Share

Misteri Menara Tanpa Nama
Misteri Menara Tanpa Nama
Penulis: Ismail Fadillah

Prolog

Penulis: Ismail Fadillah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-21 12:16:58

Semua orang yang berada di ruangan ini hanya dapat terdiam membeku saat melihat sesuatu yang tertancap di dinding, itu termasuk diriku yang hanya bisa menatap tak percaya pada apa yang jelas-jelas dapat kulihat di depan mataku.

Cairan warna merah terus menetes dari benda itu, padahal lantai ruangan itu sudah diwarnai oleh warna merah dimana-mana.

Bau menyengat juga dapat tercium dari benda tersebut. Beberapa orang yang tak tahan dengan apa yang mereka lihat mulai muntah dan meninggalkan ruangan secepat mungkin, tapi beberapa orang masih bertahan tak bergerak dari posisi mereka berdiri.

“Kenapa hal ini bisa terjadi....?”

Sebuah pertanyaan dapat terdengar dari seseorang, tapi Aku tak yakin siapa yang mengatakan hal tersebut. Sejujurnya otakku saat ini tak memiliki ruang untuk memikirkan siapa yang menanyakan hal tersebut, karena saat ini Aku juga memikirkan hal yang sama dengan orang tersebut. ‘Kenapa hal ini bisa terjadi?’

Pemandangan yang sungguh tak bisa dipercaya oleh mata ada di hadapanku. Tubuh seorang pria baru saja dipajang di sana dengan bagian tubuh yang terpotong-potong menjadi 10 bagian.

Padahal pria itu baru beberapa jam yang lalu masih bersama kami dan masih bisa berbicara dengan kami, tapi kenapa hanya dalam waktu hitungan jam, tubuh orang itu bisa berubah menjadi potongan daging. Siapa orang yang dapat melakukan hal tersebut? Dan tanpa ada yang menyadarinya? Hal seperti ini jelas tak logis bagi otakku.

Saat pikiranku sedang memproses apa yang baru saja terjadi, pikiranku kembali ke kemarin pagi, saat awal dari semua ini dimulai.

Pagi yang cerah dengan matahari yang baru saja menampakan dirinya. Aku keluar dari rumahku sambil membawa 2 tas yang berisi pakaian, peralatan dan perlengkapan yang akan diperlukan untukku memulai hidup baru di tempat yang baru.

“Oi, Kau... kenapa kau lama sekali?”

Setelah berjalan cukup jauh dari rumahku, Aku bertemu dengan teman lamaku. Dia sedang menyilangkan tangannya sambil menyenderkan tubuhnya pada sebuah tiang. Sepertinya Aku telah membuatnya menunggu cukup lama.

“Maaf, Aku harus menunggu waktu yang tepat sebelum bisa keluar dari rumah.”

“Begitukah? Kalau begitu, cepatlah! Mereka meninggalkan kita.”

Tanpa membuang banyak waktu, dia mulai berjalan. Aku segera mengikutinya dari belakang.

“Apa kau tahu dimana tempat pertemuannya?”

“Bukankah kau sudah menerima e-mail dari mereka? Kau hanya perlu mengikuti koordinat yang diberikan oleh mereka.”

“Itu memang benar, tapi Aku penasaran dengan koordinat yang mereka berikan... Aku tidak merasa bahwa tempat itu adalah tempat pemberhentian bis atau tempat kendaraan apapun untuk menunggu... kita akan naik bis untuk ke sana, kan?”

“Entahlah... kita tidak mendapatkan informasi apapun tentang itu, kan? Apakah itu penting?”

“Hmm... Aku tidak begitu yakin, tapi tempat yang akan kita tuju... Desa tanpa nama, Aku merasa ada banyak hal yang aneh dengan desa itu.”

“Ada apa? Apa kau ingin berhenti dan pulang ke rumahmu?”

Setelah berpikir selama beberapa saat, Aku akhirnya menjawab pertanyaannya.

“Kurasa tempat itu masih lebih baik dari pada rumahku saat ini... jadi kurasa Aku tak akan kembali!”

“Begitukah? Kalau begitu berhenti mengeluh dan percepat langkah kaki lambatmu itu!”

Setelah mengatakan itu, dia segera mempercepat langkah kakinya sambil memeriksa smartphone-nya untuk memastikan tempat yang akan kita tuju sudah benar arahnya.

“Hei! Tunggu Aku!”

Aku segera berlari kecil untuk dapat mengejar langkah kakinya yang sangat cepat itu.

Tak butuh waktu lama bagi kami untuk sampai ke tempat tujuan kita.

Saat sampai di sana, kami dapat melihat sebuah bis yang berukuran cukup besar sedang terparkir. Kami juga bisa melihat orang-orang yang sedang berkumpul di dalam bis itu.

“Apakah bis itu adalah tujuan kita?”

“Entahlah, kenapa tak periksa saja?”

“Hm... baiklah.”

Aku melangkahkan kakiku menuju pintu bis yang terbuka. Di sana Aku dapat melihat seorang sopir bis yang sudah tua.

“Anu, maaf... apakah bis ini menuju ke Desa tanpa nama?”

Pak tua itu kemudian melihat ke arahku dengan menggerakan kepalanya dengan perlahan, lalu dia menjawab pertanyaanku tanpa merubah ekspresi wajahnya.

“Ya, bis ini sebentar lagi akan berangkat ke Desa tanpa nama.”

“Begitukah! Syukurlah! Kami tak terlambat.”

Setelah itu, kami berdua segera memasuki bis itu, tapi tak berapa lama kemudian, Aku merasakan ada orang yang berlari ke arah bis ini.

Aku menengokan kepalaku untuk melihat siapakah orang itu. Di sana Aku dapat melihat seorang gadis kecil yang sedang berlari sekuat tenaganya menuju ke bis ini.

“Tungguuuu!”

Mendengar teriakan itu, beberapa penumpang bis langsung memfokuskan pandangan mereka pada gadis yang berlari itu. Mereka pasti bertanya-tanya siapakah gadis itu, sama seperti diriku.

Gadis itu sampai di depan pintu bis dengan napas yang memburu. Sambil membungkuk, kedua tangannya memegang lututnya. Untuk beberapa detik, dia mencoba untuk mengatur napasnya kembali.

“Hm... Anu... apa kau tak apa-apa?”

Aku bertanya sambil mengulurkan tanganku padanya.

“Eh?”

Gadis itu menengokan kepalanya ke arahku dengan wajah terkejut. Kemudian melihat ke tanganku yang terulur, lalu melihat ke wajahku.

Dia nampak ragu untuk menangkap uluran tanganku. Tangannya yang ramping dengan gemetar mencoba untuk meraih tanganku, tapi pada akhirnya tangan kami tak pernah bersentuhan.

Saat akan bersentuhan dengan tanganku, tangannya malah berbelok ke arah samping pintu bis. Wajahnya nampak pucat saat dia melakukan itu

“Maaf...”

Katanya pelan sambil mencoba untuk masuk ke dalam bis. Aku yang berdiri di pintu masuk bis segera memberi ruang agar gadis itu bisa naik ke dalam bis dengan aman.

Gadis itu segera mencari kursi yang kosong, lalu duduk di sana. Dia nampak menundukkan kepalanya tanpa memperhatikan sekitarnya yang berisik.

Aku kemudian duduk di samping temanku yang sudah mendapatkan tempat duduk sedari tadi. Dia nampaknya sama sekali tak peduli dengan gadis yang datang terakhir tadi.

Aku menaruh barang bawaanku loker yang ada di atas tempat duduk kami, tapi karena satu tasku tak muat, Aku menaruhnya di bawah tempat dudukku.

“Bis akan berangkat sebentar lagi! Jika ada dari kalian yang ingin keluar dari bis ini, maka cepat lakukan sekarang juga!”

Suara dari sopir bis dapat terdengar dari pengeras suara.

Meskipun terjadi keributan kecil saat kami mendengar pengumuman itu, tapi tak ada satupun dari kami yang turun dari bis ini.

Aku melihat sekelilingku dan menghitung jumlah orang yang ada di dalam bis ini. Ada 30 orang di antara kami, termasuk Aku dan temanku, kecuali si sopir bis. Jadi apakah mereka semua yang akan menjadi teman sepanjang hidupku setelah ini?

“Kami berangkat!”

Aku sedikit terkejut saat mendengar hal itu dari pengeras suara.

Setelah itu, pintu bis tertutup secara otomatis, lalu bis mulai bergerak.

Aku dapat mendengar keramaian di dalam bis saat bis bergerak menuju tempat tujuan kami.

Saat itu, kami sama sekali tak tahu bahwa peringatan yang diberikan oleh si sopir bis mungkin adalah peringatan terbaik yang seharusnya kami turuti. Seharusnya pada waktu itu, kami keluar saja dari bis itu.

Tapi semuanya sudah terlambat, saat pintu bis itu tertutup, takdir kami sudah ditentukan. Kami tidak bisa kembali lagi ke kehidupan kami yang sebelumnya.

Bab terkait

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Menara Tanpa Nama

    Hari - 1 Kami hanya membutuhkan perjalanan selama satu hari penuh dengan bis, sebelum kami sampai di tempat tujuan kami. Saat kami turun dari bis, kami langsung di sambut oleh menara yang sangat besar. Menara tersebut memiliki gaya arsitektur cina kuno. Aku tidak begitu yakin, tapi menara itu sepertinya memiliki lebih dari 20 lantai. Sejujurnya Aku merasa kalau menara itu terlalu besar, jika digunakan untuk tempat tinggal kami. “Nah, apa mungkin menara itu adalah desa tanpa nama?” “Hah!? Mana mungkin! Kurasa menara itu lebih pantas dipanggil menara tanpa nama dari pada desa tanpa nama.” “Kurasa kau ada benarnya... lalu kenapa dia membawa kita ke sini?” Kami berbalik ke arah sopir bis untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan itu, tapi sayangnya pintu bis itu sudah tertutup dan si sopir bis sudah bersiap membawa pergi bisnya. Sepertinya kita tidak akan mendapatkan jawaban apapun darinya. “Jika kita masuk ke dalam menara, kurasa kita akan mendapatkan jawabannya.” Seorang pria ber

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-22
  • Misteri Menara Tanpa Nama   Awal permainan

    Hari - 1 Perhatian kami terpusat pada seorang Kakek yang tengah duduk di tengah-tengah bagian depan aula. Aku bisa merasakan ketegangan meningkat di ruangan ini saat kami mendengar suaranya. Meskipun tanpa pengeras suara, tapi kami semua bisa mendengar suaranya yang menyeramkan dengan sangat jelas. “Bisakah kau menjelaskan siapa dirimu?” Seorang lelaki berkacamata bertanya pada Kakek itu sambil membenarkan letak kacamatanya. “Oh, maafkan Aku, Aku belum memperkenalkan diriku... Aku adalah kepala desa dari Desa Tanpa nama, Aku adalah pemilik menara ini dan penguasa tertinggi di sini, kalian bisa memanggilku dengan sebutan Kepala Desa!” Si Kakek yang menyebut dirinya sebagai Kepala Desa sepertinya tidak berniat menyebutkan nama aslinya pada kami. Karena sepertinya tak ada yang benar-benar ingin mengetahuinya, maka tidak ada yang mau menanyakan hal tersebut. “Kedua gadis di sampingku adalah pelayan di menara ini, yang berambut Hitam adalah Haruka, sedangkan yang berambut pirang adala

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-23
  • Misteri Menara Tanpa Nama   Peraturan permainan

    Hari - 1 Semua orang yang ada di aula, selain kedua gadis yang ada di samping si Kepala desa, menatap Kakek itu dengan pandangan tak percaya. Bagaimana bisa dia mengatakan hal yang menyeramkan seperti itu dengan wajah tenang? Pasti ada yang tak beres dengan otaknya. “Apakah kita bisa melanjutkan pembicaraan kita?” Si Kepala desa bertanya dengan tenang. Tak ada orang yang menanggapi pertanyaan dari si Kakek. “Kalau tidak ada yang berbicara di antara kalian, maka Aku akan menganggap kalian tak keberatan jika kita melanjutkan pembicaraan kita.” “Oi, tunggu dulu!” Saat si Kepala desa ingin melanjutkan pembicaraannya, pria yang sedang kupegang bahunya tiba-tiba saja berteriak. “Apa maksudmu dengan permainan sudah dimulai? Apa yang terjadi dengan orang yang hilang di antara kami? Cepat jelaskan!” Wajahnya nampak memerah karena marah. Bukannya Aku tidak mengerti dengan perasaannya saat ini, tapi dia harus tenang atau mungkin akan ada hal buruk yang akan terjadi, jadi Aku mencoba menar

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-24
  • Misteri Menara Tanpa Nama   Korban pertama

    Hari - 1 Si Kakek dengan kedua pelayannya segera meninggalkan aula, begitu mereka tidak memiliki hal lainnya yang mereka harus lakukan di sini. Sedangkan kami, para perserta, masih tidak ada yang mau meninggalkan aula. Kami masih memikirkan apa yang baru saja terjadi. “Apa yang harus kita lakukan setelah ini?” Seorang gadis bertanya dengan nada bingung. Wajahnya nampak pucat dan tubuhnya terlihat lelah. Meskipun belum sehari kita berada di sini, tapi tempat ini telah menguras banyak tenaga dari kami. “Aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi pertama-tama Aku ingin mencari keberadaan orang yang hilang di antara kita, apakah ada orang yang tahu kira-kira dia berada dimana?” Aku bertanya pada semua orang yang hadir. Mereka saling berpandangan sampai ada satu pria yang mengenakan Headphone menjawab pertanyaanku. “Bukankah dia berada di kamarnya?” “Kamarnya? Apa kau tahu dimana kamarnya berada?” “Entahlah... apakah ada yang tahu?” Lelaki itu melihat ke arah yang lain

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-25
  • Misteri Menara Tanpa Nama   Mencari petunjuk

    Hari - 1 Aku dan temanku, Bagas, kembali ke kamar kami, setelah menyelidiki kamar Kira. Rasa syok masih kurasakan saat Aku membaringkan tubuhku di atas lantai. Pemandangan itu jelas bukan sesuatu yang bisa kau lihat setiap hari. Setiap kali mengingat adegan itu, Aku selalu menggelengkan kepalaku, lalu mengacak-ngacak rambutku agar Aku bisa melupakan adegan tersebut. “Nah, Asraf... sebetulnya apa yang ingin kau cari di kamarnya?” Aku melirik sejenak ke arah Bagas yang sedang menyenderkan tubuhnya di dinding, sebelum kembali menatap langit-langit, lalu menjawab pertanyaannya. “Tentu saja petunjuk... Aku sudah mengatakan itu sebelumnya, kan?” “Itu memang benar, tapi petunjuk macam apa yang kau bicarakan?” “Pertama Aku ingin tahu petunjuk untuk bisa menghindar dari terbunuh, tapi dilihat dari kondisi tubuh lelaki itu, sepertinya sulit untuk menghindar dari hal tersebut, setelah kau menjadi target dari pembunuhan.” “Kondisi lelaki itu... itu bukan cara biasa orang terbunuh.” “Ya, k

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-26
  • Misteri Menara Tanpa Nama   Aliansi

    Hari - 1 Saat Bagas membukakan pintu, Aku dapat melihat dua orang gadis sedang berdiri di depan kami. Satu memiliki wajah yang serius, sedangkan yang satunya sedang membuat wajah ketakutan sambil memegang ujung cardigan yang dipakai oleh gadis lainnya. “Maaf tiba-tiba mengganggu kalian, tapi apakah kita bisa berbicara sebentar?” Aku saling memandangan dengan Bagas untuk beberapa saat. Sejujurnya Aku tidak begitu yakin bagaimana harus menanggapinya. “Apa kau tidak keberatan berbicara dengan mereka berdua?” “Jujur saja, Aku menentangnya!” “Kau benar-benar berterus terang.” Aku kagum dengan temanku yang bisa mengatakan hal itu langsung di depan mereka berdua. “Aku tahu bahwa kalian mungkin tidak bisa langsung mempercayai kami, apalagi setelah apa yang baru saja terjadi, tapi ada hal yang ingin kubicarakan dengan kalian.” “Apakah hal itu penting bagi kami?” “Bagaimana jika Aku mengatakan bahwa Aku mengenal salah satu dari kalian, sebelum kita berada di sini.” Aku langsung berwaj

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-27
  • Misteri Menara Tanpa Nama   Aliansi bagian 2

    Hari - 1 Kami semua menatap ke arah Crona yang baru saja memperkenalkan dirinya. Ekspresi tak percaya berada di wajahku, ekspresi yang mengatakan ‘yang benar saja’ di wajah temanku, ekspresi datar di wajah Sarah dan ekspresi yang tak bisa kudeskripsikan di wajah Ria. Apakah dia memasang wajah ketakutan, bingung atau khawatir? Atau mungkin itu adalah ekspresi dari gabungan ketiganya? “Apa kau tidak pernah diajarkan untuk tidak menguping pembicaraan orang lain oleh orang tuamu?!” Bagas berkata dengan kasar. Sudah jelas, dia sangat tak menyukai Crona. Crona kemudian menarik permen lolipop di bibirnya dengan tangan kanan, lalu menunjuk ke arah Bagas dengan lolipop tersebut. “Kau kasar sekali! Apakah orang tuamu tidak pernak mengajarimu cara berbicara kepada seorang wanita?!” “Berisik! Aku tidak ingin mendengar ceramah dari bocah sepertimu!” “Meskipun kau bersikap seperti itu, tapi bukankah kita hanya berbeda satu tahun?” Saat Crona mengatakan itu, kami semua (kecuali Ria) menatap C

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-28
  • Misteri Menara Tanpa Nama   Meninjau kembali

    Hari - 1 Setelah kami sepakat membentuk aliansi, kami berlima duduk melingkar di lantai kamarku dan Bagas. Posisi kami dari searah jarum jam adalah Aku, Crona, Ria, Sarah dan Bagas. “Apakah kamar ini tak memiliki tempat duduk apapun yang bisa digunakan?” Crona mengeluh sambil menepuk-nepuk lantai dengan wajah kesal. “Entahlah, Aku belum memeriksa lemari dan berbagai tempat lainnya... lagi pula, kita memiliki hal lainnya yang lebih penting untuk dibahas saat ini.” “Ya, itu benar... apa yang harus kita lakukan setelah ini?” Sarah memegang dagunya saat mengatakan hal tersebut. Dia nampak berpikir cukup keras. “Meskipun kita sudah membentuk aliansi, tanpa adanya rencana, maka aliansi ini tidak akan berarti banyak.” Lanjut Sarah. “Kalau tak salah kaulah yang pertama kali mengajukan permintaan untuk membuat aliansi, kan? Apa ada yang kau pikirkan saat kau mengajukan hal tersebut?” Crona mengajukan pertanyaan. “Aku hanya berpikir untuk mencari rekan yang bisa diajak berkerja sama..

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-29

Bab terbaru

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Kata Penutup

    pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Epilog : Desa Tanpa Nama

    Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Akhir Menara Tanpa Nama (Bagas)

    Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Percakapan terakhir

    Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Rencana terakhir

    Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Berbicara tentang masa depan bagian 3

    Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Berbicara tentang masa depan bagian 2

    Hari – 10.“Jadi apa yang ingin kau lakukan setelah ini, Rock?”Tanya Michael yang sudah mengerti apa yang kami bicarakan, sebelum dia dan Rock bergabung dengan kami.“Kau tahu sudah mengerti bahwa kau tak mungkin terus seperti ini, kan?”Lanjut Michael yang mendesak Rock untuk menjawab pertanyaannya.Rock nampak menggaruk lengan kirinya dengan cangung. Dia sepertinya memang sudah menyadari hal tersebut, tapi sayangnya dia belum bisa menentukan hal yang bisa dia lakukan di luar sana.“Aku selalu berkelahi.”Katanya dengan tiba-tiba.“Hal tersebut membuatku ditakuti oleh banyak orang dan tentu saja mendapat banyak musuh... Aku sendiri tak begitu mengerti kenapa Aku tak bisa menahan diriku, tidak kurasa itu hanya alasanku... Aku hanya bersikap terlalu egois dan tak mau mengerti perasaan orang lain... Aku selalu saja membuat orang-orang di sekitarku kerepotan karena tingkahku yang eg

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Berbicara tentang masa depan

    Hari – 10.“Pertama-tama, mari kita hilangkan suasana kaku di sini dan membicarakan sesuatu dengan lebih santai!”Kataku sambil meregangkan tubuhku agar tubuhku merasa lebih santai.“Kau benar... kita sudah terbebas dari permainan itu, jadi kita lebih baik bersikap lebih santai.”Kata Sarah yang setuju dengan ideku.“Justru itu adalah hal yang kulakukan saat ini... kenapa kalian seperti tidak menyadarinya!”Kata Cinta yang telihat kesal. Tentu saja Aku menyadarinya, jadi seharusnya dia tak perlu marah begitu.“Tenang saja, Cinta... Aku mengerti usaha yang ingin kau lakukan.”Kataku yang membuatnya menoleh ke arahku dengan ekspresi sedikit terkejut.“Eh! Benarkah itu?”Aku menganggukkan kepalaku.“Tentu saja... kau ingin kami melupakan peristiwa buruk yang terjadi di sini, kan? Meski hanya untuk sementara waktu.”Cinta terse

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Pagi yang baru

    Hari – 10.Setelah merapikan tempat tidurku, Aku langsung bergagas mandi dan mengganti pakaianku. Aku sebetulnya cukup menyukai baju baru yang kudapatkan di tempat ini, tapi sepertinya Aku harus meninggalkan baju tersebut di sini, karena setelah diperhatikan ternyata baju itu memiliki noda darah yang sulit dihilangkan. Kemungkinan besar itu adalah bekas pertarungan antara Aku dan Sebastian kemarin. Saat itu dia memiliki banyak noda darah di dirinya, belum lagi dia menggunakan pisau yang basah oleh darah segar.Setelah itu, Aku mengemas kembali barang-barang bawaanku. Aku jadi teringat, Aku membeli obat sebelum ke tempat ini, tapi sepertinya Aku hanya menggunakannya sedikit. Meski begitu Aku memutuskan untuk tetap menyimpannya, karena siapa tahu Aku membutuhkannya.Setelah beres, Aku membawa barang bawaanku keluar kamar. Di saat yang hampir bersamaan, Bagas juga nampak keluar dari kamarnya.“Ah, Asraf... apa kau...”Bagas berhenti bertanya di tengah-tengah, dia kemudian menggelengkan k

DMCA.com Protection Status