menarik-narik tangan Dareen. "Daddy, Silla takut mommy kabur lagi." Dareen terperanjat. Pikiran buruk itu juga mengganggu ketenangannya. "Silla sama Bi Minah dulu ya, Sayang! Daddy akan cek mommy di kamarnya." Dareen menoleh pada Bi Minah. "Bi, tolong jaga Silla!" "Ayo, Non!" Bi Minah membimbing Silla ke ruang bermain. "Non Silla jangan sedih ya? Mommy-nya Non nggak bakal kabur lagi kok." "Sungguh? Bibi nggak lagi bohongin Silla, 'kan?" "Ya, enggak dong, Non. Masa bibi tega bohongin Non Silla. Bibi bangun dari pagi. Burung-burung aja belum berkicau, bibi udah beberes rumah. Bibi nggak lihat tuh mommy-nya Non keluar dari kamar." "Benar ya, Bi?" "Iya. Mungkin mommy-nya Non Silla kecapekan. Habis sakit langsung main basah-basahan." "Oh iya,

    Last Updated : 2023-08-21
  • Mommy untuk Daddy   Bab 106

    "Mommy, Mommy udah sembuh?" Silla menengadah, memagut pinggang Arisha yang baru saja selesai berdandan. "Iya, Sayang. Sekarang mommy udah bisa masuk kerja." Entah kenapa Arisha ikut terlazim menyapa dirinya dengan sapaan mommy, seperti yang dilakukan Silla. Dia bahkan merasa Silla seperti benar-benar putri kandungnya. Ada ikatan batin yang tak ia mengerti, terjalin antara dirinya dan Silla. Silla cemberut. "Mommy, ngapain mommy harus kerja? Daddy punya banyak uang. Mommy sama Silla aja di rumah." Arisha melepaskan belitan lengan mungil Silla dari pinggangnya, ia membungkuk, menyamakan ketinggian wajahnya dengan Silla. "Sayang, nanti kalau Silla udah besar, Silla akan mengerti kenapa wanita dewasa juga harus bekerja." "Apa Mommy akan tetap pulang setelah bekerja?" "Tentu. Mommy udah janji akan nemenin Silla malam hari." Arisha mengelus pipi Silla. Gadis mungil itu meresponsnya dengan kecupan hangat. Keduanya lantas meninggalkan kamar Arisha sambil bergandengan tangan. Lambaia

    Last Updated : 2023-08-22
  • Mommy untuk Daddy   Bab 107

    "Kau habis minum-minum? Bukankah sudah jelas aturan di perusahaan ini bahwa karyawan dilarang menyentuh minuman setan itu selama jam kerja?" "Minum apanya? Kau bahkan memberiku pekerjaan yang menggunung. Kopiku sampai dingin karena tak tersentuh," gerutu James seraya meletakkan setumpuk dokumen di atas meja kerja Dareen. Dareen bangkit dan bertanya heran. "Benarkah? Atau itu cangkir yang ketiga?" James mengibaskan tangan. "Ah, sudahlah! Itu bukan urusanmu." James terlihat mengkhayal sembari geleng-geleng kepala. "Aku benar-benar kaget melihat bagaimana Arisha membuat sekretarismu mati kutu." "Sekretaris? Bukankah aku sudah memintamu untuk memindahkannya? Atau kalau perlu, pecat saja dia!" James menepuk jidat. "Ah, ya. Aku lupa." "Sepertinya kau terlena dengan bonus yang kuberikan akhir-akhir ini, huh? Kau keranjingan pesta?" "Akan kuurus sekarang!" Mendugas James meninggalkan ruang kerja Dareen. Dareen mengempaskan bokong ke atas kursi kebesarannya. "Ck! Sudah kubilang aku

    Last Updated : 2023-08-23
  • Mommy untuk Daddy   Bab 108

    Dareen mengeritkan gigi. Ia berbalik sambil melepaskan belitan lengan tamu tak diundang itu dari pinggangnya. "Sudah berkali-kali kuperingatkan, jaga sikapmu, Davina!" "Tapi, aku kangen, Kak …" Davina merajuk manja. "Kakak sudah lama sekali tidak mengirim kabar." Davina menyelipkan ujung rambutnya ke balik telinga. Ekspresi mukanya tersenyum malu-malu. "Tidak penting!" Dareen menyeret Davina ke ruang tamu, lalu mendorong wanita itu ke sofa. "Duduk di sini dan jangan melewati batasan ruang tamu!" "Kak, kamu kasar sekali!" Davina mengelus jejak cekalan Dareen pada pergelangan tangannya dengan mata berkaca-kaca. Keduanya saling bertatapan. Dareen dengan kilat kebencian dan Davina dengan perasaan terluka. Arisha menyaksikan adegan saling pandang itu dari undakan tangga. Dia memilih untuk pura-pura tak melihat dan terus melangkah ke dapur. Menyibukkan diri dengan menyiapkan hidangan untuk makan malam mungkin dapat mengusir keresahan yang tiba-tiba saja menyusupi hatinya. Davina me

    Last Updated : 2023-08-24
  • Mommy untuk Daddy   Bab 109

    Tuk! Tuk! Derap langkah bernada angkuh bergema memenuhi setiap sudut ruang tamu Dareen hingga terdengar ke ruang tengah. "Apa-apaan kamu, Dareen!" Dareen yang sedang fokus dengan tabletnya mendongak. Suara bentakan Rosalind memecah konsentrasinya. "Apakah Anda lupa bagaimana caranya bertamu, Nyonya?" tanya Dareen dengan nada dingin. "Aku yang seharusnya bertanya, apakah begitu caramu menyambut tamu yang rela jauh-jauh terbang ke sini hanya untuk menemuimu? Dengan mengusirnya? Di mana sopan santunmu, Dareen?" Dareen segera paham. "Aku tidak ingat pernah mengundang wanita itu untuk datang berkunjung." "Kamu—" Rosalind menggeram marah seraya mengepalkan tangan. Meski telah berpuluh tahun menjadi ibu sambung bagi Dareen, Dareen masih saja bersikap dingin dan cenderung membangkang kepadanya. Ia telah melakukan segala cara untuk meluluhkan hati Dareen, tapi Dareen tak pernah membuka hati untuknya. Malah lelaki muda itu menunjukkan kebencian yang tiada tara, walaupun tidak secara ter

    Last Updated : 2023-08-24

Latest chapter

  • Mommy untuk Daddy   Bab 145

    "Sayang, kamu kembali? Aku mencemaskanmu." Dareen melesat menyongsong Arisha begitu mendengar derit pintu dibuka. "Jangan menyentuhku!" Arisha menepis tangan Dareen yang ingin memeluknya. "Ya Allah, Sayang … aku sudah mandi lho …." Arisha mendelik. "Mandi sana! Atau kamu tidur di sofa!" Dareen garuk-garuk kepala. Wanita kalau cemburu, semua jadi salah. "Ini sudah malam banget, Sayang. Nanti kalau aku masuk angin, bagaimana?" Arisha menulikan telinga. Ia naik ke atas kasur, lalu bersandar di kepala ranjang sambil bersedekap tangan. Tatapan tajamnya menembus manik kelabu milik Dareen. Dareen merasa semakin serba salah. "Serius … aku harus mandi lagi nih?" "Terserah. Aku nggak maksa." Dareen tersenyum lebar. Mudah sekali membujuk Arisha. "Terima kasih, Sayang!" "Tidur di sofa!" Arisha melempar bantal. Senyum Dareen lenyap. Terlalu cepat ia melakukan selebrasi. Ah, ternyata dia salah memahami makna kata terserah yang terucap dari bibir Arisha. "Ya, ya. Aku mandi lagi." Dareen

  • Mommy untuk Daddy   Bab 144

    "Heh, siapa yang menggoda suamimu? Della? Tidak mungkin. Dia bukan wanita murahan dan bodoh seperti kamu!"Ratih tak terima putri semata wayangnya dianggap sebagai wanita penggoda."Oh ya? Terus apa namanya kalau perempuan masuk ke kamar orang lain dan memeluk laki-laki yang bukan suaminya? Perempuan terhormat tidak akan menyerahkan diri pada laki-laki yang baru dikenal, Tante." Arisha menyeringai sinis. "Dia bahkan dengan tak tahu malu memanggil suamiku sayang. Apa begini hasil didikan, Tante?"Ratih mengeritkan gigi. Kesal lantaran Arisha kini berani melawan kata-katanya."Setelah meninggalkan hotel ini besok, Tante, terutama putri kesayangan Tante ini, jangan pernah muncul lagi di hadapanku!""Sombong kamu sekarang ya! Kamu lupa siapa yang merawat dan membesarkanmu selama ini? Kalau bukan karena tante yang menampungmu, kamu sudah jadi gembel di jalanan."Arisha mencebik. "Tentu aku tidak pernah lupa, Tante. A—""Bagus kalau kamu sadar. Pikirkan juga bagaimana caranya kamu membalas

  • Mommy untuk Daddy   Bab 143

    "K–kamu mengusir kami? Keluarga istri kamu sendiri?"Kenyataan yang terjadi tak semanis impian Ratih. Sungguh ia tak percaya Dareen akan mengusir dirinya dan Della."Saya rasa apa yang saya katakan sangat jelas. Ayo!" Dareen bangkit dan mulai mengayun langkah menuju pintu."Ma, bagaimana ini? Masa kita balik lagi ke kampung?" rengek Della, berbisik resah di telinga Ratih."Sudah. Ikuti saja dulu! Rencana selanjutnya bisa kita pikirkan nanti."Meski enggan, Ratih dan Della tak punya pilihan selain mengikuti Dareen ke hotel."Wah, Ma … akhirnya kita bisa merasakan tidur di hotel." Della tersenyum semringah, duduk mengempas-empaskan pantatnya pada permukaan kasur."Iya, tapi cuma malam ini," keluh Ratih dengan muka ditekuk masam. "Pasti anak pembawa sial itu menjelek-jelekkan kita di hadapan suaminya. Kalau tidak, mana mungkin suaminya itu mengusir kita. Argh, padahal mama sudah membayangkan hidup enak jadi nyonya besar."Ratih menjatuhkan bobot tubuhnya ke atas kasur. "Eh, benaran empuk

  • Mommy untuk Daddy   Bab 142

    Dua minggu kemudian, Arisha baru saja selesai dirias."Waah, Non Arisha cantik banget," puji Bi Minah dengan pupil yang membesar. "Tuan bakal makin klepek-klepek ini mah.""Apaan sih, Bi. Nggak jelas banget." Pipi Arisha merona merah jambu."Ho oh, Mommy. Mommy kayak princess. Sumpah!" Silla ikut mengacungkan dua jempol."Apakah pengantin wanita sudah siap keluar?" Seorang wanita masuk ke ruangan itu. "Acara akan segera dimulai.""Siap! Siap! Aman!" sahut sang penata rias.Arisha melangkah pelan dengan kepala tertunduk malu ketika MC memanggil dirinya dan Dareen untuk keluar dan naik ke pelaminan."Angkat kepalamu! Saatnya kamu bangga dengan diri sendiri," bisik Dareen, menghadirkan rasa geli di telinga Arisha. "Kamu wanita hebatku. I love you!"Tiga kata terakhir dari Dareen mampu memantik rasa percaya diri Arisha yang sempat tenggelam dilindas hinaan dan cacian oleh orang-orang di sekitarnya.Senyum lebar merekah di bibir Dareen. Menyaksikan Arisha mulai menerima diri sendiri sunggu

  • Mommy untuk Daddy   Bab 141

    "Sayang, Silla anak yang kuat. Silla akan sembuh." "Tapi … Mommy kok nangis? Semua orang juga pada nangis. Silla takut mati, Mommy." Arisha memeluk Silla dengan sebelah tangannya yang bisa bergerak bebas. "Cup, cup. Silla salah paham, Sayang. Mommy … dan semua yang ada di sini nangis, itu … karena terharu Silla akhirnya sadar dan akan segera sembuh." "Benarkah?" Silla memandangi wajah orang yang mengelilinginya satu per satu. Mereka kompak mengangguk tanpa sanggup mengucapkan kata-kata. Arisha mengambil gelang di tangan Dareen. "Lihat! Mommy punya dua gelang. Satu untuk mommy, satu untuk Silla. Silla mau?" "Mau, mau!" Silla menjawab antusias, lupa akan kesedihannya barusan. Sejenak Arisha memilah gelang mana yang akan diberikannya pada Silla. Akhirnya, ia memakaikan gelang bernama Arisha Ayuningtyas kepada Silla. "Di balik gelang ini, terukir nama mommy. Nanti, walaupun Silla nggak bisa melihat mommy karena terhalang jarak dan waktu, percayalah … mommy selalu ada di dekat Sil

  • Mommy untuk Daddy   Bab 140

    "Silla takut." Silla menarik tangan Dareen. Sementara matanya tertuju pada Bian. "Lho, kenapa takut, Sayang? Om itu bukan orang jahat kok. Justru Om itu telah mendonorkan darahnya untuk menyelamatkan Silla." Dareen mengelus lembut punggung jangan Silla. "Benarkah?" "Iya. Om itu saudara mommy." Silla kembali tenang dan memberanikan diri untuk membalas senyum Bian. "T–terima kasih, Om," ujar Silla, sedikit gugup. "Iya. Anak manis. Cepat sembuh ya …." Bola mata Bian terus bergerak memindai wajah Silla dan Arisha. Otaknya berpikir keras. Tidak mungkin ada begitu banyak kebetulan tentang kemiripan Silla dan Arisha. "Tuan Hart, bisakah kita bicara empat mata?" "Tentu. Mari kita ngobrol sambil minum kopi, tapi … tunggu sampai omaku tiba di sini. Tidak mungkin kita meninggalkan mereka berdua, bukan?" "Oh. Oke." Sepuluh menit berselang, Nyonya Hart datang dengan langkah tergesa-gesa. "Silla, Sayang. Oma senang kamu akhirnya sadar. Terima kasih. Kamu anak yang kuat!" Nyonya Hart men

  • Mommy untuk Daddy   Bab 139

    "Kamu masih marah? Maaf, aku tidak bermaksud untuk membohongimu. Aku … hanya belum menemukan waktu yang pas untuk menceritakan semuanya." Dada Dareen terasa sesak mendapat perlakuan tak acuh dari Arisha. Semenjak kejadian di dekat ruang ICU, Arisha masih melakukan aksi tutup mulut dengannya. Sekarang saja Arisha berbaring sambil membuang muka. Gadis itu bahkan menjauhkan tangannya saat merasakan jemari Dareen menyentuh kulitnya. "Arisha, kamu boleh memakiku, tapi tolong … jangan mendiamkanku. Aku akui aku salah karena tidak jujur sejak awal." Arisha mengerti Dareen tentu memiliki alasan untuk menyimpan jati diri Silla dari dirinya. Hanya saja, ia tetap merasa kecewa. "Kalau kamu tidak bisa memercayaiku, tidak ada alasan untuk mempertahankan pernikahan ini." Akhirnya Arisha mau juga bicara. Kepercayaan terhadap pasangan merupakan salah satu pilar utama bagi kokohnya mahligai rumah tangga, selain kejujuran, saling menyayangi, dan menjaga komunikasi. "Arisha, aku belum memberitah

  • Mommy untuk Daddy   Bab 138

    "James, kumpulkan karyawan yang sehat dan biasa mendonorkan darah! Silla butuh darah cepat." "Siap, Bro. Golongan darah apa?" "B negatif." "Kok bisa sama ya?" celetuk James dengan kening mengerut. "Apanya yang sama?" "Itu … golongan darah Silla. Kok sama dengan Arisha. Kebetulan yang aneh." Dareen termangu. Kenapa dia bisa lupa bahwa Arisha juga memiliki golongan darah B negatif. "Jangan ngaco! Walaupun golongan darah mereka sama, aku tidak mungkin meminta Arisha untuk mendonorkan darahnya. Dia bahkan masih dirawat." "Siapa yang butuh darah Arisha?" Dareen dan James menoleh kaget. "Tuan Bian," ucap keduanya serentak. "Ya. Aku sempat mendengar kalian menyebut nama Arisha." Bian menatap Dareen dan James bergantian. Akhirnya Dareen yang menjawab. "Putriku kritis dan butuh darah. Kebetulan golongan darahnya sama dengan Arisha." "Kalau begitu, izinkan aku membantu." "Tapi, Tuan … Anda belum lama mendonorkan darah pada Arisha." "Tidak masalah. Waktu itu cuma satu kantong. Lag

  • Mommy untuk Daddy   Bab 137

    "Aku berhasil mendapatkan rekaman CCTV dari bangunan di seberang sekolah," lapor James seraya menyodorkan ponselnya pada Dareen, yang sedang sibuk di belakang meja kerjanya. "Lihat ini! Hanya saja, gambarnya tidak begitu jelas." Dareen mengambil ponsel dari tangan James. Matanya menyipit, memperhatikan setiap detail gerak yang terekam dalam potongan video tersebut. "Aku seperti mengenali postur tubuh wanita yang mendekati Silla," komentar James, terlihat berpikir. "Tapi, aku tidak yakin tebakanku benar." "Anggita!" seru Dareen, terlonjak tegak. Mukanya menegang. "Aku yakin wanita dalam rekaman ini adalah Anggita. Walaupun dia memakai seribu topeng, aku tidak akan pernah salah mengenalinya." "Ah, pantas saja aku merasa tidak asing. Eh, bukankah kalian sudah putus?" "Dia gila!" Dareen mengirimkan rekaman tersebut ke ponselnya, lalu mengembalikan gawai milik James. "Ayo, ikut aku!" "Rasanya, tidak mungkin Anggita membawa Silla ke apartemennya." James meneleng seraya menggeleng tak

DMCA.com Protection Status