Share

Bab 6

Author: Bemine
last update Last Updated: 2024-08-09 13:01:54

Mas Hadri membawaku pulang dari rumah sakit setelah dua malam dirawat. Dia menjemputku, membantu memapahku yang sebenarnya sudah sangat bugar untuk berjalan sendirian.

Kami masuk ke rumah, Mas Hadri menenteng tas yang kupakai saat ke rumah ibu mertua. Dia meletakkannya di meja, lalu bertanya, “Mau masuk ke kamar, Sayang?”

Sejenak, aku diam. Sebenarnya bukan diam karena sakit atau lelah, aku diam seraya mengitari rumah dengan sorot mata. Dua malam tidur di luar, Mas Hadri terpaksa kutinggalkan di rumah ini lagi, bahkan tanpa meminta Fani pulang. Ditambah lagi, ada sepotong ingatan mengerikan yang terus berusaha kucari kebenarannya.

“Tidak dulu, Mas. Aku mau duduk sebentar di sini,” jelasku pada Mas Hadri.

“Ya sudah, Mas masuk dulu, Sayang. Kalau kamu butuh sesuatu, panggil Mas atau Fani!” balasnya seraya membantuku duduk di sofa.

Tidak butuh waktu lama, setelah Mas Hadri memastikan aku aman di sana, dia beranjak pergi. Mas Hadri meninggalkanku, dia berjalan yakin menuju kamar kami seorang diri, bahkan bersenandung pelan hingga seluruh tubuhku jadi merinding.

Sepeninggalnya, aku langsung bangkit. Dua hari tinggal di luar, hantu perempuan itu atau gaun malamku tidak bisa hilang dari bayangan.

Aku beranjak ke dapur, kemudian ke ruang laundry yang kecil. Keranjang baju kotor yang selama ini menyimpan banyak hal langsung kuobrak-abrik. Satu per satu kain yang ada di dalamnya aku keluarkan demi mencari gaun malam yang mungkin saja kembali muncul di dalam sini.

Nihil! Tidak ada apa-apa. Hanya pakaian milik Mas Hadri yang ada.

Aku tidak ingin menyerah, lalu mengalihkan tujuan menjadi Fani yang baru saja masuk dari taman belakang. Perempuan itu membawa keranjang berisi baju bersih yang akan disetrikanya malam nanti.

“Fan?” panggilku padanya tanpa memindahkan tatapan meski hanya sejengkal.

Perempuan itu, wajahnya terlihat segar. Pipinya merona dan bibirnya terus tersenyum. Menurutku, dia jadi semakin cantik setiap harinya, bahkan dia masih gadis dengan umur yang sangat muda.

“Iya, Bu?” Fani meletakkan keranjang baju, dia berjalan ke arahku. “Ibu butuh sesuatu?”

Lagi, aku diam. Kali ini aku memandangi keranjang baju yang diturunkan oleh Fani.

“Sebentar!”

Aku langsung bergerak menuju keranjang baju kotor itu, mengeluarkan setiap kain yang ada di dalamnya hingga Fani memekik terkejut. Dia terus bertanya apa yang aku cari, apa yang aku butuhkan. Tapi, sekalipun aku tidak menjawab.

Celana, baju kaos, kemeja, bahkan singlet milik Mas Hadri terus bermunculan. Anehnya, aku tidak pernah melihat Mas Hadri memakai semua pakaian itu, entah bekerja atau di rumah. Mas Hadri ternyata menghabiskan pakaian dua kali lipat lebih banyak dibanding diriku.

Sampai ....

“Astagfirullah!” Fani menjerit kaget.

Di ujung jari, aku menenteng gaun malamku yang berwarna putih. Bahannya silk dan sangat tipis hampir transparan. Gaun yang memiliki belahan rendah itu tidak mengeluarkan bau busuk seperti beberapa pakaian sebelumnya. Bahkan, kardigan yang melengkapinya juga ada di dalam keranjang tersebut.

“Fani, kamu yang cuci ini, kan?”

Fani membelalak mendengar pertanyaan dariku. Perempuan itu menutup mulut, menggeleng putus asa. “Bu, saya enggak tahu itu apa. Saya hanya cuci semua pakaian yang ada di keranjang dan dijemur, Bu.” Kemudian, Fani menangis.

“Kamu jujur sama aku, Fan. Kenapa benda ini ....”

Aku berhenti bicara. Tubuhku langsung merasa lelah setelah menemukan secarik pakaian milikku di keranjang itu. Tidak pernah kugunakan, tidak lagi sempat kupakai di badan untuk menyenangkan Mas Hadri, tapi lagi-lagi ada di keranjang baju kotor.

“Bu, saya ....”

“Pergilah, selesaikan pekerjaanmu!” titahku padanya karena tidak ingin mendengarkan tangisan Fani.

Sementara ini, aku tidak punya bukti untuk menuduh siapapun mengambil atau memakai pakaian ini. Bahkan Fani sendiri, aku juga tidak bisa menyebutnya sebagai pelaku. Jikapun memang Fani yang mengambil semua pakaianku, untuk apa? Dalam kondisi apa dia memakai pakaian seperti ini?

Ah, perasaanku bergejolak lagi. Aku langsung menumpu badan di dashboar sofa. Kepalaku sakit seperti dihantam bebatuan.

Sekali lagi, aku memutuskan untuk memeriksa gaun itu. Sayang sekali karena gaun ini ikut muncul di keranjang baju tanpa kupakai, padahal ini adalah gaun favoritku, bahkan Mas Hadri tidak bisa berhenti memuji saat gaun ini ada di tubuhku.

Haruskah aku membakarnya saja?

Tapi, tiba-tiba saja aku mengingat satu hal. Malam itu, hantu perempuan yang muncul di rumahku juga memakai gaun malam yang rendah.

Aku mengangkat tinggi-tinggi gaun tersebut. Ya, mirip sekali dengan gaun ini.

“Sayang? Kamu ngapain lagi, sih!” tegur Mas Hadri.

Pria itu berdiri di depan pintu kamar kami, terlihat jelas siluetnya dari balik gaun malam tipis itu. Mas Hadri memandangiku dengan dua tangan terselip di saku celana trainingnya. Dia sudah berganti pakaian dari kemeja lengan panjang dan jeans saat mejemputku menjadi setelan rumahan yang nyaman.

“Mas ....”

“Iya, kenapa?” Mas Hadri menjawab sembari berjalan ke arahku. Pria itu menatap, kemudian mencoba menurunkan gaun malam yang terus membuatku kacau itu. “Ini, kenapa ....”

“Apa hantu bisa pakai baju manusia, Mas?” tanyaku pada Mas Hadri.

“A-apa? Kamu bicara apa, Sayang?”

“Hantu perempuan yang selalu kamu bicarakan itu, apa mungkin dia yang memakai semua gaun-gaunku?” telisikku sembari menyoroti Mas Hadri.

Pria yang terlihat tenang itu tiba-tiba mengangkat sorot matanya. Dia mengernyitkan kening sesaat, lalu memasang ekspresi bingung.

“Sayang, kamu ....”

“Aku tidak berhalusinasi, Mas. Malam itu, aku juga melihat hantu di rumah kita, hantu perempuan yang selalu kamu bicarakan, dia memakai gaun ini!” tegasku pada Mas Hadri, dan manik mata pria itu bergetar. “Apa hantu itu bisa mengikuti kita sampai ke rumah ibumu?”

Tanganku mengepal karena Mas Hadri tercenung. Pria itu tidak langsung membantah, bahkan sikapnya saat ini seperti baru saja dipergoki saat berselingkuh. Tapi, apa mungkin Mas Hadri berselingkuh dengan hantu? Sosok itu langsung menghilang setelah aku pergoki malam itu, sulit sekali dinalar oleh logika.

Sekujur tubuhku langsung merinding. Mas Hadri berusaha menenangkanku dengan sentuhannya, namun aku lebih dulu melepas diri dan menjauh darinya.

“Mas, aku butuh waktu untuk istirahat!” pintaku pada Mas Hadri. Aku bergegas pergi darinya, membiarkan Mas Hadri memiliki gaun malam yang sudah tidak ingin kulihat lagi itu.

“Sayang? Kirana!” pekiknya. Aku mengabaikan Mas Hadri dengan masuk ke dalam kamar, lalu menguncinya.

Beberapa kali Mas Hadri menggedor.

“Kirana, kamu ini kenapa? Aku salah apa sama kamu!”

“Mas, aku mau istirahat.”

“Iya, tapi kenapa harus kunci pintu segala, Sayang?” seru Mas Hadri dengan masih mengetuk pintu.

Aku bergeming di ranjang, berpikir keras sembari menahan diri agar tidak menangis. Bukannya takut pada sosok hantu perempuan tersebut, karena diriku masih memakai logika untuk segala hal.

Bagaimana kalau itu bukan hantu?

Tidak ada yang tahu apa yang terjadi setiap kali diriku dinas di luar. Bukankah Mas Hadri selalu tinggal sendiri di rumah ini? Apa Fani ....

“Kirana!”

“Mas, aku sudah bilang mau sendirian!”

“Kirana, ini aku ... Della.”

Related chapters

  • Misteri Perempuan yang Memakai Gaun Tidurku    Bab 7

    “Kamu sakit apa? Aku dengar di kantor kalau kamu terluka dan harus dirawat,” ucap Della setelah aku membiarkan perempuan itu masuk ke dalam kamar. Tepat setelahnya, pintu segera kukunci kembali meski Mas Hadri berdiri di depannya dengan tatapan nanar penuh harap.Della datang seusai pulang bekerja. Perempuan cerita itu masih memakai setelan kantornya yang fashionable, bahkan tubuhnya masih dilekati oleh parfum. Dia menempati tepian ranjang, sangat dekat denganku.“Dell, soal suami kamu ....” Aku berlirih dengan suara halus, sangat tidak ingin Mas Hadri tahu perihal pernikahan Della yang telah kandas karena suaminya itu.Ekspresi Della langsung berubah. Dia menatapku dengan sorot mata yang lebih sayu, bahkan sedikit berbalik arah.“Pria itu, argh ... aku benar-benar muak kalau harus mengingatnya. Sudah bagus aku masih mau sabar dan memaafkan, malah kelakuannya makin bejat saja.” Della berkisah sembari mengepalkan tangan.Aku tersenyum tipis usai mendengar cerita Della. Timbul niat di d

    Last Updated : 2024-08-09
  • Misteri Perempuan yang Memakai Gaun Tidurku    Bab 8

    “Mas, aku jalan dulu, ya?” lirihku pada Mas Hadri dengan suara mendayu pagi itu.Mobil kantor yang bertugas menjemput sudah berhenti di depan pagar. Seorang pria duduk di dalamnya, memakai setelan sopir dari perusahaan.Mas Hadri tersenyum padaku. Dia mengulur tangan, aku sambut dengan mengecup punggung tangannya sebagai baktiku selaku istri.“Hati-hati, Sayang. Maaf Mas enggak bisa temenin kamu pergi sejauh itu. Kalau Mas pergi, kerjaan Mas bakalan berantakan, di rumah juga sepi.” Mas Hadri menjelaskannya lagi.Aku hanya mengiyakan ucapannya. Penjelasan itu sudah kudengar hingga muak rasanya. Dari awal, aku menawarkan banyak hal, termasuk menjamin cuti dan pekerjaannya di kantor agar Mas Hadri bersedia ikut denganku selama dua minggu. Nyatanya, Mas Hadri menang dan aku harus pergi sendiri.“Iya, Mas. Sampai jumpa dua minggu lagi!” ucapku padan

    Last Updated : 2024-09-15
  • Misteri Perempuan yang Memakai Gaun Tidurku    Bab 9

    “Kenapa kamu ada di sini?” Aku berteriak hingga urat leher bermunculan di balik kulit.Mata ini membelalak, tidak menyangka jika sosok yang selama ini terus membuatku gelisah benar-benar ada di rumah saat dia sudah kupastikan pulang. Sungguh, hal yang saat ini menyambut kepulanganku benar-benar membuat diri ini kehabisan kata-kata.“Kenapa kamu ada di rumah, Fan?” pekikku kembali.Meski kehadiran Fani sudah lebih dari cukup untuk menjawab semua kegundahanku. Namun, aku tetap berusaha untuk tenang, tidak terbalut emosi, apa lagi sampai bertindak anarkis.“Sayang, kenapa kamu teriak begini? Apa salahnya Fani kerja di rumah? Mas capek makan nasi warung, sedangkan kamu tidak pernah masak, selalu bekerja sampai meninggalkan Mas berminggu-minggu!” bantah Mas Hadri dari belakangku.“Mas, kamu diam dulu! Aku bicara sama Fani.” Lidahku berke

    Last Updated : 2024-09-16
  • Misteri Perempuan yang Memakai Gaun Tidurku    Bab 10

    “Kenapa memangnya, Bu?” balasku seraya mendekati kursi yang berlawanan dengan ibu mertua. Perempuan itu malah mencebik. Didorongnya mangkuk yang berisi potongan ayam goreng. Wajahnya bengis, persis seperti malam itu, saat aku tiba-tiba berakhir di rumah sakit.“Loh, kok kenapa, Kirana? Kamu ini tidak paham atau bagaimana? Fani itu sudah Ibu suruh kerja di sini, buat ngurusin Hadri. Semua ini penyebabnya ya karena kamu enggak bisa ngurus Hadri!” cecar ibu mertua ke arahku.Ucapannya itu tidak sepenuhnya salah. Memang kehadiran Fani sangat membantu. Aku tidak perlu pusing soal cucian, rumah yang berdebu atau menu makan setiap harinya. Pulang kerja, tugasku beristirahat lalu melayani Mas Hadri, sisanya di-handle oleh Fani.Hanya saja, aku tidak bisa lagi percaya sepenuhnya pada perempuan itu. Terlalu banyak hal mencurigakan darinya, terutama setelah aku menemukan Fani di dalam kamarnya saat aku dinas

    Last Updated : 2024-09-17
  • Misteri Perempuan yang Memakai Gaun Tidurku    Bab 11

    “Mas, kamu apa-apaan, sih?” Aku lebih dulu berbicara sebelum Mas Hadri kembali berkata.Pria yang kunikahi belum lama ini terus menerjang ke depan, memandang Alam sebagai musuh utama yang harus dituntaskan olehnya. Sungguh, kondisi ini di luar kendaliku, sebab selain kami masih di kantor, Mas Hadri dan Alam belum saling mengenal satu sama lain. Pertemuan pertama mereka dalam kondisi yang tidak menyenangkan hingga Mas Hadri langsung menganggapnya sebagai lawan.“Kamu yang kenapa, Kir! Aku lihat dia di rumah malam itu, kalian pulang bersama. Sekarang, pria ini juga ke kantor. Apa kalian punya hubungan yang tidak aku tahu? Semua teman-temanmu aku kenal, kecuali pria ini.”“Mas, kamu salah paham. Kenapa aku harus memperkenalkan kamu sama seseorang yang juga asing buat aku.”“Asing? Tapi pria yang kamu bilang asing ini sudah dua kali muncul sama kamu!”

    Last Updated : 2024-09-18
  • Misteri Perempuan yang Memakai Gaun Tidurku    Bab 12

    Sesuai dengan keputusan awal, aku kembali dinas sendirian. Mas Hadri mengantar sampai ke bandara, berbisik tanpa henti kalau aku tidak perlu mengkhawatirkan keadaannya. Ibu mertua akan terus datang untuk membantunya karena Fani tetap kuminta pulang.Aku berangkat, terbang dengan pesawat milik negara ini, membawa perasaan gelisah yang tidak terbendung sama sekali. Kali ini, jauh lebih risau dibanding sebelumnya.Wajah Mas Hadri saat kami berpisah, jelas sekali jika dia berpura-pura sedih karena tidak bisa menemaniku bepergian. Aku bahkan tidak bisa menyembunyikan kekecewaan yang mendalam, sebab tindakan Mas Hadri sejak dia tahu kalau aku akan pergi jauh membenarkan semua tuduhan Alam dan Della padanya.Helaan napasku mengudara kembali. Aku melempar pandang lewat jendela oval pesawat yang mengantarku pergi. Saat pulang nanti, entah apa yang akan terjadi.--“Begini Mbak Kiran

    Last Updated : 2024-09-19
  • Misteri Perempuan yang Memakai Gaun Tidurku    Bab 13

    Satu hari lagi berlalu sejak kejadian itu. Aku menahan diri, menggigit bibir, bahkan menjambak rambut. Semua hal yang bisa menekan keinginan untuk segera pulang kulakukan, karena aku masih menunggu kabar dari ibu dan ayah yang sudah datang ke rumah.Kakiku gemetar, ujung heels terus berbenturan dengan lantai marmer di hotel. Aku duduk di salah satu sofa besar ruang tunggu, menatap kosong ke arah meja yang diisi oleh beberapa map serta satu gelas jus.[Kirana, Ibu tahu kamu gelisah, tapi Ibu rasa semua itu hanyalah ujian dalam pernikahanmu. Hadri terlihat sangat manis, dia baik sama Ibu dan Ayah. Fani juga tidak ada di sini.]Aku melirik layar gawai. Pesan yang kunanti dari ibu datang dan muncul di layar notifikasi. Jelas, sudah pasti begitu. Tidak mungkin Mas Hadri akan memperlihatkan kebusukannya di depan ayah dan ibu yang datang ke rumah.[Kalau pekerjaanmu sudah selesai, pulanglah. Hadri rindu kat

    Last Updated : 2024-09-20
  • Misteri Perempuan yang Memakai Gaun Tidurku    Bab 14

    “Hadri, Ibu dan Bapak balik dulu ke kampung. Ibu titip Kirana, ya? Anak Ibu satu-satunya.” Ibu berbicara lembut sembari menggenggam erat tangan Mas Hadri.Terlihat jelas pancaran harapan dari kedua manik matanya yang sayu. Ibu pasti benar-benar percaya dengan apa yang diucapkan Mas Hadri padanya, perihal rumah tangga kami yang baik-baik saja, yang penuh kebahagiaan dan kedamaian. Hal itulah yang membuat Ibu begitu yakin untuk segera kembali ke desa.Aku berdiri di belakang ibu dan bapak, melipat dua tangan di dada. Sudah berpakaian rapi, menyandang tas kecil serta mengikat rambut. Bibirku kelu, tidak berkata apa pun. Malah membuang muka ke arah pintu pagar karena jemputan kami sudah datang.Ya ... aku meminta bantuan dari sopir kantor untuk mengantar Ibu dan Bapak ke desa. Bukan tanpa alasan, ini semua karena Mas Hadri yang tiba-tiba banyak cerita.“Kir, aku harus ketemu teman l

    Last Updated : 2024-09-21

Latest chapter

  • Misteri Perempuan yang Memakai Gaun Tidurku    Bab 22

    “Eh, itu ....”Aku melenggang di antara deretan kubikel-kubikel berwarna biru elektrik. Para penghuninya menoleh ke arahku, menyunggingkan mulut, mencolek teman sebelah atau bahkan mengirimkan pesan lewat aplikasi chat.Mereka melakukan ini semua bukan tanpa alasan. Sudah sebulan lamanya sejak aku melayangkan gugatan perceraian ke pengadilan. Pengacara yang kubayar mahal agar bisa membungkam Mas Hadri dan keluarganya sudah memastikan kalau pengadilan mendapatkan semua bukti perselingkuhan Mas Hadri, penipuan yang dilakukan olehnya dan ibunya, serta semua hal busuk yang mereka lakukan di belakangku.Seharusnya, aku cukup tenang sampai di titik itu. Tapi ....“Kudengar, memang Bu Kirana sih yang nge-godain Hadri. Maklum, umur sudah banyak tapi belum ada yang ngajak nikah. Sekalinya kenal sama brondong langsung dipikat!” cecar seorang perempuan yang mencepol rambutnya.Dia menutup mulut usai berkata demikian. Temannya yang menyimak terkikik geli, lalu buru-buru mengatur ekspresi karena a

  • Misteri Perempuan yang Memakai Gaun Tidurku    Bab 21

    “Kamu kira, aku tidak akan pernah tahu, Mas? Dengan apa Ibumu memukul kepalaku malam itu?” Suaraku menukik tajam, aku berang hingga berteriak pada Mas Hadri.Sudah tidak ada lagi rasa hormatku pada pria ini, juga pada ibunya yang kini menatapku dengan sorot mata membelalak. Sudah pasti, perempuan itu tidak menyangka kalau aku menyadari apa yang dilakukan olehnya. Sayangnya, bukti tidak ada, hanya ingatan serta pantulan sosok ibu mertua dari jendela lemari yang menjadi saksinya.“Mana mungkin!” lirih ibu mertua sembari menutup mulut.Aku tersenyum, mengejeknya. “Bu, ada alasan kenapa aku bisa jadi pejabat perusahaan di usia muda!” sindirku.“Kirana, itu semua hanya kesalahpahaman. Kamu tahu kan akibatnya kalau perempuan meminta cerai? Apa kamu kira akan ada lelaki lain yang mau menerimamu?” ucap Mas Hadri.Perkataannya berhasil menorehkan segaris luka di dalam dadaku. Dia memperlakukanku seperti seorang perempuan hina yang hanya bisa bahagia di dalam kungkungan lelaki.“Mas, aku bukan

  • Misteri Perempuan yang Memakai Gaun Tidurku    Bab 20

    “Bagus, Mas. Kamu sama dia memang sudah seharusnya pisah. Mau tunggu sampai kapan?” Ica berseru. “Aku mau segera kita daftarkan pernikahannya ke KUA, Mas.”Aku menyungging senyum mendengar ocehan dari perempuan itu. Umurnya jauh lebih muda dariku, tapi liciknya sudah tidak tertandingi. Dia minta Mas Hadri membuangku agar segera menjadikannya istri sah secara negara.“Sepakat. Kalau begitu masalahnya sudah selesai, kan?” imbuhku lagi tetap mengatur ekspresi.Kali ini, hanya aku yang berbicara. Bapak mengepal tangan di dalam pangkuannya, sedangkan ibu terus menggenggam erat tangan Della. Tentu saja hatinya hancur melihat pernikahanku berantakan seperti ini.Tapi, ini sudah akhirnya. Tidak ada alasan bagiku untuk bertahan, apa lagi sampai mengemis.“Kirana, kamu mau pisah dariku?”“Iya, mau apa lagi? Mumpung belum punya anak juga, Mas. Setidaknya yang kamu sakiti cuma aku, bukan anak-anak yang tidak tahu apa-apa,” balasku lagi. “Lagian, kamu kan sudah punya istri, jangan tamak ingin puny

  • Misteri Perempuan yang Memakai Gaun Tidurku    Bab 19

    “Assalamualaikum, Bu?” ucapku sembari mengetuk pelan daun pintu.Ini hampir subuh dan aku baru saja tiba di rumah bapak dan ibu. Memakai gaun panjang, rambut acak-acakan dan wajah sembab karena beberapa kali melawan air mata yang terus mengalir tanpa izin. Entah bagaimana reaksi bapak dan ibu saat melihat hadirku di rumahnya membawa luka yang tidak pernah mereka duga.“Bapak? Ibu ... ini Kirana!” Aku berseru lagi.Suasana begitu sepi di luar rumah. Pedesaan ini tidak lagi ramai seperti saat aku kecil dulu. Banyak pemuda dan pemudinya memilih keluar dari desa, mencari rezeki ke kota, tidak ubahnya diriku.“Belum ada yang jawab juga, Kir?” Itu suara Della.Perempuan berhijab itu mengantarku ke desa. Sendirian? Tentu saja tidak. Ada Alam yang lagi-lagi bersedia direpotkan. Dia menyetir di tengah malam hingga akhirnya kami tiba ke rumah orang tuaku.“Waalaikumsalam! Siapa di luar?” sambut ibu.Mendengar suaranya, hatiku bergetar. Bagaimana kalau ibu syok melihatku? Haruskah aku pergi lagi

  • Misteri Perempuan yang Memakai Gaun Tidurku    Bab 18

    “Apa maksudmu bocah? Aku bukan bocah!” Perempuan itu menyahut lagi.Sebelum aku menyambar perkataannya, Alam tiba-tiba saja melempar selimut tebal dari kamarku ke arah perempuan itu. Membuatnya terperangah, kesal dan juga tersinggung. Tapi, Alam tetap dengan pendiriannya sendiri.“Tutupi tubuhmu. Tidak ada yang akan tergoda dengan itu kecuali pria pengkhianat!” cela Alam yang membuat Della terkikik di sebelahku.Bahkan aku terkejut melihatnya. Sesaat lalu Alam masih duduk di sofa, entah kapan dia bangkit lalu membawa selimut dari kamarku.“Apa katamu? Jangan asal bicara padanya!” Mas Hadri menyalak. Jelas sekali jika dia tersinggung dengan perkataan Alam. “Pria pengkhianat? Lalu apa kata yang pantas untuk pria yang sibuk mengejar istri orang lain?”“Setidaknya, aku tidak bermain api di atas ranjang milik istriku sendiri!” Alam menyahut lagi.Hal itu membuatku menyadari sesuatu, jika selama ini Mas Hadri tidak pernah berdiri untuk membelaku. Dia membiarkan orang-orang mengomeliku, meng

  • Misteri Perempuan yang Memakai Gaun Tidurku    Bab 17

    “Ini bukan suara hantu!” Alam berbicara. “Kalian di belakang, jangan mendahului,” ucapnya kemudian.Aku mencoba tegar, sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi sesaat lagi.Begitu Alam menerjang ke depan, sempat aku melirik ke arah dapur. Tempat di dekat dispenser itu selalu dihantui oleh sosok yang memakai gaun minim setiap kali aku pulang dari dinas dalam keadaan lelah. Tapi, malam ini posisi itu kosong. Tentu saja, sebab sosok itu sedang beradu erang dengan Mas Hadri di dalam kamarku.“Kir?” panggil Della. Dia meraih tanganku, menggenggamnya begitu erat.Della menyalurkan begitu banyak kata penguat, bahkan dia tidak beranjak meski hanya selangkah, tetap bersamaku di belakang Alam. Della juga berkata jika semuanya akan segera berlalu dan aku tidak akan remuk hanya karena hal seperti ini.“Tidak apa, aku bisa!” balasku dengan intonasi yang sangat rendah.Alam mendengarnya, hanya menoleh sedikit. Dia sudah berdiri di depan pintu kamar dengan dua tangan yang mengepal. Della di bel

  • Misteri Perempuan yang Memakai Gaun Tidurku    Bab 16

    Ruangan ruas, ballroom yang menjadi tempat berlangsungnya acara ulang tahun perusahaan yang ke-50 terasa tenang. Beberapa kali terdengar denting pisau dan garpu, juga suara obrolan yang sangat kecil dari setiap meja berbentuk lingkaran.Ada puluhan, ah ... lebih dari dua ratus orang hadir malam ini. Perusahaan membuat perayaan yang jauh lebih megah dibanding sebelumnya. Aku melihat banyak sosok yang wajahnya mondar-mandir di layar tv di beberapa meja, mereka sepertinya sangat akrab dengan rekan satu meja.Kuhela napas, ini sudah yang kesekian kalinya. Mungkin gaun panjang, atau headpiece yang mengganggu, rasanya sangat menyesakkan.Steak dari daging terbaik hanya nganggur di piring, bahkan belum tersentuh oleh ujung pisau. Sedangkan Della, perempuan itu sudah menikmati dessertnya.Sret ...Aku melirik cepat, sebuah suara yang bahkan membuat duniaku teralihkan. Rupanya Alam pelakunya.“Alam, apa yang kamu lakukan?” tegurku sembari menarik piring agak menjauh.Tanpa izinku, dia sudah me

  • Misteri Perempuan yang Memakai Gaun Tidurku    Bab 15

    Malam menjelang, aku tiba di rumah tepat jam tujuh. Sendirian, tidak ada yang menyambut.Aku masuk ke dalam rumah dengan kunci pegangan, berharap banyak agar tidak melihat hantu perempuan yang selalu mengganggu ketenanganku akhir-akhir ini. Syukurnya, begitu pintu terbuka, Fani muncul lebih dulu.“Bu?” panggilnya santun. Dia tersenyum tipis.Perempuan rajin yang memakai kardigan kesayangannya itu kikuk melihatku. Mungkin, mungkin saja ... aku juga tidak bisa membaca isi hatinya. Mungkin saja Fani khawatir aku akan marah karena dirinya kembali ke rumah sebelum kuberi perintah.“Baru sampai?” tanyaku sembari melepas sepatu, lalu tas yang menemani perjalanan mengantar ibu dan bapak ke desa.Fani menganggukkan kepala. Tindakannya membuat jilbab bergo biru gelapnya itu berguncang lembut. Lalu, jatuh kembali menutupi dada.Kulihat semuanya dalam diam. Lalu, sebersit tanya menembus angan.Apa rasanya berhijab? Apa rasanya berpakaian tertutup seperti ini?Kenapa aku masih belum bisa melakukan

  • Misteri Perempuan yang Memakai Gaun Tidurku    Bab 14

    “Hadri, Ibu dan Bapak balik dulu ke kampung. Ibu titip Kirana, ya? Anak Ibu satu-satunya.” Ibu berbicara lembut sembari menggenggam erat tangan Mas Hadri.Terlihat jelas pancaran harapan dari kedua manik matanya yang sayu. Ibu pasti benar-benar percaya dengan apa yang diucapkan Mas Hadri padanya, perihal rumah tangga kami yang baik-baik saja, yang penuh kebahagiaan dan kedamaian. Hal itulah yang membuat Ibu begitu yakin untuk segera kembali ke desa.Aku berdiri di belakang ibu dan bapak, melipat dua tangan di dada. Sudah berpakaian rapi, menyandang tas kecil serta mengikat rambut. Bibirku kelu, tidak berkata apa pun. Malah membuang muka ke arah pintu pagar karena jemputan kami sudah datang.Ya ... aku meminta bantuan dari sopir kantor untuk mengantar Ibu dan Bapak ke desa. Bukan tanpa alasan, ini semua karena Mas Hadri yang tiba-tiba banyak cerita.“Kir, aku harus ketemu teman l

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status