Share

Mom For Andrea
Mom For Andrea
Penulis: arkein

Guru Baru

Penulis: arkein
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ig: @arkeiinn

Seorang bocah laki-laki berumur 4 tahun berjalan dengan langkah pelan. Bukannya dia masih baru berjalan, tapi bocah itu memang sengaja. Apalagi di depannya sudah ada seorang pria bertubuh besar sedang melayangkan tatapan tajam ke arah dirinya. Bocah itu tidak takut, tetapi malas berhadapan dengan pria itu karena ujung-ujungnya pria itu akan marah.

”Jika kau terlambat bangun lagi, aku akan meninggalkanmu!”

Beginilah terus setiap hari. Pasti ada saja keributan di mansion mewah ini. Dan yang menjadi pelakunya adalah daddy dan anak laki-laki-nya. Dua manusia berbeda generasi tapi terlihat seperti kembar identik itu saling menatap satu sama lain. Berusaha mengeluarkan tatapan paling menusuk yang mereka miliki.

“Tinggalkan saja! Aku bisa pergi dengan Ozan!” sahut bocah laki-laki itu. Walaupun masih tergolong balita, dia sudah punya nyali untuk mengeluarkan amarahnya, bahkan di depan ayahnya sendiri.

“Andrea,” geram sang daddy sambil menatap anaknya.

“Apa pedulimu, huh?” Andrea kembali bersuara. Dia semakin mendongakkan wajahnya agar bisa melihat wajah sang daddy. “Aku bisa pergi ke sekolah. Sendiri! Tidak butuh bantuanmu!” lanjutnya yang membuat sang daddy mengangguk tegas.

“Baik!” sahut sang daddy. Dia menunjuk Andrea. “Kau memang anak tidak tahu diri! Pembangkang!” Setelah mengeluarkan caciannya kepada sang anak, pria yang memakai setelan jas itu langsung pergi ke arah luar. Diikuti dengan seorang pria yang memakai pakaian serba hitam— sang tangan kanan sekaligus menjabat sebagai sekretaris.

Andrea meremas kedua tangannya. Merasa emosi dengan cacian yang diberikan sang Daddy. Bukan hanya sekali, melainkan berkali-kali. Pasti setelah terjadi keributan sang daddy akan meninggalkannya dengan cacian yang menyakitkan.

Seorang pria dengan rambut yang beberapa sudah mulai memutih hanya bisa menghela napasnya panjang. Dari tadi dia hanya bisa diam di belakang Andrea. Menyaksikan keributan antara daddy dan anak itu.

“Apa kita bisa pergi, Tuan Andrea?” Pria tua itu bertanya sesudah sampai di samping Andrea. Lalu bergerak mengambil tas yang diberikan oleh pelayan wanita yang baru saja datang dari arah kamar.

“Aku tidak ingin ke sekolah, Ozan!” jawab Andrea sambil menoleh ke arah Ozan.

Ozan tersenyum. Berjongkok lalu memegang kedua pundak sang majikan. “Lalu Tuan ingin daddy marah, huh?” tanya Ozan sambil menaikkan alisnya.

“Biar saja! Aku sudah tidak peduli dengan pria itu! Lagi pula aku bisa melawannya!”

Lihat. Inilah yang kadang membuat Ozan hanya bisa meringis dalam hati. Harusnya Andrea yang masih sangat kecil ini mendapatkan kasih sayang dari orang tua. Tapi semuanya hanyalah angan-angan. Dia tumbuh di keluarga broken home. Andrea malah mendapatkan didikan keras dari sang daddy. Didikan yang berisi peraturan yang banyak serta bentakan dan hukuman jika tidak menuruti peraturan. Dan sayangnya malah membuat Andrea menjadi seperti ini— berbeda dengan seumurannya.

Ozan kembali menatap manik abu-abu Andrea. Mencoba untuk meluluhkan hati Andrea yang keras. “Tuan, lebih baik kita pergi ke sekolah sebelum terlambat .... Apa Tuan tidak ingin bertemu dengan teman-teman?”

“Tapi aku tidak punya teman, Ozan,” sahut Andrea. Ozan salah langkah. Seharusnya dia tidak menyinggung teman-teman karena memang dia tidak punya teman. Semuanya menjauh dan mereka memberikan alasan kalau Andrea adalah orang yang keras dan suka marah. Dan bukannya merasa sedih, Andrea malah menanggapi hal itu seperti angin lalu. Lagi pula dia tidak membutuhkan sekolah, melainkan sang daddy .... Kadang Andrea berpikir, harusnya sang daddy yang bersekolah, bukan dirinya.

“Kalau begitu Tuan harus melihat kami.” Ozan tidak mau menyerah. Dia terus berbicara. “Bukan hanya Tuan yang mendapatkan amukan dari daddy. Tapi kami juga. Apa Tuan ingin melihat kami semua dihukum?”

Andrea menatap Ozan sembari berpikir. Apa yang Ozan katakan memang benar. Setelah Andrea dihukum oleh sang daddy, maka orang yang bekerja di mansion akan mendapatkan giliran selanjutnya. “Baiklah.” Andrea menjawab setelah beberapa saat hening yang membuat Ozan tersenyum lega.

Walaupun keras, Andrea tetap memiliki rasa kemanusiaan walau hanya ditunjukkan kepada orang terdekatnya.

***

Sebuah mobil limousine keluaran terbaru berwarna hitam mengkilap membelah jalanan kota New York City. Di dalam mobil sudah duduk dua orang pria yang saling menghadap satu sama lain. Seorang pria yang tak lain adalah majikan dan sang tangan kanan.

“Tuan Andrea akan pulang bersama Ozan, Tuan Emir.” Perkataan dari pria bersetelan hitam itu membuat lawan bicaranya— Emir Zufran, mendongak. Melihat ke manik pria itu yang berhasil membuatnya gugup.

“Awasi dia! Jangan sampai ada yang mengganggu anak pembangkang itu!” sahut Emir yang diangguki oleh sang tangan kanan.

Perintah itu bukanlah sebagai tanda kalau dirinya menyayangi putranya. Seperti kebanyakan orang tua lain lakukan, mereka akan berusaha menjaga anaknya dari gangguan demi kebaikan anaknya .... Tetapi bagi Emir bukan seperti itu. Tujuannya hanya untuk menjaga nama baiknya. Dia orang terkenal, dan gampang sekali membuat nama baiknya hancur. Salah satu penyebab utamanya adalah Andrea. Maka dari itu Emir menyuruh tangan kanannya untuk selalu menjaga gerak gerik Andrea.

“Deniz,” panggil Emir setelah keheningan melanda mobil beberapa saat yang ingin melaju ke Zufran’s Company.

“Iya, Tuan,” sahut Deniz.

“Bagaimana keadaan Andrea?” Dan pertanyaan yang Emir berikan sukses membuat Deniz terkejut. Ini bukanlah Emir .... Emir yang Deniz tahu adalah Emir yang masa bodoh dengan keadaan anaknya, Emir yang selalu menyerahkan masalah anaknya kepada orang lain, dan Emir yang tidak ingin waktunya disibukkan oleh Andrea.

“Dia ... baik, Tuan.” Walaupun masih dalam keadaan terkejut, Deniz tetap menjawab. Dia tersenyum ketika bisa membayangkan bagaimana wajah Andrea. Walau Andrea suka memerintah tapi dia memiliki sisi manisnya tersendiri .... Entahlah, apakah Emir merasakan itu atau tidak. “Tapi ....”

“Tapi apa?” tanya Emir yang pada akhirnya menjauhkan pandangan dari ipad yang ada di genggamannya ke Deniz. Menatap Deniz dengan pandangan mendesak— berusaha menyuruh Deniz melanjutkan kalimatnya.

“Seminggu yang lalu Tuan Andrea terlibat perkelahian dengan gurunya,” jawab Deniz setelah menelan salivanya dalam. Dia berusaha mengabaikan raut terkejut Emir dan melanjutkan kalimatnya. “Saya tidak mendapatkan informasi dari Tuan Andrea karena dia tidak mau bersuara .... Pada akhirnya saya bertanya dengan sang guru dan dia mengatakan kalau Andrea tidak menyelesaikan tugas dengan baik. Tuan Andrea membentaknya karena guru memberikan tugas tambahan sebagai bentuk hukuman ... itu yang saya dapatkan dari guru tersebut, Tuan.”

Mendengar penjelasan dari Deniz membuat Emir meremas tangannya. Emir sungguh tidak menyangka kalau Andrea bisa melakukan tindakan yang dapat membuat nama Emir tercoreng. Bisa-bisanya bocah 4 tahun berkelahi dengan gurunya .... sungguh membuat Emir emosi.

“Apa yang kau lakukan dengan guru itu?” tanya Emir sambil menatap ke luar— ke arah jalanan yang diisi dengan beberapa kendaraan.

“Saya memindahkan dia ke sekolah lain,Tuan,” jawab Deniz yang membuat Emir mengangguk dengan puas .... Bekerja dengan Emir membuat Deniz tahu akan banyak hal. Salah satunya adalah ketika terjadi masalah dengan Andrea. Emir selalu memerintahkan Deniz untuk menjauhkan orang yang terlibat perkelahian dengan Andrea. Dan itu yang dia lakukan kepada guru Andrea.

“Tutup mulut guru itu dengan uang,” timpal Emir. “Aku tidak ingin masalah ini sampai ke luar dan mencoreng nama baikku. Anak itu hanya bisa membuatku malu!”

Dan sayang seribu sayang .... Tindakan yang Emir lakukan bukan untuk Andrea sepenuhnya, tapi untuk Emir dan nama belakangnya. Jujur, ini bukanlah Emir yang Deniz lihat 2 tahun lalu. Emir yang dulu adalah Emir yang hangat, bukan Emir yang sekarang dengan sikapnya yang kejam— yang rela menutup segalanya dengan uang, termasuk masalah yang menyangkut darah dagingnya.

Sebelum turun dari mobil, Emir menyempatkan diri untuk bertanya. “Apa ada meeting lagi selain pagi ini?”

Dengan sigap Deniz mengangguk dan menjawab. “Ada, Tuan. Meeting di jam lima sore—”

“Kalau begitu batalkan,” potong Emir. “Aku akan pulang cepat dan memberikan anak pembangkang itu hukuman!” lanjutnya yang lalu melangkah ke luar dan memasuki gedung pencakar langit yang mewah.

Dan hal yang bisa dilakukan Deniz untuk pertama kalinya adalah memijit pangkal hidungnya. Sungguh, berat rasanya untuk menuruti perkataan Emir .... Membatalkan meeting adalah hal yang mudah, tapi hal yang sulit bagi Deniz adalah ketika melihat majikannya—Andrea— dihukum oleh Emir.

Ini salah ... ingin sekali Deniz meneriaki itu di depan Emir. Berusaha membuka pikiran Emir supaya dia memandang Andrea sebagai anaknya, bukan sebagai bawahan Emir yang harus menuruti setiap perkataan majikan.

“Ozan.” Deniz menyapa sesudah dirinya tersambung dengan Ozan di telepon. “Jangan bawa Andrea ke tempat lain sesudah pulang sekolah. Tuan Emir akan pulang dengan cepat .... Dan keributan akan terjadi di mansion. Kuharap tidak ada lagi kesalahan yang bisa membuat Tuan Emir lebih marah lagi.”

***

Author senang banget kalau ada yang kasih review, hehehe :)

Bab terkait

  • Mom For Andrea   Kemarahan Emir

    “Andrea Zufran!”Ini adalah ketiga kalinya sang guru memanggil. Tapi sayang, murid yang bernama Andrea tidak menyahut. Yang membuat sang guru akhirnya mengedarkan pandangan ke murid-murid yang juga balik menatapnya.“Dimana Andrea? Kalian melihatnya?” tanya guru itu lagi kepada mereka. Bisa disimpulkan kalau murid-murid yang berada di kelas ini sudah bisa berbicara dan membaca, maka dari itu sang guru bertanya kepada mereka.“Aku tidak tahu, Miss Jas,” jawab seorang perempuan yang duduk di bangku depan.“Kapan kita akan memulainya, Miss?” Lagi, seorang murid laki-laki menyahut. “Jangan cari Andrea. Biar saja dia pergi. Kami tidak membutuhkannya!”Dan betapa terkejutnya guru itu ketika melihat murid-muridnya mengangguk kompak. Sesaat dia ingin menyahut, suara ketukan dari pintu membuat kalimat guru itu berhenti.&n

  • Mom For Andrea   Ragu

    Jasmine menghela napasnya sesudah puas menatap Andrea yang berdiri di hadapannya selama beberapa menit. Dirinya sibuk berperang dengan otakanya— memikirkan apa yang harus dia lakukan kepada Andrea sebagai bentuk hukuman.“Andrea, ini sudah kesekian kalinya kau tidak mengerjakan tugas rumahmu.” Jasmine menjelaskan pokok masalah mereka. Kelas itu hanya dihuni oleh mereka berdua. Sedangkan murid-murid lain bermain bersama di lapangan sebagai bentuk istirahat. “Sekarang aku ingin mengetahui alasannya. Kau tidak bisa hanya diam seperti yang dulu-dulu .... Apa tugas ini terlalu sulit?”Sudah berminggu-minggu Jasmine mengajar di kelas ini. Menghadapi banyak murid-murid dengan tingkah usil yang beragam. Tapi untuk Andrea. Jasmine selalu geleng-geleng kepala— mencoba untuk bersabar dan berharap kalau Andrea berubah walau kenyataannya tidak. Jasmine kira dengan Andrea yang tidak diberi hukuman, bocah itu akan segera

  • Mom For Andrea   Kedatangan Teresa

    Jasmine menyesal karena mengiyakan ajakan Andrea. Mereka sekarang sudah berada di depan mansion. Mendadak dirinya bingung. Apa yang harus Jasmine lakukan? Apa dia langsung memberikan surat itu? Apa dia langsung berbicara? Atau bagaimana? Bahkan dirinya tidak lagi fokus dengan bangunan mewah yang pertama kali dirinya lihat langsung. Semuanya tergantikan dengan pertanyaan itu. “Miss Jasmine, kau bisa masuk. Fazilet akan mengantarkanmu.” Fazilet yang memang tugasnya menyambut Andrea mengangguk bingung. Ingin sekali dia membawa Ozan pergi dari sini untuk mengeluarkan segala macam pertanyaannya. Tetapi melihat pria itu yang dari tadi membuang wajah, membuat Fazilet tidak bisa melakukan apapun selain menuruti Andrea. Setelah kepergian mereka, Andrea kembali memfokuskan dirin

  • Mom For Andrea   Tempat Baru

    “Silakan masuk, Nyonya Jasmine.” Deniz mengangguk kecil setelah membukakan pintu kamar yang akan ditempati Jasmine setelah resmi menyandang gelar sebagai istri Emir. Benar, pernikahan mereka terjadi dengan paksaan. Jasmine terpaksa harus menerima tawaran yang diberikan oleh Emir. Pasalnya pria kejam itu memberitahu kalau Teresa mengidap penyakit jantung yang kapanpun bisa kambuh, apalagi jika mengetahui kabar kalau mereka tak memiliki hubungan apapun. Pernikahan tersebut terjadi di mansion ini. Mansion dengan luas bangunan yang luas sanggup memuat ratusan banyak orang penting dari keluarga dan teman bisnis Emir. Teresa menyiapkannya dengan sempurna sehingga tidak menimbulkan curiga di kepala para tamu Jasmine melirik Deniz dengan tatapan tak suk

  • Mom For Andrea   Hari Pertama

    Jasmine menelan salivanya dalam. Berusaha melenyapkan rasa takut yang mendadak mulai menggerogoti tubuhnya saat sudah berada di depan kamarnya. Akhirnya Jasmine memutuskan untuk memutar knop pintu yang sudah lama ia pegang dari tadi. Pintu kamar itu pun terbuka lebar untuk Jasmine. Manik amber Jasmine langsung bertabrakan dengan tubuh Emir yang membelakanginya sesudah Jasmine masuk ke dalam. Kemeja lengan panjang itu membalut tubuh Emir dengan sedemikian rupa tanpa menghilangkan pesonanya. “Kau membuatku menunggu.” Suara itu masuk, menendang kuat telinga Jasmine yang berhasil membuat dirinya semakin takut. Pria itu berbalik badan. Menatap Jasmine dengan tatapan tajam seperti biasanya. “Berani sekali kau membuatku menunggu,” tuturnya yang lalu menjatuhkan bokongnya di sofa dengan tangan yang diletakkan di bahu sofa.&nb

  • Mom For Andrea   Teresa Pindah

    Apa Author bisa minta untuk tulis review kalian tentang cerita ini? Hehehe ... thank you!"Astaga, Sayang!" Teresa memekik kaget saat melihat bagaimana wujud dari Jasmine.Dia memegang kedua bahu Jasmine yang masih bingung lalu memutar-mutar nya. Jasmine hanya menurut saja. Dia masih mencerna mengapa Teresa memekik kaget seperti itu."Pakaian apa ini, huh?" tanya Teresa sambil menggeleng tidak percaya. "Jasmine, dengarkan Mommy baik-baik. Kau sudah menjadi istri Emir Zufran. Dan sudah sepantasnya kau memperhatikan pakaian apa yang kau gunakan."Jasmine menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia melihat ke bawah, meneliti pakaian yang Jasmine pakai. Kaus longgar dan celana jeans, lalu apa salahnya?

  • Mom For Andrea   Pindah Kamar

    Jasmine setidaknya bisa bernapas lega kali ini. Pasalnya sehabis mereka turun dari mobil, sudah ada Deniz yang berada di depan, menyambut mereka.“Oh, Deniz, ada apa? Apa kau mengambil dokumen yang tertinggal?” Teresa mengeluarkan pertanyaannya sesudah mendekat.Deniz menggeleng. “Tidak, Nyonya. Saya mendengar kabar dari Nyonya Jasmine kalau Nyonya hari ini mulai tinggal di mansion … jadi saya sudah menyiapkan segalanya, termasuk juga dengan kamar yang biasa Nyonya gunakan.””Benarkah? Padahal Mommy tidak melihat Jasmine menghubungimu tadi,” sahut Teresa sambil melirik Jasmine.“I—iya, Mom. Tadi aku mengirimkan pesan di jalan,” jelas Jasm

  • Mom For Andrea   Perkara Donat

    Mata Emir memicing tidak suka. Rahangnya mengeras keras. Dia berdiri. Berjalan dengan langkah tegasnya mendekati Jasmine yang juga berjalan mundur ke belakang karena takut."Apa yang kau lakukan disini?" Emir bertanya dengan suaranya yang meninggi sesudah jarak mereka hanya dua langkah.Jasmine menelan salivanya dalam. Dia berusaha mengumpulkan keberaniannya yang sudah hancur berkeping-keping. "A—aku—""Kau keluar dari kamar mandi milikku?!" Kalimat Jasmine menggantung karena Emir. Emir menggeleng tak percaya. Suasana juga semakin mencekam. "KELUAR!"Jasmine terperanjat kaget. Dia menggeleng. "Aku tinggal disini mulai sekarang!" Dan dengan secepat kilat, Jasmine mengeluarkan jawabannya. Dia m

Bab terbaru

  • Mom For Andrea   Makan Malam

    Napas Jasmine tertahan karena merasakan tangan Emir sudah melingkar di pinggangnya yang ramping. “Ayo,” ajak Emir. Mereka berjalan melewati karpet merah dengan kilatan-katan kamera yang terus saja bersahutan. Para awak media seperti mendapatkan mangsa yang sangat bagus untuk diterbitkan di halaman pertama.Pemikiran tentang makan malam sederhana langsung Emir tepis karena melihat banyaknya para media yang memenuhi depan hotel layaknya sekumpulan semut. Kalau saja Emir berjalan sendiri, maka sudah pasti kabar miring akan tersebar begitu lancarnya. Syukur saja Emir menuruti saran Deniz yang mengajak Jasmine.“Kenapa dia ada disini?” gumam Emir, melihat Tufan yang sudah duduk di bangku yang berhadapan dengan meja persegi panjang yang amat sangat besar. Rahangnya mengeras emosi. Ternyata Perusahaan Tex

  • Mom For Andrea   Diecast Mobil

    Tidak hanya para orang tua murid, guru-guru juga sampai tidak fokus karena pemandandangan yang tersuguh. Para kaum wanita itu berteriak dalam hati, memuji bagaimana tampannya Emir yang bersandar di pintu mobil dengan tangan yang bersedekap. Tak lupa dengan kacamata yang menjepit hidungnya yang tinggi.Andrea, bocah itu menautkan kedua alisnya bingung sembari berjalan mendekati Emir. Ada apa gerangan pria itu kemari? Dan kemana Ozan yang seharusnya menjemput dirinya?“Apa mereka menahanmu di dalam?” Setelah Andrea sampai di depan Emir, pria tampan itu segera mengeluarkan pertanyaanya. Dia menghela napas, lalu memutuskan untuk berjongkok—menyamakan tinggi mereka.Andrea menggeleng. “Tidak, Dad. Tadi ada tugas tambahan.” Andrea menjawab

  • Mom For Andrea   Makan Siang

    “Ambilkan ayamnya untukku.”Jasmine yang sedang memberikan lauk ke piring Andrea pun berhenti. Dalam kondisi bingung, Jasmine memilih mengangguk. Mengambilkan apa yang Emir minta setelah selesai dengan piring Andrea— mereka makan siang bersama di mansion.“Mulai sekarang aku juga ingin dilayani seperti kau melayani Andrea,” jelas Emir sesudah piring-nya terisi makanan.Alis Jasmine naik. Dirinya semakin bingung dengan tingkah Emir, namun Jasmine menganggukkan lagi kepalanya. Itu adalah perintah yang tidak sulit.Setelah acara makan siang selesai, Emir langsung bergegas pergi ke kantor untuk bekerja. Karena paksaan Jasmine di telepon tadi, akhirnya Emir memilih ma

  • Mom For Andrea   Mempererat

    Emir memutuskan untuk membahas semua persoalan yang terjadi belakangan ini bersama Jasmine setelah mendiami wanita itu selama beberapa hari.Sehabis kejadian malam penyatuan itu dimana Emir yang mabuk dan tak sadarkan diri, pria itu berubah seketika. Dia menjadi sangat dingin, bahkan enggan menatap Jasmine yang membuat Jasmine bertanya-tanya. Tak jarang perasaan bersalah pun menyelimuti Jasmine karena berpikir dirinya lah yang tidak bisa menjauh setelah ciuman panas yang Emir berikan.Karena tidak tahu mau memulai dari mana, akhirnya Emir membawa dasi kepada Jasmine yang sedang terduduk di depan meja rias. “Pasangkan.”Jasmine yang dapat melihat Emir dari pantulan kaca sontak terkejut. Dia berdiri, berbalik, lalu langsung dihadapkan dengan dasi Emir.

  • Mom For Andrea   Terulang Kembali

    “Jawab pertanyaan Daddy, Madison!” hardik Tufan tajam. Madison terperanjat. Dia menggeleng pelan, merasa tidak yakin. “D—dad ….” Madison menunduk dalam. “Aku bersepakat akan pergi dari kehidupan Emir dan Andrea asalkan Emir memberiku uang tiap bulan.” “Apa yang kau lakukan, Madison?!” Bentakan itu keluar dengan mulusnya. Napas Tufan terengah-engah saking kagetnya. “Hanya demi uang kau tega menjual anakmu! Ibu macam apa dirimu?” “Dad, dengarkan Madison dulu,” pinta Madison sembari memegang tangan Tufan. “Tidak ada lagi yang harus Daddy dengar!” tegas Tufan dengan nada penuh yakin. “Selesaikan kesepakatan kalian dengan mandiri, baru setelah itu kau bisa datang ke Daddy! Ingat, Madison, kalau

  • Mom For Andrea   Kemarahan Emir

    Ayo dong kasih review nya hehehe“Apa yang kau lakukan disini?” Bariton Emir terdengar amat mengerikan sesudah mereka sampai di tangga darurat. Tidak ada siapapun disana selain mereka. Cekalan itu pun juga membuat Jasmine meringis kesakitan. Emir marah, mengetahui kalau Jasmine bekerja tanpa seizin darinya.“A—aku butuh pekerjaan,” Walau dalam kondisi penuh ketakutan, Jasmine tetap mengeluarkan jawabannya. Dia menatap manik abu Emir. “Keluargaku hidup dengan uangku! Aku harus memberi mereka uang setiap bulan—““Apa uangku tidak cukup?” Emir memotong dengan rahang yang mengetat. “Aku sudah memberimu banyak uang! Kau hanya perlu duduk diam di rumah! Tapi apa yang kau lakukan? Kau malah membuatku malu! Apa kata orang kalau menyadari dirimu

  • Mom For Andrea   Waitress

    Madison tersenyum lebar sembari mendekap tubuh Andrea. Tak terasa, matanya berkaca-kaca. Andrea, balita yang ia tinggalkan sebelum berhasil memanggilnya mommy itu sudah sebesar sekarang. Tubuhnya berisi, menunjukkan kalau Andrea sangat sehat. Dan wajah itu sangat mirip dengan Emir terlebih warna mata— abu-abu “Kau sangat tampan,” kata Madison sambil menangkup wajah Andrea. Andrea menatap Jasmine, lalu kembali ke Madison. Jasmine tahu kalau Andrea masih belum merasa nyaman. “Memang,” sahut Andrea. “Aku sangat tampan, Mommy sering mengakuinya langsung,” lanjutnya sambil menatap Jasmine. Madison menarik bibirnya, sedikit paksa. “Ayo, kau ingin makan? Mommy akan memesankan untukmu.” Madison berusaha memutuskan tatapan mereka.

  • Mom For Andrea   Bertemu dengan Madison

    Emir berdehem. “Aku … mandi,” katanya yang lalu berlalu pergi masuk ke dalam kamar mandi. Di dalam, dia merutuki dirinya yang mendadak canggung.Sedangkan Jasmine, wanita itu menghela napasnya panjang. Dia merapatkan selimut tersebut ke tubuhnya. Perasaan kecewa tentu saja ada. Melihat Emir yang mendadak dingin, jauh berbeda dengan kegiatan semalam, tentu membuat Jasmine bertanya-tanya.“Apa dia mabuk semalam?” tanya Jasmine dengan perasaan yang mendadak menciut. Tak mau berlama-lama dengan kondisi tubuh seperti itu, akhirnya Jasmine berjalan tertatih ke walk-in closet. Perih sekali rasanya di bawah sana, Emir menghujam tanpa penuh ampun kemarin malam.Sesudah mengguyur tubuhnya dengan air dingin, Emir memutuskan untuk keluar

  • Mom For Andrea   Malam Penyatuan

    Klub yang penuh dengan dentuman masuk, orang melompat-lompat, dan bau minuman— nyatanya tidak satupun pikiran Emir terbukti. Ternyata pertemuan itu diadakan di sebuah ruangan tertutup, dimana tadi mereka melewati ruangan yang benar-benar disebut klub, baru sampai di ruangan yang sudah dipesan Perusahaan Texas. Ruangan tersebut gelap, hanya ada lampu di atas sebagai penerang, dingin, dan juga kedap suara baik dari luar maupun dalam.Emir berdehem, meminta izin untuk ke kamar mandi disela-sela makan mereka sebagai penjeda dari bisnis yang sedang mereka bicarakan. Mendadak Emir ingin buang air kecil, suhu ruangan ini sangat dingin.Ketika cuaca sedang dingin, ginjal menyaring lebih banyak darah dari biasanya karena ada lebih banyak darah yang dipompa ke seluruh tubuh. Itu sebabnya ginjal akhirnya menghasilkan lebih ban

DMCA.com Protection Status